Anda di halaman 1dari 35

Laporan PKL di PUSKESMAS KUIN 

RAYA

Oktober 2, 2013 | azizah_yunjae

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Tujuan dari pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan adalah tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan memegang peranan penting
dalam meningkatkan kesejahteraan manusia, dan sebagai sumber daya pembangunan. Derajat
kesehatan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas dan memperkuat daya saing bangsa
yang semakin ketat di dunia (Hasbi dkk, 2012).

Salah satu pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat yaitu Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan sarana kesehatan masyarakat
terdepan yang memberi layanan kesehatan kepada masyarakat diseluruh pelosok tanah air.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya
yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan (Hasbi dkk, 2012).

Dalam sarana kesehatan puskesmas, farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang pelayanan kesehatan. Profesi farmasi saat ini telah mengalami perkembangan
yaitu dari orientasi pada obat berubah menjadi orientasi pada pasien dengan berdasarkan pada
asas pharmaceutical care, yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan
kualitas hidup pasien. Dengan bertambahnya kesadaran mengenai kesehatan dan
berkembangnya keinginan untuk ikut memikul tanggung jawab bagi kesehatan pasien
tersebut.

Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik untuk mencapai
keberhasilan dalam tujuan pendidikan, yang dapat diperoleh melalui pendidikan di kelas,
laboratorium maupun lapangan. Untuk mencapai pengalaman belajar pada tatanan yang nyata
dan komprehensif sehingga mahasiswa dapat lebih siap dan mandiri, maka dilaksanakan
Praktik Kerja Lapangan pada mahasiswa D3 Farmasi AKFAR ISFI Banjarmasin. Dengan
adanya  Praktik Kerja Lapangan para mahasiswa dapat mengetahui langsung kondisi dan
situasi pada dunia kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam
dunia kerja dan belajar untuk menganalsis suatu gejala dan masalah yang timbul agar kelak
dapat diaplikasikan langsung pada pasien dengan diberi bimbingan dan pengarahan.

1.2         Tujuan Pengantar Praktik Kerja Lapangan

1. Tujuan umum

Setelah mengikuti Pengantar Praktik Kerja Lapangan ini mahasiswa diharapkan mampu
memberikan pelayanan kefarmasian dengan pendekatan pharmaceutical care.

1. Tujuan khusus

Setelah mengikuti Pengantar Praktik Keja Lapangan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Melakukan pekerjaan kefarmasian


2. Membedakan perbekalan farmasi, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
3. Memahami struktur organisasi puskesmas
4. Memahami pengelolaan resep di Puskesmas yang meliputi: pengelolaan obat,
pengelolaan resep, administratif, dan alur pelayanan resep

BAB II
 

TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Definisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang


menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarkat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya 
yang dapat dipikul oleh pemerintah  dan masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2006).

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Penanggung jawab utama
penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota sesuai
dengan kemampuannya (Depkes RI, 2006).

Pelayanan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi :

1. Pelayanan pengobatan (kuratif) yaitu merupakan suatu rangkaian dari pengelolaan


obat yang merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan yang akan ikut
menentukan efektifitas upaya pengobatan oleh tenaga medis kepada pasien.
2.

Upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yaitu merupakan suatu kegiatan dalam upaya
pemulihan kesehatan.

1. Upaya pencegahan (preventif) yaitu merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka


pencegahan suatu penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan maupun
perorangan.
2.

Upaya peningkatan kesehatan (promotif) yaitu suatu upaya kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat dan merupakan konsep kesatuan upaya kesehatan.

Hal tersebut menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk
Puskesmas yang merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang
bersifat pokok yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya
pelayanan kefarmasian di Puskesmas ditunjukan kepada semua penduduk dan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur (Depkes RI, 2006).

Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah suatu kecamatan, dengan beberapa
faktor yaitu: kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi, dan keadaan infrastruktur
lainnya yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah
kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa
atau kelurahan, dusun atau rukun warga (Depkes RI, 2006).

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan
unit pelayanan yang lebih sederhana diantaranya, yaitu:

1. Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan tempat pelayanan pengobatan dibawah


Puskesmas Induk yang pelayanannya dilakukan oleh seorang perawat yang bertempat
di suatu desa jauh dari Puskesmas Induk.
2. Puskesmas Keliling (Pusling) kegiatannya sama seperti Puskesmas hanya saja
Puskesmas Keliling dilakukan oleh seorang dokter, bidan, perawat, gizi, dan Asisten
Apoteker (AA).

1. Posyandu terbagi 2 yaitu:


1. Posyandu untuk kesehatan ibu dan balita, terutama pelayanan imunisasi dan
gizi terhadap ibu hamil, bayi dan balita.
2.

Posyandu lansia (lanjut usia) untuk pelayanan pengobatan bagi usia lanjut

1. Posyandu Kesehatan Desa (Poskesdes) disediakan untuk pelayanan kesehatan yang


sifatnya mendasar
2. Pondok Bersalin Desa (Polindes) yaitu suatu pelayanan yang dilakukan oleh seorang
bidan yang ditempatkan di suatu  desa jauh dari Puskesmas Induk (Depkes RI, 2003).

2.2 Tugas Puskesmas

Adapun kewajiban dan wewenang dari setiap petugas Puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Kepala Puskesmas

1)             Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan obat dan pencatatan pelaporan di
Puskesmas

2)             Mengawasi dan membina pelaksanaan pengelolaan obat dan pencatatan pelaporan
3)             Mengajukan permintaan obat kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin,
GFK (Gudang Farmasi Kotamadya) setempat

4)             Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kota Banjarmasin setempat

5)             Melaporkan semua obat yang hilang, rusak, kadaluarsa dan obat yang tidak
dibutuhkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin , GFK (Gudang Farmasi
Kotamadya) setempat

6)             Mengembalikan obat-obat yang tidak dibutuhkan, rusak, dan kadaluarsa kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin , GFK (Gudang Farmasi Kotamadya)

(Depkes RI, 1994).

Petugas Gudang Obat Puskesmas

1)             Menerima, menyimpan, memelihara obat yang ada di gudang dan membuat catatan
mutasi obat yang keluar maupun yang masuk gudang obat Puskesmas dalam kartu stok

2)             Mempersiapkan data penerimaan dan pemakaian obat

3)             Mengkompilasi data pemakaian dan sisa obat dari masing-masing sub-unit

4)             Mempersiapkan laporan pemakaian dan permintaan obat kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin, GFK (Gudang Farmasi Kotamadya)

5)             Menerima, menyimpan dan memelihara LPLPO (Laporan Pemakaian dan Laporan
Permintaan Obat) yang sudah diisi

6)             Melayani permintaan oleh kamar obat dan Puskesmas Pembantu

7)             Menerima dan mengumpulkan obat rusak/kadaluarsa dari gudang simpanannya,


kamar obat dan Puskesmas Pembantu

8)             Mempersiapkan laporan obat hilang, rusak dan kadaluarsa

9)             Melaporkan obat yang tidak dipakai, hilang, rusak dan kadaluarsa kepada Kepala
Puskesmas
10)         Menyimpan kartu stok selama 10 tahun

(Depkes RI, 1994).

1. Petugas Kamar Obat Puskesmas

1)             Menyimpan, memelihara dan membuat catatan mutasi obat yang diterima maupun
yang dipakai oleh kamar obat Puskesmas dalam bentuk Buku Harian Penerimaan dan
Pemakaian Obat

2)             Memelihara dan menyimpan resep obat secara tertib (untuk bukti pengeluaran obat
kepada pasien)

3)             Setiap awal bulan mempersiapkan data pemakaian obat dan jumlah penerimaan
resep (umum, Askes, dan gratis)

4)

Membuat laporan dan secara berkala mengajukan permintaan obat kepada Kepala
Puskesmas/petugas gudang obat

5)             Melayani permintaan obat untuk keperluan Kamar Suntik, Puskesmas Keliling dan
Posyandu

6)             Menyimpan dan memelihara obat yang ada di kamar obat

7)             Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluarsa kepada petugas gudang obat

(Depkes RI, 1994).

1. Petugas Kamar Suntik

1)             Menyimpan, memelihara dan membuat catatan mutasi obat yang diterima maupun
yang dipakai oleh kamar obat Puskesmas dalam bentuk Buku Harian Penerimaan dan
Pemakaian Obat

2)             Setiap awal bulan (jika stok hampir habis) mempersiapkan obat kepada Kepala
Puskesmas/petugas kamar obat

3)             Menyimpan obat yang ada di kamar suntik dengan baik/pada tempat yang sesuai
4)             Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluarsa kepada Kepala Puskesmas atau
petugas kamar obat

(Depkes RI, 1994).

1. Petugas Obat Puskesmas Pembantu

1)             Menyimpan, memelihara dan membuat catatan mutasi obat yang diterima maupun
yang dipakai oleh kamar obat Puskesmas dalam bentuk Buku Harian Penerimaan dan
Pemakaian Obat

2)             Setiap awal bulan mempersiapkan data pemakaian obat, sisa stok dan melaporkan
serta mengajukan permintaan obat kepada Kepala Puskesmas/petugas gudang obat

3)             Menyimpan resep-resep obat sebagai bukti penggunaan obat

4)

Menyerahkan kembali obat/kadaluarsa kepada Kepala Puskesmas/petugas gudang obat.

(Depkes RI, 1994).

1. Petugas Lapangan Puskesmas Keliling/Posyandu

1)             Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan, mengajukan permintaan obat yang
diperlukan kepada Kepala Puskesmas/petugas kamar obat

2)             Mencatat pemakaian dan sisa obat

3)             Menyimpan resep-resep obat sebagai bukti penggunaan obat

Setelah selesai dengan kegiatan lapangan, segera mengembalikan sisa obat kepada Kepala
Puskesmas

(Depkes RI, 1994).

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka


menolong dirinya sendiri
2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
3. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
4. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak
menimbulkan ketergantungan
5. Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
Puskesmas

Program Puskesmas mencakup lapisan masyarakat termasuk untuk lingkungan pendidikan


dengan mendukung program unit kesehatan di sekolah. Dalam hal ini Puskesmas akan
memberikan dukungan lewat penyuluhan-penyuluhan pada anak sekolah mengenai
pentingnya kesehatan.

2.3        

Fungsi Puskesmas

Adapun fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut :     

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraaan pembangunan


oleh sektor lain, masyarakat dan dunia usaha wilayah kerjanya, serta secara aktikf
melaporkan dampak dari penyelenggaraan pembangunan di wilayah kerjanya terhadap
kesehatan. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang di lakukan Puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

b. Pusat pemberdaya masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
untuk memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program  kesehatan. Pemberdayaan ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama


secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi:

1. Pelayanan kesehatan perorangan (private goods) adalah pelayanan yang bersifat


pribadi, dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan kesehatan perorangan mencakup rawat jalan dan rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat (publik goods) adalah pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan publik, mencegah
penyakit tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Contoh
pelayanan publik adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya
(Depkes RI, 2003).

10

2.4         Tujuan Puskesmas

Beberapa tujuan Puskesmas itu sendiri yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang merata, bermutu dan terjangkau


didukung oleh sumber daya dan manajemen kesehatan yang handal. Dengan sasaran
yang hendak dicapai sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketersediaan obat dan perbekalan serta alat kesehatan dalam
jenis dan jumlah sesuai standar di Puskesmas dan jaringannya
2. Meningkatkan mutu dan askes pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah
Sakit (RS) dan sarana kesehatan swasta
3. Meningkatkan ketersediaan dan pendayagunaan SDM (Sumber Daya
Manusia) kesehatan
4. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pembangunan kesehatan
5. Meningkatkan pemerataan dan fasilitas pelayanan kesehatan
6. Meningkatkan perbaikan gizi masyarakat

Meningkatkan status gizi masyarakat melalui program perbaikan gizi seperti penanggulangan
Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Kurang Vitamin A dan Pemberdayaan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat. Kegiatan program ini dilakukan harian, bulanan,
semesteran maupun tahunan

1. Melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, pangan, alat kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar, dengan sasaran yang akan dicapai
sebagai berikut :
1. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
2.

11
Meningkatkan pengawasan penggunaan sediaan farmasi, pangan dan alat kesehatan

1. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak


menular. Dengan sasaran yang akan dicapai yakni menurunnya kejadian kematian
atau kecacatan akibat penyakit
2. Meningkatkan upaya pencegahan, penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan
bencana secara terpadu dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Dengan sasaran
yang akan dicapai yakni meningkatkan deteksi dini, respon cepat penanggulangan
KLB dan bencana.
3. Meningkatkan kemandirian individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat.
4. Meningkatkan peran pemegang kepentingan terhadap pembangunan kesehatan.
Dengan sasaran yang akan dicapai yakni meningkatkan kegiatan-kegiatan di bidang
kesehatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi non pemerintah dan institusi lain.
5. Meningkatkan jejaring dengan pemegang kepentingan di bidang kesehatan. Dengan
sasaran yang akan dicapai yakni meningkatkannya organisasi non pemerintah dan
institusi lain yang akan berkonstribusi dalam pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya dapat dicapai melalui pembinaan,
pengembangan dan pelaksanaan serta pemantapan fungsi-fungsi administrasi kesehatan.
Selain itu juga didukung oleh informasi kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
serta hukum kesehatan. Fungsi-fungsi kesehatan tersebut, terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian serta pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.

2.5         Pelayanan Farmasi di Puskesmas

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan obat dan menyerahkan bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Pelayanan resap adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis
yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan
penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan terhadap resep merupakan salah satu pelayanan
farmasi di Puskesmas, selain itu penyediaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi untuk
Puskesmas. Pelayanan obat bertujuan agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter
dan dapat informasi bagaimana menggunakannya. Pelayanan obat adalah proses kegiatan
yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep
dokter sampai penyerahan obat kepada pasien (Anief,2007).

12

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang merupakan
suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
dan penyerahan. Tujuannya adalah tersedianya perbekalan farmasi yang bermutu serta
jumlah, jenis dan waktu yang tepat (Depkes RI, 2006).
 

Beberapa pelayanan farmasi di Puskesmas yaitu :

1. Perencanaan

Suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk menentukan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat.
Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah :

1. Mendapat jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sesuai
kebutuhan
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat/penumpukan obat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pola penyakit
2. Kemampuan/daya beli masyarakat
3. Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)

Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaan farmasi dan
perbekalan yang akan diadakan (Depkes RI, 2008).

Perencanan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat
publik dan perbekalan kesehatan (POPPK) di Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan
oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan
kebutuhan obat tahunan. Oleh karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan
kebutuhan obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh
terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota. Dalam proses
perencanaan kebutuhan obat per tahun Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat
(LPLPO). Selanjutnya UPOPPK  (Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan)
yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah
kerjanya (Depkes RI, 2003).

13

Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di tiap unit
pelayanan kesehatan adalah:

a)      Metode konsumsi

Yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelunnya. Hal yang perlu
diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data untuk informasi
dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat.

b)      Metode epidemiologi


Yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkah yang perlu
dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani, menentukan jumlah
kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan,
menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan menyesuaikan dengan alokasi dana yang tersedia.

c)      Metode campuran

Yaitu merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi.

1. Permintaan obat

Tujuannya permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan di masing-masing unit pelayanan


kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya. Sumber penyediaan
obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang
diperkenankan untuk disediakan di- Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya
ditentukan setiap tahun oleh menteri kesehatan dan merujuk kepada daftar obat esensial
nasional (DOEN). Ketentuan tersebut, antara lain:

a)

14

Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia bagi
pelayanan kesehatan puiblik

b)             Obat generik mempunyai mutu, efekasi yang memenuhi standar pengobatan

c)             Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat

d)            Meningkatkan cakupan kesehatan publik

e)             Meningkatkan efektifitas dan efesiansi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan
publik

Adapun macam-macam permintaan obat, sebagai berikut:

1)             Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota.

2)             Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila: kebutuhan
meningkat, menghindari kekosongan, penanganan kejadian luar biasa (KLB), obat rusak dan
kadaluarsa.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas diajukan


oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
mengunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit kepala puskesmas
dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit. Berdasarkan pertimbangan
efesiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan
penyerahan obat secara langsung dari UPOPPK ke Puskesmas. Data yang di perlukan
menentukan jumlah permintaan obat adalah data pemakaian obat sebelumnya, jumlah
kunjungan resep, data penyakit, frekuensi distribusi obat oleh UPOPPK (Depkes RI, 2003).

1. Penerimaan Obat

Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari
unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola dibawahnya. Tujuannya penerimaan
adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan di Puskesmas. Setiap penyerahan obat oleh UPOPPK, kepada Puskesmas
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Semua petugas yang terlibat dalam kegiataan
pengelolaan obat bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas Pembantu dan sub unit
kesehatan lainnya merupakan tanggung jawab Kepala Puskesmas Induk.

15

Petugas penerimaan obat wajib menerima pengecekan terhadap obat-obat yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi
dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima/diketahui Kepala Puskesmas
bila tidak memenuhi syarat petugas penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang
(rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada
buku penerima obat dan kartu stok (Depkes RI, 2003).

1. Distribusi

Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain sub unit
pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat, laboratorium).

Tujuannya distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat waktu. Kegiatan
distribusi meliputi:

1. Menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan :

1)             Jarak sub unit pelayanan

2)             Biaya distribusi tersedia

1. Menentukan jumlah obat


Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan :

1)             Pemakaian rata-rata perjenis obat

2)

16

Sisa stok

3)             Pola penyakit

4)             Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan

1. Penyerahan obat

Menyerahkan obat dilakukan dengan cara :

1)             Gudang obat menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima unit pelayanan

2)             Penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit-sub unit pelayanan.
Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO dan lembar pertama disimpan
sebagai tanda bukti penerimaan obat (Depkes RI, 2003).

1. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar
aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.

Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya
dapat dipertahankan.

Gudang obat Puskesmas merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua
perbekalan farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di Puskesmas. Adapun persyaratan gudang
obat Puskesmas sebagai berikut:

1. Cukup luas minimal 3 x 4 meter


2. Ruangan kering tidak lembab
3. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau panas
4. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai perlindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung
5. Lantai dibuat dari semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu atau kotoran
lain. Bila perlu dibuat alas papan
6. Dinding dibuat licin
7. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
8. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
9.
17

Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda

1. Tersedia lemari atau laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci
2. Sebaiknya ada pengukuran suhu ruangan

Pengaturan penyimpanan obat yaitu :

1. Obat disusun secara alfabetis


2. Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
3. Obat disimpan pada rak
4. Obat yang disimpan pada lantai harus diletakan di atas palet
5. Cairan dipisahkan dari padatan
6. Sara, vaksin, suppositoria, disimpan dalam lemari pendingin

1. Pengendalian

Pengendalian persediaan adalah suatu kegitan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan
pengendalian yaitu :

a)             Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan


diseluruh unit pelayanan, jumlah stok ini disebut stok kerja.

b)             Menentukan :

1. Stok optimum adalah jumlah obat yang disarankan kepada unit pelayanan agar tidak
mengalami kekurangan dan kekosongan
2. Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadi sesuatu
hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan pengiriman di UPOPPK
3. Menentukan waktu tunggu (leadritme), yaitu waktu yang di perlukan dari mulai
pemesanan sampai obat di terima

Pengendalian obat terdiri dari :

a)             Pengendalian persediaan

b)            Pengendalian penggunaan

c)

18
Pengendalian obat hilang

1. Kegiatan Pelayanan

a) Penataan Ruang Pelayanan Obat

1. Ruang pelayanan adalah tempat dimana dilaksanakan kegiatan penerimaan resep,


penyiapan obat, pencampuran, pengemasan, pemberian etiket dan penyerahan obat. Di ruang
tersebut terdapat tempat penyimpanan obat, alat-alat peracikan, penyimpanan arsip dan
tempat pelaksanaan usaha obat

2. Luas ruang pelayanan berukuran kurang lebih 3×4 meter dan mempunyai penerangan yang
cukup

1. Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk komunikasi
dengan pasien
2. Ruang pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan, bila perlu setiap jendela dilengkapi
dengan teralis
3. Tempat penyimpanan obat

Obat disimpan di lemari, rak atau kotak-kotak tertentu. Untuk obat-obat narkotika,
psikotropika hendaknya ditempatkan di dalam lemari terkunci. Tempatkan obat secara
terpisah berdasarkan bentuk seperti kapsul, tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain. Vaksin
dan serum ditempatkan di dalam lemari pendingin.susunan obat berdasarkan alfabetis, dan
terapkan sistem FIFO.

1. Tempat peracikan

a)             Ruangan harus terlalu bersih, rapi dan teratur

b)            Sediakan meja untuk peracikan obat

c)             Obat-obatan tidak boleh berserakan di mana-mana

d)            Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk menghindari
kemungkinan terkontaminsi dan udara lembab

e)             Wadah obat harus di beri label sesuai dengan obat yang ada di dalamnya

19

Perlengkapan peralatan racikan

 
1. Mortir dengan stemper, kecil dan sedang
2. Spantel/sudip untuk membantu mencampurkan dan membersihkan
3. Spantel/sendok untuk menghitung tablet atau kapsul
4. Baki/wadah lain tempat menghitung tablet atau kapsul
5. Lap/serbet lain yang bersih masing-masing untuk salep dan serbuk
6. Kertas pembungkus, kantong plastik dan etiket
1. Penyiapan Obat
2. Memahami resep

a)    Baca resep dengan cermat meliputi : nama obat, jenis dan bentuk sediaan obat, dosis,
cara pemakaian dan nama serta umur pasien

b)   Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat resep

c)    Kalau obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat alternatif/pengganti kepada
pembuat resep

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan obat :


2. Periksa dan baca sekali lagi informasi pada wadah obat
3. Pakai spatula atau sendok untuk mengambil tablet atau kapsul
4. Setelah selesai mengambil obat tersebut kembalikan sisanya ke dalam wadah semula
5. Periksa kembali etiket dan wadah
6. Yakinkan sisa obat disimpan kembali ke wadah semula

f.Bersihkan kembali meja dimana anda bekerja

20

Penyerahan Obat

1. Sebelum obat diserahkan, dilakukan pengecekan terakhir mengenai nama pasien, jenis
obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan dan sebagainya
2. Obat diberikan melalui loket
3. Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien
4. Informasi

Sebab utama penderita tidak menggunakan obat dengan tepat adalah karena penderita tidak
mendapatkan penjelasan yang cukup dari yang memberikan pengobatan atau yang
menyerahkan obat. Oleh karena itu, sangatlah penting menyediakan waktu untuk memberikan
penyuluhan kepada penderita tentang obat yang diberikan

1)   Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah :

1. Kapan obat digunakan dan berapa banyak


2. Lama pemakaian dianjurkan
3. Cara penggunaan obat
4. Ciri-ciri tertentu setelah pemakaian obat
5. Efek samping obat
6. Obat-obatan yang berinteraksi dengan kontrasepsi oral
7. Cara penyimpanan obat

(Depkes RI, 2003).

1. Etika pelayanan

Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, karena disamping itu perlu sopan
santun dan kesabaran dalam melayani pasien, karena pasien sebagai penderita penyakit
biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya (Depkes RI, 2003).

21

Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang telah
dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data dalam
pelaporan. Selain itu, pencatatan stok obat juga bertujuan untuk  mengetahui pengeluaran dan
pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor. Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya
obat, baik obat Narkotika, Psikotropika ataupun bukan jenis obat lain yang dicatat dalam
kartu stok masing-masing. Pencatatan stok dapat dilakukan untuk periode tertentu, baik per
hari, minggu ataupun perbulan. Pencatatan pada buku pemasukan, hanya dilakukan pada
waktu barang masuk ke-apotek di Puskesmas.

 
 

BAB III

TINJAUAN UMUM PUSKESMAS KUIN RAYA

3.1         Data Kependudukan

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya menurut data terakhir adalah 41.237
jiwa dan 4.874 KK, sedangkan penduduk miskinnya sebanyak 5.149 jiwa perincian sebagai
berikut :

Kelurahan Kuin Cerucuk

 Jumlah kepala keluarga                          : 1.793 KK


 Jumlah penduduk                                  : 9.237 jiwa
 Jumlah penduduk miskin                       : 6.852 jiwa
 Jumlah kepadatan penduduk                 : 11.946 jiwa/ km2

Kelurahan Kuin Selatan

 Jumlah kepala keluarga                          : 2.081 KK


 Jumlah penduduk                                  : 7.380 jiwa
 Jumlah penduduk miskin                       : 2.297 jiwa
 Jumlah kepadatan penduduk                 : 3.600 jiwa/ km2

Kelurahan Belitung Utara


 Jumlah kepala keluarga                          : 2.081 KK
 Jumlah penduduk                                  : 7.380 jiwa
 Jumlah penduduk miskin                       : 2.297 jiwa
 Jumlah kepadatan penduduk                 : 3.600 jiwa/ km2

22

Menurut data dari kantor statistik Kota Banjarmasin (BPS) jumlah penduduk dengan jenis
kelamin wanita lebih banyak dari jenis kelamin laki – laki, perbandingan antar jumlah pria
Kelurahan Kuin Cerucuk Kelurahan Kuin Selatan, dan Belitung Utara dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :

Kelurahan Pria Wanita Jumlah

23
No
1 Kuin Cerucuk  9.930 Jiwa 10.078 jiwa 20.008 jiwa
2 Kuin Selatan  6.300 jiwa   6.221 jiwa 12.521 jiwa
3 Belitung Utara  4.340 jiwa   4.404 jiwa   8.744 jiwa
Jumlah 20.570 jiwa 20.703 jiwa 41.273 jiwa

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya mayoritas beragama Islam dengan kondisi
sosial dan ekonominya menengah ke bawah. Wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya
mempunyai iklim yang sama dengan wilayah lain di Kota Banjarmasin yaitu beriklim tropis
dengan kelembaban udara rata – rata 70 – 95 %.

3.2         Geografi dan Batas Wilayah Demografi

Puskesmas Kuin Raya  terletak di Kelurahan Kuin Cerucuk, Kecamatan Banjarmasin Barat
Kota Banjarmasin. Wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya  terdiri  dari 3 wilayah kelurahan
yaitu :

1. Kelurahan  Kuin Cerucuk

2. Kelurahan Kuin Selatan

3. Kelurahan Belitung Utara

 
Secara geografis batas batas wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Kuin Cerucuk

. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Banjar Utara

. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Banjarmasin Tengah

. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Barito

24

. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pelambuan

1.   2.  Kelurahan Kuin Selatan

. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Pangeran

. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pelambuan

. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kuin selatan

. Sebelah Selatan berbatasan dengan  Kelurahan Pelambuan

3. Kelurahan Belitung Utara

. Sebelah Timur Kelurahan Banjarmasin Tengah

. Sebelah Barat Kelurahan Kuin Selatan

. Sebelah Utara  Kelurahan Sungai Pangeran

. Sebelah Barat Kelurah Kuin Cerucuk

Luas wilayah kelurahan adalah 2,05 km2  dengan jumlah RT sebanyak 86 RT. Luas wilayah
kerja Puskesmas Kuin Raya 3,70 Ha dengan kepadatan 26,021 /  km2 . Berdasarkan letak
Puskesmas Kuin Raya, maka jarak tempuh wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya tersebut dari
yang terjauh adalah kurang lebih 30 menit dengan menggunakan roda empat. Kondisi jalan
berupa jalan beraspal, jalan semen cor, sarana transportasi sebagian menggunakan jalan darat,
hanya sebagian kecil yang menggunakan jalan air berupa perahu kecil atau kelotok.

3.3         Falsafah, Visi dan Misi Puskesmas Kuin Raya

1. Falsafah
Puskesmas Kuin Raya didirikan pada tahun 1974 sesuai dengan Instruksi Presiden dimana
awalnya tanah milik salah satu penduduk sekitar lingkungan Puskesmas, yang kemudian
dihibahkan kepada Pemerintah Kota Banjarmasin (Pemko) dan didirikan sebuah Puskesmas
dengan satu lantai. Akan tetapi, didirikannya Puskesmas ini masih belum memiliki sertifikat
yang asli dan sah, serta surat Izin Membuat Bangunan (IMB) karena masih terbentur
permasalahan dengan keturunan dari yang menghibahkan tanah tersebut.

Untuk pertama kalinya pada tahun 2007 Puskesmas ini dibangun ulang atau direnovasi
menjadi dua lantai. Pada tahun 2009 telah berdiri mandiri dalam mengupayakan peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan yang baik untuk masyarakat.

25

Puskesmas Kuin Raya sekarang dipimpin oleh dr.H.Ris Mohammad Abrar dengan jumlah 35
orang karyawan. Adapun kualifikasi tenaga kerja yang ada dari lulusan dengan ijazah Sarjana
(S1), Sarjana Muda, Diploma (DIII), Diploma (DI), SLTA, serta SMP.

Bagian-bagian yang terdapat pada Puskesmas Kuin Raya adalah :

Lantai 1 Lantai 2
Loket Ruang Kepala Puskesmas
Apotek Ruang Tata Usaha
BP Dewasa Ruang Gizi
Ruang KIA Ruang Imunisasi
Ruang Kesling BP Anak
BP Gigi Ruang Pemeriksaan Haji
Ruang Lansia Ruang Laboratorium
Ruang Komputer dan Verivakator
Ruang Tunggu Pasien
KU
WC Umum Ruang Tunggu Pasien
– Gudang
– WC Karyawan

1. Visi dan Misi Puskesmas Kuin Raya


2. Visi Puskesmas Kuin Raya

Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat

26

Misi Puskesmas Kuin Raya


 

Mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional

3.4         Struktur Organisasi Puskesmas Kuin Raya

Struktur organisasi Puskesmas Kuin Raya dapat dilihat pada daftar gambar.

3.5         Apotek Puskesmas

Di apotek Puskesmas Kuin Raya terdapat 1 orang Apoteker dan 1 orang Asisiten Apoteker
yang bertanggung jawab atas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas.
Apotek Puskesmas Kuin Raya memberikan pelayanan setiap hari mulai pukul 08.00-
12.00WITA, kecuali pada hari Jum’at mulai pukul 08.00-10.00WITA dan pada hari Sabtu
pukul 08.00-11.00WITA. Puskesmas Kuin Raya melayani 4 jenis resep, yaitu resep “Umum”
untuk masyarakat umum, resep “Askes” untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi
kesehatan, dan resep “Jamkesmas”, untuk masyarakat pemegang kartu Jamkesmas, dan untuk
masyarakat di luar wilayah kerja puskesmas atau pasien umum yang bayar.

Obat-obat yang tersedia di apotek puskesmas ini berasal dari:

1. Askes, dari asuransi kesehatan


2. Dan APBD, dari daerah

 
 

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1         Manajemen Sumber Daya Manusia

Puskesmas Kuin Raya memiliki jumlah karyawan 35 orang. Berikut rinciannya :

No Jenis Tenaga Jumlah


1 Kepala Puskesmas (Dokter Umum) 1 orang
2 Dokter Umum 2 orang
3 Dokter Gigi 1 orang
4 Sarjana Kesehatan Masyarakat 1 orang
5 Akademi Perawat (Akper) 2 orang
6 Akademi Kebidanan 3 orang
7 Perawat Kesehatan (SPK) 3 orang
8 Bidan 6 orang
9 Perawat Gigi 3 orang
10 Analis Kesehatan 1 orang
11 Sanitarian 2 orang

12 3 orang
27
Petugas Gizi
13 Petugas Farmasi 2 orang
28
14 Tata Usaha / Pekarya Kesehatan
1/1 orang
15 TKS 3  orang
16 Penjaga Keamanan/Kebersihan 1 orang
Jumlah 35 orang

Pengelola Apotek Puskesmas Kuin Raya adalah seorang Apoteker. Apoteker sebagai tenaga
ahli di bidang obat sangatlah diperlukan dalam rangka pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan yang baik dan benar di Puskesmas. Apoteker di Puskesmas Kuin Raya memiliki
tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya sesuai dengan kompetensi
Apoteker di Puskesmas. Tugas dan tanggung jawab tersebut dikerjakan semata-mata untuk
menjamin ketersediaan obat dan untuk menjamin mutu obat dan perbekalan kesehatan agar
memiliki kualitas yang baik dan mutunya dapat terjamin. Tenaga Farmasi di Puskesmas Kuin
Raya adalah seorang Apoteker dan seorang Asisten Apoteker.
Di Apotek Puskesmas Kuin Raya, Apoteker dan Asisten Apoteker memiliki tugas masing-
masing. Adapun tugas tersebut sebagai berikut adalah :

1. a.             Apoteker

Nama               : Faridah, S.Farm., Apt

NIP                 : 19801002 200501 2 013

Golongan        : PENATA MUDA TK.I/III/B

Tugas               :

1)             Tugas Pokok:

a)             Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik, mempersiapkan
obat sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien
tentang pemakaian obat

b)

29

Merencanakan kebutuhan obat dan perbekalan kefarmasian baik bulanan dan tahunan

c)             Mengelola pemasukan obat dan alkes baik dari Gudang Farmasi, ASKES maupun
Jamkesmas

d)            Mengelola pengeluaran / pendistribusian obat kepada Puskesmas Pembantu, Pos


Kesehatan Desa, Polindes, Posyandu maupun kegiatan Puskesmas Keliling.

e)             Menyusun dan menyimpan arsip resep

f)              Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi

2)             Fungsi :

Sebagai Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas kepala Puskesmas dalam pengelolaan
dan pencatatan obat dan perbekalan kefarmasian di Puskesmas yang dalam pelaksanaannya
dibantu oleh Asisten Apoteker.

1. Uraian Tugas/Tanggung jawab:


a)             Mengkoordinir kegiatan kefarmasian di Puskesmas

b)             Mengkoordinir pelaporan obat dan alkes (LB2)

c)             Memastikan kegiatan kefarmasian di Puskesmas berjalan dengan baik

d)            Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugas
untuk kelancaran pelaksanaan tugas

1. Tugas Tambahan :

Membantu pelaksanaan kegiatan Poskesdes, Posyandu Lansia dan Posyandu Balita.

1. b.             Asisten Apoteker

Nama          : Maisyarah

NIP            : 19670324 198903 2 010

Golongan   : PENATA MUDA TK.I/III/C

30

Tugas          :

1)             Tugas Pokok:

a)             Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik, mempersiapkan
obat sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien
tentang pemakaian obat

b)             Melaksanakan pencatatan harian ruang pelayanan apotek

c)             Menyusun dan menyimpan arsip resep

2)             Fungsi:

Sebagai Asisten Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas Apoteker dalam pengelolaan
dan pencatatan obat dan perbekalan kefarmasian
 

3)             Uraian Tugas/Tanggung jawab:

a)             Mengkoordinir pencatatan harian ruang pelayanan apotek

b)             Memastikan kegiatan kefarmasian di Puskesmas berjalan dengan baik

c)             Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugas
untuk kelancaran pelaksanaan tugas

4)             Tugas Tambahan :

Membantu pelaksanaan kegiatan Poskesdes, Posyandu Lansia dan Posyandu Balita

Selain pelayanan resep, penyediaan perbekalan farmasi, para petugas Apotek juga memiliki
tugas masing-masing atas pencatatan data obat yang masuk dan keluar serta jumlah resep
yang masuk dan keluar serta jumlah resep yang masuk, sehingga dapat mempermudah dalam
penyesuaian laporan tiap akhir bulan, tetapi tugas-tugas yang diberikan terhadap masing-
masing tidak membuat petugas tersebut hanya bertanggung jawab terhadap tugasnya saja,
melainkan juga bertanggung jawab terhadap tugas lain ketika petugas lain ada keperluan yang
mendesak. Puskesmas Kuin Raya mempunyai denah alur pengobatan, sehingga pasien dapat
mengetahui tata cara berobat di Puskesmas. Lihat di lampiran.

4.2        

31

Manajemen Perbekalan Farmasi

Manajemen perbekalan farmasi mencakup manajemen pengelolaan obat yang bertujuan agar
obat yang diperlukan selalu tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup dan mutu serta
kualitas yang terjamin. Pengelolaan obat meliputi perancanaan, pengadaan, penyimpanan,
penerimaan, distribusi, pelayanan resep, administrasi pencatatan dan pelaporan.

1. Perencanaan

Perencanaan obat dan perbekalan farmasi Puskesmas Kuin Raya dilakukan tiap satu tahun
sekali oleh Apoteker selaku koordinator farmasi puskesmas yang dibantu oleh Asisten
Apoteker yang disusun berdasarkan data pemakaian obat tahun lalu, pola penyakit yang
sering muncul dan gabungan yang disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah
ditentukan oleh Gudang Farmasi Kota Banjarmasin.

Selain perencanaan tahunan, setiap bulannya juga dilakukan perencanaan dalam bentuk
pengisian Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Fungsi LPLPO
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Laporan pemakaian obat bulanan
2. Lembar permintaan bulanan
3. Laporan kunjungan resep
4. Dokumen bukti sebagai sumber informasi pengeluaran obat
5. Dokumen bukti sebagai sumber informasi penerimaan obat
6. Sumber informasi untuk perencanaan
7. Sarana monitoring evaluasi persediaan dan penggunaan obat, dan
8. Sarana peningkatan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan pemakaian
obat.

Adapun fungsi perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Menghindari kekosongan obat


2. Menghindari penumpukan obat
3. Menentukan anggaran
4.

32

Tersedianya jumlah dan jenis obat yang sesuai dengan kebutuhan

1. Penggunaan obat secara rasional

1. Pengadaan

Permintaan obat di Puskesmas Kuin Raya dilakukan setiap satu bulan sekali dan ditujukan
kepada Kepala Gudang Farmasi Kota Banjarmasin dengan format LPLPO yang
ditandatangani oleh pimpinan puskesmas dan Apoteker Pengelola Apotek (APA). LPLPO
tersebut berisi jumlah penerimaan, pemakaian, stok akhir, dan permintaan yang telah dihitung
berdasarkan kebutuhan dan persediaan yang ada. Sedangkan permintaan dari sub unit
(misalnya Puskesmas Pembantu) diajukan kepada Kepala Puskesmas yang dilakukan secara
periodik menggunakan LPLPO sub unit.

Jika terjadi kebutuhan obat meningkat (missal : pada penanganan kejadian luar biasa), maka
Puskesmas Kuin Raya akan melakukan permintaaan khusus ke Gudang Farmasi Kota dengan
menggunakan bon obat, yang nantinya data dari bon tersebut akan dimasukkan ke LPLPO
bulan berikutnya

Jumlah dan jenis obat yang sudah dipenuhi oleh Gudang Farmasi akan dikirim biasanya pada
pertengahan bulan, kemudian oleh petugas penerima wajib melakukan pengecekan terhadap
obat yang diserahkan. Pengecekan tersebut mencakup jenis, jumlah, dan kemasan obat sesuai
dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima jika barang yang
diserahkan sesuai dengan permintaan, kemudian barang tersebut dimasukkan dan disusun
dalam lemari atau rak yang telah tersedia. Jika terdapat kekurangan, penerima wajib
menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kursng dan lain-lain) Setiap penerimaan obat
dicatat pada buku register penerimaan obat.
 

1. Penyimpanan
1. Penyimpanan Obat

Penyimpanan obat dalam gudang Puskesmas Kuin Raya berdasarkan alfabet, bentuk sediaan,
sistem FEFO dan FIFO serta kondisi penyimpanan khusus. Beberapa obat yang perlu
disimpan khusus yaitu obat golongan narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari khusus
yang  terkunci. Obat kelompok vaksin dan suppositoria harus disimpan dalam lemari
pendingin untuk menjamin stabilitas sediaan.

33

Penyimpanan Resep

Resep dikumpulkan setiap hari kemudian digabungkan per bulan dan disimpan pertahun.
Resep-resep tersebut disimpan selama tiga tahun kemudian dimusnahkan dan dibuat berita
acara yang ditujukan kepada :

1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin


2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
3. Kepala Badan POM Banjarmasin
4. Arsip

1. Distribusi

Tujuan distribusi obat yaitu untuk menjamin ketersediaan obat, memelihara mutu obat,
memperpendek waktu tunggu, pengendalian persediaan, dan memudahkan pencarian dan
pengawasan. Obat dan alat kesehatan yang datang dari Gudang Farmasi Kota akan diterima
oleh apotek, kemudian apotek akan menyerahkan obat atau alat kesehatan tertentu ke unit
pelayanan seperti Pustu, Poskesdes, Posyandu Anak, Posyandu Lansia, dan Pusling.

Obat diserahkan ke unit pelayanan berdasarkan bon obat dari masing-masing unit pelayanan
yang diserahkan ke apotek sebagai data untuk pelaporan.

1. Pelayanan

Pelayanan di Puskesmas Kuin Raya diberikan setiap hari kerja, yaitu :

Senin – Kamis   : 08.00 – 12.00 WITA

Jumat                 : 08.00 – 10.00 WITA


Sabtu                 : 08.00 – 11.00 WITA

34

Kegiatan pelayanan di Apotek Puskesmas Kuin Raya meliputi :

1. Penerimaan resep
2. Peracikan dan penyediaan obat
3. Penyerahan obat beserta pelayanan informasi obat
4. Pendokumentasian resep
5. Pendokumentasian data pemakaian obat (register harian dan bulanan/LPLPO)
6. Pendokumentasian data pemantauan pemakaian obat generic
7. Pendokumentasian data rasionalitas obat meliputi 3 penyakit, yaitu ISPA non
pneumoni, diare non spesifik, dan myalgia.
8. Pendistribusian obat.

Pelayanan pengunjung di Puskesmas Kuin Raya yaitu pasien yang datang mendaftarkan diri
ke loket. Selanjutnya pasien menunggu panggilan, setelah dipanggil pasien menuju ke
masing-masing poli yang tersedia sesuai dengan penyakit yang sedang diderita. Kemudian
pasien diperiksa oleh dokter, perawat, atau bidan dan diberikan resep yang kemudian
diserahkan kepada petugas apotek.

Di Puskesmas Kuin Raya, resep dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :

1. Resep warna merah, untuk pasien pemegang kartu Askes


2. Resep warna hijau, untuk pasien pemegang kartu Jamkesmas
3. Resep warna putih, untuk pasien umum/pengobatan gratis
4. Resep warna abu-abu, untuk pasien luar daerah

Untuk pasien umum harus memenuhi syarat yang berlaku, yaitu membawa 1 lembar fotokopi
KTP (dewasa) atau Kartu Keluarga (anak-anak), untuk pasien yang menggunakan kartu
Askes dan Jamkesmas harus menunjukkan kartu tersebut pada petugas yang ada di loket.

Pasien menyerahkan resep ke bagian apotek, petugas apotek menyiapkan obat dan diberi
etiket , lalu diserahkan kepada pasien serta memberikan informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan obat tersebut yang perlu diketahui oleh pasien. Di apotek Puskesmas
Kuin Raya hanya melayani resep dari dokter yang bertugas di puskesmas bersangkutan.
Apabila ada pasien yang perlu penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke rumah sakit,
khususnya Rumah Sakit Ansari Saleh dan Rumah Sakit Ulin.

 
35

Resep dalam seharinya yang telah diterima oleh pihak Apotek akan dikumpulkan menjadi
satu oleh staf  loket untuk dihitung jumlah resep yang masuk dan disesuaikan dengan jumlah
pendaftar pada loket. Jumlah semua resep pasien ini yang nantinya akan dilaporkan pada
akhir bulan pada saat rapat bulanan.

Penduduk juga dapat membuat Surat Keterangan (SK) Sehat untuk keperluan tertentu pada
Puskesmas Kuin Raya dengan membayar retribusi pembuatan SK Sehat terlebih dahulu.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas ini gratis ditanggung oleh pemerintah, kecuali pembuatan
SK Sehat dan tindakan diluar Peraturan Daerah (Perda) Kota Banjarmasin.

Di Puskesmas Kuin Raya terdapat jadwal khusus pelayanan, seperti :

1. Pemeriksaan ibu hamil, dilakukan setiap hari Senin dan Selasa


2. Konsultasi KB (Keluarga Berencana), dilakukan setiap hari Rabu
3. Imunisasi bayi, dilakukan setiap hari Kamis
4. Administrasi dan Pelaporan

Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan dalam rangka
penatalaksanaan pelayanan kefarmasian agar lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.

Administrasi pencatatan dan penyimpanan resep antara lain :

1. Pencatatan jumlah semua resep harian yang masuk.


2. Mengarsipkan resep per harinya sesuai tanggal.
3. Menyimpan arsip tersebut secara berurutan dan diletakkan ditempat yang mudah
dicari dan dilihat.
4. Melakukan pemusnahan resep yang telah disimpan selama tiga tahun dengan cara
dibakar.
5. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan kepada Dinas Kesehatan
Kota dan Provinsi serta Badan POM.

36

Administrasi pencatatan dan pelaporan obat antara lain :

1. LPLPO dibuat setiap bulannya terhitung mulai tanggal tutup buku, yaitu setiap
tanggal 25 dan pelaporannya paling lambat diterima oleh Gudang Farmasi Kota
Banjarmasin dan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin setiap tanggal 1 pada bulan
berikutnya.
2. Register penerimaan obat, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mencatat semua
penerimaan obat yang diperoleh oleh Gudang Farmasi ke Puskesmas.
3. Register kadaluarsa obat, yaitu pencatatan setiap kadaluarsa obat yang diterima setiap
bulannya selama setahun untuk mempermudah mengetahui obat dan alat kesehatan
apa saja yang mempunyai kadaluarsa dekat agar dapat dikeluarkan terlebih dahulu.
Untuk obat yang kadaluarsa, maka pelaporannya ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin.
4. Register pengeluaran harian dan bulanan obat apotek.
5. Register pengeluaran obat dalam ruangan, yaitu pencatatan terhadap pengeluaran obat
atau alat kesehatab yang diminta oleh pengelola ruangan yang ada di puskesmas.
6. Register pengeluaran obat pustu.
7. Register bon obat, yaitu pencatatan yang dikhususkan kepada pemberian obat
terhadap Poskesdes dan Posyandu Lansia.
8. Register pengeluaran bulanan untuk acuan dalam membuat LPLPO.
9. Register tahunan.
10. Register narkotika dan psikotropik, dilakukan setiap bulannya berdasar LPLPO yang
akan dibuat, lalu dijumlahkan selama setahun berdasarkan pemakaian bulanan. Untuk
pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropik dilakukan setiap 1 (satu) bulan
sekali.
11. Pencatatan 20 macam pemakaian obat terbanyak, yaitu pencatatan yang dilakukan
tiap bulan berdasar LPLPO yang akan dibuat, lalu dijumlahkan selama setahun
berdasar pemakaian bulanan.
12. Pencatatan jumlah kunjungan resep yang masuk Apotek, Pustu, Poskesdes, Pusling,
dan Posyandu.
13.

37

Pencatatan monitoring indikator peresepan, yaitu pencatatanbyang berisi tentang monitoring


yang dikhususkan untuk penyakit ISPA, diare, dan myalgia. Pencatatan dilakukan setiap hari
dan hanya diambil satu pasien per penyakit jika terdapat kasus yang sesuai. Pelaporan kepada
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.

1. Pelaporan indikator monitoring peresepan, yaitu pelaporan yang dilakukan setiap


bulan ke bagian kefarmasian dan perizinan dan Gudang Farmasi Kota Banjarmasin.

4.3         Kegiatan Pelayanan Luar Gedung

Pelayanan luar gedung apotek Puskesmas Kuin Raya meliputi sejumlah kegiatan pelayanan
resep dan program-program pengobatan puskesmas di wilayah Kelurahan Belitung Utara,
Kelurahan Kuin Cerucuk, dan Kelurahan Kuin Selatan.

Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :


1. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Desa Siaga, yaitu Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Biasanya dilaksanakan setiap hari Selasa di Kelurahan Kuin Cerucuk, hari Rabu di
Kelurahan Kuin Selatan, dan hari Jumat di Kelurahan Belitung Utara.
2. Posyandu Lansia, meliputi : penyuluhan, pemeriksaan kesehatan sederhana untuk
lanjut usia. Biasanya dilaksanakan setiap hari Kamis dan Sabtu.
3. Posyandu Balita, meliputi : pendaftaran, penimbangan, imunisasi, dan pengobatan.
4. Puskesmas Keliling, yaitu program pelayanan kesehatan terpadu keluar gedung
Pusksesmas yang menjangkau daerah terpencil, tempat tinggal masyarakat yang sulit
mendapatkan akses pelayanan kesehatan terdekat.

Selain kegiatan pelayanan luar gedung diatas, masih ada kegiatan luar gedugn lain berupa :

1. Pelacakan kasus, berupa sweeping kasus berpotensi menular/wabah.


2.

38

Survey PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), berupa penelitian rumah tangga dengan
perilaku hidup bersih dan sehat.

1. Kunjungan rumah, yaitu melakukan kunjungan langsung ke lokasi tempat tinggal


pasien yang mengalami masalah kesehatan.

BAB V

PENUTUP

5.1         Kesimpulan

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,


dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, salah satunya adalah Puskesmas Kuin Raya.
Dalam sarana kesehatan Puskesmas, farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang pelayanan kesehatan juga dalam proses manajemen perbekalan farmasi.
Kesimpulan yang diperoleh selama Praktikum Kerja Lapangan  di Puskesmas Kuin Raya
adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan obat dan alat kesehatan Puskesmas Kuin Raya dilakukan setiap satu
tahun sekali berdasarkan jumlah pemakaian tahun sebelumnya, pola penyakit yang
sering muncul dan gabungan yang disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah
ditentukan oleh Gudang Farmasi Kota Banjarmasin. Selain perencanaan tahunan,
setiap bulannya juga dilakukan perencanaan dalam bentuk pengisisan LPLPO.
2. Pengadaan obat dilakukan setiap bulan dengan menggunakan LPLPO ke Gudang
Farmasi dan Dinas Kesehatan.
3. Penyimpanan obat dilakukan secara alfabet, bentuk sediaan, FEFO atau FIFO, dan
kondisi penyimpanan khusus.
4. Pendistribusian obat dilakukan berdasarkan resep Dokter yang berpraktik di
Puskesmas Kuin Raya, baik untuk resep yang dikeluarkan melalui pelayanan dalam
gedung maupun luar gedung.
5.

39

Pelayanan  di Puskesmas kuin Raya terbagi 2, yaitu pelayanan dalam gedung dan pelayanan
luar gedung (Poskesdes, Posyandu Lansia, Posyandu Balita, dan Pusling).

1. Administrasi dan pelaporan obat di apotek Puskesmas Kuin Raya dilakukan dengan
mencatat semua pengeluaran obat dalam register harian dan bulanan sebagai acuan
membuat LPLPO. Pelaporan peresepan penggunaan obat generik dilakukan tiap 3
(tiga) bulan sekali. Pelaporan narkotika dan psikotropik dilakukan tiap 1 (satu) bulan
sekali ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dengan tembusan
kepada :

a)

40

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

b)            Kepala BPOM Banjarmasin

c)             Arsip

5.2         Saran

1. Agar Puskesmas Kuin Raya tetap mempertahankan dan lebih meningkatkan


manajemen pengelolaan obat dan alat kesehatan serta pelayanan kefarmasian yang
sudah ada
2. Sebaiknya Gudang Farmasi yang ada di Puskesmas bisa dibuat lebih luas sehingga
obat dan alat kesehatan dapat tersusun dengan lebih baik

41

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Mohammad, 2007, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Depatemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Depkes RI, 1994, Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta

Depkes RI, 2003, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Depkes RI, 2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Hasbi, Muhammad Kairi dkk, 2012, Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan di
Puskesmas Kuin Raya, Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai