ABSTRACT : This study aimed to determine the relationship between conformity with
behavior of aggression at supporters ultras group in Bukit Sangkal Palembang. Methods of data
analysis using simple regression correlation techniques. The results showed there was a
significant relationship between conformity with behavior of aggression at supporters ultras
groups in Bukit Sangkal Palembang. That relationship is the show of the correlation coefficient
r = 0.482 with a significance value (p) = 0.000 or in other words p <0.01.. The value of
donations conformity to aggressive behavior was 23,2%. The conclusion of this study is
that there was a significant relationship between conformity and behavior aggression in
supporters ultras groups in Bukit sangkal Palembang.
Keywords: Behavior Aggression, Conformity
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan
perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit Sangkal Palembang. Subjek
penelitian ini adalah anggota suporter dari korwil ultras Palembang, alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku agresi dan skala konformitas. Metode
analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Regresi sederhana. Hasil penelitian
menunjukan ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi
pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal Palembang. Hubungan tersebut di
tunjukan dari nilai koefisien korelasi r = 0,482 dengan nilai signifikansi (p) = 0,000 atau dengan
kata lain p < 0,01. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara
konformitas dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal
Palembang. Besarnya nilai sumbangan konformitas terhadap perilaku agresi adalah 23,2 %.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas
dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal Palembang
Kata Kunci: Perilaku Agresi, Konformitas
PENDAHULUAN
Sriwijaya FC adalah klub sepakbola nasional pertama yang mampu menjuari dua
nasional yang berasal dari kota pempek yaitu kompetisi nasional sekaligus dalam satu
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Klub musim. Klub Sriwijaya FC dapat menjadi
Sriwijaya FC berdiri pada tahun 2005 dan tim besar seperti sekarang tidak terlepas
bermarkas di stadion Gelora Sriwijaya yang dari peran manager klub, official, sponsor,
berada di jakabaring yang memiliki kapasitas dan yang lebih penting yaitu suporter yang
stadion 50.000 penonton. Pada tahun 2006 selalu Jurnal Fakultas Psikologi Universitas
,Sriwijaya FC mampu mejuarai dua kompetisi Bina Darma Palembang 2015 setia menonton
nasional sekaligus dalam satu tahun yaitu ISL dan mendukung klub ini. Suporter ultras
(Indonesia Super Liga) dan Piala Copa adalah kelompok sosial pendukung tim
Indonesia yang disebut dengan Double sepakbola Sriwijaya FC yang berdiri tahun
Winner dan mencatatkan Rekor sebagai tim 2013 dan merupakan cabang dari suporter
123
didalam visi dan misi kelompok suporter dan Jauhar (2014), yang mengatakan suatu
Sriwijaya mania sebagai induk kelompok jenis pengaruh sosial dimana individu
suporter. Jadi dapat dikatakan bahwa mengubah sikap dan tingkah laku mereka
kelompok ini telah melanggar aturan yang agar sesuai dengan norma sosial yang ada
telah ditetapkan oleh kelompok induk merupakan pengertian dari konformitas.
suporter sehingga dapat dikatakan sebagai Dayaksini & Hudaniah (2003) menyebutkan
kelompok yang menyimpang. Tindakan bahwa salah satu faktor penyebab perilaku
tindakan yang dilakukan suporter tergolong agresi adalah kekuasaan dan kepatuhan.
dalam perilaku agresi, menurut Aronson Kepatuhan merupakan salah satu aspek dari
(Kulsum & Jauhar, 2014), agresi adalah konformitas yang memiliki pengertian
tingkah laku yang dijalankan oleh individu tekanan atau tuntutan yang membuat
dengan maksud melukai atau mencelakakan seseorang individu rela melakukan tindakan
individu lain. Disamping itu, menurut walaupun individu tersebut tidak
Atkinson dkk. (Kulsum & Jauhar, 2014), menginginkannya Sears, dkk (2005).
agresi adalah tingkah laku yang diharapkan Menurut Sears, dkk (2005), konformitas
untuk merugikan orang lain, berperilaku merupakan suatu situasi dimana seseorang
yang dimaksud untuk melukai orang lain menyesuaikan dirinya dengan keadaan
(baik secara fisik atau verbal) atau merusak didalam kelompok sosialnya karena individu
harta benda. Tindakan-tindakan perusakan merasa ada tuntutan, tekanan, atau desakan
yang dilakukan oleh kelompok ini disebabkan untuk menyesuaikan diri. Sarwono (2005)
oleh hilangnya kewaspadaan diri dan menyatakan bahwa konformitas sebagai
penangkapan evaluasi, terjadi dalam situasi bentuk perilaku sama dengan orang lain
kelompok yang mendukung respons yang didorong oleh keinginan sendiri.
terhadap norma kelompok, baik atau buruk Konformitas dapat terlihat dengan adanya
atau yang disebut dengan deindividualisasi, perubahan dari perilaku atau keyakinan yang
Widyastuti (2014). Baron dan Byrne (2005) disebabkan adanya tekanan dari kelompok.
mengungkapkan bahwa salah satu aspek Baron & Bryne (2005) mengemukakan
yang menyebabkan seseorang melakukan konformitas memiliki ciriciri antara lain: a)
perilaku agresi adalah dikarenakan adanya kesepakatan (pengaruh sosial yamg meliputi
daya tarik in-group yang akan permintaan langsung dari seseorang kepada
mengakibatkan individu merasa memiliki orang lain), b) kepatuhan (pengaruh sosial
kesamaan dengan sesama anggota kelompok dimana seseorang memerintahkan untuk
(ingroup) dan cenderung melihat berbeda melakukan beberapa tindakan) , c)
terhadap anggota kelompok lain (outgroup). indoktrinasi (menerima aturan-aturan dari
Kesamaan yang dimiliki meliputi sikap, kelompok tanpa banyak bertanya agar dapat
kepercayaan, nilai, perasaan, norma dan menjadi anggota), d) norma sosial (aturan-
gaya bicara. Hal ini diperkuat oleh Kulsum aturan bagaimana individu seharusnya
125
tidak ikut mereka langsung dikucilkan dan 2. METODE PENELITIAN
tidak diterima lagi sebagai anggota suporter
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri
ultras.
dari variabel terikat yaitu perilaku agresi dan
Anggota-anggota suporter ultras selalu variabel bebas yaitu konformitas Perilaku
menjaga solidaritas agar mereka agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh
selalumendapatkan penerimaan dari suporter ultras Palembang dengan tujuan
kelompok serta memiliki pandangan dan untuk menyakiti Orang lain baik secara
perilaku yang sama dengan nilai nilai dalam fisik, verbal ataupun nonverbal seperti
kelompok tersebut. Mereka melakukan apa pemukulan, pelemparan, penginaan, berkata
saja yang dilakukan oleh kelompok walau kasar serta merusak atribut-atribut umum.
mereka tahu bahwa itu perilaku yang buruk Perilaku ini akan diukur dengan skala yang
seperti berkelahi, mencoret coret dinding, dibuat oleh peneliti yang mengacu pada
membuat kerusuhan dll, itu dilakukan agar aspek-aspek perilaku agresi dari Medinus
mereka dapat diakui dalam kelompok. Akibat dan Johnson (Dayaksini & Hudaniah, 2003),
tindakan mereka yang selalu mengikuti dan yaitu : menyerang fisik, menyerang secara
menyamakan perilaku agar sama dengan verbal atau simbolis,menyerang suatu objek,
norma dan dapat diterima dalam pelanggaran terhadap hak milik atau
kelompoknya (konformitas) seringkali menyerang daerah orang lain. Konformitas
menyebabkan mereka melakukan perbuatan adalah tingkah laku dari suporter ultras
yang menyimpang dan tidak sesuai dengan Palembang yang memiliki kencenderungan
norma dimasyarakat seperti tindakan untuk menyesuaikan diri dengan perilaku
tindakan agresi yang merugikan orang lain. didalam kelompok karena adanya tekanan
Fenomena yang sudah dijelaskan diatas atau desakan dari kelompok maupun dari
maka peneliti tertarik untuk menghubungkan keinginan sendiri. Perilaku konformitas ini
antara konformitas dengan perilaku agresi akan diukur dengan skala yang dibuat
pada kelompok supoter ultras di Bukit peneliti mengacu pada aspek-aspek
Sangkal Palembang dan membuktikan konformitas dari Sears, dkk (2005) yakni
adanya hubungan antara konformitas dengan kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan.
perilaku agresi pada kelompok supoter ultas Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
di Bukit Sangkal Palembang. Berdasarkan penelitian adalah suporter Ultras di KCH RT
fenomena yang dijelaskan diatas peneliti X RW X Kelurahan Bukit Sangkal
terdorong untuk membuktikan secara Palembang. Jumlah anggota suporter ultras
empirik dengan mengadakan penelitian yang berada di kelurahan bukit sangkal
dengan judul “hubungan antara konformitas bejumlah 140 orang. Dari 140 orang dengan
dengan perilaku agresi pada kelompok mengacu pada tabel penentuan jumlah
suporter ultras di Bukit Sangkal Palembang”. sampel dari populasi tertentu yang
127
berperilaku yang mrugikan orang lain seperti adalah mencoretcoret dinding dengan
melukai orang lain (baik secara fisik atau menuliskan kata Ultras yang
verbal) atau merusak harta benda. Senada mengindentifikasikan identitas dari kelompok
dengan itu Baron dan Bryne (2005) mereka dan menulikan kata-kata menghina
mengatakan agresi adalah tingkah laku kelompok suporter lain. Perilaku anggota
individu yang ditujukan untuk melukai dan ultras Palembang ini sesuai dengan
mecelakakan individu lain yang tidak karakteristik perilaku agresi menurut
menginginkan datangnya tingkah laku Anantasari (2006), ciri-ciri perilaku agresi
tersebut. Kategorisasi perilaku agresi sebagai berikut: 1) perilaku menyerang suatu
menunjukkan dari 100 orang anggota perilaku untuk menyakiti hati, atau merusak
suporter ultras Palembang yang dijadikan barang orang lain, dan secara sosial tidak
subjek penelitian, terdapat 54 orang atau dapat diterima, 2) perilaku menyakiti atau
54% yang memiliki memiliki perilaku merusak diri sendiri, orang lain, atau objek-
agresi yang tinggi dan 46 orang atau 46% objek penggantinya, 3) perilaku yang
anggota yang memiliki perilaku agresi yang melanggar norma sosial, 4) sikap bermusuhan
rendah.Tingginya perilaku agresi anggota terhadap orang lain. Dengan demikian dapat
suporter ultras Palembang terlihat dari disimpulkan bahwa perilaku agresi pada
anggota suporter ultras yang banyak kelompok suporter ultras palembang
melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang kecenderungan cukup tinggi, seperti yang di
dilakukan baik saat mereka menonton bola di peroleh dari hasil analisis data yang
stadion maupun saat mereka berkumpul menunjukkan dari 100 anggota terdapat 54
diluar. Tindakan kekerasan yang dilakukan anggota suporter atau (54%) melakukan
anggota suporter ultras disebabkan oleh perilaku agresi sedangkan sisanya yang 46%
beberapa faktor antara lain kekecewaan saat hanya ikut-ikut saja seperti saling ejek,
tim Sriwijaya Fc kalah dalam pertandingan coret-coret dinding dan sangat jarang
maka sering terjadi amukan dari suporter melakukan kekerasan fisik . Hasil penelitian
sehingga terjadilah tawuran antar suporter, dari Wijayati (2009) dengan judul hubungaan
aksi saling hina, saling lempar serta antara konformitas kelompok dengan
perusakan atribut stadion. Tingginya kecenderungan agresi pada kelompok balap
kesolidaritasan antara sesama anggotanya liar dapat ditarik kesimpulan interaksi sosial
juga menjadi penyebab terjadinya tindakan- dalam kelompok akan menimbulkan perasaan
tindakan agresi sehingga saat ada salah satu perasaan untuk tidak ingin berbeda dari yang
anggota yang bentrok maka seluruh anggota lain, sekaligus agar dianggap sebagai bagian
yang lain akan ikut membantu akibatnya dari kelompok tersebut. Terkadang dari
yang terjadi adalah bentrokan antar perasaan tersebut, muncul tingkah laku
kelompok. Serta perusakan-perusakan yang seseorang yang cenderung mengikuti norma
mereka lakukan saat mereka berkumpul - norma kelompok untuk menyesuaikan
129
yaitu jika orang lain dalam kelompok perilaku agresi ini seperti mereka selalu
mengambil keputusan yang dirasa benar, kompak saat ada pertandingan Sriwijaya fc
maka akan ikut serta agar dianggap benar, d) saat mereka menghina suporter lain maka
konsekuensi kognitif yaitu kebanyakan mereka secara serentak menghina dengan
individu yang berpikir melakukan cara menyanyikan lagu-lagu dengan unsur-
konformitas adalah konsekuensi kognitif unsur menghina. Serta mereka selalu taat
akan keanggotaan mereka terhadap pada ketua kelompok suporter sehingga saat
kelompok dan lingkungan dimana mereka ketua menyuruh untuk melempar benda
berada. Dengan demikian dapat disimpulkan kelapangan atau keorang lain maka
anggota-anggota kelompok suporter ultras anggotaanggota akan langsung melakukanya
Palembang memiliki kecenderungan karena saat anggota tidak mengikuti
konformitas yang tinggi seperti yang di biasanya mereka langsung diusir terkadang
peroleh dari hasil analisis data yang ada yang sampai dipukuli oleh sesama
menunjukkan dari 100 anggota terdapat 83 anggota suporter juga biasnya itu terjadi
anggota (83%) memiliki konformitas yang karena anggota tersebut protes dengan ketua.
tinggi. Adapun hasil penelitian yang Berdasarkan uraian dan hasil analisis data,
dilakukan Wilujeng dan Budiani (2012) peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang
dengan judul pengaruh konformitas pada diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan
geng remaja terhadap perilaku agresi di SMK antara konformitas dengan perilaku agresi
PGRI 7 Surabaya. Hasil tersebut pada kelompok suporter ultras di Kelurahan
menunjukkan banyak siswa (84,2%) yang Bukit sangkal palembang dalam penelitian ini
memiliki perilaku konform. Sebagian besar diterima. yaitu ada hubungan yang sangat
siswa (64%) mempunyai tingkat konformitas signifikan antara konformitas dengan
yang tinggi terhadap kelompok sosialnya. Hal perilaku agresi pada kelompok suporter ultras
ini menunjukkan tekanan dari kelompok di Kelurahan Bukit sangkal palembang.
dapat meningkatkan konformitas pada
DAFTAR PUSTAKA
anggota kelompoknya yang sering terwujud
dalam bentuk anggota perilaku agresi Anantasari. (2006). Menyikapi Perilaku
sebagai kesolidaritasan dan kepatuhan Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisus
131
Agresivitas Pada Siswa Kelas XI MAN Universitas Katolik Soegijapranata,
Klateng. Jurnal Penelitian Psikologi. Semarang.
Myers, D. G., (2005). Social Psychology. New Perilaku Agresi Remaja (Skripsi, tidak
York : McGraw Hill, Higher Education. diterbitkan). Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor, Jawa barat.
Nando.(2011). Hubungan Antara Perilaku
Menonton Film Kekerasan Dengan
Nisfiannoor, M. Yulianti, E. (2005). Sears, D. O., Freedman, J.L., Peplau, L.
Perbandingan Perilaku Agresif Antara A. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Ke-
Remaja Yang Berasal Dari Keluarga 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Yang Bercerai Dengan Keluarga Utuh.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Jurnal Psikologi. Universitas
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Tarumanegara, Jakarta.
Bandung: Alfabeta.
Pahlavan, F., Amirezzvani, A., O’Connor,
-----------. (2013). Metode Penelitian
D.B. (2012). Validation and
Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif
Application of the French Version of
Kualitatif Dan R&D. Bandung:
the Aggressive Provocation
Alfabeta.
Questionnaire: Gender and Age
Differences in Aggression. Journal of Sujarwo, S. (2013). Diktat Kuliah Dan
Psychology. Vol. 3. No. 12. Praktikum Aplikasi Komputer SPSS.
Palembang: Fakultas Psikologi
Putri, K.R.A. (2013). Hubungan Antara
Universitas Bina Darma.
Identitas Sosial Dan Konformitas
Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter Taylor, S.E., Peplau, L.A & Sears, D.O.
Sepakbola Persisam Putra Samarindah. (2009). Psikologi Sosial Edisi XII.
eJurnal Psikologi. Vol. 1 . No. 3. Jakarta: Kencana diakses dari :
http://nie2608.blogspot.com/2014
Sarwono. W. S. (2005). Psikologi Sosial:
/02/konformitas.html
psikologi kelompok dan psikologi
terapan. Jakarta: Balai Pustaka. Utomo. H. & Warsito . H. (2012). Hubungan
Antara Frustasi Dan Konformitas
Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter
133