Anda di halaman 1dari 3

DELUSI PARASITOSIS Delusi parasitosis terwujud dalam keyakinan pasien bahwa ia merasakan/memiliki pruritus karena sebuah infestasi dengan

serangga. Pasien mungkin dating dengan serat pakaian, potongan kulit, atau serpihan lainnya yang terkadung dalam bungkus plastik, pada pita perekat, atau dalam kotak korek api. Mereka biasanya menyatakan bahwa ada parasit, akan tetapi, tidak terdapat serangga atau parasit. Gejala ini disebut the matchbox sign" atau dengan istilah the saran-wrap sign Para pasien ini tidak memiliki gangguan kognitif dan faktor organik yang abnormal tidak ada. Infestasi yang sebenarnya dan penyakit sistemik primer yang menyebabkan pruritus tidak terlibat. Lesi kulit primer tidak muncul. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan tidak ada lesi, tetapi hanya erosi linier dengan krusta/kerak, prurigo nodularis, dan atau ulcers (luka). Klasifikasi delusi parasitosis rumit. Hal ini dianggap sebagai, terutama, suatu psikosis hipokondriakal monosimptomatik dan telah dikaitkan dengan skizofrenia, obsessional states, gangguan bipolar, depresi dan gangguan kecemasan. Delusi parasitosis terjadi terutama pada wanita usia paruh baya atau lebih tua, meskipun kondisi ini telah dilaporkan terdapat pada semua usia dan pada laki-laki. Savely et al memperkenalkan istilah penyakit Morgellon untuk menggambarkan suatu kondisi yang dicirikan oleh yang serat menempel pada kulit. Entitas tampaknya menjadi sedikit daripada sebuah sebutan baru untuk delusi parasitosis. Koblener dan Waddell dan Burke telah membahas kegunaan istilah ini, bersama Murase et al menemukan istilah yang berguna untuk membangun suatu kerjasama terapeutik dengan pasien delusi parasitosis. William Harvey6 dari Morgellons Research Foundation Dewan Penasehat Medis menyatakan sebagai berikut: Semua pasien dengan Morgellons menunjukkan peningkatan secara laboratorium tanda proinflamasi, kadar insulin yang tinggi, dan bukti serologis dari 3 bakteri pathogen. Selain itu, mudah ditemukan gejala fisik seperti neuropati perifer, delayed capillary refill, tanda Romberg abnormal, penurunan suhu tubuh, dan takikardia. Yang paling penting, semua gejala akan meningkat dan sebagian besar pemulihan menngunakan antibiotic langsung pada pathogen yang bersangkutan. Walling dan Swick menyarankan meninggalkan 3 istilah diagnosis trikotilomania, delusi parasitosis dan ekskoriasi neurotik, dimana mereka percaya bahwa istilah tersebut menjadi hambatan untuk pengobatan. Sebaliknya mereka menyarankan penggunaan nomenklatur alternative sesuai dengan istilah pasien, alopesia neuromechanical, disetesia pseudoparasitik, dan (hanya) ekskoriasi. Patofisiologi Penyebab delusi parasitosis tidak diketahui. Ini berhubungab dengan patologi neurochemical. Konsep ini dibatasi oleh induksi agen psikoaktif (contoh: amfetamin, kokain, dan metilfenidat) dan bertepatan dengan depresi, skizofrenia, isolasi social dan gangguan sensoris. Mortalitas/Morbiditas Satu laporan bunuh diri seorang laki-laki berusia 40 tahun dengan delusi parasitosis Ras Delusi parasitosis lebih umum muncul pada orang kulit putih daripada orang-orang dari ras lain. Jenis kelamin Delusi parasitosis terjadi terutama pada wanita paruh baya kulit putih atau lebih tua, meskipun kondisi ini telah dilaporkan terjadi pada semua usia dan laki-laki. Perbandingan wanita dan laki-laki 2:1. Rasio ini 1:1 pada orang-orang yang lebih muda dari 50 tahun dan 3:1 pada lebih dari 50 tahun. Usia Delusi parasitosis lebih umum pada usia paruh baya dan lebih tua. Rasio perbandingan antara wanita dan pria 1:1 di bawah 50 tahun dan 3:1 di atas 50 tahun. Gejala Klinis Kondisi delusi parasitosis merupakan suatu psikosis monosimptomatik, suatu jenis psikopatologi yang relative berbeda dari kepribadian. Jika kondisi memiliki suatu patologi pasti atau penyebab eksternal (seperti scabies), ini bukan benar-benar delusi parasitosis. Pada investigasi riwayat seorang pasien tersangka delusi, penyebab lain gatal harus diselidiki. Untuk mendiagnosis kondisi ini, true infestation (seperti scabies), pediculosis,

dan terutama penyebab sistemik pruritus harus disingkirkan. Contohnya termasuk hepatitis, HIV, dermatitis herpetiformis, penyakit tiroid, anemia, disfungsi ginjal, disfungsi neurologis, dan limfoma. Delusi parasitosis berbeda dengan formacation. Formacation melibatkan sensasi kulit dari merangkak, mengigit dan menyengat. Formacation tidak melibatkan konsepsi tetap sensasi kulit yang disebabkan oleh parasit. Pasien dengan kondisi ini dapat menerima kenyataan bahwa mereka tidak memiliki suatu infestasi (sesuatu yang mengerumuni). Banyak kasus formacation idiopatik. Yang menyerupai delusi parasitosis Bentuk lain dari penyakit jiwa dapat menyerupai delusi parasitosis. Penyakit kejiwaan tersebut disertai dengan tanda-tanda penyakit mental. Delusi parasitosis dapat muncul pada gejala demensia, dalam hal ini sebenarnya delusi parasitosis merupakan penyakit sekunder. Sebagai contoh, pasien skizofrenia, mungkin berpikir mereka sedang diserang oleh serangga sebagai manifestasi dari paranoid mereka. Depresi psikotik mungkin menyebabkan pasien percaya bahwa dia terkontaminasi atau kotor karena infestasi serangga. Seperti seorang pasien mungkin mempunyai depresi mood dan rasa tidak berdaya, putus asa, tidak berharga, dan rasa bersalah yang berlebihan. Sering kali, perasaan-perasaan ini jelas pada gejala klinis. Delusi parasitosis karena drug-induced telah dilaporkan selama pengobatan penyakit Parkinson. Delusi parasitosis karena gabapentin-induced telah dicatat. Pengobatan dengan ciprofloxacin, mefloquine, dan pemoline dapat mengakibatkan delusi parasitosis. Jika obat obat dihentikan maka efek delusi parasitosis akan hilang dengan sendiri tanpa bantuan agen antipsikotik. Fisik Pasien delusi parasitosis membuat ruam mereka sendiri. Gejala muncul tanpa temuan, erosi atau ulser dengan atau tanpa krusta atau prurigo nodularis. Gejala ini mungkin temuan dermatitis yang berhubungan dengan perawatan, yang mungkin termasuk iritasi atau pembersih yang bersifat korosif atau peralatan yang bersifat keras abrasive. Delusi parasitosis dapat mengenai kelopak mata.
Diagnosis Banding o Dermatitis herpetiformis suatu gangguan lecet autoimun yang dihubungkan dengan gluten-sensitive enteropathy (GSE), disebabkan oleh deposisi IgA pada dermis papilaris, yang memicu kaskade imunologik, yang mengakibatkan penarikan neutrofil dan aktivasi komplemen o Scabies suatu infestasi kulit yang sangat gatal yang disebabkan oleh tungau tertentu, Sarcoptes scabiei var hominis. Hasil pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium Tidak ada tes laboratorium yang dapat membantu penegakkan diagnosis delusi parasitosis; akan tetapi, tes laboratorium dapat membantu mengidentifikasi penyakit lain yang menyerupai delusi parasitosis.  Untuk menyingkirkan infestasi, suatu preparat mineral oil dapat digunakan untuk mengeliminasi scabies, dan pemeriksaan mikroskopis kulit dan rambut harus dilakukan untuk menyingkirkan infestasi kutu.  Patologi neurologic karena toksin atau kekurangan vitamin dapat dievaluasi dengan tes yang sesuai  Tes untuk menguji penyebab pruritus (contoh: level besi rendah, penyakit ginjal atau hepar) dapat dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Contoh: hitung sel darah lengkap, urinalisis, tes fungsi hati, tes fungsi tiroid, dan penentuan level elektrolit serum dan glukosa, blood urea nitrogen, kreatinin serum, serum vitamin B-12, folat dan besi.  Dermatitis heprpetiformis harus disingkirkan, biopsy kulit sangat berguna untuk meyakinkan pasien kurangnya patologi untuk mendiagnosis delusi parasitosis  Penggunaan kokain, metilfenidat, atau amfetamin harus dipastikan, dan jika terjadi delusi parasitosis, maka obat tersebut harus dihentikan. Imaging Huber et al menemukan striatal lesion pada pasien dengan delusi parasitosis sekunder, tetapi tidak pada kasus delusi parasitosis primer. Pada kasus yang jarang, gangguan neurologic (eg tumor, neuritis, multiple sclerosis) dapat menyerupai gejala delusi parasitosis. Penyebab gangguan tersebut harus disingkirkan dengan MRI atau CT scanning jika mereka diduga kuat penyebab dasar gejala klinis.

Treatment y Satu satu metode yang jelas untuk menghilangkan delusi yang mendasari delusi parasitosis adalah pemberian obat psikotropika. y Antidepresan serotonergik mempunyai peranan dalam pengobatan pada pasien ini y Pasien ini harus dikonsultasikan kepada psikiater bilamana dokter dermatologis tidak dapat menanganinya atau tidak akan memberikan obat-obatan yang diperlukan y Kebanyakan pasien delusi parasitosis enggan ke psikiater, dan dokter dapat merujuk segera bila pasien percaya padanya.

Anda mungkin juga menyukai