Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI HIJAUAN PAKAN TERNAK

Oleh :
Nama : lale alveni widianti
Nim : B1D020123
Kelas : 3B1

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karna dengan rahmat karunianya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum produksi hijauan pakan
ternak ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan. Dan juga saya
mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen produksi hijauan pakan ternak
yang telah sabar dalam mengajar mahasiswanya.
Saya sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai produksi hijauan pakan ternak. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan yang akan saya buat dimasa yang akan datang.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun inidapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan atas perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
 LEGUME
1. Daun kelor( Moringa oleifera L.)
……………………………………………..10
2. Lantoro (leucaena leucocephala)
……………………………………………...10
3. Ketujur (sesbania grandiflora) ………………………………………………..10
4. Indigofera (indigofera tinctorial)
……………………………………………...11
5. Kaliandra (calliandra calothyrsus) …………………………………………....11
6. Gamal (gliricidia sepium) ………………………………………………….....11
 RERUMPUTAN
1. Rumput mulato 1……………………………………………………………...12
2. Rumput raja……………………………………………………………….......12
3. Rumput gajah………………………………………………………………….12
4. Rumput setaria………………………………………………………………...13
5. Rumput odot…………………………………………………………………..13
6. Rumput paspalum dilatum…………………………………………………….13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) dalam upaya penyediaan
pakanhijauan berkualitas bagi ternak ruminansia menjadi hal penting untuk
dilakukan,terlebih di negara tropis seperti Indonesia. Pada umumnya hijauan
rumput danlegume daerah tropis memiliki kualitas yang kurang bagus. Pengaruh
iklim dancuaca sangat besar terhadap proses pertumbuhan dan kualitas hijauan,
diantaranyahijauan pakan banyak memiliki kulit biji yang tidak permiabel atau
sangat kerassehingga sulit ditembus untuk tumbuh dengan baik. Selain itu rata-
rata produksihijauan rendah dan kurang respon terhadap perbaikan hara tanah.
Kualitas hijauandicerminkan dari seberapa nilai nutrisi hijauan yang terkandung di
dalamnya.Hijauan mengandung protein kasar, lemak, serat kasar, bahan ekstrak
tanpa nitrogendan mineral. Protein kasar merupakan nutrisi yang sangat penting
bagi ternak.Hijauan yang mengandung protein kasar yang tinggi dimiliki oleh
sebagian besarleguminosa.
Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia yang
berfungsitidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga sebagai sumber nutrisi, yaitu
protein,energi, vitamin, dan, mineral. Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup
memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang lebih
ekonomis dan berguna bagi ternak (Herlinae, 2003). Selain kebutuhan pokok
untuk pertumbuhandan sumber tenaga, hijauan juga komponen penunjang
produksi dan reproduksiternak.
Legum (Fabaceae) merupakan sumber tanaman penting sebagai sumber
nutrisi, terutama sebagai sumber pengganti protein hewani bagi manusia
(Vietmeyer, 1986; Famurewa JAV, 2005). Legum ditetapkan sebagai famili
terbesar ketiga diantara tanaman berbunga, yang terdiri dari sekitar 650 genera
dan 20.000 spesies (Doyle, 1994). Berdasarkan tingkat pemanfaatannya, legum
dibagi ke dalam dua kategori yaitu kategori legum yang sering dimanfaatkan,
seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan kategori legum yang kurang
dimanfaatkan (underutilized legume) seperti kacang koro dan kacang faba (Bhat
& Karim, 2009; Pasricha dkk., 2014). Legum yang kurang dimanfaatkan memiliki
potensi penting untuk ketahanan pangan, memenuhi persyaratan nutrisi, dan
pengembangan pertanian.
Rumput harus disediakan peternak sebagai pakan utama ternak setiap
harinya. Pakan tambahan juga harus diberikan untuk menambah gizi agar daging
ternak lebih cepat berkembang. Pakan tambahan tersebut seperti bekatul, ramuan,
sentrat, ketela, ampas tahu dan lainya. Peternak berinisiatif mencampurkan
rumput dengan pakan tambahan untuk menghemat biaya. Sebelum dicampur
rumput harus dirajang (dicacah) terlebih dahulu, agar dalam proses pencampuran
mudah dilakukan. Rumput yang sudah dirajang kemudian dicampur dengan
bekatul, potongan ketela, sentrat, sedikit ramuan, garam dan diberi air secukupnya
sesuai takaran.
1.2 tujuan praktikum
Untuk mempelajari/mengetahui jenis-jenis legume dan rumput
berdasarkan spesifiknya sehingga dapat mengetahui jenis pakn hijauan
yang berkualitas tinggi.
1.3 manfaat praktikum
Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis legume dan rumput
berdasarkan spesifiknya sehingga dapat mengetahui jenis pakn hijauan
yang berkualitas tinggi.
BAB 2
TNJAUAN PUSTAKA
 Menurut Reksohadiprojo (1992) Hijauan makanan ternak adalah semua
bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun – daunan
yang dapat dimakan oleh ternak. Termasuk dalam hijauan makanan ternak
adalah rumput-rumputan (graminae), leguminosa dan hijauan dari
tumbuhan lain seperti daun nangka dan waru.
 Menurut Reksohadiprojo (1992) Sebagai hijauan makan ternak, hijauan
memegang peranan yang sangat penting sebab mengandung zat-zat yang
dibutuhkan oleh hewan ternak yang dapat digunakan untuk metabolisme
energi bahkan digunakan untuk menunjang reproduksi.
 Menurut Anonimus (1983). Ada dua famili hijauan yang banyak
dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan tumbuh baik di Indonsia, yaitu
famili kacang-kacanganan (leguminose) dan famili rumput-rumputan
(graminae). Famili graminae dibedakan menjadi dua golongan yaitu,
kelompok rumput potongan dan kelompok rumput gembala. Yang bisa
dikelompokan sebagai rumput potongan adalah adalah golongan rumput
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: produktivitas persatuan luas
cukup tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal, serta banyak anakan dan
responsif terhadap pemupukan.
 Menurut syarifuddin (2006) Rumput gajah odot (Pennisetum purpureum
cv. Mott) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas
dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang
tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis
hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini
dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap
pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi.
 Sutardi, (2009) menyatakan bahwa umur tanaman, kualitas dan lama
penjemuran bahan pakan yang akan dianalisis juga dapat mempengaruhi
data yang dihasilkan. Kadar air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk
air bebas, air terikat lemah dan air terikat kuat. Besar kadar air ini bisa bisa
dipengaruhi oleh proses pengeringaan dalam oven atau saat dikering
udarakan (Tillman et al., 1998).
 Menurut reksohadoprodjo(1955) Tanaman legum di daerah tropis
berdasarkan lingkungannya dibedakan menjadi beberapa macam. Di
lingkungan tropis basah banyak ditumbuhi oleh legum jenis kalopo,
sentrsoma dan dismodium. Di lingkungan tergenang sementara terdapat
rumput spesies Pahaseolus lathyroides. 
 Menurut sutarya et al. (1995)Legum merupakan tanaman yang cocok
untuk makanan ternak terutama sebagai makanan penambah konsentrat.
Sebagian besar legum ditanam guna memenuhi gizi dari ternak tersebut.
 Menurut Sutaryono et al., (2002).Rumput adalah tanaman yang paling
efisien untuk merubah sinar matahari menjadi biomassa dan pada saat
yang sama mengkonversi karbondioksida menjadi oksigen. Ternak
ruminansia mampu mengubah biomassa ini, yang umumnya tidak dapat
dicerna oleh manusia, menjadi protein berkualitas tinggi melalui aktifitas
mikroorganisme dalam rumen mereka. Rumput-rumput memberikan
tutupan tanah yang baik untuk mengurangi erosi sementara akar yang
sangat halus akan membentuk bahan organik dan membantu penyusupan
air ke dalam tanah.
BAB 3
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 26 november 2021 pada hari jum’at.
Diteching farm lingsar.
3.2 Materi praktikum
3.2.1 Alar-alat praktikum
 Alat tulis
 handphone
3.2.2 Bahan praktikum
 legume
 rumput
3.3 Metode pelaksanaan
1. mengamati bermacam-macam jenis legume
2. mencatat hasil pengamatan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil praktikum
 Acara I legume
1. Daun kelor (moringa oleifera)

2. Lantoro (leucaena leucocephala)

3. Ketujur (sesbania grandiflora)


4. Indigofera (indigofera tinctoria)

5. Kaliandra (calliandra calothyrsus)

6. Gamal (gliricidia sepium)


Acara II rerumputan
1. Rumput mulato 1

2. Rumput raja
3. Rumput gajah

4. Rumput setaria

5. Rumput odot

6. Rumput paspalum dilatatum


4.2 Pembahasan
Acara I legum
1) Daun kelor( Moringa oleifera L.)
Moringa oleifera L. dapat berupa semak atau dapat pula berupa
pohon dengan tinggi 12 m dengan diameter 30 cm. Kayunya merupakan
jenis kayu lunak dan memiliki kualitas rendah. Daun tanaman kelor
memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk telur, sebesar
ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau sampai hijau
kecoklatan, bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm,
lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi
daun rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam
berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak
keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan
dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem
berserabut, sebagian besar terpisah.

Kandungan protein kasar pada daun kelor yang cukup tinggi antara
25%-30% dari bahan kering cukup menjadikannya sebagai bahan pakan
hijauan sumber protein. Ada beberapa alasan lain mengapa para peneliti
mencoba menggunakan daun kelor untuk pakan ternak: 1) Tingginya protein
mentah (crude protein) pada daun kelor, 2) Kandungan zat besi serta kadar
antibiotik yang tinggi dalam daun kelor dibandingkan pakan rumput, 3)
Tanaman kelor murah dan mudah tumbuh, membutuhkan waktu 4 bulan
untuk mencapai ketinggian 2,7 meter dan dalam jangka waktu sekitar 6
bulan tingginya mencapai 3-4 meter sehingga bisa siap untuk dipanen, 4)
Aman dikonsumsi untuk ternak,belum ada riset yang menunjukkan bahwa
pakan daun kelor berbahaya untuk pakan ternak, baik itu ternak unggas,
ruminansia dan ternak lainnya.

2) Lantoro (leucaena leucocephala)

Lamtoro, diberbagai daerah di Indonesia lebih dikenal dengan


nama petai cina. Tanaman yang berasal dari semenanjung Yucatan di
Meksiko mempunyai nama latin Leucaena leucocephala merupakan salah
satu dari sekian banyak hijauan pakan ternak (HPT) yang ada di Indonesia.
Lamtoro merupakan tanaman pohon yang termasuk dalam kelompok
tanaman leguminosa.

Lamtoro mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dapat tumbuh


dengan baik didaerah dengan curah hujan tahunan 650 mm sampai 3000
mm. Tanaman ini toleran terhadap iklim kering (300 mm) dengan periode
kekeringan 6 sampai 7 bulan sehingga sangat cocok dikembangkan didaerah
kering beriklim kering sebagai tanaman yang dapat menghasilkan hijauan
pakan ternak sepanjang tahun. Daun lamtoro sangat disukai ternak
ruminansia dan mempunyai nilai nutrisi yang tinggi sebagai pakan.
Kandungan nutrisi dari lamtoro yaitu Protein Kasar (PK) ≥ 20%, Neutral
Detergent Fibre (NDF) berkisar 40%, Acid Detergent Fibre (ADF) berkisar
25%, kecernaan ≥ 65% dan energi termetabolisme (ME) sebesar 11 MJ/kg.

Hijauan ini sangat cocok dipakai untuk pakan penggemukan karena


kandungan nutrisinya yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi penggemukan. Penggunaan lamtoro sebagai pakan sangat ramah
lingkungan karena dapat menurunkan produksi gas metan didalam rumen.
Lamtoro juga meningkatkan kualitas tanah dan menyuburkan tanah karena
dapat mengikat nitrogen atmosfir ke tanah dan daunnya memiliki
kandungan nitrogen yang tinggi. Selain itu tanaman lamtoro dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman pelindung, pencegah erosi dan tanaman
pagar.

3) Ketujur (sesbania grandiflora)

Turi merupakan tanaman legume pohon yang tumbuh denga baik


mulai datarn rendah samapi dataran tinggi dan berbagai jenis tanah.
Tanaman turi tingginya mencapai 8 – 10 m. Mulai berbunga pada umur 7
bulan dan berbunga sepanjang tahun. Dengan pemeliharaan dan
pemangkasan yang baik tanaman turi dapat bertahan hidup 3 – 4 tahun.
Pohon turi tumbuh di pekarangan, kebun dan sawah, baik yang memiliki
tanah subur, tanah asam maupun tanah berair. Akan tetapi, tanaman turi ini
tidak baik ditanam pada ketinggian lebih dari 1.500 mdpl.

Turi merupakan tanaman legume pohon yang banyka digunakan


sebagai sumber pakan sumber protein karena mempunyai kandungan
protein kasar yang tinggi (25%-30%). Pemberian turi sebagai pakan
tambahan pada ternak yang diberi pakan dasar berkualitas rendah dapat
meningkatkan konsumsi pakan dasar. Turi sangat baik diberikan pada induk
bunting tua sampai menyusi. Pemberian turi sebanyak 0,5 % dari berat
badan atas dasar untuk induk seberat lebih kurang 400 kg dapat
memepercepat birahi kembali setelah beranak dan meningkatkan
pertumbuhan pedet sebagai akibat meningkatnya produksi susu induk.
Selain itu tanaman turi dapat digunakan sebagai pupuk hijau, ditanam
sebagai tanaman tumpangsari bersama jagung, kacang-kacangan, kapas
merica sebagai tanaman pelindung bagi kopi dan kunyit.

4) Indigofera (indigofera tinctorial)

 Leguminosa pohon Indigofera sp. memiliki kandungan potein dan


energi yang tinggi, dan berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pakan
ternak kambing. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh
pemanfaatan leguminosa pohon Indigofera sp. sebagai pakan basal
pengganti rumput terhadap pertumbuhan Kambing Boerka. Digunakan 16
ekor Kambing Boerka jantan fase pertumbuhan dengan rataan bobot hidup
awal 11,01 ± 1,02 kg. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap yang terdiri atas 4 perlakuan pakan dan 4 ulangan. Ternak secara
acak dialokasikan kedalam perlakuan pakan yaitu perbandingan komposisi
rumput lapangan (Ottochloa nodusa) dan Indigofera sp. adalah: 100 : 0%, 75
: 25%, 50 : 50% dan 25 : 75% berturut-turut sebagai perlakuan pakan R0,
R1, R2 dan R3. Pemberian pakan sebanyak 4% dari bobot hidup
berdasarkan bahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
bahan kering, bahan organik, pertambahan bobot hidup dan efisiensi
penggunaan pakan tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan (P > 0,05).
Konsumsi N meningkat nyata seiring dengan peningkatan komposisi
Indigofera sp. dalam perlakuan pakan (P < 0,01). Disimpulkan bahwa
leguminosa pohon Indigofera sp. potensial untuk digunakan sebagai pakan
basal pengganti rumput.

5) Kaliandra (calliandra calothyrsus)

Kaliandra merupakan tanaman leguminosa berupa pohon kecil


atau perdu yang termasuk kedalam keluarga leguminosae. Keluarga ini
memiliki 132 spesies tersebar dari Amerika Utara hingga Amerika
Selatan, 9 jenis berasal dari Madagaskar, 2 jenis dari Afrika, dan 2
jenis dari India (MACQUEEN, 1996). Sedangkan menurut SOEDARSONO
et al., (1996), kaliandra memiliki 140 jenis yang tersebar di daerah
tropis hingga sub-tropis benua Amerika. Tanaman kaliandra
masuk ke pulau Jawa berasal dari Guatemala selatan yaitu spesies
Calliandra calothyrsus berbunga merah dan Calliandra tetragona
berbunga putih, dengan tujuan utama adalah sebagai pohon pelindung
perkebunan kopi.
Kaliandra termasuk salah satu tanaman legume yanga sangat
penting bagi ternak ruminansia pada daerah tropis karena termasuk tanaman
yang tumbuh dengan cepat dan baik, meskipun pada kondisi tanah yang
buruk. Kaliandra merupakan tanaman yang mempunyai bentuk berupa
pohon kecil atau perdu yang termasuk kedalam keluarga leguminosa
(Mulyana et al., 2006). Sebagian besar peneliti melaporkan bahwa kaliandra
dalam keadaan segar sangat palatable untuk ternak, meskipun tidak
mengalami masa adaptasi pakan (Karda, 2011). Kalindra juga merupakan
sumber protein ternak sebesar 31,35% (Novia et al., 2015), meskipun
demikian Tangendjaja et al (1992) melaporkan bahwa kandungan tannin
sebesar 1,5-11,3% pada kaliandra menyebabkan tingkat kecernaan rendah
sebesar 30-60%. Hasil penelitian Salawu et al (1999) juga menjelaskan
bahwa kecernaan protein secara in vitro pada bagian daun dan biji kaliandra
memiliki perbedaan yang signifikan, hal ini dikarenakan kandungan tannin
setiap bagian tanaman kaliandra juga berbeda.
6) Gamal (gliricidia sepium)
Tanaman gamal dapat hidup selama 10 tahun sehingga tidak perlu
repot untuk menanam lagi. Penanaman gamal tidak membutuhkan lahan
yang luas serta mempunyai manfaat sebagai tanaman pagar disekitar lokasi
peternakan (BPTU Sembawa, 2009). Tanaman ini lebih mudah diperoleh
dan berpeluang untuk tersedia lebih banyak dalam lingkungan maupun
lahan usahatani umumnya, khususnya tanaman semusim dengan penataan
lahan yang lebih baik dan teratur. Tanaman gamal dapat budidaya dengan
sistem lorong (Jusuf et al., 2007).
Tanaman gamal sebagai tanaman dari famili leguminoceae
merupakan memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman jenis
leguminoceae lain yang berbentuk pohon yaitu mudah dibudidayakan,
memiliki pertumbuhan yang cepat,mempunyai produktivitas biomassa yang
tinggi, serta berpotensi sebagai tanaman konservasi khususnya dalam sistem
budidaya lorong (alley cropping).Sebagai jenis leguminoceae, gamal
mempunyai kandungan nitrogen yang cukup tinggi dengan C/N rendah,
menyebabkan biomasa tanaman ini mudah mengalami dekomposisi. Daun
gamal memiliki N sebesar 3,15 %, P sebesar 0,22 %, dan K sebesar 2,65 %,
Ca sebesar 1,35 %, dan Mg sebesar 0,41 % sehingga berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai pupuk organik dengan kandungan nitrogen lebih
tinggi (Jusuf et al., 2007).
Pengelolaan yang tepat dibutuhkan agar produksi dan kualitas
gamal dapat tercapai. Kualitas dan produksi hijauan dipengaruhi oleh jenis
tanaman, umur tanaman, dan tempat produksi (iklim dan kesuburan tanah).
Pemanenan hijauan dipengaruhi oleh musim, umur pemotongan dan interval
pemotongan. Semakin tua umur pemotongan maka semakin tinggi produksi
namun berbanding terbalik dengan kualitas pakan (kandungan serat kasar
meningkat, protein kasar menurun) (Savitrie et al., 2013). Semakin tua
tanaman maka kandungan seratnya semakin tinggi karena perkembangan
kedewasaan (umur tanaman) hijauan diikuti juga peningkatan konsentrasi
seratnya (Djuned et al., 2005). Defoliasi (pemangkasan) tanaman gamal
sebaiknya adalah 4-8 minggu sehingga menghasilkan biomassa hijauan
yang optimal. Selain itu juga berpengaruh terhadap kandungan nitrogen dan
mineralnya, jika semakin tua dilakukan pemangkasan maka kandungan
nitrogen dan mineral akan mengalami penurunan (Wong dan Sharudin,
1986).

Acara II rerumputan
1) Rumput mulato 1
Mulato merupakan salah satu pakan yang memiliki nilai mutu
pakan yang baik dan mampu mensuplai kebutuhan ternak. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa aspek tertentu diantaranya adalah kemampuan hidup
pada musim kemarau, mudah dikembangbiakkan melalui anakan,
palatabilitas cukup tinggi dan menghasilkan benih relatif sedikit <200 kg/ha
(suardin, dkk 2014)
  Rumput Brachiaria mulato merupkan jenis rumput unggul yang
baru diintroduksi ke Indonesia. Sebagai rumput baru perlu dilakukan
pengujian tentang pertumbuhan, produksi dan kualitasnya untuk penyebaran
yang lebih luas. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi tentang teknik budidaya dan nilai nutrisi rumput
tropik unggul Brachiaria mulato.
Hasil penelitian terhadap induk sapi yang digembalakan pada rumput
Mulato:
Menghasilkan tambahan air susu 1-2 lt per hari dibanding jika
digembalakan pada jenis rumput lainnya. Penelitian sapi muda yang
digembalakan pada rumput Mulato menunjukkan pertambahan bobot badan
900 g/ekor/hari lebih tinggi dibanding jika digembalakan pada rumput
Brachiaria decumbens cv Basilisk menunjukkan pertambahan bobot badan
600 g/ekor/hari. Semua penelitian menunjukkan bahwa Mulato cocok pada
tanah yang cukup subur.
2) Rumput raja

Salah satu jenis tanaman rumput dengan tingkat produksi tinggi


adalah rumput raja yang telah banyak dikembangkan oleh peternak. Rumput
raja mempunyai nama latin Pennisetum purpuphoides atau disebut juga
dengan nama king grass. Rumput raja adalah jenis rumput baru yang
merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpereum)
dengan pennisetum typhoides. 

Rumput raja merupakan jenis rumput unggul sebab mudah dibudidayakan


dan memiliki potensi produksi yang tinggi. Dibandingkan rumput gajah,
produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu
dapat mencapai 40 ton rumput segar per hektar sekali panen atau setara
dengan 200-250 ton rumput segar per hektar per tahun (Wibisono, 2008).
Tingginya produktivitas rumput raja tersebut menjadikan rumput raja ini
banyak digunakan sebagai pakan dalam usaha penggemukan ruminansia
(sapi, kambing, domba, dan kerbau). 

Produksi rumput raja dua kali lebih tinggi dari pada rumput gajah
varietas hawai, sedangkan rumput gajah varietas Afrika tiga kali lebih
tinggi. Persentase berat daun rumput raja juga lebih tinggi dari pada rumput
gajah varietas hawai maupun Afrika, dan hal ini didukung dengan
kandungan zat yang cukup baik yaitu : berat kering 22,40%; protein kasar
13,50%; serat kasar 34,10% (Siregar, 1994) 
Rumput Raja mempunyai keunggulan yaitu lebih disukai ternak,
relatif lebih cepat dipanan dan tahan kering. Pemotongan rumput Raja
pertama kali pada umur 2 sampai 3 bulan dan selanjutnya tiap 6 minggu
sekali, kecuali pada musim kemarau interval pamotongannya diperpanjang.

3) Rumput gajah

Rumput Gajah merupakan tanaman rumput-rumputan yang


berperan dalam pengawetan tanah dan air, dapat berfungsi ganda yaitu
berkemampuan untuk membantu mencegah berlangsungnya erosi dan dapat
pula bermanfaat bagi hijauan makanan ternak. Dikatakan demikian karena :
(a).Tanaman rumout-rumputan dapat tumbuh dengan cepat sehingga dalam
waktu pendek tanah telah dapat tertutupi oleh tanaman tersebut secara rapat
dan tebal; (b).Bagian atas dari tanaman (daun-daunan) mampu melindungi
permukaan tanah dari percikan air hujan dan memperlambat aliran
permukaan; (c).Bagian bawah tanaman (perakaran) dapat memperkuat
resistensi tanah dan membantu melancarkan infiltrasi air kedalamtanah.

Penanaman rumput gajah dapat dilakukan secara monokultur


ataupun interkultur dengan tanaman tahunan sehingga dapat diperoleh
manfaat secara maksimal. Pertumbuhannya yang relatif cepat dalam waktu
yang pendek serta peranan daun-daun dan perakarannya terhadap erosi,
maka pembudidayaan rumput gajah dapat menjadi pilihan yang bijaksana
dan menguntungkan.  Rumput Gajah ( Pennisctum purpureum) atau disebut
juga rumput napier, merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang
berkualitas dan disukai ternak. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat
(0 – 3000 dpl), tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta
menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah tumbuh
merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus enghasilkan
anakan apabila dipangkas secara teratur.
4) Rumput setaria
Rumput setaria merupakan salah satu rumput hijauan yang
biasanya digunakan untuk pakan ternak, terutamanya ternak ruminansia
seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan juga lainnya. Rumput setaria ini
berasal dari dari Afrika tropic, dan menyebar luas keberbagai wilayah
dengan cepat. Selain itu, rumput ini memiliki siklus hidup parenial dan juga
dapat berkembangbiak dengan cepat curah hujan 750 – 100 mm/ tahun dan
juga dengan ketinggian 1.000 – 3.000 m dpl.
Secara umum dan sistematisnya , rumput setaria ini memiliki klasifikasi,
morfologi dan juga anatomi berdasarkan tingkatan sebagai berikut.
Klasifikasi rumput setaria
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Liliopsida
Kelas : Magniophyta
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Setaria
Spesies : Setaria sphacelata
Morfologi rumput setaria
 Akar rumput setaria majemuk dan juga berserabut dengan tumbuh di
permukaan tanah, serta juga tumbuh dengan rhizom dan stolon yang
sangat pendek dan juga memiliki buku – buku yang rapat.
 Batang tegak dan juga tidak memiliki bulu, dan juga memiliki buku –
buku yang terdiri dari 5-6 buku
 Daun lebar tidak berbulu dan ada yang berbulu dibagian permukaan
lidah daun ( ligula)
 Pada bagian pelepah daun berbentuk gepeng dan juga memanjang dan
juga memiliki warna kehijauan muda hingga tua.
 Selain itu, batang pada rumput ini memiliki warna kemerahan dan juga
memiliki daun lunak dan juga lembut.
 Tumbuh dengan tegak dan juga berumpun lebat
Sumber data : Anggorodi, 1994
Keuntungan rumput setaria
 Tahan terhadap genangan air
 Tahan terhadap musim kemarau
 Sumber pakan hijauan ternak
 Tahan terhadap serangan berbagai penyakit
 Mudah dibudidayakan di perbanyak
 Mudah beradaptasi dengan iklim tertentu
5) Rumput odot
Rumput odot atau rumput gajah mini yang memiliki nama
ilmiah Pennisetum purpureum cv. Mott merupakan jenis rumput yang masih
satu varietas dengan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Rumput odot
pertama kali ditemukan oleh Dr.W. Hanna di Georgia, USA kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mott di Florida, USA. Rumput odot
merupakan salah satu jenis rumput unggul karena memiliki produktivitas
dan kandungan nutrisi cukup tinggi sehingga menjanjikan sebagai sumber
hijauan pakan ternak. Rumput odot juga memiliki palatabilitas yang tinggi
bagi ternak ruminansia baik saat diberikan dalam keadaan segar maupun
dalam bentuk hay.
Klasifikasi Rumput Odot
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super-divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Sub-kelas : Commolinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Bangsa : Paniceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum cv. Mott

Rumput odot memiliki kemampuan hidup di berbagai tempat,


toleran terhadap naungan, memiliki respon yang baik terhadap pemupukan.
Rumput ini tumbuh membentuk rumpun, memiliki akar serabut yang
kompak dan menghasilkan anakan setelah dilakukan pemotongan atau
pemanenan. Daun rumput odot tumbuh mengarah ke samping dan daunnya
lebih halus dibanding daun rumput gajah, panjang daun ± 55 cm dengan
lebar daun 2 - 3,5 cm. Batangnya berbentuk pipih dan lebih lunak, panjang
ruas batang 3 - 4 cm. Rata - rata tinggi rumput odot berkisar antara 79 - 96,3
cm. Budidaya rumput odot biasa dilakukan secara vegetatif menggunakan
sobekan rumpun/pols ataupun dengan stolon. Tanaman ini biasa ditanam
secara monokultur dengan jarak tanam 50 - 75 cm, namun karena rumput ini
juga toleran terhadap naungan tak jarang juga ditanam secara multikultur
(sebagai tanaman sela). Pemanenan rumput odot pertama kali saat umur 70 -
80 hari, pemanenan yang kedua (setelah tumbuh kembali) saat musim hujan
ketika berumur 35 - 45 hari dan saat musim kemarau ketika berumur 40 - 50
hari.
6) Rumput paspalum dilatum
Paspalum adalah rumput abadi dan stoloniferous yang berasal dari
sebagian besar dunia. Mereka ditemukan di daerah hangat, tropis dan
subtropis, dan genusnya terdiri dari sekitar 40 spesies. Banyak dari mereka
bisa digunakan sebagai rumput, seperti Paspalum vaginatum bahwa itu asli
Amerika Selatan dan mampu menahan embun beku yang lemah, selain
genangan air.
Tingginya bervariasi tergantung pada varietasnya, dapat diukur
dengan tinggi antara 20 dan 90 sentimeter. Daunnya linier dan berwarna
hijau. Bunganya dikelompokkan dalam malai dengan panjang sekitar 8
sentimeter, dan bisa berwarna merah muda atau keputihan.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Legum merupakan tanaman yang cocok untuk makanan ternak terutama
sebagai makanan penambah konsentrat. Sebagian besar legum ditanam guna
memenuhi gizi dari ternak tersebut.
Rumput adalah tanaman yang paling efisien untuk merubah sinar matahari
menjadi biomassa dan pada saat yang sama mengkonversi karbondioksida
menjadi oksigen.
Tanaman yang disebut legume dan rrumputan adalah :
 Legume
7. Daun kelor( Moringa oleifera L.)
8. Lantoro (leucaena leucocephala)
9. Ketujur (sesbania grandiflora)
10. Indigofera (indigofera tinctorial)
11. Kaliandra (calliandra calothyrsus)
12. Gamal (gliricidia sepium)
 Rerumputan
7. Rumput mulato 1
8. Rumput raja
9. Rumput gajah
10. Rumput setaria
11. Rumput odot
12. Rumput paspalum dilatum
5.2 Saran
Pada saat jadwal praktikum seharusnya lebih awal agar tidak mepet
dengan UAS dan praktikum yang lain juga bias terlaksanakan tanpa adanya
bentrok, laporan yang dikerjakanpun bias diselesaikan dengan semaksimal
mungkin. Dikarnakan praktiku-praktikum yang secara skaligus dan waktu
pengumpulan yang brsamaan dengan laporan lainnya jadi agak kebingungan mau
mulai dari mananya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F., Said, L., Ashraf, M., dan Gilani, A.H., 2007, Moringa oleifera: a Food Plant
with Multiple Medicinal Uses, Phytotherapy Research, 21: 17-25.
Bose, C.K., 2007, Possible role of Moringa Oleifera L. root in epithelial ovarian
cancer, MedGenMed, 9(1): 26.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai