Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RAYA
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan adalah tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan memegang peranan penting
dalam meningkatkan kesejahteraan manusia, dan sebagai sumber daya pembangunan. Derajat
kesehatan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas dan memperkuat daya saing bangsa
yang semakin ketat di dunia (Hasbi dkk, 2012).
Salah satu pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat yaitu Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan sarana kesehatan masyarakat
terdepan yang memberi layanan kesehatan kepada masyarakat diseluruh pelosok tanah air.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya
yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan (Hasbi dkk, 2012).
Dalam sarana kesehatan puskesmas, farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang pelayanan kesehatan. Profesi farmasi saat ini telah mengalami perkembangan
yaitu dari orientasi pada obat berubah menjadi orientasi pada pasien dengan berdasarkan pada
asas pharmaceutical care, yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan
kualitas hidup pasien. Dengan bertambahnya kesadaran mengenai kesehatan dan
berkembangnya keinginan untuk ikut memikul tanggung jawab bagi kesehatan pasien
tersebut.
Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik untuk mencapai
keberhasilan dalam tujuan pendidikan, yang dapat diperoleh melalui pendidikan di kelas,
laboratorium maupun lapangan. Untuk mencapai pengalaman belajar pada tatanan yang nyata
dan komprehensif sehingga mahasiswa dapat lebih siap dan mandiri, maka dilaksanakan
Praktik Kerja Lapangan pada mahasiswa D3 Farmasi AKFAR ISFI Banjarmasin. Dengan
adanya Praktik Kerja Lapangan para mahasiswa dapat mengetahui langsung kondisi dan
situasi pada dunia kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam
dunia kerja dan belajar untuk menganalsis suatu gejala dan masalah yang timbul agar kelak
dapat diaplikasikan langsung pada pasien dengan diberi bimbingan dan pengarahan.
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti Pengantar Praktik Kerja Lapangan ini mahasiswa diharapkan mampu
memberikan pelayanan kefarmasian dengan pendekatan pharmaceutical care.
1. Tujuan khusus
Setelah mengikuti Pengantar Praktik Keja Lapangan ini mahasiswa diharapkan mampu:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yaitu merupakan suatu kegiatan dalam upaya
pemulihan kesehatan.
Upaya peningkatan kesehatan (promotif) yaitu suatu upaya kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat dan merupakan konsep kesatuan upaya kesehatan.
Hal tersebut menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk
Puskesmas yang merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang
bersifat pokok yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya
pelayanan kefarmasian di Puskesmas ditunjukan kepada semua penduduk dan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur (Depkes RI, 2006).
Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah suatu kecamatan, dengan beberapa
faktor yaitu: kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi, dan keadaan infrastruktur
lainnya yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah
kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa
atau kelurahan, dusun atau rukun warga (Depkes RI, 2006).
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan
unit pelayanan yang lebih sederhana diantaranya, yaitu:
Posyandu lansia (lanjut usia) untuk pelayanan pengobatan bagi usia lanjut
Adapun kewajiban dan wewenang dari setiap petugas Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Kepala Puskesmas
1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan obat dan pencatatan pelaporan di
Puskesmas
2) Mengawasi dan membina pelaksanaan pengelolaan obat dan pencatatan pelaporan
3) Mengajukan permintaan obat kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin,
GFK (Gudang Farmasi Kotamadya) setempat
4) Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kota Banjarmasin setempat
5) Melaporkan semua obat yang hilang, rusak, kadaluarsa dan obat yang tidak
dibutuhkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin , GFK (Gudang Farmasi
Kotamadya) setempat
6) Mengembalikan obat-obat yang tidak dibutuhkan, rusak, dan kadaluarsa kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin , GFK (Gudang Farmasi Kotamadya)
1) Menerima, menyimpan, memelihara obat yang ada di gudang dan membuat catatan
mutasi obat yang keluar maupun yang masuk gudang obat Puskesmas dalam kartu stok
3) Mengkompilasi data pemakaian dan sisa obat dari masing-masing sub-unit
4) Mempersiapkan laporan pemakaian dan permintaan obat kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin, GFK (Gudang Farmasi Kotamadya)
5) Menerima, menyimpan dan memelihara LPLPO (Laporan Pemakaian dan Laporan
Permintaan Obat) yang sudah diisi
9) Melaporkan obat yang tidak dipakai, hilang, rusak dan kadaluarsa kepada Kepala
Puskesmas
10) Menyimpan kartu stok selama 10 tahun
1) Menyimpan, memelihara dan membuat catatan mutasi obat yang diterima maupun
yang dipakai oleh kamar obat Puskesmas dalam bentuk Buku Harian Penerimaan dan
Pemakaian Obat
2) Memelihara dan menyimpan resep obat secara tertib (untuk bukti pengeluaran obat
kepada pasien)
3) Setiap awal bulan mempersiapkan data pemakaian obat dan jumlah penerimaan
resep (umum, Askes, dan gratis)
4)
Membuat laporan dan secara berkala mengajukan permintaan obat kepada Kepala
Puskesmas/petugas gudang obat
5) Melayani permintaan obat untuk keperluan Kamar Suntik, Puskesmas Keliling dan
Posyandu
1) Menyimpan, memelihara dan membuat catatan mutasi obat yang diterima maupun
yang dipakai oleh kamar obat Puskesmas dalam bentuk Buku Harian Penerimaan dan
Pemakaian Obat
2) Setiap awal bulan (jika stok hampir habis) mempersiapkan obat kepada Kepala
Puskesmas/petugas kamar obat
3) Menyimpan obat yang ada di kamar suntik dengan baik/pada tempat yang sesuai
4) Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluarsa kepada Kepala Puskesmas atau
petugas kamar obat
1) Menyimpan, memelihara dan membuat catatan mutasi obat yang diterima maupun
yang dipakai oleh kamar obat Puskesmas dalam bentuk Buku Harian Penerimaan dan
Pemakaian Obat
2) Setiap awal bulan mempersiapkan data pemakaian obat, sisa stok dan melaporkan
serta mengajukan permintaan obat kepada Kepala Puskesmas/petugas gudang obat
4)
1) Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan, mengajukan permintaan obat yang
diperlukan kepada Kepala Puskesmas/petugas kamar obat
Setelah selesai dengan kegiatan lapangan, segera mengembalikan sisa obat kepada Kepala
Puskesmas
2.3
Fungsi Puskesmas
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
untuk memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
10
Meningkatkan status gizi masyarakat melalui program perbaikan gizi seperti penanggulangan
Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Kurang Vitamin A dan Pemberdayaan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat. Kegiatan program ini dilakukan harian, bulanan,
semesteran maupun tahunan
1. Melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, pangan, alat kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar, dengan sasaran yang akan dicapai
sebagai berikut :
1. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
2.
11
Meningkatkan pengawasan penggunaan sediaan farmasi, pangan dan alat kesehatan
Pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya dapat dicapai melalui pembinaan,
pengembangan dan pelaksanaan serta pemantapan fungsi-fungsi administrasi kesehatan.
Selain itu juga didukung oleh informasi kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
serta hukum kesehatan. Fungsi-fungsi kesehatan tersebut, terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian serta pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan obat dan menyerahkan bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Pelayanan resap adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis
yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan
penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan terhadap resep merupakan salah satu pelayanan
farmasi di Puskesmas, selain itu penyediaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi untuk
Puskesmas. Pelayanan obat bertujuan agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter
dan dapat informasi bagaimana menggunakannya. Pelayanan obat adalah proses kegiatan
yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep
dokter sampai penyerahan obat kepada pasien (Anief,2007).
12
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang merupakan
suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
dan penyerahan. Tujuannya adalah tersedianya perbekalan farmasi yang bermutu serta
jumlah, jenis dan waktu yang tepat (Depkes RI, 2006).
1. Perencanaan
Suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk menentukan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat.
Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah :
1. Mendapat jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sesuai
kebutuhan
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat/penumpukan obat.
1. Pola penyakit
2. Kemampuan/daya beli masyarakat
3. Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaan farmasi dan
perbekalan yang akan diadakan (Depkes RI, 2008).
Perencanan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat
publik dan perbekalan kesehatan (POPPK) di Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan
oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan
kebutuhan obat tahunan. Oleh karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan
kebutuhan obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh
terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota. Dalam proses
perencanaan kebutuhan obat per tahun Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat
(LPLPO). Selanjutnya UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan)
yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah
kerjanya (Depkes RI, 2003).
13
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di tiap unit
pelayanan kesehatan adalah:
Yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelunnya. Hal yang perlu
diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data untuk informasi
dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
1. Permintaan obat
a)
14
Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia bagi
pelayanan kesehatan puiblik
b) Obat generik mempunyai mutu, efekasi yang memenuhi standar pengobatan
e) Meningkatkan efektifitas dan efesiansi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan
publik
1) Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota.
2) Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila: kebutuhan
meningkat, menghindari kekosongan, penanganan kejadian luar biasa (KLB), obat rusak dan
kadaluarsa.
1. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari
unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola dibawahnya. Tujuannya penerimaan
adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan di Puskesmas. Setiap penyerahan obat oleh UPOPPK, kepada Puskesmas
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Semua petugas yang terlibat dalam kegiataan
pengelolaan obat bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas Pembantu dan sub unit
kesehatan lainnya merupakan tanggung jawab Kepala Puskesmas Induk.
15
Petugas penerimaan obat wajib menerima pengecekan terhadap obat-obat yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi
dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima/diketahui Kepala Puskesmas
bila tidak memenuhi syarat petugas penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang
(rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada
buku penerima obat dan kartu stok (Depkes RI, 2003).
1. Distribusi
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain sub unit
pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat, laboratorium).
Tujuannya distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat waktu. Kegiatan
distribusi meliputi:
2)
16
Sisa stok
1. Penyerahan obat
2) Penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit-sub unit pelayanan.
Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO dan lembar pertama disimpan
sebagai tanda bukti penerimaan obat (Depkes RI, 2003).
1. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar
aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya
dapat dipertahankan.
Gudang obat Puskesmas merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua
perbekalan farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di Puskesmas. Adapun persyaratan gudang
obat Puskesmas sebagai berikut:
1. Tersedia lemari atau laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci
2. Sebaiknya ada pengukuran suhu ruangan
1. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegitan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan
pengendalian yaitu :
b) Menentukan :
1. Stok optimum adalah jumlah obat yang disarankan kepada unit pelayanan agar tidak
mengalami kekurangan dan kekosongan
2. Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadi sesuatu
hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan pengiriman di UPOPPK
3. Menentukan waktu tunggu (leadritme), yaitu waktu yang di perlukan dari mulai
pemesanan sampai obat di terima
c)
18
Pengendalian obat hilang
1. Kegiatan Pelayanan
2. Luas ruang pelayanan berukuran kurang lebih 3×4 meter dan mempunyai penerangan yang
cukup
1. Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk komunikasi
dengan pasien
2. Ruang pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan, bila perlu setiap jendela dilengkapi
dengan teralis
3. Tempat penyimpanan obat
Obat disimpan di lemari, rak atau kotak-kotak tertentu. Untuk obat-obat narkotika,
psikotropika hendaknya ditempatkan di dalam lemari terkunci. Tempatkan obat secara
terpisah berdasarkan bentuk seperti kapsul, tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain. Vaksin
dan serum ditempatkan di dalam lemari pendingin.susunan obat berdasarkan alfabetis, dan
terapkan sistem FIFO.
1. Tempat peracikan
d) Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk menghindari
kemungkinan terkontaminsi dan udara lembab
e) Wadah obat harus di beri label sesuai dengan obat yang ada di dalamnya
19
1. Mortir dengan stemper, kecil dan sedang
2. Spantel/sudip untuk membantu mencampurkan dan membersihkan
3. Spantel/sendok untuk menghitung tablet atau kapsul
4. Baki/wadah lain tempat menghitung tablet atau kapsul
5. Lap/serbet lain yang bersih masing-masing untuk salep dan serbuk
6. Kertas pembungkus, kantong plastik dan etiket
1. Penyiapan Obat
2. Memahami resep
a) Baca resep dengan cermat meliputi : nama obat, jenis dan bentuk sediaan obat, dosis,
cara pemakaian dan nama serta umur pasien
b) Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat resep
c) Kalau obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat alternatif/pengganti kepada
pembuat resep
20
Penyerahan Obat
1. Sebelum obat diserahkan, dilakukan pengecekan terakhir mengenai nama pasien, jenis
obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan dan sebagainya
2. Obat diberikan melalui loket
3. Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien
4. Informasi
Sebab utama penderita tidak menggunakan obat dengan tepat adalah karena penderita tidak
mendapatkan penjelasan yang cukup dari yang memberikan pengobatan atau yang
menyerahkan obat. Oleh karena itu, sangatlah penting menyediakan waktu untuk memberikan
penyuluhan kepada penderita tentang obat yang diberikan
1. Etika pelayanan
Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, karena disamping itu perlu sopan
santun dan kesabaran dalam melayani pasien, karena pasien sebagai penderita penyakit
biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya (Depkes RI, 2003).
21
Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang telah
dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data dalam
pelaporan. Selain itu, pencatatan stok obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan
pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor. Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya
obat, baik obat Narkotika, Psikotropika ataupun bukan jenis obat lain yang dicatat dalam
kartu stok masing-masing. Pencatatan stok dapat dilakukan untuk periode tertentu, baik per
hari, minggu ataupun perbulan. Pencatatan pada buku pemasukan, hanya dilakukan pada
waktu barang masuk ke-apotek di Puskesmas.
BAB III
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya menurut data terakhir adalah 41.237
jiwa dan 4.874 KK, sedangkan penduduk miskinnya sebanyak 5.149 jiwa perincian sebagai
berikut :
22
Menurut data dari kantor statistik Kota Banjarmasin (BPS) jumlah penduduk dengan jenis
kelamin wanita lebih banyak dari jenis kelamin laki – laki, perbandingan antar jumlah pria
Kelurahan Kuin Cerucuk Kelurahan Kuin Selatan, dan Belitung Utara dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
23
No
1 Kuin Cerucuk 9.930 Jiwa 10.078 jiwa 20.008 jiwa
2 Kuin Selatan 6.300 jiwa 6.221 jiwa 12.521 jiwa
3 Belitung Utara 4.340 jiwa 4.404 jiwa 8.744 jiwa
Jumlah 20.570 jiwa 20.703 jiwa 41.273 jiwa
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya mayoritas beragama Islam dengan kondisi
sosial dan ekonominya menengah ke bawah. Wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya
mempunyai iklim yang sama dengan wilayah lain di Kota Banjarmasin yaitu beriklim tropis
dengan kelembaban udara rata – rata 70 – 95 %.
Puskesmas Kuin Raya terletak di Kelurahan Kuin Cerucuk, Kecamatan Banjarmasin Barat
Kota Banjarmasin. Wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya terdiri dari 3 wilayah kelurahan
yaitu :
Secara geografis batas batas wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya adalah sebagai berikut :
24
Luas wilayah kelurahan adalah 2,05 km2 dengan jumlah RT sebanyak 86 RT. Luas wilayah
kerja Puskesmas Kuin Raya 3,70 Ha dengan kepadatan 26,021 / km2 . Berdasarkan letak
Puskesmas Kuin Raya, maka jarak tempuh wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya tersebut dari
yang terjauh adalah kurang lebih 30 menit dengan menggunakan roda empat. Kondisi jalan
berupa jalan beraspal, jalan semen cor, sarana transportasi sebagian menggunakan jalan darat,
hanya sebagian kecil yang menggunakan jalan air berupa perahu kecil atau kelotok.
1. Falsafah
Puskesmas Kuin Raya didirikan pada tahun 1974 sesuai dengan Instruksi Presiden dimana
awalnya tanah milik salah satu penduduk sekitar lingkungan Puskesmas, yang kemudian
dihibahkan kepada Pemerintah Kota Banjarmasin (Pemko) dan didirikan sebuah Puskesmas
dengan satu lantai. Akan tetapi, didirikannya Puskesmas ini masih belum memiliki sertifikat
yang asli dan sah, serta surat Izin Membuat Bangunan (IMB) karena masih terbentur
permasalahan dengan keturunan dari yang menghibahkan tanah tersebut.
Untuk pertama kalinya pada tahun 2007 Puskesmas ini dibangun ulang atau direnovasi
menjadi dua lantai. Pada tahun 2009 telah berdiri mandiri dalam mengupayakan peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan yang baik untuk masyarakat.
25
Puskesmas Kuin Raya sekarang dipimpin oleh dr.H.Ris Mohammad Abrar dengan jumlah 35
orang karyawan. Adapun kualifikasi tenaga kerja yang ada dari lulusan dengan ijazah Sarjana
(S1), Sarjana Muda, Diploma (DIII), Diploma (DI), SLTA, serta SMP.
Lantai 1 Lantai 2
Loket Ruang Kepala Puskesmas
Apotek Ruang Tata Usaha
BP Dewasa Ruang Gizi
Ruang KIA Ruang Imunisasi
Ruang Kesling BP Anak
BP Gigi Ruang Pemeriksaan Haji
Ruang Lansia Ruang Laboratorium
Ruang Komputer dan Verivakator
Ruang Tunggu Pasien
KU
WC Umum Ruang Tunggu Pasien
– Gudang
– WC Karyawan
26
Struktur organisasi Puskesmas Kuin Raya dapat dilihat pada daftar gambar.
Di apotek Puskesmas Kuin Raya terdapat 1 orang Apoteker dan 1 orang Asisiten Apoteker
yang bertanggung jawab atas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas.
Apotek Puskesmas Kuin Raya memberikan pelayanan setiap hari mulai pukul 08.00-
12.00WITA, kecuali pada hari Jum’at mulai pukul 08.00-10.00WITA dan pada hari Sabtu
pukul 08.00-11.00WITA. Puskesmas Kuin Raya melayani 4 jenis resep, yaitu resep “Umum”
untuk masyarakat umum, resep “Askes” untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi
kesehatan, dan resep “Jamkesmas”, untuk masyarakat pemegang kartu Jamkesmas, dan untuk
masyarakat di luar wilayah kerja puskesmas atau pasien umum yang bayar.
BAB IV
PEMBAHASAN
12 3 orang
27
Petugas Gizi
13 Petugas Farmasi 2 orang
28
14 Tata Usaha / Pekarya Kesehatan
1/1 orang
15 TKS 3 orang
16 Penjaga Keamanan/Kebersihan 1 orang
Jumlah 35 orang
Pengelola Apotek Puskesmas Kuin Raya adalah seorang Apoteker. Apoteker sebagai tenaga
ahli di bidang obat sangatlah diperlukan dalam rangka pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan yang baik dan benar di Puskesmas. Apoteker di Puskesmas Kuin Raya memiliki
tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya sesuai dengan kompetensi
Apoteker di Puskesmas. Tugas dan tanggung jawab tersebut dikerjakan semata-mata untuk
menjamin ketersediaan obat dan untuk menjamin mutu obat dan perbekalan kesehatan agar
memiliki kualitas yang baik dan mutunya dapat terjamin. Tenaga Farmasi di Puskesmas Kuin
Raya adalah seorang Apoteker dan seorang Asisten Apoteker.
Di Apotek Puskesmas Kuin Raya, Apoteker dan Asisten Apoteker memiliki tugas masing-
masing. Adapun tugas tersebut sebagai berikut adalah :
1. a. Apoteker
Tugas :
a) Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik, mempersiapkan
obat sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien
tentang pemakaian obat
b)
29
Merencanakan kebutuhan obat dan perbekalan kefarmasian baik bulanan dan tahunan
c) Mengelola pemasukan obat dan alkes baik dari Gudang Farmasi, ASKES maupun
Jamkesmas
2) Fungsi :
Sebagai Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas kepala Puskesmas dalam pengelolaan
dan pencatatan obat dan perbekalan kefarmasian di Puskesmas yang dalam pelaksanaannya
dibantu oleh Asisten Apoteker.
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugas
untuk kelancaran pelaksanaan tugas
1. Tugas Tambahan :
30
Tugas :
a) Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik, mempersiapkan
obat sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien
tentang pemakaian obat
2) Fungsi:
Sebagai Asisten Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas Apoteker dalam pengelolaan
dan pencatatan obat dan perbekalan kefarmasian
c) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugas
untuk kelancaran pelaksanaan tugas
Selain pelayanan resep, penyediaan perbekalan farmasi, para petugas Apotek juga memiliki
tugas masing-masing atas pencatatan data obat yang masuk dan keluar serta jumlah resep
yang masuk dan keluar serta jumlah resep yang masuk, sehingga dapat mempermudah dalam
penyesuaian laporan tiap akhir bulan, tetapi tugas-tugas yang diberikan terhadap masing-
masing tidak membuat petugas tersebut hanya bertanggung jawab terhadap tugasnya saja,
melainkan juga bertanggung jawab terhadap tugas lain ketika petugas lain ada keperluan yang
mendesak. Puskesmas Kuin Raya mempunyai denah alur pengobatan, sehingga pasien dapat
mengetahui tata cara berobat di Puskesmas. Lihat di lampiran.
4.2
31
Manajemen perbekalan farmasi mencakup manajemen pengelolaan obat yang bertujuan agar
obat yang diperlukan selalu tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup dan mutu serta
kualitas yang terjamin. Pengelolaan obat meliputi perancanaan, pengadaan, penyimpanan,
penerimaan, distribusi, pelayanan resep, administrasi pencatatan dan pelaporan.
1. Perencanaan
Perencanaan obat dan perbekalan farmasi Puskesmas Kuin Raya dilakukan tiap satu tahun
sekali oleh Apoteker selaku koordinator farmasi puskesmas yang dibantu oleh Asisten
Apoteker yang disusun berdasarkan data pemakaian obat tahun lalu, pola penyakit yang
sering muncul dan gabungan yang disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah
ditentukan oleh Gudang Farmasi Kota Banjarmasin.
Selain perencanaan tahunan, setiap bulannya juga dilakukan perencanaan dalam bentuk
pengisian Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Fungsi LPLPO
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Laporan pemakaian obat bulanan
2. Lembar permintaan bulanan
3. Laporan kunjungan resep
4. Dokumen bukti sebagai sumber informasi pengeluaran obat
5. Dokumen bukti sebagai sumber informasi penerimaan obat
6. Sumber informasi untuk perencanaan
7. Sarana monitoring evaluasi persediaan dan penggunaan obat, dan
8. Sarana peningkatan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan pemakaian
obat.
32
1. Pengadaan
Permintaan obat di Puskesmas Kuin Raya dilakukan setiap satu bulan sekali dan ditujukan
kepada Kepala Gudang Farmasi Kota Banjarmasin dengan format LPLPO yang
ditandatangani oleh pimpinan puskesmas dan Apoteker Pengelola Apotek (APA). LPLPO
tersebut berisi jumlah penerimaan, pemakaian, stok akhir, dan permintaan yang telah dihitung
berdasarkan kebutuhan dan persediaan yang ada. Sedangkan permintaan dari sub unit
(misalnya Puskesmas Pembantu) diajukan kepada Kepala Puskesmas yang dilakukan secara
periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Jika terjadi kebutuhan obat meningkat (missal : pada penanganan kejadian luar biasa), maka
Puskesmas Kuin Raya akan melakukan permintaaan khusus ke Gudang Farmasi Kota dengan
menggunakan bon obat, yang nantinya data dari bon tersebut akan dimasukkan ke LPLPO
bulan berikutnya
Jumlah dan jenis obat yang sudah dipenuhi oleh Gudang Farmasi akan dikirim biasanya pada
pertengahan bulan, kemudian oleh petugas penerima wajib melakukan pengecekan terhadap
obat yang diserahkan. Pengecekan tersebut mencakup jenis, jumlah, dan kemasan obat sesuai
dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima jika barang yang
diserahkan sesuai dengan permintaan, kemudian barang tersebut dimasukkan dan disusun
dalam lemari atau rak yang telah tersedia. Jika terdapat kekurangan, penerima wajib
menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kursng dan lain-lain) Setiap penerimaan obat
dicatat pada buku register penerimaan obat.
1. Penyimpanan
1. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat dalam gudang Puskesmas Kuin Raya berdasarkan alfabet, bentuk sediaan,
sistem FEFO dan FIFO serta kondisi penyimpanan khusus. Beberapa obat yang perlu
disimpan khusus yaitu obat golongan narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari khusus
yang terkunci. Obat kelompok vaksin dan suppositoria harus disimpan dalam lemari
pendingin untuk menjamin stabilitas sediaan.
33
Penyimpanan Resep
Resep dikumpulkan setiap hari kemudian digabungkan per bulan dan disimpan pertahun.
Resep-resep tersebut disimpan selama tiga tahun kemudian dimusnahkan dan dibuat berita
acara yang ditujukan kepada :
1. Distribusi
Tujuan distribusi obat yaitu untuk menjamin ketersediaan obat, memelihara mutu obat,
memperpendek waktu tunggu, pengendalian persediaan, dan memudahkan pencarian dan
pengawasan. Obat dan alat kesehatan yang datang dari Gudang Farmasi Kota akan diterima
oleh apotek, kemudian apotek akan menyerahkan obat atau alat kesehatan tertentu ke unit
pelayanan seperti Pustu, Poskesdes, Posyandu Anak, Posyandu Lansia, dan Pusling.
Obat diserahkan ke unit pelayanan berdasarkan bon obat dari masing-masing unit pelayanan
yang diserahkan ke apotek sebagai data untuk pelaporan.
1. Pelayanan
34
1. Penerimaan resep
2. Peracikan dan penyediaan obat
3. Penyerahan obat beserta pelayanan informasi obat
4. Pendokumentasian resep
5. Pendokumentasian data pemakaian obat (register harian dan bulanan/LPLPO)
6. Pendokumentasian data pemantauan pemakaian obat generic
7. Pendokumentasian data rasionalitas obat meliputi 3 penyakit, yaitu ISPA non
pneumoni, diare non spesifik, dan myalgia.
8. Pendistribusian obat.
Pelayanan pengunjung di Puskesmas Kuin Raya yaitu pasien yang datang mendaftarkan diri
ke loket. Selanjutnya pasien menunggu panggilan, setelah dipanggil pasien menuju ke
masing-masing poli yang tersedia sesuai dengan penyakit yang sedang diderita. Kemudian
pasien diperiksa oleh dokter, perawat, atau bidan dan diberikan resep yang kemudian
diserahkan kepada petugas apotek.
Untuk pasien umum harus memenuhi syarat yang berlaku, yaitu membawa 1 lembar fotokopi
KTP (dewasa) atau Kartu Keluarga (anak-anak), untuk pasien yang menggunakan kartu
Askes dan Jamkesmas harus menunjukkan kartu tersebut pada petugas yang ada di loket.
Pasien menyerahkan resep ke bagian apotek, petugas apotek menyiapkan obat dan diberi
etiket , lalu diserahkan kepada pasien serta memberikan informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan obat tersebut yang perlu diketahui oleh pasien. Di apotek Puskesmas
Kuin Raya hanya melayani resep dari dokter yang bertugas di puskesmas bersangkutan.
Apabila ada pasien yang perlu penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke rumah sakit,
khususnya Rumah Sakit Ansari Saleh dan Rumah Sakit Ulin.
35
Resep dalam seharinya yang telah diterima oleh pihak Apotek akan dikumpulkan menjadi
satu oleh staf loket untuk dihitung jumlah resep yang masuk dan disesuaikan dengan jumlah
pendaftar pada loket. Jumlah semua resep pasien ini yang nantinya akan dilaporkan pada
akhir bulan pada saat rapat bulanan.
Penduduk juga dapat membuat Surat Keterangan (SK) Sehat untuk keperluan tertentu pada
Puskesmas Kuin Raya dengan membayar retribusi pembuatan SK Sehat terlebih dahulu.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas ini gratis ditanggung oleh pemerintah, kecuali pembuatan
SK Sehat dan tindakan diluar Peraturan Daerah (Perda) Kota Banjarmasin.
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan dalam rangka
penatalaksanaan pelayanan kefarmasian agar lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.
36
1. LPLPO dibuat setiap bulannya terhitung mulai tanggal tutup buku, yaitu setiap
tanggal 25 dan pelaporannya paling lambat diterima oleh Gudang Farmasi Kota
Banjarmasin dan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin setiap tanggal 1 pada bulan
berikutnya.
2. Register penerimaan obat, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mencatat semua
penerimaan obat yang diperoleh oleh Gudang Farmasi ke Puskesmas.
3. Register kadaluarsa obat, yaitu pencatatan setiap kadaluarsa obat yang diterima setiap
bulannya selama setahun untuk mempermudah mengetahui obat dan alat kesehatan
apa saja yang mempunyai kadaluarsa dekat agar dapat dikeluarkan terlebih dahulu.
Untuk obat yang kadaluarsa, maka pelaporannya ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin.
4. Register pengeluaran harian dan bulanan obat apotek.
5. Register pengeluaran obat dalam ruangan, yaitu pencatatan terhadap pengeluaran obat
atau alat kesehatab yang diminta oleh pengelola ruangan yang ada di puskesmas.
6. Register pengeluaran obat pustu.
7. Register bon obat, yaitu pencatatan yang dikhususkan kepada pemberian obat
terhadap Poskesdes dan Posyandu Lansia.
8. Register pengeluaran bulanan untuk acuan dalam membuat LPLPO.
9. Register tahunan.
10. Register narkotika dan psikotropik, dilakukan setiap bulannya berdasar LPLPO yang
akan dibuat, lalu dijumlahkan selama setahun berdasarkan pemakaian bulanan. Untuk
pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropik dilakukan setiap 1 (satu) bulan
sekali.
11. Pencatatan 20 macam pemakaian obat terbanyak, yaitu pencatatan yang dilakukan
tiap bulan berdasar LPLPO yang akan dibuat, lalu dijumlahkan selama setahun
berdasar pemakaian bulanan.
12. Pencatatan jumlah kunjungan resep yang masuk Apotek, Pustu, Poskesdes, Pusling,
dan Posyandu.
13.
37
Pelayanan luar gedung apotek Puskesmas Kuin Raya meliputi sejumlah kegiatan pelayanan
resep dan program-program pengobatan puskesmas di wilayah Kelurahan Belitung Utara,
Kelurahan Kuin Cerucuk, dan Kelurahan Kuin Selatan.
Selain kegiatan pelayanan luar gedung diatas, masih ada kegiatan luar gedugn lain berupa :
38
Survey PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), berupa penelitian rumah tangga dengan
perilaku hidup bersih dan sehat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Perencanaan obat dan alat kesehatan Puskesmas Kuin Raya dilakukan setiap satu
tahun sekali berdasarkan jumlah pemakaian tahun sebelumnya, pola penyakit yang
sering muncul dan gabungan yang disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah
ditentukan oleh Gudang Farmasi Kota Banjarmasin. Selain perencanaan tahunan,
setiap bulannya juga dilakukan perencanaan dalam bentuk pengisisan LPLPO.
2. Pengadaan obat dilakukan setiap bulan dengan menggunakan LPLPO ke Gudang
Farmasi dan Dinas Kesehatan.
3. Penyimpanan obat dilakukan secara alfabet, bentuk sediaan, FEFO atau FIFO, dan
kondisi penyimpanan khusus.
4. Pendistribusian obat dilakukan berdasarkan resep Dokter yang berpraktik di
Puskesmas Kuin Raya, baik untuk resep yang dikeluarkan melalui pelayanan dalam
gedung maupun luar gedung.
5.
39
Pelayanan di Puskesmas kuin Raya terbagi 2, yaitu pelayanan dalam gedung dan pelayanan
luar gedung (Poskesdes, Posyandu Lansia, Posyandu Balita, dan Pusling).
1. Administrasi dan pelaporan obat di apotek Puskesmas Kuin Raya dilakukan dengan
mencatat semua pengeluaran obat dalam register harian dan bulanan sebagai acuan
membuat LPLPO. Pelaporan peresepan penggunaan obat generik dilakukan tiap 3
(tiga) bulan sekali. Pelaporan narkotika dan psikotropik dilakukan tiap 1 (satu) bulan
sekali ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dengan tembusan
kepada :
a)
40
c) Arsip
5.2 Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1994, Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 2003, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Hasbi, Muhammad Kairi dkk, 2012, Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan di
Puskesmas Kuin Raya, Banjarmasin