Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS DAMPAK KEBISINGAN TERHADAP KESEHATAN DI LINGKUNGAN KERJA

I Putu Sumanata Partama (0919451026) Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar ips_partama@yahoo.com

ABSTRAK

Perkembangan di bidang teknologi yang sangat pesat juga berdampak dalam bidang industri. Pengalihfungsian tenaga kerja manusia ke mesin membuat efisiensi produksi makin meningkat sehingga saat ini semua industri menggunakan mesin untuk operasional mereka. Penggunaan mesin ini selain memiliki dampak positif juga menimbulkan dampak negative dimana salah satunya adalah kebisingan. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Menurut standar ketetapan nilai ambang batas kebisingan yang ditetapkan dalam KepMenLH No.48
Tahun 1996 serta KepMenNaker No.51 Tahun 1999 adalah sebesar 85 dB. Pengamanan pekerja khu susnya yang berhubungan langsung dengan mesin mesin operasional masih minim. Untuk itu pada artikel ini akan dibahas studi analisis dampak kebisingan terhadap kesehatan di lingkungan kerja

1. PENDAHULUAN Perkembangan di bidang teknologi yang sangat pesat juga berdampak dalam bidang industri. Dahulu kala teknologi yang dipakai masih sederhana dan manual yang kebanyakan masih ditangani oleh manusia. Seiiring perkembangan jaman maka mulai terjadi pergeseran fungsi operasi dimana saat ini dalam sebuah industry sudah banyak diterapkan peralatan-peralatan canggih guna meningkatkan produktifitas dari industri tersebut. Penggunaan mesin-mesin pada industri akan dapat meningkatkan efisiensi kerja dibandingkan dengan hanya mengandalkan tenaga manusia saja. Jumlah karyawan bisa ditekan dan waktu operasional bisa diatur sendiri, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi industri. Namun dibalik itu juga terdampak dampak negative dari penggunaan mesin-mesin ini seperti polusi yang ditimbulkan baik itu polusi tanah, udara maupun suara. Salah satu bentuk polusi yang setiap hari dihadapi oleh para pekerja khususnya di

tempat beroperasinya mesin-mesin industri adalah kebisingan. Telinga manusia sebagai indera pendengar memiliki kemampuan untuk mendengarkan suara atau bunyi dengan frekuensi 16 Hz sampai 20 kHz. Suara dengan frekuensi di bawah itu disebut infrasonik sedangkan frekuensi diatas 20 kHz disebut ultrasonik. Mesin-mesin industri pada saat beroperasi sesuai dengan nilai ambang batas yang ditetapkan hendaknya tidak lebih dari 85 dB, bila melebihi akan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia terutama pada organ pendengaran seperti telinga mendengung atau bahkan dapat mengakibatkan tuli. Berdasarkan permasalah diatas, maka pada artikel ini akan dibahas mengenai pengaruh kebisingan pada kesehatan manusia di lingkungan kerja. Selain itu juga akan dibahas mengenai solusi bagaiman menguragi atau menyesuaikan tingkat kebisingan di lingkungan kerja agar sesuai dengan standar ambang batas yang telah ditentukan.

2. MATERI 2.1 Bunyi Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium, medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran udara atau medium lain, sampai kegendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan dibawah 20 Hz disebut infrasonik.

bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran. Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan 2.3 Sumber Kebisingan Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu 1. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin. 2. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain. 3. Pergerakan udara, gas dan cairan Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain. 2.4 Jenis-Jenis Kebisingan

Gambar 1 Garis bentuk kenyaringan bunyi Sumber: www.menlh.go.id

2.2 Kebisingan Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau

berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut: 1. Bising yang kontinyu Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturutturut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas. 2. Bising terputus-putus Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api 3. Bising impulsif Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam. 4. Bising impulsif berulang Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa. Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas : 1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur. 2. Bising yang menutupi (Masking noise) Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya

tenggelam dalam bising dari sumber lain. 3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise) Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. 2.5 Penyebab Kebisingan Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu: 1. Frekuensi Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik) dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi 250 4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000 Hz. 2. Intensitas suara Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambatan dalam media. 3. Amplitudo Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada arah tertentu. 4. Kecepatan suara Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara per satuan waktu. 5. Panjang gelombang Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu siklus. 6. Periode Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan periode adalah detik. 7. Oktave band Oktave band adalah kelompokkelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz 63 Hz 125 Hz 250 Hz 500

Hz 1000 Hz 2 kHz 4 kHz 8 kHz 16 kHz. 8. Frekuensi bandwidth Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di Indonesia. 9. Pure tune Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu jenis amplitudo dan satu jenis frekuensi 10. Loudness Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz 11. Kekuatan suara Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan waktu. 12. Tekanan suara Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan 2.6 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gan gguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996). Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas,NAB) peruntukan kawasan/lingkungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (KepMenLH No.48 Tahun 1996) :
Tabel Nilai Ambang Batas Kebesingan

Ruang terbuka hijau5. Industri6. Pemerintahan dan fasilitas umum7. Rekreasi8. Khusus :Bandar udaraStasiun Kereta Api - Pelabuhan Laut- Cagar Budaya b. Lingkungan Kegiatan1. Rumah Sakit atau sejenisnya2. Sekolah dan sejenisnya3. Tempat ibadah dan sejenisnya

555555

Dan kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari -hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002). Pada lampiran 2 KepMenNaker No.51 Tahun 1999, NAB dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Peruntukan kawasan / lingkungan kegiatan a. Peruntukan Kawasan1. Perumahan dan pemukiman2. Perdagangan dan jasa3. Perkantoran dan perdagangan4.

Tingkat kebisingan (A)

55706550706070

6070

115-135 dB Zona D 100-115

perlu memakai earmuff perlu memakai earplug

3. PEMBAHASAN 3.1 Dampak Kebisingan Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut: 1. Gangguan Fisiologis Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa 10 peningkatan tekanan darah ( mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit. 2. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain. 3. Gangguan Komunikasi

2.7 Zona Kebisingan Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan Zona A Intensitas 35 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya. Zona B Intensitas 45 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi. Zona C Intensitas 50 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar. Zona D Intensitas 60 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya. Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association) Zona A intensitas > 150 dB daerah berbahaya dan harus dihindari Zona B intensitas 135-150 dB individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug) Zona C

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang. 4. Gangguan Keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual. 5. Efek pada pendengaran Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan. Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas : 1. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS) Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.

2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS) Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut : a. Tingginya level suara b. Lama paparan c. Spektrum suara d. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar e. Kepekaan individu f. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya g. Keadaan Kesehatan 3. Trauma Akustik Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakanledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran. 4. Prebycusis Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja. 5. Tinitus Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

Aktifitas industri tidak bisa lepasdari proses mekanik, di manadari proses mekanik tersebut akan menghasilkan kebisingan, bahkan kebisingan yang terjadi melebihi ambang batas yang diizinkan. Sebagai contoh, datadari sebuah instasi menjelaskan bahwa mesin gerinda dapat membangkitkan tingkat kebisingan dari 80 104 dB pada pabrikasi pipa, di Virginia Barat. Kemudiandari berbagai investigasi National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) sebagai berikut: mesin pemotong kertas 95 108 dB, perusahaan kimia pada area cleaning, polishing 88 113 dB,gelas 79 92 dB, bengkel manufaktur 115 dB, polisi latihan menembak 157 160 dB. Dampak dari kebisingan akan mengakibatkan. ketulian, hal ini sesuai dengan laporan menyebutkan bahwa masih banyakpyang mengalami ketulian. Data dari sebuah instasi menunjukkan bahwa tahun 1996 sampai 1998 angka kecelakaan kerja 3472 kasus, 82% di antaranya merupakan kasus ketulian akibat kebisingan. Timbulnya ketulian dapat dicegah melalui pengendalian secara tehnik misalnya dengan memberikan peredaman pada sumberkebisingan, pengendalian secara administratif yaitu dengan merotasi job karyawan atau peraturan setiap karyawan diwajibkan menggunakan APT (Alat Pelindung Telinga), namun upaya ini tidak terlepas dari faktor individu yang terdiri dari pendidikan, pengalaman pelatihan dan umur yang menentukan perilaku pemakaian APT dalam mencegah meningkatnya ambang pendengaran, serta umur karyawan yang secara biologis sangat rentan terhadap kebisingan akan menambah ambang pendengaran. Sehingga masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah ambang pendengaran karyawan akibat intensitaskebisingan karena faktor individu Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga atau penutup telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan kebisingan masuk kedalam

telinga. Fungsinya adalah menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Alat pelindung umumnya dapat dibedakan menjadi: 1. Sumbat Telinga (Ear Plug) Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbedabeda dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Oleh karena itu sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai dengan 30 dB.

Gambar 2 Alat Pelindung Telinga

Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alamai dan sintetik, menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi disposible ear plug, yaitu sumbat telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara pengguanan yang lain yaitu, non dispossible ear plug yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Dalam pemakaiannya sumbat telinga mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari pemakaian sumbat telinga yaitu : a. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil b. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang panas c. Tidak membatasi gerak kepala d. Harga relative murah daripada tutup telinga (earmuff)

e. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kelapa, anting-anting dan rambut Sedangkan Kerugiannya antara lain: a. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telingan untuk pemasangan yang tepat. b. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga c. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai APT karena sukar dilihat oleh pengawas d. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat e. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi. 2. Tutup telinga (ear muff) Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama, sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga digunakan untuk mengurangi bising s/d 40-50 dB dengan frekuensi 1008000Hz. Keuntungan dari tutup telinga (earmuff) adalah : a. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telingan yang berbeda. b. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas. c. Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan). d. Tidak mudah hilang Kerugian dari tutup telinga adalah : a. Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas b. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya, dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting, rambut yang menutupi telinga c. Tidak mudah dibawa atau disimpan d. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit.

e. Harganya relative lebih mahal dari sumbat telinga 3. Helmet/enclosure Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi intensitas bising maksimum 35 dBA pada 250 Hz sampai 50 dBA pada frekuensi tinggi. Pengendalian atas kebisingan dan getaran yang biasa adalah sebagai berikut : y Bagian-bagian bergerak dari seluruh mesin, perlengkapan, dan peralatan harus senantiasa diberi minyak pelumas dan gemuk. y Cegah penggunaan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan diatas 95 dB. y Pergunakan peredam getaran seperti tegel akustik, karet, dan barang-barang lain yang sejenis. y Sumber-sumber getaran harus diisolasi. Misalnya, hendaknya generator diletakkan didalam tanah y Permukaan tembok dan langitlangit sedapat mungkin dilapisi dengan tegel akustik y Lengkapi karyawan yang bekerja di tempat-tempat sumber kebisingan diatas 95 dengan alat penyumbat telinga 4. PENUTUP 4.1 Simpulan y Nilai ambang batas tingkat kebisingan suatu lingkungan kerja adalah sebesar 85 dB dengan masa kerja selama 8 jam y Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tingkat kebisingan yang melebihi ambang batas dapat diminimalkan dengan penggunaan APT (Alat Pelindung Telinga) oleh pekerja serta memasang peredam pada lokasi kerja 4.2 Saran y Hendaknya setiap perusahaan yang menggunakan mesin-mesin dalam

proses operasinya memperhatikan tingkat kebisingan yang dihasilkan agar sesuai atau tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan DAFTAR PUSTAKA
KepMenLH No.48 Tahun 1996 tentang

Nilai Ambang Batas Kebisingan


KepMenNaker No.51 Tahun 1999

Tentang Pengaruh Faktor Fisika Pada Lingkungan Kerja Prabu,P.2009.Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan. http://putraprabu.wordpress.com/2009/0 1/05/dampak-kebisingan-terhadapkesehatan/ diakses Minggu 5 Juni 2011 Prabu,P.2009.Alat Pelindung Telinga. http://putraprabu.wordpress.com/2009/0 1/07/alat-pelindung-telinga/ diakses Minggu 5 Juni 2011 Susanto,A.2006.Kebisingan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. http://hseclubindonesia.wordpress.com/ diakses Minggu 5 Juni 2011 .Pengertian Dasar Tentang Tata Suara. http://www.menlh.go.id/ diakses Minggu 5 Juni 2011

Anda mungkin juga menyukai