Anda di halaman 1dari 14

1) Jika Yesus adalah Tuhan kenapa Ia berdoa, kepada siapa ia berdoa dan untuk apa dia berdoa?

2) Dalam artikel anda yang didukung oleh beberapa ayat terdapat tulisan yang mengatakan bahwa
“Jesus setara dengan Allah”, lalu bagaimana dengan ayat yang berbunyi “sesungguhnya Bapa lebih besar
dari pada aku” (Yoh..:..)” dan ayat yang mengatakan “sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi
daripada tuannya ataupun seorang utusan daripada Dia yang mengutusnya”(Yoh..:..) apa sesungguhnya
arti dan makna dari ayat-ayat tersebut menurut pandangan anda berdasarkan kaca mata Ilahi, apakah
ayat itu tidak ada artinya atau hanya sekedar pajangan? Anda mengatakan kalau ayat-ayat yang
mengatakan kalau Jesus setara dengan Allah itu hanya perkataan orang dan bukan berasal dari Jesus
sendiri tetapi pada ayat yang lain mengatakan bahwa “Aku adalah utusan Allah” dan ayat yang tertulis
seperti yang “tertulis di atas” jelas berasal dari Jesus sendiri, lalu lebih percaya kepada siapa sebenarnya
anda? Pada Jesus atau pada orang lain? Bukankah ayat tersebut juga jelas-jelas menegaskan kalau
sebenarnya Jesus tidak setara dengan Allah karena ”Allah lebih besar daripada Jesus” (Yoh...)

3) Di bagian lain dari tulisan anda, anda mengatakan kalau Jesus telah “melakukan / bertindak sebagai
Allah”. Menurut pandangan saya berdasarkan kaca mata orang awam anda keliru (maaf kalo ternyata
saya yang keliru). Karena menurut saya Jesus bukan bertindak sebagai Allah tetapi “bertindak dengan
atau atas kuasa / ijin / kehendak Allah”. Karena tanpa ijin atau kuasa dari Allah, Jesus tidak akan
mungkin dapat melakukannya.

4) Di bagian ketiga dari tulisan anda, anda bertanya lebih mungkin mana? Apakah Yesus Seorang
pembohong? Apakah Jesus Orang Gila?Apakah Jesus Adalah Allah? Dan dari semua kemungkinan anda
merasa yakin pada kemungkinan “Jesus adalah Allah”. Menurut saya harusnya anda “menambah satu
kemungkinan lagi dan disertai dengan ayat-ayat yang mendukung” yaitu “Apakah mungkin Jesus adalah
seorang nabi (Utusan Allah)?”. Dan biarkan masyarakat yang akan memilihnya mana yang lebih
mungkin.

Saya memohon maaf apabila saya terlalu lancang menanyakan hal ini tetapi saya tetap menunggu
jawaban anda “melalui E-mail saya”.

Terima kasih atas perhatiannya.

Jawaban Esra Alfred Soru :

Salam kenal juga Jacko!


Senang sekali dapat berdiskusi dengan anda menyangkut masalah-masalah rohani/teologi. Harapan saya
adalah diskusi ini berjalan baik dan semuanya mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Baiklah kita akan
membahas pertanyaan anda namun sebelumnya baiklah saya jelaskan beberapa hal menyangkut
Kristologi (Doktrin tentang Kristus) dan dari sinilah pertanyaan anda akan dijawab.

Dalam studi Kristologi (terutama pribadi Kristus) maka kita harus melihatnya dalam 3 konteks (1) Pra
inkarnasi (Pre-existence Christ) (2) Inkarnasi (Incarnate Christ) (3) Pasca inkarnasi (Glorified Christ). Ini
penting supaya pemahaman kita terhadap pribadi Kristus dapat mewakili seluruh kebenaran Alkitab dan
juga agar kita dapat menafsirkan setiap ayat Alkitab dilihat dari konteks status itu.

Yesus Kristus pada masa pra inkarnasi

Yesus Kristus pada masa pra inkarnasi diperlihatkan oleh Alkitab sebagai Allah dan setara dengan Bapa.
Yohanes 1:1 berkata : “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman
itu adalah Allah”.Dari konteks bacaan ini jelas bahwa Firman yang dimaksud di sini adalah Yesus Kristus
sendiri. Yohanes 1:1 ini juga memperlihatkan kepada kita bahwa Yesus itu sudah ada sejak semula
dengan Allah. Ayat ini menjadi kesulitan bagi Kristologi kelompok Saksi Yehuwa sehingga akhirnya
mereka menerjemahkan Yohanes 1:1 ini dengan menambahkan kata “suatu” di depan kata “Allah” (bagi
Yesus) sehingga Yesus menjadi “suatu allah” yang tidak setara dengan Bapa. Kata “pada mulanya” dalam
Alkitab kita ini diterjemahkan dari bahasa Yunani “arche”. Menarik untuk mengetahui bahwa sekalipun
kata ‘arche’ dalam bahasa Yunani yang digunakan dalam Alkitab PB bisa juga berarti ‘awal dari suatu
urutan’, Rasul Yohanes (a.l. Yohanes 1:1) menggunakannya dengan pengertian ‘sumber dari segala
sesuatu berasal’. Sebagai contoh kita dapat melihat bahwa Allah Bapa disebut sebagai ‘Arche dan Telos’
(awal dan akhir, Wahyu.21:6, band.Yesus.44:6;48:12) dan dalam konteks ini Yesus juga disebut sama
(Wahyu.1:17;2:8;22:13). Demikian juga Allah Bapa disebut sebagai ‘Alpha dan Omega’ (alpha huruf
pertama dan omega huruf terakhir dari abjad Yunani) (Why.1:8;21:6) dan Yesus juga disebut demikian
(Why.22:13). Septuaginta (terjemahan PL ke dalam bahasa Yunani) menerjemahkan Kejadian 1:1 dengan
kata ‘Arche’. Jadi di sini Yohanes 1:1 memperlihatkan bahwa Yesus itu setara dengan Bapa.

Lihat juga Filipi 2:5-6 : “…Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan…” Dalam Alkitab KJV, kalimat “walaupun dalam
rupa Allah” berbunyi : 'being in the form of God' (ada dalam rupa Allah). Kata 'being' itu dalam bahasa
Yunani adalah HUPARCHON dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan
hal itu tidak bisa berubah ('It describes that which a man is in his very essence and which cannot be
changed'). Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu 'being in the form of God', maka itu berarti
bahwa Yesus adalah Allah dan ini tak bisa berubah. Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh bentuk
present participle dari kata HUPARCHON tersebut. Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan
bentuk-bentuk aorist (past / lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk pada 'continuance of
being' (= keberadaan yang terus-menerus). Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah
(Maleakhi 3:6 Mazmur 102:26-28 Yakobus 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan bahwa
Ia tidak sempurna! Juga kalau Filipi 2:7 yang mengatakan 'mengambil rupa seorang hamba' diartikan
bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsekuensinya, ay 6 yang mengatakan bahwa Yesus
ada 'dalam rupa Allah' haruslah diartikan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah. Untuk lebih jelasnya
lihat juga ayat-ayat berikut :

Yesaya 9:5 (nubuat tentang kedatangan Kristus) : Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang
putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan
orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

Roma 9:5 : Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya
sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-
lamanya. Amin!

Ibrani 1:8 : Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.

Inilah pribadi Kristus pada saat pra inkarnasi di mana Ia adalah Allah dan setara dengan Bapa dalam
segala hal.

Yesus Kristus pada masa inkarnasi

Ada beberapa ayat Alkitab yang berbicara tentang penjelmaan Kristus ini.

Yohanes 1 :14 : Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran.

1 Timotius 3:16 : Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya
dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat,
diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia,
diangkat dalam kemuliaan."
Ibrani 2:14 : Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia
memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut

1 Yohanes 4:2 : Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus
telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah

Jadi sesungguhnya Yesus Kristus ini bukan hanya manusia biasa, bukan hanya sekedar seorang nabi
(seperti kemngkinan yang anda tambahkan) karena Ia adalah penjelmaan Allah sendiri. Satu hal yang
perlu dipahami adalah bahwa sewaktu Ia menjelma menjadi manusia, Ia sama sekali tidak kehilangan
keilahian-Nya. Ia masih tetap adalah Allah namun sekarang ketambahan sifat manusia. Sebagai sungguh-
sungguh manusia Ia bisa lapar, haus, lelah, dll namun semuanya itu sama sekali tidak menghilangkan
keilahian-Nya. Itulah sebabnya kekristenan ortodoks percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah-Manusia.
Ia adalah Allah yang sejati sekaligus manusia yang sejati. Ia 100% Allah dan 100% manusia. Ia tidak
berhenti menjadi Allah saat Ia menjadi manusia. Kolose 2:9 berbunyi : Sebab dalam Dialah berdiam
secara jasmaniah seluruh kepenuhan keallahan..” .

Beberapa orang menafsirkan Filipi 2:7 dengan mengatakan bahwa pada waktu Yesus menjadi manusia,
Ia kehilangan keilahian-Nya. Teori ini disebut teori Kenosis. Namun teori ini tidak dapat diterima karena :

1) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah (bdk. Mazmur 102:26-28; Mal 3:6; Yakobus
1:17). Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara.

2) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!

3) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh
manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi
Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusan-Nya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak
terbatas.

BACA JUGA: 10 BUKTI KEILAHIAN YESUS KRISTUS

Dalam tafsirannya tentang Filipi 2:7 Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak
berarti bahwa Kristus melepaskan keilahian-Nya, tetapi menyembunyikannya dari pandangan manusia.
“Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari keilahian-Nya; tetapi menyembunyikannya untuk
sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan
kemuliaan-Nya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan
menyembunyikannya.”

Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus
disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan
mujijat.

“ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk
menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu
berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia
kemuliaan dan keagungan ilahi-Nya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu
kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaiban-Nya”
(Reformed Dogmatics, hal 399).

Jadi jelaslah sudah bahwa sewaktu Yesus menjelma menjadi manusia, Ia sama sekali tidak berhenti
sebagai Allah melainkan Ia dengan rela tidak menggunakan sifat-sifat ilahi-Nya yang relatif dan
menempatkan diri-Nya di bawah Bapa sebagai seorang utusan bahkan bergantung pada Bapa. Itulah
sebabnya kita menjumpai banyak catatan Alkitab bahwa Ia berdoa kepada Bapa. Jadi Ia tetap mahatahu,
mahakuasa, mahahadir sejauh ini diijinkan oleh Bapa-Nya di sorga. Itulah sebabnya kadang Alkitab
memperlihatkan bahwa Ia mahatahu dan tahu segala sesuatu (Yohanes 2:24-25 : Tetapi Yesus sendiri
tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak
perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di
dalam hati manusia.; Yohanes 18:4 : Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju
ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?"; Yohanes 21:17 : “…"Tuhan, Engkau
tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau….”) namun kadang Alkitab
memperlihatkan ada hal yang tidak Ia ketahui (Matius 24:36 : Tetapi tentang hari dan saat itu tidak
seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri."). Jadi
sesungguhnya Yesus telah menyerahkan kemuliaan yang Ia miliki bersama Bapa sebelum dunia dijadikan
(Yohanes 17:5), lalu mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2:7).

Herlianto menulis :

Dari terang ‘incarnate Christ’ kita perlu melihat konteks ayat-ayat yang menunjukkan kemanusian Yesus
yang lebih rendah dari Allah Bapa, namun sekalipun dalam ‘kemanusiaannya’ ke ‘Allah’an-Nya juga tidak
hilang, sebab ‘Yesus ditolong dan dilayani malaekat” (Matius 4:6,11). Yesus mengidentikkan diri-Nya
dengan Bapa dan menyebut diri-Nya sebagai ‘Ego Eimi’ (Yoh.8:58). Dalam Septuaginta, Yahweh berkata
mengenai namanya: ‘Aku Adalah Aku’ (Keluaran 3:14, I Am That I Am) diterjemahkan menjadi ‘Ego Eimi’,
dan Yesus selagi menjadi manusia menggunakan Septuaginta dan membacanya dari situ, itu berarti
Yesus mengidentikkan dirinya dengan Allah Bapa, sebagai ‘Ego Eimi’ (Aku adalah Aku). Itulah sebabnya
dalam konteks ayat itu Ia akan dibunuh oleh orang Yahudi, band. Yohanes 5:18). Demikian juga di kayu
salib Ia menunjukkan otoritasnya dengan memasukkan penjahat di sisinya ke Firdaus (Lukas.23:43).

Inilah keadaan Kristus pada saat berinkarnasi.

Yesus Kristus pada masa pasca inkarnasi

Karena inkarnasi sifatnya sementara maka keadaan Kristus yang terjadi pada masa inkarnasi juga
bersifat sementara. Setelah Yesus bangkit, ia belum menyatakan ke’Allah’annya secara penuh karena Ia
belum kembali kepada Bapa, namun Thomas sudah menyebutnya “Tuhanku dan Allahku” (Yohanes
20:28). Yohanes menyebutnya “Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal” (1Yohanes 5:20).
Petrus menyebutnya : Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2 Petrus 1:1). Setelah kenaikan Tuhan
Yesus ke surga, kita dapat melihat ke’Allah’an-Nya secara penuh (glorified Christ). Kitab Ibrani
menunjukkan bahwa ‘Yesus adalah Allah’ :

Ibrani 1:3 : Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada
dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk
di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi

Ibrani 1:8-9 :Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan
membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda
kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu."

Perhatikan baik-baik Ibrani 1:8, bahkan Allah Bapa sendiri menyebut Yesus sebagai “Allah”. (band.
Yohanes 20:17: Yesus menyebut Allah Bapa sebagai “Allah-Ku”). Dalam Kitab Wahyu kita dapat melihat
bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juga Allah, di mana Ia disebut juga sebagai ‘arche dan telos’ (awal
dan akhir) dan juga sebagai ‘alpha dan omega’ (yang pertama dan terakhir dari abjad Yunani) yang mana
menunjuk bahwa Ia sama dengan Allah Bapa’.

Inilah Kristologi Alkitabiah. Setelah memahami 3 konteks ini maka dalam menafsirkan ayat-ayat Alkitab,
kita harus sungguh-sungguh memperhatikan dalam konteks yang mana ayat tersebut dibicarakan. Dari
terang inilah saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan anda :
1) Jika Yesus adalah Tuhan kenapa Ia berdoa, kepada siapa ia berdoa dan untuk apa dia berdoa?

Jawaban Saya :

Semua ayat yang memperlihatkan Yesus berdoa adalah ayat-ayat dalam konteks inkarnasi.
Kebergantungan-Nya pada Bapa adalah hal yang wajar karena memang pada saat berinkarnasi Ia
dengan rela menempatkan diri-Nya di bawah Bapa. Itulah sebabnya Ia berdoa. Kepada siapa Ia berdoa?
Kepada Bapa! Untuk apa Ia berdoa? Tergantung isi doa-Nya! (Baca saja ayat-ayat di mana Yesus berdoa.

2) Dalam artikel anda yang didukung oleh beberapa ayat terdapat tulisan yang mengatakan bahwa
“Jesus setara dengan Allah”, lalu bagaimana dengan ayat yang berbunyi “sesungguhnya Bapa lebih besar
dari pada aku” (Yoh..:..)” dan ayat yang mengatakan “sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi
daripada tuannya ataupun seorang utusan daripada Dia yang mengutusnya”(Yoh..:..) apa sesungguhnya
arti dan makna dari ayat-ayat tersebut menurut pandangan anda berdasarkan kaca mata Ilahi, apakah
ayat itu tidak ada artinya atau hanya sekedar pajangan? Anda mengatakan kalau ayat-ayat yang
mengatakan kalau Jesus setara dengan Allah itu hanya perkataan orang dan bukan berasal dari Jesus
sendiri tetapi pada ayat yang lain mengatakan bahwa “Aku adalah utusan Allah” dan ayat yang tertulis
seperti yang “tertulis di atas” jelas berasal dari Jesus sendiri, lalu lebih percaya kepada siapa sebenarnya
anda? Pada Jesus atau pada orang lain? Bukankah ayat tersebut juga jelas-jelas menegaskan kalau
sebenarnya Jesus tidak setara dengan Allah karena ”Allah lebih besar daripada Jesus” (Yoh...)

Jawaban Saya :

Sekali lagi ayat-ayat yang anda kutip di atas “Bapa lebih besar dari Aku”, “sesungguhnya seorang hamba
tidaklah lebih tinggi daripada tuannya ataupun seorang utusan daripada Dia yang mengutusnya”, “Aku
adalah utusan Allah” adalah ayat-ayat dalam konteks inkarnasi. Memang pada saat inkarnasi Yesus
mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2:7) dan karenanya Ia mengatakan kalimat-kalimat demikian. Di
atas telah saya jelaskan sewaktu berinkarnasi, Yesus tidak kehilangan keilahian-Nya. Ia memang pernah
berkata “Bapa lebih besar dari Aku” tetapi Ia juga pernah berkata “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes
10:30). Kata-kata-Nya ini menunjukkan bahwa Ia adalah Allah sendiri. Ini jelas terlihat dari reaksi orang
Yahudi. Lihat beberapa ayat setelah itu : “Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan
baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau,
sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:33).

Satu hal lagi yang perlu saya tambahkan adalah bahwa dalam menafsirkan suatu ayat Alkitab perlu
diperhatikan supaya tafsiran tersebut tidak bertentangan dengan ayat-ayat Alkitab yang lain (tentunya
dengan memperhatikan kaidah-kaidah hermeneutik). Kalau kita mensurvei semua ayat Alkitab yang
berkenaan dengan Kristus pada masa inkarnasi maka kita akan menemukan 2 kelompok ayat (1) ayat-
ayat yang menunjukkan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa (seperti yang anda kutip) (2) ayat-ayat yang
menunjukkan bahwa Yesus setara dengan Bapa. Dari data-data Alkitab ini, jika kita berkesimpulan
bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa maka kita harus bisa memberikan jawaban atas ayat-ayat yang
menunjukkan kesetaraan Yesus dengan Bapa yang tentunya harus berlandaskan konsep Alkitab. Jika kita
berkesimpulan bahwa Yesus setara dengan Bapa maka kita harus bisa menjelaskan ayat-ayat yang
menunjukkan Yesus lebih rendah dari Bapa. Saya berkata bahwa Yesus setara dengan Bapa dan telah
menjelaskan ayat-ayat yang memperlihatkan bahwa Yesus lebih rendah yakni sesuai dengan konteks
inkanasi. Anda berkata bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa dan mengutipkan beberapa ayat (tanpa
mempedulikan konteksnya) lalu bagaimana anda menafsirkan Yoh 1:1 (“Pada mulanya adalah Firman;
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.) dan Filipi 2:5-6 (“…Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan…”). Anda bertanya : “...lalu lebih percaya kepada siapa sebenarnya anda? Pada
Jesus atau pada orang lain?” Bagi saya persoalannya bukan pada percaya atau tidak percaya kata-kata
Yesus melainkan memahami mengapa dan dalam konteks apa Yesus mengatakan kalimat itu. Maafkan
saya jika saya balik bertanya : “Apakah anda mau percaya kata-kata Yesus? Apakah anda mau percaya
kata-kata Yesus : “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30)? Apakah anda mau percaya kata-kata
Yesus : “...memang Akulah Guru dan Tuhan. (Yohanes 13:13)? Apakah anda mau percaya kata-kata
Yesus :”supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa.Barangsiapa
tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.(Yohanes 5:23)? Apakah
anda mau percaya kata-kata Yesus : “...Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana
engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.(Yohanes 14:9)? Apakah anda mau percaya kata-
kata Yesus :”Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; ...” (Yohanes
14:11)? Apakah anda mau percaya kata-kata Yesus :”Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga
Bapa-Ku. (Yohanes 15:23)? Kalau anda tidak mau percaya maka apakah ayat-ayat itu tidak ada artinya
atau hanya sekedar pajangan?

3) Di bagian lain dari tulisan anda, anda mengatakan kalau Jesus telah “melakukan / bertindak sebagai
Allah”. Menurut pandangan saya berdasarkan kaca mata orang awam anda keliru (maaf kalo ternyata
saya yang keliru). Karena menurut saya Jesus bukan bertindak sebagai Allah tetapi “bertindak dengan
atau atas kuasa / ijin / kehendak Allah”. Karena tanpa ijin atau kuasa dari Allah, Jesus tidak akan
mungkin dapat melakukannya.

Jawaban Saya :

Kelihatannya anda tidak dapat melihat keseluruhan data Alkitab. Saya tegaskan kembali prinsip
penafsiran bahwa kita tidak boleh menafsirkan satu ayat sehingga bertentangan dengan ayat lainnya.
Memang ada beberapa ayat yang menunjukkan bahwa Yesus bergantung pada Allah/atas ijin Allah
dalam tindakan-tindakan-Nya. (Cth. Yohanes 11:41-43) dan juga di beberapa bagian menunjukkan
ketergantungan-Nya pada kuasa Roh Kudus. Namun sekali lagi konteksnya adalah konteks inkarnasi.
Namun demikian ada juga ayat Alkitab yang menunjukkan bahwa Yesus melakukan mujizat dengan
kuasa-Nya sendiri. Lihat Matius 9:28 : Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua
orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat
melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya."

BACA JUGA: YESUS ADALAH TUHAN: ROMA 10:9-10

Patut diingat, tindakan-tindakan Yesus bukan hanya dalam hal membuat mujizat. Kalau hanya membuat
mujizat mungkin kesimpulan anda itu bisa diterima. Masalahnya adalah bahwa ada tindakan-tindakan
Yesus yang mau tidak mau membuat kita berkesimpulan bahwa Ia bertindak sebagai Allah dan bukan
“bertindak dengan atau atas kuasa/ijin/kehendak Allah” seperti yang anda katakan. Perhatikan
beberapa ayat di bawah ini :

Menyuruh / memerintah malaikat

Matius 13:41 : Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nyadan mereka akan mengumpulkan
segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.

Matius 24:31 : Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang
dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru
bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.

Markus 13:27: Dan pada waktu itupun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan
mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung
langit.

Yesus menyuruh/memerintahkan malaikat-malaikat yang adalah milik Allah (Lukas 12:8; 15:10). Apakah
di sini Yesus bertindak atas ijin Allah atau sebagai Allah? Pikirkan sendiri!

Mengampuni dosa

Markus 2:5 : Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku,
dosamu sudah diampuni!"
Yesus dengan begitu tegas mengampuni dosa orang. Apakah Allah memberikan ijin kepada-Nya? Atau
memang Ia adalah Allah! Orang Yahudi memahami betul bahwa hanya Allah yang berhak mengampuni
dosa dan karenanya mereka menuduh Yesus menghujat Allah : "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia
menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" (Markus 2:7). Dan
Yesus akhirnya memberikan statement yang tegas : Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak
Manusia berkuasa mengampuni dosa" Jelas dari kata-kata Yesus bahwa untuk mengampuni dosa Ia
bukan bertindak atas ijin Allah melainkan Ia bertindak sebagai Allah. Harap direnungkan !

Menghakimi dunia

Bacalah Matius 25 :31-36 ! Di sana dijelaskan bahwa Yesus akan duduk di takhta kemuliaan-Nya serta
memisahkan kambing dari domba. Millard Erickson berkata : ‘Kuasa untuk menghakimi keadaan rohani
seseorang serta menentukan nasib abadinya merupakan hak yang dimiliki oleh Yesus. Pastilah hak
semacam ini hanya dapat dijalankan oleh Allah.(Christian Theology ; hal. 319). Apakah Yesus bertindak
atas ijin Allah ataukah sebagai Allah ? Pikirkan sendiri!!!

Mengenai Sabat

Sabat adalah hari yang ditentukan Allah sendiri untuk ditaati oleh umat-Nya. Tidak boleh seorangpun
membatalkannya atau mengubahnya kecuali Allah. Ketika Yesus diprotes oleh karena Ia (sesuai dengan
tafsiran mereka) melanggar hukum Sabat ini, Ia berkata :

Markus 2:27-28 : Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan
manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."

Yesus jelas menuntut hal untuk menetapkan ulang status hari Sabat, suatu hak yang pasti hanya dimiliki
oleh Allah. Jadi Yesus bertindak atas ijin Allah atau sebagai Allah? Pikirkan sendiri!!

Masih ada lagi hak-hak istimewa Yesus tapi cukuplah sudah. Jika anda cukup jujur dan obyektif,
beberapa hal di atas telah memperlihatkan bahwa Yesus bukan bertindak atas kuasa/ijin/kehendak Allah
melainkan bertindak sebagai Allah. Anda berkata : Menurut pandangan saya berdasarkan kaca mata
orang awam anda keliru (maaf kalo ternyata saya yang keliru)…” Maafkan saya juga kalau saya harus
berkata bahwa dalam hal ini andalah yang keliru dan saya tidak keliru.
4) Di bagian ketiga dari tulisan anda, anda bertanya lebih mungkin mana? Apakah Jesus Seorang
pembohong? Apakah Jesus Orang Gila? Apakah Jesus Adalah Allah? Dan dari semua kemungkinan anda
merasa yakin pada kemungkinan “Jesus adalah Allah”. Menurut saya harusnya anda “menambah satu
kemungkinan lagi dan disertai dengan ayat-ayat yang mendukung” yaitu “Apakah mungkin Jesus adalah
seorang nabi (Utusan Allah)?”. Dan biarkan masyarakat yang akan memilihnya mana yang lebih
mungkin.

Jawaban Saya :

Tiga kemungkinan yang saya berikan di atas dihasilkan dari suatu sistem logika yang memang tidak
memberikan kemungkinan yang lain dari 3 kemungkinan yang sudah disebutkan. Argumentasi rasional
ini didasarkan pada statement Yesus bahwa Ia adalah Tuhan/Allah. Jika Yesus mengatakan bahwa Ia
adalah Allah maka terdapat 2 kemungkinan (1) Yesus berbohong (2) Yesus jujur. Jika Yesus berbohong
maka masih ada lagi 2 kemungkinan (1) Yesus sadar bahwa Ia sementara berbohong (2) Yesus tidak
sadar bahwa Ia sementara berbohong. Jika Yesus sadar bahwa Ia berbohong maka Ia secara sengaja
membohongi pengikut-pengikut-Nya maka Ia adalah penipu. Jika Yesus tidak sadar bahwa ia sementara
berbohong maka Ia adalah orang gila. Jika kemungkinan kedua bahwa Yesus jujur sewaktu mengatakan
demikian maka Ia adalah Allah. Argumentasi ini begitu ketat sehingga tidak ada tempat bagi
kemungkinan lain seperti yang anda usulkan bahwa Yesus adalah seorang nabi (utusan Allah). Bahkan
tidak ada kemungkinan juga bahwa Yesus adalah seorang guru moral yang baik. Mengapa? Sebab jika
Yesus guru moral yang baik maka Ia tidak mungkin mengklaim diri-Nya sebagai Allah jika tidak demikian
adanya. Kalau Yesus bukan Allah dan Ia mengklaim diri-Nya sebagai Allah maka Ia sesungguhnya bukan
guru moral yang baik. Jadi tidak ada kemungkinan lain dalam sistem berlogika di atas selain 3
kemungkinan yang sudah saya berikan.

Lalu apakah Yesus Kristus adalah seorang nabi? (Ini dibahas di luar 3 kemungkinan di atas). Alkitab
memang memperlihatkan Yesus sebagai nabi (Kisah Para Rasul 3 :22-24 ; Matius 13 :57 ; Markus 6 :4 ;
Lukas 4 :24 ; 13 :33 ; Yohanes 4 :44) tapi Alkitab tidak berkata bahwa YESUS HANYALAH SEORANG NABI
melainkan YESUS JUGA SEORANG NABI sama seperti Ia juga adalah seorang imam (baca surat Ibrani) dan
raja. Ia disebut nabi karena Ia datang juga untuk melaksanakan apa yang dilakukan oleh para nabi yaitu
menyampaikan amanat Allah (Bapa) kepada manusia (Yohanes 8 :26 ; 12 :49-50 ; 15 :15 ; 17 :8). Jadi
Yesus adalah Allah sekaligus utusan Allah dan bukan hanya sekedar utusan Allah.

Jika kesimpulan anda bahwa Yesus hanyalah seorang nabi maka tentulah Ia hanya manusia biasa yang
sama seperti Musa, Elia, Elisa, Yesaya, dll. Untuk itu cobalah perhatikan beberapa ayat Alkitab

Yohanes 8:58 : Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham
jadi, Aku telah ada."
Ayat ini sebagai bukti pra eksistensi Yesus (ada sebelum dilahirkan). Manusia/nabi macam apakah Yesus
yang sudah ada sebelum dilahirkan?

Yohanes 17:5 : Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang
Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Permisi tanya, manusia/nabi apakah yang sudah ada sebelum dunia ada? (Lihat juga Ibrani 1:11-12;
Wahyu 1:8; 22:13)

Ibrani 4:15 : Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Nabi/manusia manakah yang tidak berbuat dosa? Alkitab berkata semua manusia telah berbuat dosa
(Roma 3:23)

Matius 18:20 : Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-
tengah mereka."

Matius 28:20 : dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

BACA JUGA: YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN DAN ALLAH

Nabi/manusia manakah yang bisa seperti ini yang bisa hadir di mana-mana dan menyertai semua
pengikutnya?

Yohanes 2:24-25 : Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia
mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang
manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

Yohanes 21:17 : “…"Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Nabi/manusia mana yang bisa tahu segala sesuatu sampai di dalam hati manusia? Seorang nabi mungkin
diberikan kuasa oleh Allah untuk mengetahui suatu rahasia namun bukan untuk mengetahui segala
sesuatu.

Yohanes 1:3 : Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan.

Kolose 1:16 : karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah,
maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

Ibrani 1:2 : maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya,
yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan
alam semesta.

Permisi tanya, manusia/nabi manakah yang turut menciptakan alam semesta ini ?

Ibrani 1:3 : Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada
dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk
di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi

Manusia/nabi manakah yang bisa menopang semesta ini ?

Yohanes 10:28 : dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.

Yohanes 17:2 : Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup,
demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-
Nya.

Terakhir, nabi manakah yang bisa menjaminkan/memberikan hidup kekal bagi pengikut-pengikut-Nya.
Semua ini memperlihatkan bahwa Yesus Kristus bukan hanya manusia biasa, bukan hanya sekedar
seorang nabi. Ia adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia dan diam di antara manusia.

Demikian jawaban saya! Saya tetap menunggu respon balik dari anda.

YESUS ADALAH TUHAN

Anda mungkin juga menyukai