Oleh :
Nama : lale alveni widianti
Nim : B1D020123
Kelas : 3B1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karna dengan rahmat karunianya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum produksi hijauan pakan
ternak ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan. Dan juga saya
mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen produksi hijauan pakan ternak
yang telah sabar dalam mengajar mahasiswanya.
Saya sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai produksi hijauan pakan ternak. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan yang akan saya buat dimasa yang akan datang.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun inidapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan atas perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
LEGUME
1. Daun kelor( Moringa oleifera L.)
……………………………………………..10
2. Lantoro (leucaena leucocephala)
……………………………………………...10
3. Ketujur (sesbania grandiflora) ………………………………………………..10
4. Indigofera (indigofera tinctorial)
……………………………………………...11
5. Kaliandra (calliandra calothyrsus) …………………………………………....11
6. Gamal (gliricidia sepium) ………………………………………………….....11
RERUMPUTAN
1. Rumput mulato 1……………………………………………………………...12
2. Rumput raja……………………………………………………………….......12
3. Rumput gajah………………………………………………………………….12
4. Rumput setaria………………………………………………………………...13
5. Rumput odot…………………………………………………………………..13
6. Rumput paspalum dilatum…………………………………………………….13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) dalam upaya penyediaan
pakanhijauan berkualitas bagi ternak ruminansia menjadi hal penting untuk
dilakukan,terlebih di negara tropis seperti Indonesia. Pada umumnya hijauan
rumput danlegume daerah tropis memiliki kualitas yang kurang bagus. Pengaruh
iklim dancuaca sangat besar terhadap proses pertumbuhan dan kualitas hijauan,
diantaranyahijauan pakan banyak memiliki kulit biji yang tidak permiabel atau
sangat kerassehingga sulit ditembus untuk tumbuh dengan baik. Selain itu rata-
rata produksihijauan rendah dan kurang respon terhadap perbaikan hara tanah.
Kualitas hijauandicerminkan dari seberapa nilai nutrisi hijauan yang terkandung di
dalamnya.Hijauan mengandung protein kasar, lemak, serat kasar, bahan ekstrak
tanpa nitrogendan mineral. Protein kasar merupakan nutrisi yang sangat penting
bagi ternak.Hijauan yang mengandung protein kasar yang tinggi dimiliki oleh
sebagian besarleguminosa.
Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia yang
berfungsitidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga sebagai sumber nutrisi, yaitu
protein,energi, vitamin, dan, mineral. Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup
memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang lebih
ekonomis dan berguna bagi ternak (Herlinae, 2003). Selain kebutuhan pokok
untuk pertumbuhandan sumber tenaga, hijauan juga komponen penunjang
produksi dan reproduksiternak.
Legum (Fabaceae) merupakan sumber tanaman penting sebagai sumber
nutrisi, terutama sebagai sumber pengganti protein hewani bagi manusia
(Vietmeyer, 1986; Famurewa JAV, 2005). Legum ditetapkan sebagai famili
terbesar ketiga diantara tanaman berbunga, yang terdiri dari sekitar 650 genera
dan 20.000 spesies (Doyle, 1994). Berdasarkan tingkat pemanfaatannya, legum
dibagi ke dalam dua kategori yaitu kategori legum yang sering dimanfaatkan,
seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan kategori legum yang kurang
dimanfaatkan (underutilized legume) seperti kacang koro dan kacang faba (Bhat
& Karim, 2009; Pasricha dkk., 2014). Legum yang kurang dimanfaatkan memiliki
potensi penting untuk ketahanan pangan, memenuhi persyaratan nutrisi, dan
pengembangan pertanian.
Rumput harus disediakan peternak sebagai pakan utama ternak setiap
harinya. Pakan tambahan juga harus diberikan untuk menambah gizi agar daging
ternak lebih cepat berkembang. Pakan tambahan tersebut seperti bekatul, ramuan,
sentrat, ketela, ampas tahu dan lainya. Peternak berinisiatif mencampurkan
rumput dengan pakan tambahan untuk menghemat biaya. Sebelum dicampur
rumput harus dirajang (dicacah) terlebih dahulu, agar dalam proses pencampuran
mudah dilakukan. Rumput yang sudah dirajang kemudian dicampur dengan
bekatul, potongan ketela, sentrat, sedikit ramuan, garam dan diberi air secukupnya
sesuai takaran.
1.2 tujuan praktikum
Untuk mempelajari/mengetahui jenis-jenis legume dan rumput
berdasarkan spesifiknya sehingga dapat mengetahui jenis pakn hijauan
yang berkualitas tinggi.
1.3 manfaat praktikum
Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis legume dan rumput
berdasarkan spesifiknya sehingga dapat mengetahui jenis pakn hijauan
yang berkualitas tinggi.
BAB 2
TNJAUAN PUSTAKA
Menurut Reksohadiprojo (1992) Hijauan makanan ternak adalah semua
bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun – daunan
yang dapat dimakan oleh ternak. Termasuk dalam hijauan makanan ternak
adalah rumput-rumputan (graminae), leguminosa dan hijauan dari
tumbuhan lain seperti daun nangka dan waru.
Menurut Reksohadiprojo (1992) Sebagai hijauan makan ternak, hijauan
memegang peranan yang sangat penting sebab mengandung zat-zat yang
dibutuhkan oleh hewan ternak yang dapat digunakan untuk metabolisme
energi bahkan digunakan untuk menunjang reproduksi.
Menurut Anonimus (1983). Ada dua famili hijauan yang banyak
dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan tumbuh baik di Indonsia, yaitu
famili kacang-kacanganan (leguminose) dan famili rumput-rumputan
(graminae). Famili graminae dibedakan menjadi dua golongan yaitu,
kelompok rumput potongan dan kelompok rumput gembala. Yang bisa
dikelompokan sebagai rumput potongan adalah adalah golongan rumput
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: produktivitas persatuan luas
cukup tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal, serta banyak anakan dan
responsif terhadap pemupukan.
Menurut syarifuddin (2006) Rumput gajah odot (Pennisetum purpureum
cv. Mott) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas
dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang
tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis
hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini
dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap
pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi.
Sutardi, (2009) menyatakan bahwa umur tanaman, kualitas dan lama
penjemuran bahan pakan yang akan dianalisis juga dapat mempengaruhi
data yang dihasilkan. Kadar air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk
air bebas, air terikat lemah dan air terikat kuat. Besar kadar air ini bisa bisa
dipengaruhi oleh proses pengeringaan dalam oven atau saat dikering
udarakan (Tillman et al., 1998).
Menurut reksohadoprodjo(1955) Tanaman legum di daerah tropis
berdasarkan lingkungannya dibedakan menjadi beberapa macam. Di
lingkungan tropis basah banyak ditumbuhi oleh legum jenis kalopo,
sentrsoma dan dismodium. Di lingkungan tergenang sementara terdapat
rumput spesies Pahaseolus lathyroides.
Menurut sutarya et al. (1995)Legum merupakan tanaman yang cocok
untuk makanan ternak terutama sebagai makanan penambah konsentrat.
Sebagian besar legum ditanam guna memenuhi gizi dari ternak tersebut.
Menurut Sutaryono et al., (2002).Rumput adalah tanaman yang paling
efisien untuk merubah sinar matahari menjadi biomassa dan pada saat
yang sama mengkonversi karbondioksida menjadi oksigen. Ternak
ruminansia mampu mengubah biomassa ini, yang umumnya tidak dapat
dicerna oleh manusia, menjadi protein berkualitas tinggi melalui aktifitas
mikroorganisme dalam rumen mereka. Rumput-rumput memberikan
tutupan tanah yang baik untuk mengurangi erosi sementara akar yang
sangat halus akan membentuk bahan organik dan membantu penyusupan
air ke dalam tanah.
BAB 3
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 26 november 2021 pada hari jum’at.
Diteching farm lingsar.
3.2 Materi praktikum
3.2.1 Alar-alat praktikum
Alat tulis
handphone
3.2.2 Bahan praktikum
legume
rumput
3.3 Metode pelaksanaan
1. mengamati bermacam-macam jenis legume
2. mencatat hasil pengamatan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil praktikum
Acara I legume
1. Daun kelor (moringa oleifera)
2. Rumput raja
3. Rumput gajah
4. Rumput setaria
5. Rumput odot
Kandungan protein kasar pada daun kelor yang cukup tinggi antara
25%-30% dari bahan kering cukup menjadikannya sebagai bahan pakan
hijauan sumber protein. Ada beberapa alasan lain mengapa para peneliti
mencoba menggunakan daun kelor untuk pakan ternak: 1) Tingginya protein
mentah (crude protein) pada daun kelor, 2) Kandungan zat besi serta kadar
antibiotik yang tinggi dalam daun kelor dibandingkan pakan rumput, 3)
Tanaman kelor murah dan mudah tumbuh, membutuhkan waktu 4 bulan
untuk mencapai ketinggian 2,7 meter dan dalam jangka waktu sekitar 6
bulan tingginya mencapai 3-4 meter sehingga bisa siap untuk dipanen, 4)
Aman dikonsumsi untuk ternak,belum ada riset yang menunjukkan bahwa
pakan daun kelor berbahaya untuk pakan ternak, baik itu ternak unggas,
ruminansia dan ternak lainnya.
Acara II rerumputan
1) Rumput mulato 1
Mulato merupakan salah satu pakan yang memiliki nilai mutu
pakan yang baik dan mampu mensuplai kebutuhan ternak. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa aspek tertentu diantaranya adalah kemampuan hidup
pada musim kemarau, mudah dikembangbiakkan melalui anakan,
palatabilitas cukup tinggi dan menghasilkan benih relatif sedikit <200 kg/ha
(suardin, dkk 2014)
Rumput Brachiaria mulato merupkan jenis rumput unggul yang
baru diintroduksi ke Indonesia. Sebagai rumput baru perlu dilakukan
pengujian tentang pertumbuhan, produksi dan kualitasnya untuk penyebaran
yang lebih luas. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi tentang teknik budidaya dan nilai nutrisi rumput
tropik unggul Brachiaria mulato.
Hasil penelitian terhadap induk sapi yang digembalakan pada rumput
Mulato:
Menghasilkan tambahan air susu 1-2 lt per hari dibanding jika
digembalakan pada jenis rumput lainnya. Penelitian sapi muda yang
digembalakan pada rumput Mulato menunjukkan pertambahan bobot badan
900 g/ekor/hari lebih tinggi dibanding jika digembalakan pada rumput
Brachiaria decumbens cv Basilisk menunjukkan pertambahan bobot badan
600 g/ekor/hari. Semua penelitian menunjukkan bahwa Mulato cocok pada
tanah yang cukup subur.
2) Rumput raja
Produksi rumput raja dua kali lebih tinggi dari pada rumput gajah
varietas hawai, sedangkan rumput gajah varietas Afrika tiga kali lebih
tinggi. Persentase berat daun rumput raja juga lebih tinggi dari pada rumput
gajah varietas hawai maupun Afrika, dan hal ini didukung dengan
kandungan zat yang cukup baik yaitu : berat kering 22,40%; protein kasar
13,50%; serat kasar 34,10% (Siregar, 1994)
Rumput Raja mempunyai keunggulan yaitu lebih disukai ternak,
relatif lebih cepat dipanan dan tahan kering. Pemotongan rumput Raja
pertama kali pada umur 2 sampai 3 bulan dan selanjutnya tiap 6 minggu
sekali, kecuali pada musim kemarau interval pamotongannya diperpanjang.
3) Rumput gajah
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Legum merupakan tanaman yang cocok untuk makanan ternak terutama
sebagai makanan penambah konsentrat. Sebagian besar legum ditanam guna
memenuhi gizi dari ternak tersebut.
Rumput adalah tanaman yang paling efisien untuk merubah sinar matahari
menjadi biomassa dan pada saat yang sama mengkonversi karbondioksida
menjadi oksigen.
Tanaman yang disebut legume dan rrumputan adalah :
Legume
7. Daun kelor( Moringa oleifera L.)
8. Lantoro (leucaena leucocephala)
9. Ketujur (sesbania grandiflora)
10. Indigofera (indigofera tinctorial)
11. Kaliandra (calliandra calothyrsus)
12. Gamal (gliricidia sepium)
Rerumputan
7. Rumput mulato 1
8. Rumput raja
9. Rumput gajah
10. Rumput setaria
11. Rumput odot
12. Rumput paspalum dilatum
5.2 Saran
Pada saat jadwal praktikum seharusnya lebih awal agar tidak mepet
dengan UAS dan praktikum yang lain juga bias terlaksanakan tanpa adanya
bentrok, laporan yang dikerjakanpun bias diselesaikan dengan semaksimal
mungkin. Dikarnakan praktiku-praktikum yang secara skaligus dan waktu
pengumpulan yang brsamaan dengan laporan lainnya jadi agak kebingungan mau
mulai dari mananya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F., Said, L., Ashraf, M., dan Gilani, A.H., 2007, Moringa oleifera: a Food Plant
with Multiple Medicinal Uses, Phytotherapy Research, 21: 17-25.
Bose, C.K., 2007, Possible role of Moringa Oleifera L. root in epithelial ovarian
cancer, MedGenMed, 9(1): 26.
LAMPIRAN