Anda di halaman 1dari 13

NAMA: NURUL LATIFAH

NIM: 20061063
JURUSA/ PRODI: TEKNIK SIPIL/ PTB
MATA KULIAH: ADMINISTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN
DOSEN: Drs. Irsyad, M.Pd

menganalisis konsep dasar dan proses supervise Pendidikan

a. Konsep dasar supervise pendidikan (pengertian, rasional, tujuan, fungsi)


A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu super
yang artinya “di atas”, dan vision yang arti “melihat”, maka secara keseluruhan supervisi
diartikan sebagai “melihat dari atas”(Subari, 1994). Melihat dalam hubungannya dengan
masalah supervisi dapat diartikan dengan menilik, mengontrol, atau
mengawasi.Supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan
kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di atas atau lebih tinggi dari guru
untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Good Carter dalam Sahertian (2008) menyatakan bahwa supervisi adalah usaha
dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya
dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan
pengajaran, metode, dan evaluasi pengajaran. Supervisi ialah pembinaan yang diberikan
kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik (Subroto, 1988). Haris dalam
Oliva (1984) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang
dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan
sekolah secara langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan proses belajar siswa.
Supervisi pendidikan adalah suatu proses bimbingan dari pihak kepala sekolah
kepada guru-guru dan personalia sekolah yang langsung menangani belajar para siswa,
untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para siswa dapat belajar secara efektif
dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Supervisi dapat diartikan sebagai
pembinaan, dimana sasaran pembinaan tersebut adalah kepala sekolah, guru, dan
pegawai tata usaha. Supervisor adalah orang yang melakukan supervisi.

B. Tujuan dan fungsi Supervisi Pendidikan


1. Tujuan
Semua kegiatan yang dilakukan tentu memiliki tujuan dan selalu mengarah
kepada tujuan yang ingin dicapai tersebut. Supervisi pendidikan merupakan salah satu
bentuk kegiatan manusia yang memiliki tujuan yang ingin dicapai dari proses
pelaksanaanya.Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses
belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi pendidikan tidak hanya
untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru
termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar
mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian
bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan
penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi
pengajaran.
Supervisi yang baik adalah yang mengarahkan perhatiannya pada dasar-dasar
pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum
pendidikan. Fokusnya bukan pada seorang atau sekelompok orang, akan tetapi semua
orang seperti guru-guru, para pegawai, dan kepala sekolah lainnya adalah teman sekerja
yang sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya
kegiatan belajar mengajar yang baik.
Arikunto (2004) membagi tujuan supervisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tujuan umum
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru dan staf sekolah yang lain agar personil tersebut mampu meningkatkan
kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses
pembelajaran. Selanjutnya apabila kualitas kinerja guru dan staf sudah meningkat,
demikian pula mutu pembelajarannya, maka diharapkan prestasibelajar siswa juga
akan meningkat. Pemberian bantuan pembinaan dan pembimbing tersebut dapat
bersifat langsung ataupaun tidak langsung kepada giru yangbersangkutan.
Pemberian bantuan dan pembimbing tersebut di dasarkan atas data yang
lengkap, tepat, akurat, dan rinci, serta benar-benar harus sesuai dengan kenyataan.
Tujuan yang masih umum ini tidak mudah untuk dicapai, tetapi harus di jabarkan
menjadi tujuan khusus yang rinci dan jelas sasarannya.

b. Tujuan khusus
Tujuan khusus supervisi meliputi:
1) Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik yang
belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
2) Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan membimbing
siswa mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
3) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung
dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.
4) Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada
untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan belajar siswa.
5) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kinerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat
mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
6) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga tercipta
situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan sekolah pada
umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan
keberhasilan lulusan.

Menurut Mulyasa (2013), tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai


berikut:

1. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan


pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan
tersebut.
2. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan
peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif.
3. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis
terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar mengajar, serta
menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan. 
4. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lain
terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif, serta memperbesar
kesediaan untuk tolong menolong. 
5. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk
mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya. 
6. Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program
pendidikan di sekolah kepada masyarakat. 
7. Melindungi orang-orang yang di supervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak
wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
8. Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya
untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. 
9. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) di antara guru.

2. Fungsi
Menurut Maryono (2011), fungsi supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian. Fungsi penelitian adalah fungsi yang harus dapat mencari jalan keluar dari
masalah yang dihadapi.
2. Penilaian. Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang
diinginkan, seberapa besar yang telah dicapai, dan penilaian ini dilakukan dengan
berbagai cara seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa,
melihat perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedur lain yang berorientasi
pada peningkatan mutu pendidikan. 
3. Perbaikan. Fungsi perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru baik
secara perseorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai
perbaikan dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan
bimbingan, yaitu dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat,
mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu
menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.
4. Pembinaan. Fungsi pembinaan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan
kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalam melaksanakan suatu proses
pembelajaran, pembinaan ini dapat dilakukan denagan cara demonstrasi mengajar,
workshop, seminar, observasi, konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan
sepervisi. 

b. Ruang lingkup (akademik dan manajerial)


a. Supervisi akademik
ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik.
a. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan
mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah
karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah
diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa
diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada
satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru
(Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan
kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus
dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan program supervisi akademik (Sergiovanni, 1987 dan
Daresh, 1989).
b. Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemam- puannya
harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya
program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk
program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena
supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan
guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor
dan guru.
c. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu
memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Secara rinci, tujuan supervisi
akademik akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

b. Supervisi manajerial
Di muka telah dijelaskan bahwa esensi supervisi manajerial adalah
pemantauan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah.
Dengan demikian fokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan bidang
garapan manajemen sekolah, yang antara lain meliputi:
(a) manajemen kurikulum dan pembelajaran,
(b) kesiswaan,
(c) sarana dan prasarana,
(d) ketenagaan,
(e) keuangan,
(f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
(g) layanan khusus.
Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal di atas, pengawas sekaligus juga
dituntut melakukan pematauan terhadap pelaksanaan standar nasional
pendidikan yang meliputi delapan komponen, yaitu: (a) standar isi, (b)
standar kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d) tandar pendidik dan
tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar
pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian.
Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah
terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional
pendidikan.Salah satu fokus penting lainnya dalam dalam supervisi
manajerial oleh pengawas terhadap sekolah, adalah berkaitan pengelolaan
atau manajemen sekolah. Sebagaimana diketahui dalam dasa warsa terakhir
telah dikembangkan wacana manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagai
bentuk paradigma baru pengelolaan dari sentralisasi ke desentralisasi yang
memberi- kan otonomi kepada pihak sekolah dan meningkatkan partisipasi
masyarakat (Sudarwan Danim, 2006: 4) Pengawas dituntut dapat
menjelaskan sekaligus mengintroduksi model inovasi manajemen ini sesuai
dengan konteks sosial budaya serta kondisi internal masing-masing sekolah.

c. Prinsip supervise Pendidikan


Seorang pemimpin pendidikan yang disebut sebagai supervisor dalam
melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi pendidikan sebagai
berikut:
1. Prinsip ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam
kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.
b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket,
observasi, dan percakapan pribadi.
c. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.

2. Prinsip demokratis
Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat
guru bukan berdasarkan atasan dan bawahan akan tetapi berdasarkan rasa
kesejawatan. Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk
mengembangkan tugasnya. Hubungan supervisor dengan calon guru adalah hubungan
kolegial dan interaktif. Diskusi antara supervisor dengan calon guru bersifat
demokratis, mulai dari perencanaan, pengkajian balikan, maupun tindak lanjut.
3. Prinsip kerja sama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi sharing of
idea, sharing of experience, memberi support mendorong, menstimulasi guru,
sehingga mereka merasa tumbuh bersama. Mengutamakan prakarsa dan tanggung
jawab calon guru pada tahap perencanaan, pengkajian balikan, pengambilan putusan
dan tindak lanjut.
4. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas, jika supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan
bukan dengan cara-cara yang menakutkan. Supervisi juga harus berpegang teguh pada
pancasila yang merupakan prinsip asasi dan merupakan landasan utama dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban (Sahertian, 2008).
Prinsip supervisi pendidikan dapat dibedakan atas prinsip positif dan prinsip
negatif, untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.
1. Prinsip positif adalah prinsip-prinsip yang patut diikuti, diantaranya adalah:
a. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.
b. Supervisi harus kreatif dan konstruktif.
c. Supervisi harus scientific dan efektif.
d. Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru.
e. Supervisi harus berdasarkan kenyataan.
f. Supervisi harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengadakan
self evaluation.
2. Prinsip negatif adalah prinsip-prinsip larangan yang tidak boleh dilakukan,
diantaranya adalah:
a. Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter.
b. Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru.
c. Seorang supervisor bukan seorang inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa
apakah peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi yang telah diberikan
dilaksanakan atau tidak.
d. Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih baik dari pada guru-
guru oleh karena jabatannya.
e. Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam
cara-cara guru mengajar.
f. Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila ia mengalami kegagalan (Rifai,
1982).

d. Peranan Kepala sekolah sebagai supervisor Pendidikan

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan penyusun dan


melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan
menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program
supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler,
pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan
melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan
program supervisi klinis, program supervisi nonklinis dan program supervisi kegiatan
ekstrakurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus
diwujudkan dala pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.

Kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai supervisor berkewajiban membina para


guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Bagi guru yang sudah baik agar
dapat dipertahankan kualiasnya dan bagi guru yang belum baik dapat dikembangkan
menjadi lebih baik. Sementara itu, semua guru yang baik dan sudah berkompeten maupun
yang masih lemah harus diupayakan agar tidak ketinggalan jaman dalam proses
pembelajaran maupun materi yang menjadi bahan ajar.

Agar pelaksanaan tugas-tugas itu dapat dikerjakan dengan baik, maka kepala sekolah
dituntut mempunyai berbagai cara dan teknik supervisi terutama yang berhubunganya
dengan pelaksanaan tugas-tugas guru dan karyawan, dan pertumbuhan jabatan. Karena
kepala sekolah sebagai pemimpin utama dan penggerak dalam pelaksanaan pendidikan
dan pembelajaran.

Kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas sebagai supervisor, hendaknya dilaksanakan


dengan demokratis ia menghargai pendapat guru, dan memberikan kesempatan untuk
melahirkan gagasan dan pendapat. Keputusan yang di ambil dengan jalan musyawarah,
karena tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan bersama.

Oleh karena itu seperti dikatakan oleh Moh. Rifa’i kepala sekolah dalam menjalankan
supervisi hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut;

a. Supervisi bersifat konstruktif dan kreatif

b. Supervisi harus berdasarkan kenyataan

c. Supervisi harus sederhana dan informal

d. Supervisi harus memberikan perasaan aman

e. Supervisi harus didasarkan hubungan professional

f. Supervisi harus memperhatikan sikap

g. Supervisi tidak bersifat mendesak

h. Supervisi tidak boleh atas kekuasaan pangkat

i. Supervisi tidak mencari kesalahan, kekurangan.

j. Supervisi tidak cepat mengharapkan hasil

k. Supervisi hendaknya bersifat freventif, korektif dan kooperatif.


Dengan demikian administrasi pendidikan yang demokratis akan memperhatikan prinsip
dan akhirnya mendatangkan pertukaran pikiran guru dan karyawan sehingga mendorong
untuk berinisiatif. Oleh karena itu kepala madrasah sebagai supervisor sekaligus sebagai
pemimpin pendidikan, perlu memilih penggunaan administrasi sekolah yang demokratis.

Kepala sekolah sebagai supervisor atau pengawas yang tugaskan di lembaga Depag
maupun Diknas, harus benar-benar mengerti bantuan apa yang sebenarnya dibutuhkan
oleh guru dalam melaksanakan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Meningkatkan
mutu pembelajaran menjadi landasan profesionalisme supervisi pendidikan. Karenanya
diperlukan perubahan dan pengembangan visi berorientasi pada mutu, kecerdasan siswa,
dan paradigma baru pendidikan.

Alfonso, Neagley dan Evans, dan Marks Stroops menggambarkan hubungan supervisi,
proses pembelajaran dan hasil belajar. Gambar ini menjelaskan bahwa kualitas supervisi
direfleksikan pada peningkatan kemampuan guru meningkatkan hasil belajar pesera didik.

Interaksi dalam kegiatan supervisi pendidikan ditampakkan pada: (1) perilaku supervisor
dalam memberi pelayanan kepada guru yang disebut dengan pembinaan profesional
dengan memberikan penguatan pada perilaku mengajar guru; (2) supervisor membantu
menumbuhkan profesionalisme guru dengan meningkatkan intensitas pelayanan
supervisor terhadap guru; dan (3) upaya guru membantu peserta didik mencapai harapan
belajarnya dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan tuntunan belajarnya.
Artinya kemampuan supervisor memberi supervisi kepada guru mengatasi kesulitan
belajar siswa menjadi jaminan dalam bahwa kualitas layanan belajar sesuai harapan.

Dalam pelaksanaanya kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-


prinsip:
1. Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis.

2. Dilaksanakan secara demokratis.

3. Berpusat pada tenaga pendidikan (guru).

4. Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga pendidikan.

5. Merupakan bantuan profesional.


Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui
diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.
1. bentuk-bentuk pelakasanaa supervisi kepala sekolah

2. Usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pelaksanaan supervisi


pendidikan oleh kepala sekolah, maka kegiatan supervisi perlu dilandasi oleh hal-hal
sebagai berikut:

a. Kegiatan supervisi pendidikan harus dilandaskan pada filsafat pancasila. Hal ini berarti
dalam melaksanakan bantuan berupa perbaikan proses belajar mengajar, supervisor harus
dijiwai oleh penghayatan terhadap nilai-nilai pancasila.

b. Pemecahan masalah supervisi harus dilandaskan kepada pendekatan ilmiah dan


dilakukan secara kreatif.

c. Keberhasilan pelaksanaan supervisi harus dilandaskan kepada pendekatan menunjang


prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar.

d. Supervisi harus dapat menjamin kontinuitas perbaikan dan perubahan program


pengajaran.
e. Supervisi bertujuan mengembangkan keadaan yang favorable untuk terjadi proses
belajar mengajar yang efektif.

Landasan-landasan pelaksanaan supervisi tersebut, dapat dijadikan acuan untuk


melaksanakan supervisi pendidikan terhadap guru, yaitu:

Pembinaan Profesional Guru Proses belajar mengajar merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan antara pendidik dan peserta didik. Guru merupakan
sebuah profesi yang membutuhkan keahlian khusus sebagai tenaga yang
profesional.keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh keprofesionalan guru yang
mampu mengorganisir seluruh pengalaman belajar, sedangkan kepala sekolah
mempunyai tugas untuk membantu, memberikan stimulus dan mendorong guru untuk
bekerja secara optimal.

Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, tujuannya adalah membantu guru-guru
memperbaiki situasi mengajar. Salah satu tugas dalam rangka meningkatkan mutu proses
belajar mengajar di sekolah. Sahertian menganalisa situasi proses belajar mengajar itu
terdiri atas komponen yang perlu ditingkatkan. Komponen-komponen tersebut mencakup
beberapa hal yaitu:

1. Membantu guru-guru melihat dengan jelas kaitan antara tujuan-tujuan Pendidikan

2. membantu guru-guru agar lebih mampu membimbing pengalaman belajar (learning


experience) dan keaktifan belajar (learning activities) murid-murid.

3. Membantu guru menggunakan sumber dan media belajar.

4. Membantu guru dalam menerapkan metode dan teknik mengajar yang lebih berdaya
guna dan berhasil guna.

5. Membantu guru dalam menganalisa kesulitan-kesulitan belajar dan kebutuhan murid.

6. Membantu guru dalam menilai proses belajar mengajar dan hasil belajar murid.

Dalam pembahasan ini, peneliti tidak menguraikan keseluruhan komponen, tetapi disini
ada beberapa komponen yang sangat berpengaruh terhadap aktifitas guru dalam proses
belajar mengajar.

a. Membantu guru dalam persiapan mengajar

Keseluruhan kegiatan guru di dalam kelas maupun di luar kelas sangat membutuhkan
kesabaran, ketekunan, kelincahan, ketrampilan dan selalu mempunyai inovasi-inovasi
baru. Salah satu tugas pokoknya sebagai pendidikan adalah persiapan mengajar, yaitu hal-
hal yang harus dipersiapkan dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Membantu guru dalam mengelola kelas

Pengelolaan kelas merupakan bagian dari tugas guru yang dibimbing oleh supervisor atau
kepala sekolah. Hal ini penting dilakukan karena selain dapat memperlancar dalam proses
belajar mengajar, pengelolaan kelas yang baik juga dapat menentukan mutu pendidikan
yang berkualitas. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendukung utama tercapainya
tujuan pembelajaran adalah kelas yang baik dalam arti seluas-luasnya.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan sebuah proses atau upaya yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi yang kondusif dan optimal bagi terselenggaranya kegiatan
pembelajaran secara aktif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai