NIM: 20061063
JURUSA/ PRODI: TEKNIK SIPIL/ PTB
MATA KULIAH: ADMINISTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN
DOSEN: Drs. Irsyad, M.Pd
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus supervisi meliputi:
1) Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik yang
belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
2) Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan membimbing
siswa mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
3) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung
dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.
4) Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada
untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan belajar siswa.
5) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kinerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat
mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
6) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga tercipta
situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan sekolah pada
umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan
keberhasilan lulusan.
2. Fungsi
Menurut Maryono (2011), fungsi supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian. Fungsi penelitian adalah fungsi yang harus dapat mencari jalan keluar dari
masalah yang dihadapi.
2. Penilaian. Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang
diinginkan, seberapa besar yang telah dicapai, dan penilaian ini dilakukan dengan
berbagai cara seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa,
melihat perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedur lain yang berorientasi
pada peningkatan mutu pendidikan.
3. Perbaikan. Fungsi perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru baik
secara perseorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai
perbaikan dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan
bimbingan, yaitu dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat,
mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu
menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.
4. Pembinaan. Fungsi pembinaan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan
kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalam melaksanakan suatu proses
pembelajaran, pembinaan ini dapat dilakukan denagan cara demonstrasi mengajar,
workshop, seminar, observasi, konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan
sepervisi.
b. Supervisi manajerial
Di muka telah dijelaskan bahwa esensi supervisi manajerial adalah
pemantauan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah.
Dengan demikian fokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan bidang
garapan manajemen sekolah, yang antara lain meliputi:
(a) manajemen kurikulum dan pembelajaran,
(b) kesiswaan,
(c) sarana dan prasarana,
(d) ketenagaan,
(e) keuangan,
(f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
(g) layanan khusus.
Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal di atas, pengawas sekaligus juga
dituntut melakukan pematauan terhadap pelaksanaan standar nasional
pendidikan yang meliputi delapan komponen, yaitu: (a) standar isi, (b)
standar kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d) tandar pendidik dan
tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar
pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian.
Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah
terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional
pendidikan.Salah satu fokus penting lainnya dalam dalam supervisi
manajerial oleh pengawas terhadap sekolah, adalah berkaitan pengelolaan
atau manajemen sekolah. Sebagaimana diketahui dalam dasa warsa terakhir
telah dikembangkan wacana manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagai
bentuk paradigma baru pengelolaan dari sentralisasi ke desentralisasi yang
memberi- kan otonomi kepada pihak sekolah dan meningkatkan partisipasi
masyarakat (Sudarwan Danim, 2006: 4) Pengawas dituntut dapat
menjelaskan sekaligus mengintroduksi model inovasi manajemen ini sesuai
dengan konteks sosial budaya serta kondisi internal masing-masing sekolah.
2. Prinsip demokratis
Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat
guru bukan berdasarkan atasan dan bawahan akan tetapi berdasarkan rasa
kesejawatan. Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk
mengembangkan tugasnya. Hubungan supervisor dengan calon guru adalah hubungan
kolegial dan interaktif. Diskusi antara supervisor dengan calon guru bersifat
demokratis, mulai dari perencanaan, pengkajian balikan, maupun tindak lanjut.
3. Prinsip kerja sama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi sharing of
idea, sharing of experience, memberi support mendorong, menstimulasi guru,
sehingga mereka merasa tumbuh bersama. Mengutamakan prakarsa dan tanggung
jawab calon guru pada tahap perencanaan, pengkajian balikan, pengambilan putusan
dan tindak lanjut.
4. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas, jika supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan
bukan dengan cara-cara yang menakutkan. Supervisi juga harus berpegang teguh pada
pancasila yang merupakan prinsip asasi dan merupakan landasan utama dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban (Sahertian, 2008).
Prinsip supervisi pendidikan dapat dibedakan atas prinsip positif dan prinsip
negatif, untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.
1. Prinsip positif adalah prinsip-prinsip yang patut diikuti, diantaranya adalah:
a. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.
b. Supervisi harus kreatif dan konstruktif.
c. Supervisi harus scientific dan efektif.
d. Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru.
e. Supervisi harus berdasarkan kenyataan.
f. Supervisi harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengadakan
self evaluation.
2. Prinsip negatif adalah prinsip-prinsip larangan yang tidak boleh dilakukan,
diantaranya adalah:
a. Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter.
b. Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru.
c. Seorang supervisor bukan seorang inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa
apakah peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi yang telah diberikan
dilaksanakan atau tidak.
d. Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih baik dari pada guru-
guru oleh karena jabatannya.
e. Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam
cara-cara guru mengajar.
f. Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila ia mengalami kegagalan (Rifai,
1982).
Agar pelaksanaan tugas-tugas itu dapat dikerjakan dengan baik, maka kepala sekolah
dituntut mempunyai berbagai cara dan teknik supervisi terutama yang berhubunganya
dengan pelaksanaan tugas-tugas guru dan karyawan, dan pertumbuhan jabatan. Karena
kepala sekolah sebagai pemimpin utama dan penggerak dalam pelaksanaan pendidikan
dan pembelajaran.
Oleh karena itu seperti dikatakan oleh Moh. Rifa’i kepala sekolah dalam menjalankan
supervisi hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut;
Kepala sekolah sebagai supervisor atau pengawas yang tugaskan di lembaga Depag
maupun Diknas, harus benar-benar mengerti bantuan apa yang sebenarnya dibutuhkan
oleh guru dalam melaksanakan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Meningkatkan
mutu pembelajaran menjadi landasan profesionalisme supervisi pendidikan. Karenanya
diperlukan perubahan dan pengembangan visi berorientasi pada mutu, kecerdasan siswa,
dan paradigma baru pendidikan.
Alfonso, Neagley dan Evans, dan Marks Stroops menggambarkan hubungan supervisi,
proses pembelajaran dan hasil belajar. Gambar ini menjelaskan bahwa kualitas supervisi
direfleksikan pada peningkatan kemampuan guru meningkatkan hasil belajar pesera didik.
Interaksi dalam kegiatan supervisi pendidikan ditampakkan pada: (1) perilaku supervisor
dalam memberi pelayanan kepada guru yang disebut dengan pembinaan profesional
dengan memberikan penguatan pada perilaku mengajar guru; (2) supervisor membantu
menumbuhkan profesionalisme guru dengan meningkatkan intensitas pelayanan
supervisor terhadap guru; dan (3) upaya guru membantu peserta didik mencapai harapan
belajarnya dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan tuntunan belajarnya.
Artinya kemampuan supervisor memberi supervisi kepada guru mengatasi kesulitan
belajar siswa menjadi jaminan dalam bahwa kualitas layanan belajar sesuai harapan.
a. Kegiatan supervisi pendidikan harus dilandaskan pada filsafat pancasila. Hal ini berarti
dalam melaksanakan bantuan berupa perbaikan proses belajar mengajar, supervisor harus
dijiwai oleh penghayatan terhadap nilai-nilai pancasila.
Pembinaan Profesional Guru Proses belajar mengajar merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan antara pendidik dan peserta didik. Guru merupakan
sebuah profesi yang membutuhkan keahlian khusus sebagai tenaga yang
profesional.keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh keprofesionalan guru yang
mampu mengorganisir seluruh pengalaman belajar, sedangkan kepala sekolah
mempunyai tugas untuk membantu, memberikan stimulus dan mendorong guru untuk
bekerja secara optimal.
Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, tujuannya adalah membantu guru-guru
memperbaiki situasi mengajar. Salah satu tugas dalam rangka meningkatkan mutu proses
belajar mengajar di sekolah. Sahertian menganalisa situasi proses belajar mengajar itu
terdiri atas komponen yang perlu ditingkatkan. Komponen-komponen tersebut mencakup
beberapa hal yaitu:
4. Membantu guru dalam menerapkan metode dan teknik mengajar yang lebih berdaya
guna dan berhasil guna.
6. Membantu guru dalam menilai proses belajar mengajar dan hasil belajar murid.
Dalam pembahasan ini, peneliti tidak menguraikan keseluruhan komponen, tetapi disini
ada beberapa komponen yang sangat berpengaruh terhadap aktifitas guru dalam proses
belajar mengajar.
Keseluruhan kegiatan guru di dalam kelas maupun di luar kelas sangat membutuhkan
kesabaran, ketekunan, kelincahan, ketrampilan dan selalu mempunyai inovasi-inovasi
baru. Salah satu tugas pokoknya sebagai pendidikan adalah persiapan mengajar, yaitu hal-
hal yang harus dipersiapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Pengelolaan kelas merupakan bagian dari tugas guru yang dibimbing oleh supervisor atau
kepala sekolah. Hal ini penting dilakukan karena selain dapat memperlancar dalam proses
belajar mengajar, pengelolaan kelas yang baik juga dapat menentukan mutu pendidikan
yang berkualitas. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendukung utama tercapainya
tujuan pembelajaran adalah kelas yang baik dalam arti seluas-luasnya.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan sebuah proses atau upaya yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi yang kondusif dan optimal bagi terselenggaranya kegiatan
pembelajaran secara aktif dan efisien.