Pedoman Jejaring Dan Pemantapan Mutu Laboratorium Tuberkulosis
Pedoman Jejaring Dan Pemantapan Mutu Laboratorium Tuberkulosis
542
Ind
p
614.542
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Bina Upaya Kesehatan
Pedoman jejaring dan sistem pemantapan mutu
Laboratorium TB.---- Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2014
ISBN 978-602-235-747-6
1. Judul I. TUBERCULOSIS
II. LABORATORIES
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkerja
sama, khususnya Kelompok Kerja Laboratorium TB dalam menyusun Pedoman
Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium TB ini.
Prro
of. D
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K)
Pembina
Dirjen Bina Upaya Kesehatan
Penanggung Jawab
Direktur Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Dit. BPPM&SK
Dyah Armi Riana
Agus Susanto
Wiwi AmbarwaƟ
Eva Dian KurniawaƟ
SiƟ Mandarini
Dit. PPML
Dyah ErƟ
TN Dinihari
Retno Kusumadewi
Irfan Ediyanto
Pokja Laboratorium TB
Agus Sjahrurrachman
Harini Janiar
Roni Chandra
Desain Cover
Trishanty Rondonuwu KNCV/TBChallenge
SEKRETARIAT
Subdit Bina Pelayanan Mikrobiologi dan Imunologi
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Ditjen Bina Upaya Kesehatan
ii
4 Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium TB
DAFTAR ISI
iv
6 Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium TB
DAFTAR GAMBAR
vi
8 Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium TB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laboratorium Tuberkulosis merupakan bagian dari pelayanan
laboratorium kesehatan yang mempunyai peran penting dalam
mendukung Program Pengendalian Tuberkulosis (P2TB). Peran
ini berkaitan dengan penegakan diagnosis, pemantauan
keberhasilan pengobatan serta penetapan hasil akhir pengobatan
TB, yang dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium yang
menunjukan adanya infeksi Mycobacterium tuberculosis
(konfirmasi bakteriologis).
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
411/Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium Klinik;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1647/Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman Jejaring
Pelayanan Laboratorium Kesehatan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
831/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Reagen Ziehl
Neelsen; dan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1909/Menkes/SK/IX/2011 tentang Laboratorium Rujukan
Tuberkulosis Nasional
D. Ruang Lingkup
Buku ini berisi tentang struktur, komponen, fungsi dan tugasnya
dalam pelaksanaan jejaring sesuai dengan jenjangnya, serta
pelaksanaan pemantapan mutu laboratorium mikroskopis, biakan,
uji kepekaan dan laboratorium biomolekuler TB.
LABORATORIUM INTERMEDIATE/
LABORATORIUM RUJUKAN UJI SILANG 1
2) Tugas :
a) Melakukan pemantapan mutu eksternal (uji
silang dan bimtek/supervisi laboratorium
mikroskopis TB di wilayah kerjanya.
b) Melakukan pengembangan jejaring laboratorium
mikroskopis TB di wilayah kerjanya.
c) Memantau kualitas reagensia yang digunakan di
wilayah kerjanya.
d) Melaporkan pelaksanaan pemantapan mutu
eksternal kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota terkait dan RUS 2.
e) Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk menindaklanjuti hasil
PME.
f) Melakukan penjenjangan laboratorium
mikroskopis TB sesuai dengan kemampuannya
(FLS dan FLM).
g) Melakukan pendataan laboratorium mikroskopis
TB di wilayah kerjanya.
b. Bimbingan Teknis
Bimbingan Teknis atau supervisi adalah kegiatan yang
sistematis untuk meningkatkan kinerja petugas dengan
mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang
dilakukan secara langsung dan dilakukan secara
berjenjang dari unit laboratorium rujukan di tingkat nasional
sampai laboratorium mikroskopis TB fasyankes.
2) Pelaksana Bimtek
Petugas laboratorium melakukan bimbingan teknis ke
laboratorium mikroskopis TB fasyankes/laboratorium
RUS 1 dan 2 secara berjenjang.
Bimtek dilaksanakan oleh petugas teknis dengan
kualifikasi minimal D3 analis kesehatan dengan
pengalaman melakukan pemeriksaan mikroskopis TB
minimal 2 tahun dan masih aktif sebagai petugas
laboratorium mikroskopis TB, serta telah megikuti
salah satu pelatihan :
(a) TOT (Training of Trainer) laboratorium TB.
(b) Program Penanggulangan Tuberkulosis dengan
Strategi DOTS Tingkat Wasor, pada atau setelah
tahun 2000.
(c) Pemantapan Mutu Laboratorium TB.
1) Mekanisme
Laboratorium Rujukan
1 2
3
Laboratorium Peserta
Keterangan:
1. Pengiriman sediaan tes panel
2. Laporan pemeriksaan tes panel oleh peserta PME
3. Umpan balik tes panel
d) Umpan Balik
Setelah dilakukan penilaian, laboratorium
penyelenggara harus segera mengirimkan umpan
balik ke setiap laboratorium peserta, dengan
Laboratorium
Rujukan Nasional
Laboratorium CDST/
Laboratorium Regional
Laboratorium
Xpert MTB/RIF
Laboratorium
Mikroskopis TB
Keterangan:
Laboratorium
Rujukan Nasional
Pembina Laboratorium
Molekuler Provinsi
Keterangan:
a. Laboratorium Biomolekuler TB