Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU

AGRESI PADA KELOMPOK SUPORTER ULTRAS DI KELURAHAN


BUKIT SANGKAL PALEMBANG
Rina Oktaviana
Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang
Jalan A. Yani No. 12 Palembang
Email : rina.oktaviana@binadarma.ac.id

ABSTRACT : This study aimed to determine the relationship between conformity with
behavior of aggression at supporters ultras group in Bukit Sangkal Palembang. Methods of data
analysis using simple regression correlation techniques. The results showed there was a
significant relationship between conformity with behavior of aggression at supporters ultras
groups in Bukit Sangkal Palembang. That relationship is the show of the correlation coefficient
r = 0.482 with a significance value (p) = 0.000 or in other words p <0.01.. The value of
donations conformity to aggressive behavior was 23,2%. The conclusion of this study is
that there was a significant relationship between conformity and behavior aggression in
supporters ultras groups in Bukit sangkal Palembang.
Keywords: Behavior Aggression, Conformity

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan
perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit Sangkal Palembang. Subjek
penelitian ini adalah anggota suporter dari korwil ultras Palembang, alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku agresi dan skala konformitas. Metode
analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Regresi sederhana. Hasil penelitian
menunjukan ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi
pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal Palembang. Hubungan tersebut di
tunjukan dari nilai koefisien korelasi r = 0,482 dengan nilai signifikansi (p) = 0,000 atau dengan
kata lain p < 0,01. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara
konformitas dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal
Palembang. Besarnya nilai sumbangan konformitas terhadap perilaku agresi adalah 23,2 %.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas
dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal Palembang
Kata Kunci: Perilaku Agresi, Konformitas

PENDAHULUAN

Sriwijaya FC adalah klub sepakbola nasional pertama yang mampu menjuari dua
nasional yang berasal dari kota pempek yaitu kompetisi nasional sekaligus dalam satu
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Klub musim. Klub Sriwijaya FC dapat menjadi
Sriwijaya FC berdiri pada tahun 2005 dan tim besar seperti sekarang tidak terlepas
bermarkas di stadion Gelora Sriwijaya yang dari peran manager klub, official, sponsor,
berada di jakabaring yang memiliki kapasitas dan yang lebih penting yaitu suporter yang
stadion 50.000 penonton. Pada tahun 2006 selalu Jurnal Fakultas Psikologi Universitas
,Sriwijaya FC mampu mejuarai dua kompetisi Bina Darma Palembang 2015 setia menonton
nasional sekaligus dalam satu tahun yaitu ISL dan mendukung klub ini. Suporter ultras
(Indonesia Super Liga) dan Piala Copa adalah kelompok sosial pendukung tim
Indonesia yang disebut dengan Double sepakbola Sriwijaya FC yang berdiri tahun
Winner dan mencatatkan Rekor sebagai tim 2013 dan merupakan cabang dari suporter

122 Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133


sriwijaya mania yang memiliki nama sendiri (http://m.news.viva.co.id/news/read/531906-
yaitu simanis ultras. Menurut Myers bentrok-antarsuporter-pecah--siswa-
(Widyastuti, 2014), kelompok adalah dua smadibacok). Menurut Anantasari (2006),
orang atau lebih yang untuk beberapa ciri-ciri perilaku agresi sebagai berikut: 1)
waktu yang cukup lama saling berinteraksi perilaku menyerang suatu perilaku untuk
dan mempengaruhi satu sama lain dan menyakiti hati, atau merusak barang orang
memandang satu sama lain. Suporter lain, dan secara sosial tidak dapat diterima, 2)
merupakan salah satu elemen penting dalam perilaku menyakiti atau merusak diri
keberhasilan suatu klub tapi kedatangan sendiri, orang lain, atau objek-objek
suporter saat pertandingan bagaikan pisau penggantinya, 3) perilaku yang melanggar
bermata dua karena satu sisi kehadiran norma sosial, 4) sikap bermusuhan terhadap
kelompok suporter ultras dapat membuat orang lain. Saat tidak ada pertandingan
pemain lebih bersemangat dan percaya diri Sriwijaya FC pada tanggal 6 November 2014
tapi di lain sisi tindakan-tindakan agresi yang beberapa anggota ultras berkumpul di KCH
dilakukan suporter pada saat pertandingan yang diketuai oleh Erik karena beberapa
seperti mengejek pemain tim lawan, wasit, anggota ultras tinggal disana. Saat malam
dan tawuran antar suporter serta melakukan minggu adalah jadwal rutin untuk semua
perusakan perusakan atribut stadion dapat anggota ultras berkumpul, karena anggota
membuat tim tuan rumah malu dan yang berkumpul yang jumlahnya cukup
menjatuhkan mental tim. Kelompok suporter banyak sekitar 30-40 orang sehingga sering
ultras merupakan salah-satu kelompok tidak terkontrol dan memicu tindakan -
pendukung tim sriwijaya yang berada tindakan agresi seperti agresi fisik
dibawah induk organisasi Sriwijaya mania, (tawuranantar suporter yang berada di
korwil ultras diketuai oleh AJ keberadaan perumnas, dan tindak pemerasan dengan
korwil ini berada di Bukit Sangkal. orang lain, agresi pada objek benda
Keberadaan kelompok ultras ini memberikan (perusakan atribut atribut umum seperti
warna dalam masayarakat untuk mendukung membakar taman, mencoret tembok rumah
tim Sriwijaya Fc, akan tetapi kelompok warga, membakar ban), agresi verbal
ultras memiliki beberapa rekor yang buruk (menghina saat ada orang lain yang lewat),
ini disebabkan karena banyaknya aksi-aksi dan sering memicu keributan dengan orang
anarkis yang dilakukan saat ada disekitar lingkungan karena tindakan suporter
pertandingan maupun diluar pertandingan ultras yang sering membuat kebisingan
seperti yang terjadi pada tanggal 25 agustus seperti memukul gendang dan bernyanyi pada
2014 terjadi bentrokan antar suporter ultras malam hari. Tindakan-tindakan yang
dengan singa mania yang terjadi dijalan dilakukan para anggota suporter dari korwil
pakjo yang mengakibatkan siswa SMA di ultras tersebut sebenarnya tidak sesuai
bacok dengan norma, nilai-nilai yang ditanamkan

123
didalam visi dan misi kelompok suporter dan Jauhar (2014), yang mengatakan suatu
Sriwijaya mania sebagai induk kelompok jenis pengaruh sosial dimana individu
suporter. Jadi dapat dikatakan bahwa mengubah sikap dan tingkah laku mereka
kelompok ini telah melanggar aturan yang agar sesuai dengan norma sosial yang ada
telah ditetapkan oleh kelompok induk merupakan pengertian dari konformitas.
suporter sehingga dapat dikatakan sebagai Dayaksini & Hudaniah (2003) menyebutkan
kelompok yang menyimpang. Tindakan bahwa salah satu faktor penyebab perilaku
tindakan yang dilakukan suporter tergolong agresi adalah kekuasaan dan kepatuhan.
dalam perilaku agresi, menurut Aronson Kepatuhan merupakan salah satu aspek dari
(Kulsum & Jauhar, 2014), agresi adalah konformitas yang memiliki pengertian
tingkah laku yang dijalankan oleh individu tekanan atau tuntutan yang membuat
dengan maksud melukai atau mencelakakan seseorang individu rela melakukan tindakan
individu lain. Disamping itu, menurut walaupun individu tersebut tidak
Atkinson dkk. (Kulsum & Jauhar, 2014), menginginkannya Sears, dkk (2005).
agresi adalah tingkah laku yang diharapkan Menurut Sears, dkk (2005), konformitas
untuk merugikan orang lain, berperilaku merupakan suatu situasi dimana seseorang
yang dimaksud untuk melukai orang lain menyesuaikan dirinya dengan keadaan
(baik secara fisik atau verbal) atau merusak didalam kelompok sosialnya karena individu
harta benda. Tindakan-tindakan perusakan merasa ada tuntutan, tekanan, atau desakan
yang dilakukan oleh kelompok ini disebabkan untuk menyesuaikan diri. Sarwono (2005)
oleh hilangnya kewaspadaan diri dan menyatakan bahwa konformitas sebagai
penangkapan evaluasi, terjadi dalam situasi bentuk perilaku sama dengan orang lain
kelompok yang mendukung respons yang didorong oleh keinginan sendiri.
terhadap norma kelompok, baik atau buruk Konformitas dapat terlihat dengan adanya
atau yang disebut dengan deindividualisasi, perubahan dari perilaku atau keyakinan yang
Widyastuti (2014). Baron dan Byrne (2005) disebabkan adanya tekanan dari kelompok.
mengungkapkan bahwa salah satu aspek Baron & Bryne (2005) mengemukakan
yang menyebabkan seseorang melakukan konformitas memiliki ciriciri antara lain: a)
perilaku agresi adalah dikarenakan adanya kesepakatan (pengaruh sosial yamg meliputi
daya tarik in-group yang akan permintaan langsung dari seseorang kepada
mengakibatkan individu merasa memiliki orang lain), b) kepatuhan (pengaruh sosial
kesamaan dengan sesama anggota kelompok dimana seseorang memerintahkan untuk
(ingroup) dan cenderung melihat berbeda melakukan beberapa tindakan) , c)
terhadap anggota kelompok lain (outgroup). indoktrinasi (menerima aturan-aturan dari
Kesamaan yang dimiliki meliputi sikap, kelompok tanpa banyak bertanya agar dapat
kepercayaan, nilai, perasaan, norma dan menjadi anggota), d) norma sosial (aturan-
gaya bicara. Hal ini diperkuat oleh Kulsum aturan bagaimana individu seharusnya

124 Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133


berperilaku didalam kelompok. Pada saat tawuran antar suporter, merusak atribut
suporter berkumpul perilaku konformitas perlengkapan umum adalah perilaku yang
biasanya yang sering terjadi antara lain: buruk merupakan perilaku yang buruk
setiap anggota ultras harus memakai namun walaupun mereka tahu bahwa itu
pakaian, atribut, aksesoris dan yel-yel (motto) perilaku buruk mereka tetap dengan senang
yang merupakan ciri khas dari suporter ultras, hati melakukannya karena mereka
menolong anggota yang sedang kesusahan melakukanya secara bersama sama. Menurut
seperti kalau teman diserang suporter lain, Kulsum dan Jauhar (2014), terdapat
kesolidaritasan dalam kelompok seperti beberapa alasan yang mengapa individu
(paksaan untuk ikut pesta minuman melakukan konformitas yaitu a) keinginan
beralkohol), ikut setiap kegiatan yang untuk disukai yaitu pada dasarnya kebanyakan
dilakukan oleh kelompok ultras, dan orang senang akan pujian, yang membuatnya
mengikuti aturan dalam kelompok ultras, berusaha untuk meyesuaikan diri dengan
Dengan demikian mereka dapat diterima keadaan, b) rasa takut akan penolakan yaitu
dan diakui dalam kelompok ultras. konformitas penting dilakukan agar individu
Berdasarkan wawancara dan observasi yang mendapatkan penerimaan dari kelompok atau
dilakukan di Sukerejo pada tanggal 12 lingkungan tertentu , c) keinginan untuk
November 2014 sekitar 50-60 anggota merasa benar yaitu jika orang lain dalam
ultras berkumpul dirumah Kusoi selaku kelompok mengambil keputusan yang dirasa
dewan pembina dari suporter ultras, saat benar, maka akan ikut serta agar dianggap
melakukan wawancara dengan beberapa benar, d) konsekuensi kognitif yaitu
anggota diperoleh hasil bahwa anggota kebanyakan individu yang berpikir
kelompok ultras selalu berusaha mengikuti melakukan konformitas adalah konsekuensi
kelompoknya agar selalu diterima dan diakui kognitif akan keanggotaan mereka terhadap
karena mereka merasa kelompok ini tempat kelompok dan lingkungan dimana mereka
mereka bergaul dan berteman. Selanjutnya berada. Menurut Mullen (Widyastuti, 2014)
mereka akan menggunakan pakaian, atribut, menyatakan bahwa salah satu faktor
yel-yel dan syal yang melambangkan penyebab perilaku agresi adalah pengaruh
identitas dari kelompok ultras. Menurut kelompok karena pada saat mereka
Siswati dan Masykur (2011), dasar dari melakukan tindakan tindakan agresi secara
konformitas adalah pada saat individu bersama sama terdapat perancuan tanggung
mejalankan aktivitas dimana terdapat jawab (tidak merasa ikut tanggung jawab
tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu karena dikerjakan beramai ramai), dan ada
hal yang sama dengan yang lainnya, desakan kelompok (kalau tidak ikut dianggap
walaupun tindakan tersebut adalah perilaku bukan anggota kelompok). Saat terjadi
yang menyimpang. Perilaku yang dilakukan tawuran antar suporter maka seluruh
oleh kelompok suporter ultras seperti anggota harus ikut karena kalau mereka

125
tidak ikut mereka langsung dikucilkan dan 2. METODE PENELITIAN
tidak diterima lagi sebagai anggota suporter
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri
ultras.
dari variabel terikat yaitu perilaku agresi dan
Anggota-anggota suporter ultras selalu variabel bebas yaitu konformitas Perilaku
menjaga solidaritas agar mereka agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh
selalumendapatkan penerimaan dari suporter ultras Palembang dengan tujuan
kelompok serta memiliki pandangan dan untuk menyakiti Orang lain baik secara
perilaku yang sama dengan nilai nilai dalam fisik, verbal ataupun nonverbal seperti
kelompok tersebut. Mereka melakukan apa pemukulan, pelemparan, penginaan, berkata
saja yang dilakukan oleh kelompok walau kasar serta merusak atribut-atribut umum.
mereka tahu bahwa itu perilaku yang buruk Perilaku ini akan diukur dengan skala yang
seperti berkelahi, mencoret coret dinding, dibuat oleh peneliti yang mengacu pada
membuat kerusuhan dll, itu dilakukan agar aspek-aspek perilaku agresi dari Medinus
mereka dapat diakui dalam kelompok. Akibat dan Johnson (Dayaksini & Hudaniah, 2003),
tindakan mereka yang selalu mengikuti dan yaitu : menyerang fisik, menyerang secara
menyamakan perilaku agar sama dengan verbal atau simbolis,menyerang suatu objek,
norma dan dapat diterima dalam pelanggaran terhadap hak milik atau
kelompoknya (konformitas) seringkali menyerang daerah orang lain. Konformitas
menyebabkan mereka melakukan perbuatan adalah tingkah laku dari suporter ultras
yang menyimpang dan tidak sesuai dengan Palembang yang memiliki kencenderungan
norma dimasyarakat seperti tindakan untuk menyesuaikan diri dengan perilaku
tindakan agresi yang merugikan orang lain. didalam kelompok karena adanya tekanan
Fenomena yang sudah dijelaskan diatas atau desakan dari kelompok maupun dari
maka peneliti tertarik untuk menghubungkan keinginan sendiri. Perilaku konformitas ini
antara konformitas dengan perilaku agresi akan diukur dengan skala yang dibuat
pada kelompok supoter ultras di Bukit peneliti mengacu pada aspek-aspek
Sangkal Palembang dan membuktikan konformitas dari Sears, dkk (2005) yakni
adanya hubungan antara konformitas dengan kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan.
perilaku agresi pada kelompok supoter ultas Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
di Bukit Sangkal Palembang. Berdasarkan penelitian adalah suporter Ultras di KCH RT
fenomena yang dijelaskan diatas peneliti X RW X Kelurahan Bukit Sangkal
terdorong untuk membuktikan secara Palembang. Jumlah anggota suporter ultras
empirik dengan mengadakan penelitian yang berada di kelurahan bukit sangkal
dengan judul “hubungan antara konformitas bejumlah 140 orang. Dari 140 orang dengan
dengan perilaku agresi pada kelompok mengacu pada tabel penentuan jumlah
suporter ultras di Bukit Sangkal Palembang”. sampel dari populasi tertentu yang

126 Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133


dikembangkan oleh Isaac dan Michael science) versi 20.00 for windows. Hasil dan
(Sugiyono, 2013) dengan taraf kesalahan 5% Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan
maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang stastistik yang telah dilakukan untuk
dan try out sebanyak 40 orang. membuktikan bahwa terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara konformitas
Metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan perilaku agresi pada kelompok
dalam penelitian ini adalah skala. Skala
suporter ultras dikelurahan Bukit Sangkal
adalah perangkat pertanyaan yang disusun
Palembang. Analisis dilakukan dengan
untuk mengungkap atribut tertentu melalui
menggunakan uji regresi sederhana yang
respon terhadap pertanyaan tersebut. Bentuk
hasilnya adanya penerimaan terhadap
skala yang digunakan dalam penellitian ini
hipotesis yang diajukan. Hasil tersebut dapat
adalah bersifat tertutup, yaitu subjek diminta
dilihat dari nilai koefisien korelasi R = 0,482
untuk memilih salah satu dari beberapa
dengan nilai signifikansi (p) = 0,000 atau
pilihan jawaban yang tersedia. Skala
dengan kata lain p < 0,01. Ini menunjukkan
perilaku agresi menggunakan skala rating
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan
scale yang dalam bentuk angka, alasan
antara konformitas dengan perilaku agresi
peneliti menggunakan skala rating scale
pada kelompok suporter ultras di kelurahan
karena skala ini tidak hanya mengukur sikap
Bukit Sangkal Palembang. Besarnya nilai
tetapi juga dapat mengukur persepsi, perilaku,
sumbangan konformitas (variabel bebas)
dan kompetensi (Sugiyono, 2014). Skala
terhadap perilaku agresi (variabel terikat)
konformitas menggunakan skala likert yang
adalah 23,2% yang berarti bahwa masih
dibuat dalam bentuk checklist. Uji hipotesis
terdapat 76,8% dari faktor lain yang
menggunakan teknik analisis regresi
mempengaruhi perilaku agresi, tetapi
sederhana (simple regression). Analisis
variabel itu tidak diteliti oleh peneliti.
regresi dikembangkan untuk mengkaji dan
Menurut Baron & Bryne (2005) Faktor-faktor
mengukur hubungan antara dua variabel atau
lain itu diantaranya adalah faktor sosial yang
lebih. Dalam analisis regresi dikembangkan
terdiri dari frustasi, provokasi langsung,
persamaan estimasi untuk mendeskripsikan
agresi yang dipindahkan, pemaparan
pola atau fungsi hubungan antara variabel-
kekerasan di media dan Keterangsangan yang
variabel. Sesuai dengan namanya, persamaan
meningkat: emosi, kognisi, dan seksual.
estimasi atau persamaan regresi itu
Kemudian faktor pribadi yang terdiri dari pola
digunakan untuk mengestimasi nilai dari
perilaku tipe a dan tipe b, mempersepsikan
suatu variabel berdasarkan variabel lainnya.
maksud jahat dari dalam diri orang lain,
Analisis data untuk keseluruhan perhitungan
narsime dan ancaman ego, serta perbedaan
statistik dalam penelitian ini dilakukan
gender. Atkinson dkk. (Kulsum & Jauhar,
dengan menggunakan bantuan komputer
2014) mengatakan bahwa agresi
program SPSS (statistical package for social
berhubungan dengan cara seseorang

127
berperilaku yang mrugikan orang lain seperti adalah mencoretcoret dinding dengan
melukai orang lain (baik secara fisik atau menuliskan kata Ultras yang
verbal) atau merusak harta benda. Senada mengindentifikasikan identitas dari kelompok
dengan itu Baron dan Bryne (2005) mereka dan menulikan kata-kata menghina
mengatakan agresi adalah tingkah laku kelompok suporter lain. Perilaku anggota
individu yang ditujukan untuk melukai dan ultras Palembang ini sesuai dengan
mecelakakan individu lain yang tidak karakteristik perilaku agresi menurut
menginginkan datangnya tingkah laku Anantasari (2006), ciri-ciri perilaku agresi
tersebut. Kategorisasi perilaku agresi sebagai berikut: 1) perilaku menyerang suatu
menunjukkan dari 100 orang anggota perilaku untuk menyakiti hati, atau merusak
suporter ultras Palembang yang dijadikan barang orang lain, dan secara sosial tidak
subjek penelitian, terdapat 54 orang atau dapat diterima, 2) perilaku menyakiti atau
54% yang memiliki memiliki perilaku merusak diri sendiri, orang lain, atau objek-
agresi yang tinggi dan 46 orang atau 46% objek penggantinya, 3) perilaku yang
anggota yang memiliki perilaku agresi yang melanggar norma sosial, 4) sikap bermusuhan
rendah.Tingginya perilaku agresi anggota terhadap orang lain. Dengan demikian dapat
suporter ultras Palembang terlihat dari disimpulkan bahwa perilaku agresi pada
anggota suporter ultras yang banyak kelompok suporter ultras palembang
melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang kecenderungan cukup tinggi, seperti yang di
dilakukan baik saat mereka menonton bola di peroleh dari hasil analisis data yang
stadion maupun saat mereka berkumpul menunjukkan dari 100 anggota terdapat 54
diluar. Tindakan kekerasan yang dilakukan anggota suporter atau (54%) melakukan
anggota suporter ultras disebabkan oleh perilaku agresi sedangkan sisanya yang 46%
beberapa faktor antara lain kekecewaan saat hanya ikut-ikut saja seperti saling ejek,
tim Sriwijaya Fc kalah dalam pertandingan coret-coret dinding dan sangat jarang
maka sering terjadi amukan dari suporter melakukan kekerasan fisik . Hasil penelitian
sehingga terjadilah tawuran antar suporter, dari Wijayati (2009) dengan judul hubungaan
aksi saling hina, saling lempar serta antara konformitas kelompok dengan
perusakan atribut stadion. Tingginya kecenderungan agresi pada kelompok balap
kesolidaritasan antara sesama anggotanya liar dapat ditarik kesimpulan interaksi sosial
juga menjadi penyebab terjadinya tindakan- dalam kelompok akan menimbulkan perasaan
tindakan agresi sehingga saat ada salah satu perasaan untuk tidak ingin berbeda dari yang
anggota yang bentrok maka seluruh anggota lain, sekaligus agar dianggap sebagai bagian
yang lain akan ikut membantu akibatnya dari kelompok tersebut. Terkadang dari
yang terjadi adalah bentrokan antar perasaan tersebut, muncul tingkah laku
kelompok. Serta perusakan-perusakan yang seseorang yang cenderung mengikuti norma
mereka lakukan saat mereka berkumpul - norma kelompok untuk menyesuaikan

128 Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133


kondisi di lingkungannya agar sesuai merasa ada desakan atau tekanan untuk
dengan kelompoknya, atau yang lazim menyesuaikan diri dengan kelompok dan
disebut dengan konformitas. Adanya pengaruh cenderung menyamakan sikap dan tingkah
yang menyebabkan individu cenderung laku sesuai norma dalam kelompok.
konform pada kelompoknya tersebut dapat Kategorisasi konformitas menunjukkan
memunculkan perilaku tertentu pada bahwa dari sebanyak 100 anggota suporter
seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa ultras Palembang yang dijadikan subjek
ketika perilaku agresi yang dilakukan penelitian, terdapat 83 anggota (83%) yang
berada pada tingkatan yang tinggi seperti memiliki konformitas yang tinggi, kemudian
melakukan aksi membuat anggota suporter 27 anggota atau 27% yang memiliki
lain terluka, menyerang dan menghancurkan konformitas yang rendah. Sehingga dapat
markas suporter lain maka anggota akan disimpulkan rata – rata anggota suporter
mengakui dan memuji anggota tersebut di ultras Palembang memiliki kecenderungan
dalam kelompok. kemudian jika perilaku konformitas yang cukup tinggi. Hal ini
agresi rendah seperti hanya ikut menghina dapat dilihat dari kebanyakan anggota
suporter lain tapi takut untuk berkelahi, suporter ultras Palembang yang memiliki
biasanya mereka dianggap biasa-biasa saja konformitas yang tinggi berusaha untuk
dan adapaun yang hingga mereka dikucilkan. berperilaku sama dengan kelompok seperti
Konformitas menurut Sears, dkk (2005) menggunakan pakaian dan atribut khas
mendefenisikan suatu situasi dimana seseorang ultras, menolong sesama anggota ultras, ikut
menyesuaikan dirinya dengan keadaan setiap kegiatan yang dilakukan oleh
didalam kelompok sosialnya karena individu kelompok serta mengikuti aturan-aturan
merasa ada tuntutan, tekanan, atau desakan dalam kelompok mereka diakui dan dianggap
untuk menyesuaikan diri. Sarwono (2005) sebagai bagian penting dari kelompoknya, dan
menyatakan bahwa konformitas sebagai bagi anggota yang memiliki konformitas
bentuk perilaku sama dengan orang lain yang yang rendah seperti kurang peduli dengan
didorong oleh keinginan sendiri. anggota kelompok, jarang ikut kegiatan,
Konformitas dapat terlihat dengan adanya lebih mementing diri sendiri daripada
perubahan dari perilaku atau keyakinan yang kelompok
disebabkan adanya tekanan dari kelompok.
mereka tersisih dari anggota-anggota yang
Sementara itu, Baron dan Bryne (2005)
lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
mendefenisikan konformitas adalah suatu
Kulsum dan Jauhar (2014) yang mengatakan
jenis pengaruh sosial dimana individu mau
beberapa alasan yang mengapa individu
mengubah sikap dan tingkah laku agar sesuai
melakukan konformitas antara lain: a)
dengan norma yang ada. Hal ini berarti
keinginan untuk disukai b) rasa takut akan
konformitas dapat disimpulkan adalah
penolakan, c) keinginan untuk merasa benar
tingkah laku yang muncul karena individu

129
yaitu jika orang lain dalam kelompok perilaku agresi ini seperti mereka selalu
mengambil keputusan yang dirasa benar, kompak saat ada pertandingan Sriwijaya fc
maka akan ikut serta agar dianggap benar, d) saat mereka menghina suporter lain maka
konsekuensi kognitif yaitu kebanyakan mereka secara serentak menghina dengan
individu yang berpikir melakukan cara menyanyikan lagu-lagu dengan unsur-
konformitas adalah konsekuensi kognitif unsur menghina. Serta mereka selalu taat
akan keanggotaan mereka terhadap pada ketua kelompok suporter sehingga saat
kelompok dan lingkungan dimana mereka ketua menyuruh untuk melempar benda
berada. Dengan demikian dapat disimpulkan kelapangan atau keorang lain maka
anggota-anggota kelompok suporter ultras anggotaanggota akan langsung melakukanya
Palembang memiliki kecenderungan karena saat anggota tidak mengikuti
konformitas yang tinggi seperti yang di biasanya mereka langsung diusir terkadang
peroleh dari hasil analisis data yang ada yang sampai dipukuli oleh sesama
menunjukkan dari 100 anggota terdapat 83 anggota suporter juga biasnya itu terjadi
anggota (83%) memiliki konformitas yang karena anggota tersebut protes dengan ketua.
tinggi. Adapun hasil penelitian yang Berdasarkan uraian dan hasil analisis data,
dilakukan Wilujeng dan Budiani (2012) peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang
dengan judul pengaruh konformitas pada diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan
geng remaja terhadap perilaku agresi di SMK antara konformitas dengan perilaku agresi
PGRI 7 Surabaya. Hasil tersebut pada kelompok suporter ultras di Kelurahan
menunjukkan banyak siswa (84,2%) yang Bukit sangkal palembang dalam penelitian ini
memiliki perilaku konform. Sebagian besar diterima. yaitu ada hubungan yang sangat
siswa (64%) mempunyai tingkat konformitas signifikan antara konformitas dengan
yang tinggi terhadap kelompok sosialnya. Hal perilaku agresi pada kelompok suporter ultras
ini menunjukkan tekanan dari kelompok di Kelurahan Bukit sangkal palembang.
dapat meningkatkan konformitas pada
DAFTAR PUSTAKA
anggota kelompoknya yang sering terwujud
dalam bentuk anggota perilaku agresi Anantasari. (2006). Menyikapi Perilaku
sebagai kesolidaritasan dan kepatuhan Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisus

terhadap kelompok. Anggota-anggota Anggraraningtyas, Y., Lilik, S., & Nugroho,


suporter yang memiliki kesolidarisan dan A.A. (2011). Hubungan Antara Koping
kepatuhan yang tinggi akan membantu Stres Dan Perilaku Agresi Pada
teman-teman dari kelompok yang sedang Remaja Yang Dimodernisasi Oleh
berkelahi dan saat ada perintah untuk Konformitas Teman Sebaya Pada
menyerang suporter lain maka akan langsung Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4
melakukannya. Sikap kekompakan antara Boyolali. Artikel Penelitian psikologi.
anggota juga menjadi pemicu terjadinya

130 Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133


Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Psikologi Universitas Negeri Surabaya.
Edisi 2. Yogjakarta: Pustaka Vol. 1. No. 02.
Pelajar.(2012).Tes Prestasi Fungsi Dan
Fauziah, S. (2012). Pengaruh Trait
Pengembangan Pengukuran Prestasi
Kepribadian Big-Five Dan
Belajar.Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Baron, RA., Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Agresivitas Anak Punk Di
Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta: Jabodetabek (Skripsi, tidak
Erlangga. diterbitkan). Fakultas Psikologi Uin
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Bushman, B. J. & Anderson, C. A. (2001). Is It
Time to Pull The Plug on the Hostile Febriani, A.S. (2012). Hubungan Antara
Versus Instrumental Aggression Konformitas Dengan Perilaku
Dicthonomy. Journal of Psichology. Konsumtif Pada Remaja Putri Kelas
A.P.A: Vol. 108. No. 273. XI di SMA Bina Warga 2 Palembang
( skripsi, tidak diterbitkan). Fakultas
Buss. A. H. & Perry, M. (1992). The
Psikologi Universitas Bina Darma
Aggression Questionnaire. Journal of
Palembang. Gunawan (2013). Statistik
Personality and Social Psychology.
Untuk Penelitian Pendidikan.
Vol 63. No. 3, 452-459. American
Yogjakarta: Parama Publishing.
Psychological association
Guswani. A. M. & Kawuryan. F. (2011).
Cialdini, R B & Goldstein, Noah J. 2004.
Perilaku Agresi Pada Mahasiswa
Social Influence : Compliance and
Ditinjau Dari Kematangan Emosi.
Conformity.Annual review of
Jurnal Psikologi. Vol. 1. No. 02.
psychology 55 proQuest p 591.
Harsanti, I. ( 2009). Faktor-faktor
Dayaksini, T., Hudaniah. (2003). Psikologi
Organisasional Sebagai Pencetus
Sosial. Malang : UMM Press.
Kecenderungan Agresi di Tempat
Eagly, A. H. & Steffen, V. J. (1986). Kerja. Vol. 36. No. 2.
Gender and Aggressive Behavior :A
Krahe, B. (2005) . Perilaku Agresif.
MetaAnalitic Review of the Social
Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Psychological literature. Journal of
Psychology. Vol. 100. No. 3. Kulsum, U. & Jauhar, M. (2014).
Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta:
Fardhani. P.R. & Izzati. U.A. (2013).
Prestasi Pustaka.
Hubungan Antara Konformitas Dan
Perilaku Konsumtif Pada Remaja Kurnia, R., Hardjajani, T., & Nugroho, A.
(Studi Pada Siswa Kelas Xi Sma N. (2009). Hubungan Antara Konsep
Trimurti Surabaya). Jurnal penelitian Diri Dan Kecerdasan Emosi Dengan

131
Agresivitas Pada Siswa Kelas XI MAN Universitas Katolik Soegijapranata,
Klateng. Jurnal Penelitian Psikologi. Semarang.

Kusumo, N. (2007). Agresivitas Remaja Megawati, N. (2014). Hubungan antara


Ditinjau dari Perilaku konformitas dengan perilaku agresi pada
MinumMinuman keras (Skripsi, tidak komunitas punk di kota Malang.
diterbitkan). Fakultas Psikologi Jurnal psikologi. Universitas
Brawijaya.

Myers, D. G., (2005). Social Psychology. New Perilaku Agresi Remaja (Skripsi, tidak
York : McGraw Hill, Higher Education. diterbitkan). Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor, Jawa barat.
Nando.(2011). Hubungan Antara Perilaku
Menonton Film Kekerasan Dengan
Nisfiannoor, M. Yulianti, E. (2005). Sears, D. O., Freedman, J.L., Peplau, L.
Perbandingan Perilaku Agresif Antara A. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Ke-
Remaja Yang Berasal Dari Keluarga 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Yang Bercerai Dengan Keluarga Utuh.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Jurnal Psikologi. Universitas
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Tarumanegara, Jakarta.
Bandung: Alfabeta.
Pahlavan, F., Amirezzvani, A., O’Connor,
-----------. (2013). Metode Penelitian
D.B. (2012). Validation and
Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif
Application of the French Version of
Kualitatif Dan R&D. Bandung:
the Aggressive Provocation
Alfabeta.
Questionnaire: Gender and Age
Differences in Aggression. Journal of Sujarwo, S. (2013). Diktat Kuliah Dan
Psychology. Vol. 3. No. 12. Praktikum Aplikasi Komputer SPSS.
Palembang: Fakultas Psikologi
Putri, K.R.A. (2013). Hubungan Antara
Universitas Bina Darma.
Identitas Sosial Dan Konformitas
Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter Taylor, S.E., Peplau, L.A & Sears, D.O.
Sepakbola Persisam Putra Samarindah. (2009). Psikologi Sosial Edisi XII.
eJurnal Psikologi. Vol. 1 . No. 3. Jakarta: Kencana diakses dari :
http://nie2608.blogspot.com/2014
Sarwono. W. S. (2005). Psikologi Sosial:
/02/konformitas.html
psikologi kelompok dan psikologi
terapan. Jakarta: Balai Pustaka. Utomo. H. & Warsito . H. (2012). Hubungan
Antara Frustasi Dan Konformitas
Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter

132 Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133


Bonek Persebaya. Jurnal Penelitian
Psikologi . Vol. 1 . No. 2.

Vintaro, F., Brendgen, M., & Barker, E.


D. (2006). Subtypes Of Agressive
Behavior: A Developmental
Perspective. International Journal Of
Behavioral Development. University of
Montreal, canada. Vol. 30. No. 01.

Widyastuti, Y. (2014). Psikologi sosial.


Yogyakarta : Graha Ilmu. Wilujeng, P.
& Budiani. M. S.(2012). Pengaruh
Konformitas Pada Geng Remaja
Terhadap Perilaku Agresi di SMK
PGRI 7 Surabaya. Jurnal penelitian
psikologi. Universitas Negeri Surabaya.

133

Anda mungkin juga menyukai