Masitah
Irna Minauli
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrol diri daniklim sekolah dengan perilaku
bullying siswa SMP. Subjek penelitian berjumlah 96 orang siswa SMPSwasta Budi Agung Medan,
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel random sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku bullying siswa
SMP, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara iklim sekolah dengan perilaku bullying siswa
SMP, serta terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dan iklim sekolah dengan
perilaku bullying siswa SMP. Hasil ini ditunjukkan dengan F= 58,797 dan p < 0,05. Ini menandakan
bahwa semakin tinggi kontrol diri dan semakin positif iklim sekolah maka semakin rendahperilaku
bullying.Sebaliknya semakin rendah kontrol diri dan semakin negatif iklim sekolah maka semakin
tinggiperilaku bullying.Kontrol dirimemberikan kontribusi terhadap perilaku bullyingsebesar 48,3%
dan iklim sekolahmemberikan kontribusi terhadap perilaku bullyingsebesar 32,1%. Kontribusikontrol
diri dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying sebesar 55,8%, hal ini berarti masih terdapat 44,2%
faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku bullying.
lingkungan sekolah. Apabila hal ini terjadi, melakukannya, emosi sesaat, melampiaskan
sekolah jadi tempat yang tidak menyenangkan, amarah, sulit untuk diperintah, membela
bahkan menakutkan (Argiati, 2010). teman, hanya untuk kepuasan, terpengaruh
Seperti kasus yang baru-baru ini oleh teman sekelas, perilakunya
diberitakan di media tentang bullying. menjengkelkan, sakit hati, membela diri, hobi,
Peristiwa bullying terjadi dalam bentuk bakat yang terpendam, asyik lagi booming, biar
perploncoan di SMA Don Bosco Pondok Indah tidak diremehkan orang lain, menguji mental,
Jakarta Selatan, penganiayaan dan pelecehan menjadi orang yang ditakuti, balas dendam,
diduga dilakukan tujuh siswa kelas XII. Siswa serta salah faham.
yang menjadi korban mengaku dipukuli dan Pada umumnya pelaku melakukan
disundut rokok oleh kakak kelasnya, (Tempo, tindakan kekerasan dan bullying dikarenakan
2012). Kasus ini merupakan bagian faktor merasa tertekan, terhina, dendam dan
bullying yang berbentuk senioritas dan sebagainya.Bullying disebabkan oleh korban
dijadikan tradisi sekolah. lingkungan yang dapat membentuk
Dari penelitian yang dilakukan oleh tim kepribadian yang agresif dan kurang mampu
penelitian payung skripsi bullying (2004, 2005, mengendalikan emosi misalnya lingkungan
2008) dari Fakultas Psikologi Universitas rumah, keluarga yang tidak harmonis, atau
Indonesia, menemukan bahwa dari 563 siswa sering terjadi tindak kekerasan yangdilakukan
SMA di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, orangtua terhadap anaknya. Setiap perilaku
67,9% dari responden mengakui terjadi agresif apapun bentuknya, pasti memberikan
bullying di sekolahnya. Hasil studi pendahuluan dampak buruk bagi korbannya.
yang dilakukan di SMPN 9 Bandung Espelage, dkk (dalam Andri, 2006)
memperlihatkan adanya kasus bullying yang mengungkapkan bahwa agresi bullying
terjadi dikalangan siswa. Kasus bullying yang sebetulnya dilakukan oleh si pelaku untuk
terjadi dalam bentuk ejek-ejekan nama menutupi beberapa kelemahan yang
orangtua, nama panggilan, menyebar gosip dimilikinya.Menurut Dewey (dalam Argiati,
melalui jejaring sosial, menginjak kaki dengan 2010) siswa berperilaku bullying karena
sengaja, perploncoan dengan teman, aksi memiliki keinginan kuat untuk diterima di
senioritas dan bahkan perkelahian antar siswa lingkungan kelompok bermainnya sebagai
(Saripah, 2010). bukti bahwa mereka cukup menarik bagi
Beberapa fenomena bullying juga terjadi lingkungannya.
di sekolah-sekolah menengah pertama di Banyak faktor yang menyebabkan siswa
Medan.Dari hasil penelitian diketahui bahwa melakukan tindakan bullying,baik faktor
dari 214 siswa di kecamatan Medan Petisah internal maupun eksternal.Salah satu sebab
dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan siswa melakukan bullying yaitu rendahnya
depresi pada masing-masing kategori kontrol diri pada siswa.Individu dengan
bullying.Delapan puluh tiga orang kontrol diri yang rendah memiliki
dikategorikan sebagai pelaku bullying (bully), kecenderungan menjadi impulsif, senang
63 orang sebagai korban (victim), 68 orang melakukan perbuatan yang berisiko, dan
sebagai bully-victim (pelaku dan berpikiran sempit.Menurut Chaplin (2008)
korban).Sebanyak 186 orang tergolong neutral kontrol diri adalah kemampuan untuk
(melakukan atau mengalami bullying dua menekan atau merintangi tingkah laku
sampai tiga kali dalam beberapa bulan impulsif. Pada dasarnya, setiap individu
terakhir), (Pandiangan, 2012). memiliki suatu mekanisme yang dapat
Menurut ketua Komnas Perlindungan membantu mengatur dan mengarahkan
Anak, Aris Merdeka Sirait (detikcom, 2012) perilaku yang disebut kontrol diri.
setiap tahun mendata kasus bullying, saat ini Sementara itu, Suyasa (dalam
rekor masih dipegang tahun 2011.“Tahun 2011 Djuwariyah, 2011) mengatakan kontrol diri
ada 139 kasus bullying di lingkungan sekolah.” adalah kemampuan individu untuk menahan
Penelitian yang dilakukan oleh keinginan yang bertentangan dengan tingkah
Mahardayani (2010) menemukan bahwa kasus laku yang sesuai dengan norma sosial yang
bullying antarsiswa di sekolah bisa terjadi berlaku. Sebagai salah satu sifat kepribadian,
disebabkan emosi karena teman mengejek kontrol diri pada satu individu dengan individu
duluan, teman saya menyebalkan, anak yang lain tidaklah sama. Ada individu memiliki
tersebut nakal dan mengajak berantem, senang
69
Jurnal Analitika, Vol. VI Nomor 2, Desember 2014
kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang yang terlalu banyak dalam satu kelas juga
memiliki kontrol diri yang rendah. dapat memicu timbulnya bullying dikalangan
Siswa yang memiliki kontrol diri yang siswaElliot, Withney, dan Smith (dalam
tinggi akan mampu mengarahkan dan Saripah, 2009).
mengatur perilakunya secara positif, berusaha Menurut National Youth Violence
mencari informasi sebelum mengambil Prevention Reseource Center (dalam Saripah,
keputusan, serta mempertimbangkan 2009) menyebutkan iklim sekolah yang tidak
konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga kondusif sangat mempengaruhi terjadinya
menghindari untuk melakukan tindakan bullying di sekolah. Kurangnya pengawasan
kekerasan terhadap temannya di sekolah. orang dewasa atau guru saat jam istirahat,
Sebaliknya siswa yang memiliki kontrol diri ketidakpedulian siswa terhadap perilaku
yang rendah kurang mampu mengarahkan dan bullying, serta penerapan anti bullying yang
mengatur perilakunya secara positif dan tidak tidak konsisten merupakan kondisi-kondisi
mempertimbangkan konsekuensi yang yang menumbuhsuburkan terjadinya bullying.
mungkin dihadapi dari perilaku yang dilakukan Pengalaman siswa selama berada di
sehingga cenderung bertindak agresif, mudah sekolah merupakan satu hal fundamental
marah, dan tidak dapat menghindari untuk dalam kesuksesan transisinya menjadi orang
melakukan tindakan kekerasan terhadap dewasa.Sekolah tempat anak menanamkan
temannya. kemampuan-kemampuan interpersonal,
Selain faktor internal yaitu kontrol diri, menemukan dan menyaring kekuatan dan
dapat diketahui bahwa faktor eksternal juga memperjuangkan atas kemungkinan-
mempengaruhi timbulnya perilaku bullying kemungkinan sesuatu yang melukai
pada siswa, salah satunya adalah suasana mereka.Sehingga seharusnya sekolah
sekolah atau iklim sekolah. Iklim sekolah menyediakan suatu lingkungan yang aman bagi
merupakan suasana yang aman nyaman, yang siswa berkembang secara akademis, hubungan,
membuat seluruh warga sekolah merasa emosional dan perilaku (Wilsondalam
berharga, tercipta rasa memiliki segala sesuatu Magfirah, 2009).
yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Iklim Hasil studi pendahuluan menunjukkan
sekolah menyangkut atmosfer, perasaan, ada hubungan negatif yang sangat signifikan
lingkungan keseluruhan secara sosial dan antara iklim sekolah dengan kecenderungan
emosional. Faktor yang mempengaruhi iklim Perilaku bullying.Semakin positif iklim sekolah,
sekolah adalah hubungan atau keterikatan semakin rendah kecendrungan perilaku
warga sekolah, interaksi antar warga sekolah, bullying, sebaliknya semakin negatif iklim
rasa saling mempercayai, saling menghargai sekolah semakin tinggi kecenderungan
antar warga sekolah, apabila keadaan faktor- perilaku bullying (Magfirah, 2009).
faktor tersebut baik maka iklim sekolah Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa
semakin positif (Aqib, 2011). bullying menimbulkan berbagai konsekuensi
Ehan (2010) mengatakan lingkungan negatif. Peneliti melihat adanya fenomena
sekolah juga menjadi penyebab siswa perilaku bullying juga terjadi di lingkungan
melakukan bullying. Terjadinya bullying di sekolah SMP Swasta Budi Agung
sekolah dikarenakan banyak hal, misalnya guru Medan.terdapat siswa-siswa yang sering
yang berbuat kasar kepada siswa, proses berperilaku bullying dengan memberikan
belajar belajar yang kurang menyenangkan, julukan, hinaan, mengejek, menggosip,
peraturan dan kebijakan yang kurang menjauhi teman, memalak, mengancam
konsisten, guru yang kurang memperhatikan bahkan sampai dengan agresi fisik seperti
kondisi anak dalam sosial ekonomi, prestasi memukul. Adapun bentuk perilaku yang sangat
siswa atau perilaku sehari-hari siswa di kelas menonjol pada siswa SMP Swasta Budi Agung
atau di luar kelas dalam bergaul dan Medan adalah mengejek, memberi julukan,
berinteraksi dengan teman-temannya. mengancam yang mengakibatkan korbannya
Secara konseptual, bullying cenderung menangis, merasa takut datang kesekolah dan
terjadi di sekolah yang kurang memiliki kurang konsentrasi dalam belajar.
pengawasan, longgar dalam menerapkan Bentuk perilaku bullying yang dilakukan
aturan serta pihak-pihak pemegang otoritas oleh siswa SMP Swasta Budi Agung Medan
tidak memiliki sikap dan pandangan tegas menunjukkan bahwa para siswa memiliki
terhadap bullying. Disamping itu, jumlah siswa kontrol diri yang rendah yang dapat dilihat
70
Jurnal Analitika, Vol. VI Nomor 2, Desember 2014
dari mudahnya siswa terpengaruh dan tidak relationships, institusional environment yang
dapat mengontrol emosi dari situasi yang tidak dijadikan aspek-aspek pengukuran iklim
baik dikarenakan kurang memahami akibat sekolah yang dikemukakan Cohen, dkk
dari perilaku negatif yang dilakukannya. ( 2009). Setelah melalui uji coba, skala ini
Perilaku bullying juga semakin sering terdiri dari 29 aitem dengan harga kritik rix
dilakukan oleh siswa dikarenakan masih ≥ 0.3, kisaran koefisien korelasi rix = 0.308
kurangnya dukungan dari iklim sekolah, sampai dengan rix = 0.539 dan koefisien
seperti peraturan yang dijalankan kurang reliabilitas alpha sebesar 0.827.
konsisten, masih ada guru yang kurang Penyusunan ketiga skala di atas dibuat dalam
memperhatikan keadaan siswa, dan belum bentuk skala Likert yang terdiri dari
adanya kerjasama antara guru dan siswa dalam pernyataan dengan empat pilihan jawaban
menetapkan aturan mengenai kekerasan di yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai
sekolah.Melihat pemaparan diatas peneliti (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
merasa tertarik untuk mengetahui apakah ada
hubungan kontrol diri dan iklim sekolah HASIL PENELITIAN
dengan perilaku bullying pada siswa SMP Uji hipotesis diarahkan untuk menguji
Swasta Budi Agung Medan. ketiga hipotesis yang ada dalam penelitian ini.
1) Hipotesis Pertama
METODE PENELITIAN Hipotesa pertama dalam penelitian ini
Desain penelitian yang digunakan dalam berbunyi: ada hubungan negatif antara
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif kontrol diri dengan perilaku bullying,
dengan metode korelasional.Subjek penelitian asumsinya bahwa semakin tinggi kontrol
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan diri siswa maka semakin rendah perilaku
VIII yang dikategorikan sebagai pelaku bullying bullyingnya.Kebenaran hipotesa pertama
di sekolah SMP Swasta Budi Agung Medan ini diperoleh melalui proses uji korelasi
sebanyak 134 siswa dan dipilih sebagai dengan menggunakan Pearson Product
populasi. Sampel pada penelitian ini sebanyak Moment untuk mendapatkan besar dan
96 siswa yang diambil dengan menggunakan arah hubungan antara kedua variabel
teknik random samplingdan sisa dari sampel tersebut. Serta menggunakan uji regresi
digunakan untuk sampel uji coba skala. antara variabel kontrol diri dan variabel
Metode yang digunakan untuk perilaku bullying untuk mendapatkan
mengumpulkan data dalam penelitian ini koefisien determinasi guna mendapatkan
adalah metode skala yang terdiri dari : besarnya kontribusi variabel kontrol diri
1. Skala Perilaku Bullying: disusun dalam menjelaskan perilaku bullying.
berdasarkan jenis-jenis bullying yaitu verbal Keseluruhan perhitungan data dilakukan
bullying, phsyical bullying, relational bullying dengan komputasi program SPSS v17.
dan cyber bullying yang dikemukakan oleh Rangkuman hasil perhitungan dapat
Olweus.Setelah melalui uji coba, skala ini dilihat sebagai berikut:
terdiri dari hasilnya 37 aitem dengan harga Tabel 1.Hasil Analisa Regresi Linier Antara
kritik rix ≥ 0.3,kisaran koefisien korelasi rix= Kontrol DiriDengan Perilaku
0.351 sampai dengan rix = 0.735 dan Bullying
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.921. RX1.Y R2 Sig. (1 tailed) Keterangan
2. Skala Kontrol Diri : disusun dengan meliputi
- 0,483 0,000 Signifikan
aspek kontrol perilaku (behavior control),
0,695
kontrol kognitif (cognitive control), kontrol
keputusan (decisional control) yang
dikemukakan Averill (dalam Utami, 2008). Analisa tabel diatas adalah sebagai
Setelah melalui uji coba, skala ini memiliki berikut:
24 aitem dengan harga kritik rix ≥ a. Besar hubungan antara variabel kontrol diri
0.3,kisaran koefisien korelasi rix = 0.302 dengan perilaku bullying(rx1y) sebesar
sampai dengan rix = 0.711 dan koefisien 0,695 menunjukkan hubungan yang cukup
reliabilitas alpha sebesar 0,812. kuat diantara keduanya.
3. Skala Iklim Sekolah : dikembangkan dari b. Arah hubungan yang negatif (tanda negatif
dimensi-dimensi iklim sekolah yaitu Safety, pada angka 0.695) menunjukkan bahwa
Teaching and learning, interpersonal semakin rendah kontrol diri akan membuat
71
Jurnal Analitika, Vol. VI Nomor 2, Desember 2014
menyatakan bahwa siswa yang memiliki sikap saling menghargai dan lingkungan fisik
keterampilan sosial dapat menahan diri untuk yang baik dapat mengurangi bullying. Begitu
berperilaku bullying, dikarenakan siswa juga dengan kontrol diri yang tinggi pada siswa
mampu untuk mengontrol dirinya dan mampu dapat mengurangi bullying karena siswa yang
menolak untuk melakukan bullying dengan mempunyai kontrol diri yang tinggi
tegas. mempunyai kompetensi sosial yang baik.
Hasil analisa data juga menemukan Pendapat diatas juga didukung oleh
bahwa ada hubungan negatif antara iklim Wiyani (2012) bahwa kontrol diri bahwa
sekolah dengan perilaku bullying. Hal ini individu yang memilikikontrol diri yang tinggi
berarti bahwa semakin negatif iklim sekolah cenderung lebih tenang, ia lebih
maka semakin tinggi perilaku bullying dan mampumenghadapi frustrasi, lebih baik dalam
sebaliknya semakin positif iklim sekolah maka konsentrasi dan dapat nilai yanglebih baik,
semakin rendah perilaku bullying. Temuan ini Sedangkan kegagalan dalam kontrol diri
mendukung hasil penelitian Magfirah (2009) memiliki dampakyang luas pada individu dan
yang menemukan hubungan yang negatif orang lain. Kegagalan dalam kontrol
antara iklim sekolah dan kecendrungan diridihubungkan dengan depresipikiran-
perilaku.Disamping itu, Astuti (2008) juga pikiran obsesif, dan agresi. Iklim sekolah yang
menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab kondusif memberikan jaminan suasana
perilaku bullying adalah situasi sekolah yang kenyamanan dan keamanan baik secara fisik
tidak harmonis atau diskriminatif. maupun secara psikologis pada setiap
Hal ini sejalan dengan pendapat National komponen di sekolah, proses belajar mengajar
Youth Violence Prevention Reseource Center berjalan menyenangkan, komunikasi dan
(dalam Saripah, 2009) yang menyatakan hubungan antar warga sekolah terbina dengan
bahwa salah satu penyebab terjadinya bullying baik dan peraturan dan kebijakan yang
adalah iklim sekolah yang tidak kondusif. konsisten dan ditaati sehingga tercipta kasih
Kurangnya pengawasan orang dewasa atau sayang, perhatian, kepercayaan dan
guru saat jam istirahat, ketidakpedulian siswa kebersamaan dengan demikian siswa terhindar
terhadap perilaku bullying, serta penerapan dari segala praktik bullying. Pendapat di atas
anti bullying yang tidak konsisten merupakan juga didukung oleh Aqib (2011), yaitu iklim
kondisi-kondisi yang menumbuhsuburkan sekolah yang positif dapat mencegah
terjadinya bullying. Hasil penelitian ini sesuai kekerasan di sekolah karena seluruh warga
dengan observasi yang dilakukan peneliti sekolah mempunyai komitmen yang mendalam
bahwasanya perilaku bullying ada terjadi di dalam menciptakan dan menjaga sekolah.
Sekolah Menengah Pertama Swasta Budi Agung Insiden intimidasi dan kekerasan dapat
Medan. Adanya perilaku bullying dilihat dari diselesaikan dengan cepat, efektif, dan
perbandingan mean empirik dan mean pemulihan hubungan antar warga sekolah
hipotetik diperoleh hasil bahwa perilaku cepat dipulihkan.
bullying yang dilakukan oleh siswa berada Berdasarkan hasil analisa data juga
dalam level sedang. diperoleh bahwa kontrol diri dan iklim sekolah
Analisa data penelitian ini menemukan secara serentak memberikan kontribusi
bahwa kontrol diri dan iklim sekolah memiliki sebesar 55.8% dalam menjelaskan perilaku
hubungan negatif dengan perilaku bullying. bullying. Hasil kontribusi yang didapatkan dari
Kedua variabel bebas tersebut secara analisis data menunjukkan bahwa ada faktor
bersama-sama memiliki hubungan dengan lain sebesar 44.2% yang mempengaruhi
perilaku bullying. Penelitian ini menjelaskan bullying selain faktor kontrol diri dan iklim
bahwa kontrol diri dan iklim sekolah yang sekolah. Faktor lain yang mempengaruhi
rendah dapat meningkatkan perilaku bullying. bullying diantaranya pola asuh orang tua,
Hal ini sesuai dengan pendapatOrpinas dan konformitas teman sebaya, perbedaan kelas
Horne (dalam Olweous, 2007) bahwa iklim (ekonomi, agama, gender, etnisitas atau
sekolah dan kontrol diri siswa dapat rasisme), senioritas dan lain-lain, Astuti (dalam
mempengaruhi perilaku bullying pada siswa. Magfirah, 2008).
Iklim sekolah yang positif yang meliputi
pengajaran yang baik, kebijakan dan nilai-nilai
sekolah yang positif, kesadaran akan suatu
masalah, dukungan guru, harapan yang positif,
74
Jurnal Analitika, Vol. VI Nomor 2, Desember 2014
SARAN
1. Saran Metodologis Borba, Michele.2008. Membangun Kecerdasan
a. Bagi peneliti lain yang tertarik Moral.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
melakukan penelitian mengenai kontrol Utama
diri, iklim sekolah dan perilaku bullying Brooks, Jane. 2011. The Process of
sebaiknya mempertimbangkan untuk Parenting.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
mengukur variabel lain yang Caplin, James.P. 2008. Kamus Lengkap
berhubungan dengan perilaku bullying. Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
b. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan Djuwariyah.2011. Hubungan Kontrol Diri Guru
untuk mempertimbangkan metode dengan Intensi Melakukan Kekerasan
kualitatif untuk menjelaskan perilaku Terhadap Siswa.Jurnal Pendidikan Islam.4 ,
bullying secara lebih mendetail. 35-42.
c. Wilayah pengambilan responden Djuwita, RS. Riauskina, II. Sri, R. 2005. Gencet-
penelitian ini hanya terbatas pada lokasi gencetan di Mata Siswa/Siswi Kelas I SMA:
tertentu, untuk penelitian selanjutnya Naskah Kognitif Tentang Arti Skenario,
diharapkan dapat memperluas wilayah dan Dampak Gencet-gencetan. Jurnal
peneltian sehingga dapat memperoleh Psikologi Sosial. 12,1 Fakultas Psikologi
hasil yang lebih representatif dan dapat Universitas Indonesia
digeneralisasikan secara lebih luas. Utami, Fika Ariani dan Sumaryono.2008.
Pembelian Impulsif Ditinjau dari Kontrol
2. Saran Praktis Diri Dan Jenis Kelamin Pada Remaja. Jurnal
a. Penelitian ini menemukan bahwa kontrol Psikologi Proyeksi..3, 1
diri dan iklim sekolah memiliki Ghufron, M. Nur. 2005. Hubungan kontrol diri
hubungan negatif dengan perilaku dan persepsi remaja terhadap Penerapan
bullying. Hal ini berarti bahwa semakin disiplin orangtua dengan Prokrastinasi
rendah kontrol diri dan iklim sekolah, akademik. TesisProgram Pasca Sarjana
maka akan semakin tinggi perilaku Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
bullying pada siswa. Dengan Hadi, S. 2000. Statistik Jilid 2, Yogyakarta: Andi.
memperhatikan adanya hubungan ketiga Hurlock E. B. 1990. Psikologi Perkembangan.
variabel tersebut, maka pihak sekolah Alih Bahasa: Istiwidayati, Soedjarwo.
dapat menciptakan iklim sekolah yang Jakarta: Erlangga.
lebih kondusif bagi para siswa untuk Kim, Jeong.SU. 2006. A Study of Personal and
mengurangi terjadinya perilaku bullying. Environmental faktors Influencing
b. Keterlibatan guru bimbingan konseling Bullying. Disertation, Fakultat Fur
sangat penting untuk memperoleh Psychologik der Luwig-maximilians-
informasi yang akurat mengenai bullying, Universitat Munchen.
sehingga dapat menindaklanjuti dengan Kusuma, Dewi, Tuti Hardjajani, Aditya Nanda
tepat Prhyatma.2011. Hubungan Antara
c. Mengumpulkan informasi mengenai Dukungan Sosial Peer Groupdan Kontrol
bullying di sekolah secara langsung dari Diri dengan Kepatuhan terhadap
para siswa. Peraturan pada Remaja Putri di Pondok
d. Selain itu, pihak sekolah dan wali murid, Pesantren Modern Islam Assalam
dapat bekerjasama untuk melatih siswa Sukoharjo.Jurnal Psikologi, Fakultas
agar memiliki kontrol diri yang baik, Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
sebab kontrol diri yang baik juga akan Magfirah, Ulfah dan Rachmawati.2009.
mengurangi anak dalam melakukan Hubungan Iklim sekolah dengan
perilaku bullying. Kecendrungan Perilaku Bullying.Jurnal,
Fakultas Psikologi dan Ilmu sosial Budaya
DAFTAR PUSTAKA Universitas Islam Indonesia, 1-10.
Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan karakter. Mahardayani, Ihamita Helfi dan Ahyani LM.
Membangun perilaku Positif Anak Bangsa. 2010. Identifikasi Perilaku Bullying Pada
Bandung: Yrama Widya. Remaja di Kabupaten Kudus.
Argiati, Budi. Hafsah.S. 2010.Studi Kasus Masaong, A.K & Tilomi, A.A.
Perilaku Bullying Pada Siswa SMA di Kota 2011.Kepemimpinan Berbasis Multiple
Yogyakarta.Jurnal Penelitian,5, 54:62. Inteligence (Sinergi Kecerdasan Intelektual,
75
Jurnal Analitika, Vol. VI Nomor 2, Desember 2014
76