Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENOPAUSE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas :

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Dina Indarsita, SST. M.Kes

Disusun Oleh :

1. Fara Zafira (P07520120052)


2. Khatrin Hawila Sitorus (P07520120058)
3. Krisnauly Tesalonika Sihombing (P07520120059)
4. Rati Afdaliani (P07520120067)
5. Seravina Sitorus (P07520120073)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/Tanggal :

Waktu : 60 menit

Tempat :

Sasaran : Ibu-ibu yang berusia 42-60 tahun

1. Pokok Pembahasan (Topik) :


Menopause
2. Tujuan :
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti ceramah atau diskusi diharapkan para peserta dapat
memahami dengan benar mengenai masa menopause dari salah satu
solusinya menghadapinya.
b. Tujuan Khusus
Peserta Mampu :
1. Menjelaskan pengertian klimakterium dan menopause
2. Menjelaskan gejala dan keluhan pada masa klimakterium dan
menopause
3. Menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gejala-gejala
klimakterium dan menopause
4. Menjelaskan perubahan-perubahan organik pada masa
klimakterium dan menopause
5. Menjelaskan terapi menopause
3. Waktu : 60 menit
4. Pendekatan : Induktif
5. Metode :
6. Uraian Materi dan Sumber :
a. Pengertian Klimakterium dan Menopause
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa
reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur
40-65 tahun.
Menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif
menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang
disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron
seiring dengan bertambahnya usia.
b. Gejala dan Keluhan Masa Menopause
Turunnya fungsi ovarium (sel telur) mengakibatkan hormon terutama
estrogen dan progesteron sangat berkurang di dalam tubuh kita.
Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan keluhan-keluhan:
 Keluhan Vasomotorik
 Keluhan Konstitusional
 Keluhan Psikiatstenik dan Neurotik
 Keluhan Lain-lain
Akibat jangka panjang yang harus diperhatikan pada waktu menopause
adalah osteoporosis (tulang keropos), penyakit jantung koroner,
stroke, dan pikun.
c. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Gejala-gejala Menopause
 Faktor Psikis
 Sosial Ekonomi
 Budaya dan Lingkungan
 Faktor Lain
d. Perubahan-perubahan Organik pada Masa Klimakterium
1) Perubahan pada organ reproduksi
 Uterus (Kandungan)
 Tuba Falopi (Saluran Telur)
 Serviks (Mulut Rahim)
 Vagina (Liang Kemaluan)
 Dasar Pinggul
 Perineum dan Anus
 Vesica Urinaria (Kandung Kencing)
 Kelenjar Payudara
2) Perubahan di luar organ reproduksi
 Adipositas (penimbunan lemak)
 Hipertensi (tekanan darah tinggi)
 Hiperkolesterolnemia (kolesterol tinggi)
 Aterosklerosis (perkapuran dinding pembuluh darah)
 Virilisasi (pertunbuhan rambut-rambut halus)
 Osteoporosis (keropos tulang)
e. Penatalaksanaan Gejala Menopause
Berbagai keluhan fisik pada wanita yang mengalami menopause, dapat
diatasi dengan pemberian obat yang bersifat mengganti hormon
estrogen. Pemberian obat ini digunakan untuk memulihkan sel-sel
yang mengalami kemunduran. Disamping itu juga bisa mengkonsumsi
vitamin yang fungsinya memperlambat proses penuaan. Untuk
pengatasaan ini perlu konsultasi dengan dokter yang berwenang.
1. Olahraga yang sesuai dengan usia tengah baya
2. Makanan yang baik
3. Melakukan hobi yang diminati
4. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat
bagi orang lain
5. Berpikirlah bahwa menopause itu sesuatu yang wajar
6. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan-sosial
7. Bersilaturahmi atau bertemu dengan teman yang mungkin
mempunyai masalah yang sama
8. Komunikasikan masalah dengan suami
9. Dan yang paling penting adalah tingkatkan ibadah, dekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
10. Terapi Sulih Hormon
Sumber :
 http://www.e-psikologi.com/usia/270902.htm
 http://www.blogdokter.net/2008/03/10/tanda-gejala-
menopause/
 https://www.alomedika.com/efektivitas-terapi-sulih-hormon-
pada-wanita-menopause
7. Media
 Poster
 Leaflet
 Materi penyuluhan Menopause
8. Kegiatan Penyuluhan

No. Penyuluhan Waktu Peserta


(Menit)
1 Membuka penyuluhan dengan 3 Menjawab
mengucap salam dan salam,
melakukan perkenalan dengan memberikan
para peserta pertanyaan
2 Penyajian materi yang ada 30 Memperhatikan
tentang masa menopause
3 Melakukan diskusi atau tanya 10 Mengajukan
jawab dengan peserta pertanyaan
4 Mengajukan hasil penyuluhan 5 Memberikan
yang melibatkan peserta pendapat
5 Mengajukan pertanyaan 10 Menjawab
kepada peserta sehubungan pertanyaan
dengan materi yang
disampaikan
6 Menutup penyuluhan dengan 2 Menjawab salam
mengucap salam
9. Evaluasi
 Dilakukan dengan pertanyaan lisan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian dari menopause?
2. Sebutkan gejala dan keluhan masa menopause
3. Apa itu Terapi Sulih Hormon?
 Kunci Jawaban
1. Menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif
menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif
yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan
progesteron seiring dengan bertambahnya usia.
2. Gejala dan Keluhan Masa Menopause
Turunnya fungsi ovarium (sel telur) mengakibatkan hormon
terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang di dalam tubuh
kita. Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan keluhan-
keluhan:
 Keluhan Vasomotorik
 Keluhan Konstitusional
 Keluhan Psikiatstenik dan Neurotik
 Keluhan Lain-lain
3. Terapi Sulih Hormon (TSH) merupakan pemberian hormon
estrogen sintetis dosis kecil untuk mengurangi berbagai gejala
menopause yang didasari oleh penurunan kadar estrogen dalam
tubuh. Terapi sulih hormon dapat diberikan saat menjelang
menopause (perimenopause) maupun pasca menopause. Terapi
sulih hormon juga dapat digunakan untuk wanita yang mengalami
menopause dini atau yang melakukan operasi pengangkatan
ovarium (sebelum usia 45 tahun). Selain pemberian estrogen, dapat
juga diberikan tambahan hormon progesteron. Tetapi pemberian
hormon progesteron hanya boleh diberikan untuk wanita dengan
kondisi rahim yang utuh untuk mengurangi risiko kanker
endometrium.
Lampiran Materi

MENOPAUSE

Perempuan mana yang ingin mengalami menopause? Peride di mana kaum


hawa berhenti menstruansi, kehilangan hormon keperepempuan dan berbagai
macam kondisi tidak menyenangkan lainnya, ini membuat mereka berlomba-
lomba menundanya dengan segala cara. Kini para “tukang obat” menawarkan
berbagai cara untuk menunda atau bahkan menepis masa yang terbilang
menakutkan tersebut. Yang terpopuler adalah terapi sulih hormon atau hormone
replacement therapy (HRT).
Kata menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti “Bulan” dan
“Penghentian Sementara” yang secara linguistik lebih tepat disebut “Menocease”.
Secara medis istilah menopause mengandung arti berhentinya masa menstruasi,
bukan istirahat.
Meski kata menopause hanya mengandung arti akhir masa menstruasi,
walaupun demikian dalam penggunaan secara umum menopause mempunyai
makna masa transisi atau masa peralihan, dari beberapa tahun sesudahnya. Hal itu
disebabkan karena keluaran hormon dari ovarium (indung telur) berkurang, masa
haid menjadi tidak teratur dan kemudian lenyap sama sekali. Dengan lenyapnya
haid ini maka wanita sudah memasuki suatu masa peralihan yaitu masa
menopause.
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan
siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk
bereproduksi. Secara normal wanita akan mengalami menopause antara 40-50
tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di
dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari hari ke
hari akan terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak
akan lepas dari predikat tua. Dengan bertambahnya usia maka gerak-gerik,
tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk tubuh mengalami suatu perubahan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses
peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa
non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan
progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Sehubungan dengan terjadinya
menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau
perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si lansia tersebut.
Bagaimanakah Gejala-Gejala Menopause?
Turunnya fungsi ovarium (sel telur) mengakibatkan hormon terutama estrogen
dan progesteron sangat berkurang di dalam tubuh kita. Kekurangan hormon
estrogen ini menyebabkan keluhan-keluhan:
1. Keluhan Vasomotorik
 Gejolak panas (Hot flashes)
 Vertigo
 Keringat banyak
2. Keluhan Konstitusional
 Berdebar-debar
 Migrain
 Nyeri otot dan pinggang
 Mudah tersinggung
3. Keluhan Psikiatstenik dan Neurotik
 Merasa tertekan
 Lelah psikis, lelah somatik
 Susah tidur
 Merasa ketakutan
 Konfik keluarga, gangguan di tempat kerja
4. Keluhan Lain-lain
 Saat waktu bersetubuh
 Gangguan haid
 Keputihan, gatal pada vagina
 Susah kencing
 Libido menurun
 Keropos tulang (Osteoporosis)
 Gangguan sirkulasi (Miocard infark)
 Kenaikan kolestrol, adepositas (Kegemukan; gangguan metabolisme KH)
Keluhan-keluhan diatas tidak sama pada semua wanita. Hal ini disebabkan
efek biologik di jaringan hormon estrogen melalui reseptor estrogen yang di
dalam tubuh didapat reseptor estrogen alpha dan beta. Jumlah reseptor estrogen
alpha dan beta yang tidak sama pada setiap wanita dan adanya reaksi individual
akibat rendahnya estrogen menyebabkan gejala menopause yang berbeda.
Umumnya gejolak panas, susah tidur, gelisah, gampang marah, pelupa, nyeri
tulang belakang dirasakan pada hampir sebagian besar wanita menopause.
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Gejala-Gejala Menopause
1. Faktor Psikis
Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan
kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan
gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya
perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan,
rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabar lagi dan lain-lain.
Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan si wanita
unruk menyesuaikan diri.
2. Sosial Ekonomi
Kesadaran sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan
pendidikan. Apapbila faktor-faktor di atas cukup baik, akan mengurangi
beban fisiologis dan psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium
sebagai faktor fisiologis.
3. Budaya dan Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi
wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase
klimakterium dini.
4. Faktor Lain
Wanita yang belum menikah, wanita karier baik yang sudah atau belum
berumah tangga, menstruasi yang terlambat berpengaruh terhadap keluhan-
keluhan klimakterium yang ringan.
Perubahan-Perubahan Organik Pada Masa Klimakterium
1) Perubahan pada organ reproduksi
 Uterus (Kandungan)
Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan
hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat intertesial. Serabut
otot miometrium menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan
menonjol.
 Tuba Falopi (Saluran Telur)
Lipatan-lipatan tuba menjadi leboh pendek, menipis dan mengkerut,
endosalpingo menipis mendarat dan sillia menghilang.
 Serviks (Mulut Rahim)
Serviks akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta
servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek, sehingga
menyerupai ukuran serviks fundus saat masa adolesen.
 Vagina (Liang Kemaluan)
Terjadinya penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae,
berkurangnya vaskularisasi, eslastistik yang berkurang, sekret vagina
menjadi encer, indeks kario piknotik menurun. Ph vagina meningkat
karena terhambatnya pertumbuhan hasil Donderlein yang menyebabkan
glikogen seluler meningkat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Uretra ikut memendek dengan pengerutan vagina, sehingga meatus
ekstranus melemah, timbul uretritis dan pembentukan karankula.
 Dasar Pinggul
Kekuatan dan elestistik menghilang, karena atrofi dan lemahnya daya
sokong disebabkan prolapsusu utero vaginal.
 Perineum dan Anus
Lemak subcutan menghilang, atrofi otot sekitarnya menghilang yang
menyebabkan tonus spincter melemah dan menghilang. Sering terjadi
inkontinensia alvi vagina.
 Vesica Urinaria (Kandung Kencing)
Tampak aktivitas kendali spincter dan detrusor hilang, sehingga sering
kencing tanpa sadar.
 Kelenjar Payudara
Diserapnya lemak subcutan, atrofi jaringan parenkim, lobulus menciut,
stroma jaringat ikat fibrosa menebal. Puting susu mengecil, kurang erektil,
pigmentasi berkurang, sehingga payudara menjadi datar dan mengendor.
2) Perubahan di luar organ reproduksi
 Adipositas (penimbunan lemak)
Penyebaran lemak ditemukan pada tungkai atas, pinggul perut bawah
dan lengan atas. Ditemukan 29% wanita klimakterium memperlihatkan
kenaikkan berat badan yang sedikit dan 20% kenaikkan yang menyolok.
Diduga ada hubungan dengan turunnya estrogen dan gangguan pertukaran
zat dasar metabolisme lemak.
 Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Adanya gejolak panas terjadi suatu peningkatan tekanan darah baik
sistole maupun diastole. Diketahui bahwa 2/3 penderita hipertensi esential
primer adalah wanita antara 45-70 tahun yang diketahui permulaan
peningkatan tensi paling banyak terjadi selama masa klimakterium.
Peningkatan tekanan darah pada usia klimakterium terjadi secara bertahap,
kemudian menetap dan lebih tinggi dari tensi sebelumnya.
 Hiperkolesterolnemia (kolesterol tinggi)
Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan
kolesterol. Peningkatan kadar kolestrol pada wanita terjadi 10-15 tahun
lebih lambat pada laki-laki. Peningkatan kadar kolesterol yang merupakan
faktor utama dalam penyebab arterosklerosis.
 Aterosklerosis (perkapuran dinding pembuluh darah)
Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol menyebabkan
meningkatnya faktor risiko terhadap terjadinya aterosklerosis. Khusunya
mengenai sklerosis primer koroner dan infark miocard akan terjadi 1-2 kali
lebih sering setelah kadar estrogen menurun.
 Virilisasi (pertunbuhan rambut-rambut halus)
Turunnya estrogen dalam darah adanya efek androgen menyebabkan
tanda-tanda diferensiasi dari defeminisasi dab maskulinisasi. Hal ini
berhubungan dengan ovarium sendiri membentuk estron yang bersifat
androgen.
 Osteoporosis (keropos tulang)
Dengan turunnya kadar estrogen, maka proses osteoblast yang
berfungsi membentuk tulang baru terhambat dan fungsi osteoclast merusak
tulang meningkat. Akibat tulang tua diserap dan dirusak osteoclast tetapi
tidak dibentuk tulang baru oleh osteoblast, sehingga tulang menjadi
osteoporosisi.
Bagaimanakah Penatalaksanaan Gejala Menopause?
Berbagai keluhan fisik pada wanita yang mengalami menopause, dapat diatasi
dengan pemberian obat yang bersifat mengganti hormon estrogen. Pemberian obat
ini digunakan untuk memulihkan sel-sell yang mengalami kemunduran.
Disamping itu juga bisa mengkonsumsi vitamin yang fungsinya memperlambat
proses penuaan. Untuk pengatasaan ini perlu konsultasi dengan dokter yang
berwenang.
1. Olahraga yang sesuai dengan usia tengah baya.
Dengan olahraga produksi endorphine dalam otak memningkat, kondisi
ini dapat memelihara keceriaan dan kegembiraan, pengiriman oksigen ke
otakpun meningkat, sehingga ketegangan otot dan berbagai gangguan fisik
pun sirna. Olahraga teratur akan menyehatkan jantung dan tulang, mengatur
berat badan, menyegarkan tubuh, dan memperbaiki suasana hati. Jarang
berolahraga menyebabkan peredaran darah kurang lancar, otot lemah, napas
pendek, masa tulang cepat berkurang. Hal ini menyebabkan rentan terhadap
gangguan kardiovaskuler, darah tinggi, kegemukan, diabetes, nyeri tulang,
osteoporosis dan depresi.
2. Makanan yang baik.
Makanlah makanan yang rendah lemak. Banyak makan sayuran, buah,
biji-bijian, vitamin, mineral dan serat dalam makanan itu akan membantu
pencernaan dan metabolisme tubuh.
3. Melakukan hobi yang diminati.
Hidup tanpa sesutau yang menyenangkan rasanya hambar, maka terlibat
dengan aktivitas yang merupakan hobi dapat mengusir kebosanan dan
mengatasi ketegangan-ketegangan dalam hidup termasuk krisis pada
menopause.
4. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain
Datangnya menopause tidak perlu dipandang sebagai penderitaan.
Banyak peluang atau usaha yang dapat dijalani, yang dapat memberi
pekerjaan bagi orang lain. Upaya ini dapat meningkatkan perasaan bahwa
diri kita masih mampu memberi manfaat bagi orang lain.
5. Berpikirlah bahwa menopause itu sesuatu yang wajar.
Jutaan wanita telah mengalami dan mereka tidak merasa terganggu.
Bahkan sampai sekarang perempuan di desa tidak pernah merasa ada
gangguan saat menopause. Disamping itu berpikirlah secara positif, apapun
peristiwa yang dialami (termasuk menopause) bila dilihat dengan
“kacamata” positif (khusnudzon) maka tidak akan berdampak negatif bagi
kehidupan.
6. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan-sosial.
Dengan memberikan apa yang dimiliki baik itu pengetahuan atau
keterampilan pada orang lain, akan dapat mengurangi perasaan-perasaan
negatif yang mungkin muncul. Keterlibatan dalam berbagai aktivitas juga
dapat mempertebal kepercayaan diri dan meningkatkan citra diri yang mulai
menurun.
7. Bersilaturahmi atau bertemu dengan teman yang mungkin mempunyai
masalah yang sama.
Disamping itu bersilaturahmi atau bertemu dengan teman yang mungkin
mempunyai masalah yang sama, dapat berfungsi sebagai obat. Pertemuan
yang memungkingkan untuk saling “berbagai rasa dan berbagai duka”
sehingga beban itu tidak hanya dirasakan sendiri.
8. Komunikasikan masalah dengan suami.
Berbagai perubahan maupun gangguan fisik-psikis-sosial yang dirasakn
perlu diketahui suami. Pengertian, penerimaan dan dukungan dari usami
sangat besar artinya bagi wanita yang mengalami menopause sehingga
ketegangan yang muncul dapat dicegah. Lebih baik bila keterbukaan ini juga
ditumbuhkan dalam keluarga secara keseluruhan, artinya anak-anak juga
memberikan dukungan.
9. Dan yang paling penting adalah tingkatkan ibadah, dekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, yang akan memperkaya kehidupan rohani dan
menyadari sepenuhnya bila tujuan hidup ini untuk mengabdi pada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Yakinlah bahwa semua prosed kehidupan manusia sejak
dalam kandungan, lahir, tumbuh dan meninggal itu semua sudah merupakan
perwujudan dari ketentuan dunia, sebelum memasuki kehidupan akhirat yang
kekal dan tidak berakhir. Pandanglah bahwa semua yang dialami sebagai
kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Menopause bukan akhir dari
suatu kehidupan, bahkan merupakan saat yang tepat untuk lebih
mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa
10. Terapi Sulih Hormon
Pemberian terapi sulih hormon dapat diberikan secara sistemik (oral,
transdermal, implan) maupun lokal (krim, pesarium). Preparat terapi sulih
hormon yang tersedia dapat dalam bentuk estrogen saja, kombinasi estrogen
dan progesteron, selective estrogen receptor modulator (SERM) dan
gonadomimetik seperti Tibolon (mengandung estrogen, progesteron dan
androgen). Terapi estrogen dosis rendah bisa diberikan setiap hari,
sedangkan terapi kombinasi estrogen dan progesteron dapat diberikan setiap
hari maupun secara siklik dimana progesteron dapat diberikan pada hari ke
10 sampai hari ke 14 setiap 4 minggu. Preparat terapi sulih hormon yang ada
di Indonesia di antaranya estrogen terkonjugasi, estrogen terkonjugasi dan
medroksiprogesteron asetat, dietilstilbestrol, estradiol, estradiol valerat,
estradiol valerat dan siproteron asetat, estradiol dan didrogesteron, estradiol
dan drospirenon, estradiol hemihidrat, estradiol hemihidrat dan norethisteron
serta Tibolon
Pemberian terapi sulih hormon diketahui efektif untuk mengurangi
frekuensi dan keparahan keluhan gangguan vasomotor seperti hot flush pada
wanita menopause dalam beberapa minggu setelah digunakan. Pemberian
terapi sulih hormon dalam bentuk estrogen dosis rendah, kombinasi estrogen
dan progesteron dan estrogen transdermal dibuktikan dapat mengurangi
gejala tersebut. Terapi estrogen baik sistemik maupun lokal dapat menguragi
gejala urogenital. Terapi estrogen dapat mengembalikan flora normal,
menurunkan pH vagina, menebalkan serta merevaskularisasi lapisan vagina.
Pemberian terapi estrogen secara lokal pada vagina dapat memperbaiki
atrofi vagina tanpa menyebabkan efek proliferasi lapisan endometrium.
Pemberian terapi estrogen secara transdermal dapat digunakan untuk wanita
menopause yang memiliki keluhan sangat mengganggu dengan komplikasi
diabetes melitus tipe 2, obesitas atau memiliki risiko kardiovaskuler tinggi,
yang mana gejala tersebut tidak dapat berkurang dengan terapi non
hormonal.

Anda mungkin juga menyukai