OLEH:
HENDRA H.LARUNI
(PO7120120011)
Penjalaran Nyeri
Nyeri menjalar melalui nosiseptor, yaitu saraf sensoris di perifer yang fungsinya
mewaspadakan tubuh bila ada stimulus nyeri. Stimulus diubah menjadi pesan elektrik
yang dikirim melalui berbagai akson dari perifer, ke korda spinalis, hingga ke bagian
mesensefalon dan talamus otak. Jika stimulus terus menerus ada, terjadi proses
sensitisasi saraf perifer dan sentral hingga nyeri akut menjadi nyeri kronik [2]. Sensitisasi
sentral adalah proses di mana tubuh menangkap signal nyeri secara tidak normal. Proses
ini juga berhubungan dengan taktil alodinia, kondisi yang menyebabkan tubuh
hipersensitif terhadap sentuhan atau nyeri. Terlebih lagi, pada sendi dan diskus banyak
ditemukan serabut saraf delta A yang bila terus menerus terangsang berperan dalam
pembentukan sensitisasi sentral.
E. Pathway
F. Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
1. Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase,
traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang
(tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
2. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal),
latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh
dan aktivitas.
3. Farmakoterapi : Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler. Antidepresan
trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin,
fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
4. Bedah syaraf
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada kasus LBP lebih difokuskan pada
pemeriksaan radiologi seperti foto polos, CT scan dan MRI untuk melihat apakah ada
kelainan pada struktur tulang belakang, otot dan persarafan.
1) Foto Polos Lumbosacral
Pemeriksaan foto polos lumbosacral adalah tes pencitraan untuk membantu dokter
melihat penyebab penyakit punggung seperti adanya patah tulang, degenerasi, dan
penyempitan DIV.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan (CT scan)
(Lateef & Patel, 2009)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan (CT scan)
direkomendasikan pada pasien dengan kondisi yang serius atau defisit neurologis
yang progresif, seperti infeksi tulang, cauda equina syndrome atau kanker dengan
penyempitan vertebra.
3) Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS) Pemeriksaan EMG
dan NCS sangat membantu dalam mengevaluasi gejala neurologis dan/atau defisit
neurologis yang 29 terlihat selama pemeriksaan fisik. Pada pasien LBP dengan
gejala atau tanda neurologis, pemeriksaan EMG dan NCS dapat membantu untuk
melihat adanya lumbosacral radiculopathy, peripheral polyneuropathy,
myopathyatau peripheral nerve entrapment.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Polos Lumbosacral
Pemeriksaan foto polos lumbosacral adalah tes pencitraan untuk
membantu dokter melihat penyebab penyakit punggung seperti adanya
patah tulang, degenerasi, dan penyempitan DIV.
2) .Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan
(CT scan) (Lateef & Patel, 2009).
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan
(CT scan) direkomendasikan pada pasien dengan kondisi yang serius
atau defisit neurologis yang progresif, seperti infeksi tulang, cauda
equina syndrome atau kanker dengan penyempitan vertebra.
3). Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS)
Pemeriksaan EMG dan NCS sangat membantu dalam mengevaluasi
gejala neurologis dan/atau defisit neurologis yang 29 terlihat selama
pemeriksaan fisik. Pada pasien LBP dengan gejala atau tanda neurologis,
pemeriksaan EMG dan NCS dapat membantu untuk melihat adanya
lumbosacral radiculopathy, peripheral polyneuropathy, myopathyatau
peripheral nerve entrapment.
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan Implementasi adalah tahapan mengaplikasikan rencana atau
tindakan asuhan keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosis yang diangkat
kedalam bentuk intervensi keperawatan untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana tindakan
yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang diharapkan belum tercapai, intervensi yang
sudah ditetapkan dapat dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa struktur, proses dan hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal
12 Februari 201. http://sedetik.multiply.com/journal