NAMA : BAIHAQI
NIM : 042990589
Setelah Anda membaca Inisiasi dan diskusi mulai dari inisiasi 1 (satu) sampai dengan inisiasi dan diskusi terakhir, silakan Anda
jawab pertanyaan berikut:
1 a Ada 4 (empat) ciri birokrasi di negara berkembang dengan Model Sala, sebutkan ke 4 ciri tersebut!, serta
jelaskan pula menurut pandangan Anda kondisi birokrasi pada Pemerintah Republik Indonesia termasuk atau tidak pada Model
Sala? Jelaskan ciri-cirinya ! (Skor 20)
b Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan perubahan organisasi, sebutkan ke 3 faktor tersebut!, serta jelaskan pula
menurut pandangan Anda kondisi perubahan organisasi Pemerintah Republik Indonesia disebabkan oleh faktor perubahan
tersebut? Jelaskan! (Skor 20)
2 a Sebutkan dan jelaskan kendala-kendala birokrasi di Indonesia? Jelaskan, serta berikan contohnya! (Skor 20)
b Ada 4 (empat) syarat dalam penerapan T-Form dalam organisasi, sebutkan ke 4 syarat tersebut, serta jelaskan
pula organisasi Pemerintah Republik Indonesia sesuai atau tidak dengan dengan syarat T-Form? (Skor 20)
JAWAB :
NO. 1
1. pelayanan dalam sala berdasarkan bazar-kantin, artinya tidak menentu. Dalam arti yang sesungguhnya bazar-kantin ini adalah
keadaan perekonomian yang berhubungan dengan jual beli dan penentuan harga. Dalam kantin harga tidak ditentukan oleh harga
pasar yang berdasarkan penawaran dan permintaan tetapi ditentukan berdasarkan consensus antara pembeli dan penjual.
Contohnya biasanya dalam bazar semua yang dijual harganya mahal dari harga pasar.tetapi orang masih berduyun-duyun
membelinya sehingga barang-barang dalam bazar habis terjual.
2. kebijaksanaan pada model sala dibuat berdasarkan pendapat dari pemegang kekuasaan (elite) dan bukan berdasarkan tuntutan
atau keinginan masyarakat. Masyarakat prismatik berdiri diantara kedua jajaran tersebut diatas yaitu antara bobot kekuasaan
terbatas (diffracted) dan tidak terbatas (fused). Oleh sebab itu bobot kekuasaan birokrasi dalam model prismatik ini akan
menbeda-bedakan tergantung pada berfungsinya atau tidaknya lembaga kontrol dalam masyarakat seperti politikus atau partai
politik dapat memainkan perannya sehingga bobot kekuasaan birokrasi terbatas. Walaupun norma-norma secara formal
diterapkan, dan sumber-sumber tersedia dengan layak untuk membiayai sarana administrasi dalam penerapan norma tersebut
tetapi hasil aparat pemerintah sangat berbeda dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu adminiistrasi dimodel sala jauh dari
efesien.
3. pengadaan pengawai model sala sangat berbeda dengan model biro. Pada model biro pengadaan pegawai diambil dari sumber
luar melalui ujian saringan berdasarkan professional. Dalam hubungan ini pengaruh family atau teman dapat dikurangi dan
ditekan sejauh mungkin, sehingga system merit dapat diterapkan sepenuhnya, hasil yang diharapkan dari seleksi ini dapat
menjaring orang-orang yang mempunyai keterampilan atau profesi yang diperlukan dalam biro.
Masalah pengawai dilakukan secara formal yaitu melalui ujian saringan. Dalam hal ini pengadaan pegawai ini terbuka pula
kesempatan bagi penjabat di sala untuk menyalah gunakan kekuasaannya yaitu menjual tempat-tempat lowong yang akan diisi.
Artinya dengan membayar sejumlah uang maka seseorang dapat dijadikan sebagai pegawai dalam suatu lembaga pemerintah.
4. kewenangan tidak dibarengi dengan pengawasan
Dalam masyarakat diffracted kewenagan sejalan dengan kekuasaan. Artinya seorang yang mendelegasikan kewenangan kepada
bawahannya mampu mengawasi bawahannya. Dalam masyarakat prismatic kewenangan itu tidak sejalan dengan kekuasaan
pengawasan. Tetapi dalam kenyataannya dia tidak dapat melaksanakannya karena rakyat desa lebih patuh kepada seorang jagoan
desa yang mempunyai kekuasaan yang dapat mengendalikan masyarakat didesa tersebut. Sebenarnya kewenagan pucuk
pimpinan model sala lebih besar kewenangannya. Tetapi kemampuan untuk mencapai hasil efesien terbatas. Masalahnya ialah
penjabat-penjabat model sala tidak dapat melakukan pengawasan yang insentif terhadap bawahanya karena adanya pemisah
wewenang dan kekuasaan dalam diri seorang penjabat.
Menurut pandangan saya dalam ciri mana Negara Indonesia ini termasuk dalam model sala di ciri-ciri yang ketiga karna dalam
model sala yang ketiga ini banyak yang melakukan nya di Indonesia, menurut saya hal ini sering terjadi di Indonesia dan sering
juga disebut pungli/orang dalam, karna banyak pemjabat yang menyalahgunakan kekuasaannya hanya untuk mencari uang dan
juga dapat bawahan yang bisa diatur.
Timbulnya perubahan selera masyarakat menyebabkan persaingan yang hebat dalam bidang pemasaran sektor swasta. Misalnya,
dahulu orang senang bersepeda, sekarang sepeda hanya digunakan untuk keperluan tertentu saja karena selera masyarakat
sudah berubah kepada motor atau mobil.
Menurut saya dalam faktor pasar ini diindonesia banyak sekali perubahannya dan kemajuan, dikarena dizaman sekarang yang
dulu yang barang mewah sudah menjadi barang kebutuhan sehari-hari.
Seperti komputer dan sebangainya, dahulu nya orang menganalisis sensus penduduk yang dikerjakan dengan tangan sehingga
hasilnya selesai setelah bertahun-tahun. Tetapi sekarang dengan menggunakan komputer dapat diselesaikan dalam waktu yang
relatif singkat dan tidak banyak menggunakan tenaga manusia.
Menurut pandangan saya dari faktor teknologi ini memanglah sangat banyak perubahan nya diindonesia faktor ini salah satu
faktor paling banyak perubahannya.
Faktor sosial minsalnya dahulu pengganguran belum menjadi perhatian Negara sehingga tingkat penghasilan masyarakat rendah
sekali. Tetapi kini faktor pengganguran menjadi masalah nasional sehingga Negara-negara mana pun berusaha menanggulagi
supaya pendapatan masyarakat meningkat pula, faktor politik minsalnya terjadinya peruabahan system presidential. Faktor
tekanan dari luar, minsalnya dahulu suatu Negara bebas menetapkan kebijaksaannya sendiri. Tetapi setelah mendapat bantuan
pihak luar negeri maka dia harus merubah strateginya sesuai dengan keinginan pihak luar yang membantunya.
Menurut saya difaktor yang ke tiga ini tidak terlalu ada peruabahan besar dineagara Indonesia ini kalo menurut saya Negara
Indonesia ini masih banyak menggunakan sisitem kekeluargaan. Menurut saya!
NO 2.
1. Kendala dalam Struktur Organisasi
Pada zaman orde baru,kalau di perhatikan pola susunan organisasi dapartemen berdasarkan Keppres No.44 Tahun 1974 dan
Keppres No.15 Tahun 1984 maka susunan organisasi ini cenderung mengarah kepala pola yang mekanik yang mempunyai ciri
antara lain menganut prinsip pembagian habis tugas dan prinsip perumusan tugas pokok yang jelas.
Akibatnya setiap petugas akan melaksanakan tugas tersebut secara berkotak kotak pula dan akan memandang tugasnya lebih
penting untuk didahulukan dari pada tugas orang lain. Akibat selanjutnya akan mendidik orang bersifat individualis dalam
Melaksanakan tugasnya.
2. Kendala dalam Melakukan Koordinasi Horizontal
Pembangunan terpadu yang melibatkan berbagi-bagi instansi pemerintah dan pihak swasta dalam pengelolaanya memerlukan
Suatu lembaga sebagai wadah koordinasi. Lembaga ini terkenal dengan sebutan Badan Koordinasi ( BAKOR )
Anggapan yang demikian itu jelas mengarah kepada sistem kerja secara individual dan terkotak-kotak dan tidak sesuai
Dengan cara kerja sistem pembangun yang membutuhkan suatu wadah koordinasi yang melibatkan orang banyak
Secara terpadu pula.
Memang ada kelemahan dari praktik atau cara tim Pembina antara lain membuka kesempatanuntuk mencantumkan
Nama-nama orang tertentu yang sebenarnya tidak bekerja tetap memperoleh honorariumnya sebagai anggota tim Pembina.
Kalau diperhatikan yang lemah tersebut bukanlah lembaganya tetapi mental para pejabat birokrasi.
3. Kelemahan Komunikasi
Kelemahan komunikasi ini sering terjadi karena instansi-instansa yang lebih rendah tidak serentak mendapat surat
Perintah dari atasan pusatnya.keadaan yang demikian ,banyak terjadi pada instansi-instansi vertical tingkat daerah provinsi
Atau kabupaten.Walaupun bupati adalah sebagai koordinator pembangunan di daerahnya,adakalanya dia tidak tahu bahwa
Di daerahnya sedang berlangsung suatu proyek pembangunan.
Contoh:
Kanwil pertanian mengirimkan bibit tanaman reboisasi dan penghijauan ke suatu daerah kabupaten karena diperintah
Dari pusat. Sedangkan kandep kehutanan dan bupati sebagai koordinator tidak diberitahu oleh atasanya bahwa daerahnya
Akan di adakan reboisasi dan penghijauan.
Sementara menunggu perintah pusat tersebut bibit tanaman yang dikirim oleh Kanwil Transmigrasi sudah mulai membusuk
karena tidak ditanam segera. Adakalanya instansi-instansi vertical tidak mengabaikan koordinasi yang di lakukan oleh gubenur/
bupati sebagai administrasi pembangunan dan pengawasan di daerahnya.
Kalau seandainya terjadi ketidaklancaran dalam suatu proyek pembangunan yang berada di wilayah maka akan dapat teguran
bukanlah instansi-instansi pelaksa di daerah ( Kanwil ) tetapi adalah gebenur atau bupati selaku koordinator pembangunan dan
pengawasan di daerahnya.
4. Kendala Psikologi
Salah satu cara yang efektif dalam melakukan koordinasi ialah melalui rapat kerja,pertemuan atau peninjauan bersama ke
lapangan yang harus diprakarsi oleh coordinator.seharusnya rapat-rapat atau acara koordinasi dihadari sendiri oleh kepala
instansi yang terlibat dalam koordinasi tertentu.
Akhirnya rapat koordinasi yang di harapkan dapat memecahkan masalah sesegera mungkin menjadi terhalang karena wakilnya
harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan orang yang diwakilnya ( yang berhak mengambil keputusan) . Akibat yang lebih fatal
ialah kalau rapat koordinasi tidak dihadiri sendiri oleh kepala instansi yang bersangkutan dan mewakilkan kepada bawahanya
maka keadaan yang demikian dapat menimbulkan efek psikologi yang negatif bagi Kepala Instansi lain yang menghadarinya
karena mereka menganggap tidak setaraf dengan bawahan –bawahan yang mewakili atasanya.
Contoh:
Sesuatu instansi pemerintah yang berada jauhdari pusat Jakarta memerlukan truk untuk kelancaran tugasnya di daerah.
Untuk menunggu kendaraab tersebut mungkin di perlukan masa yang cukup panjang karena banyaknya birokrasi atau prosedur
yang harus dilalui untuk membeli barang – barang keperluan kantor.Keadaan ini jelas menjadi kendala dalam pembangunan yang
menghendaki serba cepat dalam berkesinambungan.
Perubahan organisasi dengan penerapan T.Form organisasi ini tentu akan melahirkan pro dan kontra dikalangan berbagai-bagai
pihak. Pihak yang pro adalah kalangan yang berpikiran maju melihat masa depan Negara dan juga pengguna jasa birokrasi
pemerintah yang selama ini merasakan bagaimana sakitnya dipungli ketika berurusan dengan aparat birokrasi. Sedangkan pihak
kontra adalah mereka ingin mempertahankan status quo atau yang takut terhadap perubahan budaya organisasi yang
dipertahankan selama ini antara lain takut akan kehilangan jabatan dan prestise mereka yang komit ber-KKN.
Penjelasannya sesuai atau tidaknya organisasi diindonesia dalam syarat T.From ini : seperti yang telah dikemukakan sebelumnya
bahwa susunan oraganisasi birokrasi pemerintahan yang telah diterapkan di lembaga-lembaga pemerintahan tidak sama kecuali
susunan organisasi departemen-departemen dari pusat sampai kedaerah. Khususnya organisasi departemen pemerintah sama
tingkat maupun sebutan nama jabatannya yaitu terdiri dari empat ringgkatan. Sebelumnya sususan organisasi yang terlalu tinggi
tingkatnya lamban mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat terjadi. Supaya organisasi departemen dan lain-lain dapat
bergerak dengan lincah maka sudah tiba masanya menerapkan secara adaptif pemikiran T.From dalam organisasi pemerintah ini.
Perubahan organisasi dengan menerapkan T.From unyuk ini adalah perubahan yang bersifat mendasar sehingga diperlukan
kesepakan dan dukungan dari penguasa tertinggi, untuk itu diperlukan kemauan politik jika ada politik maka T.Form ini
diharapkan dapat mempercepat pelayanan dalam mendukung pengguna jasa yang alias berkompetisi secara global. Jadi untuk
organisasi dipemerintahan diindonesia dengan menggunakan syarat T.From ini sesusai.
TERIMAKASIH