OLEH
KELOMPOK 6
AKUNTANSI REGULER C
YUSUF KURNIAWAN ( 01 )
JOÃO BAPTISTA N.D.S ( 05 )
ADI WIGUNA ( 10 )
A.A.MADE PUTRA ANDI ANTA ( 18 )
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2013
Daftar Isi
ii
2 Aktiva Tak Berwujud
Didefinisikan sebagai aktiva modal yang tidak mempunyai wujud fisik dan nilainya
tergantung pada hak dan keuntungan dari kepemilikan. Dimana banyak intagibles ini berupa
semacam hak monopoli kepada pemiliknya, seperti paten, copyright, franchise dll.
1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti property,
pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan
keistimewaan atau privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank, piutang usaha,
dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi
fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan
instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau
ekuivalen kas di masa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini biasanya
dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodic.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi
aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk
jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk
jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.
1
2.1 Penilaian ATB yang Dibeli
Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan
biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan hukum, dan
setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi merupakan biaya
pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan atau dari aktiva yang diterima, mana
yang lebih dapat ditentukan.
Untuk menerapkan amortisasi, sebuah entitas harus menilai apakah masa manfaat suatu
aset tidak berwujud adalah terbatas atau tak terbatas dan, jika terbatas, jangka waktu atau
jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang dihasilkan, selama masa manfaat. Suatu aset
tidak berwujud diakui entitas memiliki masa manfaat tak terbatas jika, berdasarkan analisis
dari seluruh faktor relevan, tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas periode yang
mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto bagi entitas.
Amortisasi suatu aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas tidak berakhir jika
aset tersebut tidak lagi digunakan, kecuali aset tersebut sudah sepenuhnya disusutkan atau
digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual.
Dalam hal manfaat ekonomis yang terkandung dalam suatu ATB terserap dalam
menghasilkan aset lain, maka beban amortisasi merupakan bagian dari harga pokok aset
lain tersebut dan dimasukkan ke dalam jumlah tercatatnya.
Metode Amortisasi :
Amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti metode garis lurus, metode
saldo menurun dan metode unit produksi. Metode yang digunakan dipilih berdasarkan pola
konsumsi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dan diterapkan secara konsisten
dari periode ke periode lainnya, kecuali terdapat perubahan dalam perkiraan pola
konsumsi tersebut.
2
Metode amortisasi yang digunakan harus menggambarkan pola konsumsi entitas atas
manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan
secara andal, digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang dibebankan setiap periode
disajikan dengan menyesuaikan akun ATB dan akun diinvestasikan pada Aset Lainnya.
Periode amortisasi dan metode amortisasi ditinjau setidaknya setiap akhir tahun buku. Jika
perkiraan masa manfaat aset berbeda secara signifikan dengan estimasi–estimasi
sebelumnya, periode amortisasi harus disesuaikan. Jika terjadi perubahan yang signifikan
dalam perkiraan pola konsumsi manfaat ekonomis dari ATB, metode amortisasi harus
disesuaikan untuk mencerminkan pola yang berubah tersebut. Seiring berjalannya waktu,
pola manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan mengalir ke entitas dari suatu aset
tidak berwujud dapat berubah. Misalnya, dapat timbul indikasi bahwa metode amortisasi
saldo menurun ternyata lebih tepat jika dibandingkan dengan metode garis lurus. Contoh
lainnya adalah apabila penggunaan hak yang diperoleh melalui suatu lisensi ditangguhkan
menunggu tindakan/putusan pada komponen lainnya dari suatu rencana kegiatan, manfaat
ekonomis yang timbul dari aset tersebut mungkin tidak diterima hingga periode
berikutnya.
2.3 Goodwill
Goodwill adalah Aktiva Tetap Tak Berwujud yang paling tidak berwujud, dalam artian
goodwill termasuk yang paling sulit diukur apalagi untuk dihitung. Goodwill masuk ke
dalam kolompok Aktiva Tetap Tak Berwujud.
Dari sekian lama perjalanan sejarah (20 abad lebih), konsep mengenai goodwill
mengalami perubahan demi perubahan. Di awal-awal goodwill dianggap sebagai nilai
lebih dari suatu perusahaan di mata customernya, belakangan ini konsep mengenai
goodwill semakin berkembang, dimana banyak pelaku bisnis dan accountant menganggap
bahwa goodwill merupakan hasil dari kemampuan perusahaan memperoleh laba dari
investor.
Perolehan Goodwill
Dari perspektif akuntansi, goodwill hanya akan muncul pada buku apabila perusahaan
membeli perusahaan lain, dimana perusahaan membayar lebih besar dari kekayaan bersih
yang bisa diidentifikasi atas perusahaan yang dibelinya.
3
Pengukuran Goodwill
Begitu banyak metode yang dipakai dalam menentukan goodwill, dimana masing-masing
metode masih mengalami pro dan kontra, yang pada akhirnya membuat goodwill sungguh
menjadi materi akuntansi yang sulit untuk dipahami. Berikut adalah salah satu metode
sederhana untuk mencari jumlah goodwill.
Contoh :
PT. Royal Bali Cemerlang, adalah perusahaan exporter kerang mutiara. Karena
meningkatknya order atas kerang mutiara, PT Royal Bali Cemerlang mengalami kesulitan
supply, satu-satunya supplier kerang mutiara terbesar dari Jayapura, yaitu PT. Jarang
Untung, secara terus menerus melakukan kenaikan harga atas supply-nya. Dominasi PT.
Jarang Untung atas supply kerang mutiara menjadi kesulitan tersendiri bagi PT. Royal
Bali. Berdasarkan hasil rapat pemegang saham tanggal 31 Januari 2007 PT. Royal Bali
Cemerlang memutuskan untuk membeli PT. Jarang Untung seharga Rp 6,000,000 secara
tunai. Sebelum pembelian dilakukan neraca masing-masing perusahaan adalah sebagai
berikut :
ASSET
Aktiva Lancar Rp 7,500,000
Aktiva Tetap Rp 10,000,000
Aktiva lain-lain Rp 650,000
Total Asset Rp 18,150,000
LIABILITY
Hutang Dagang Rp 800,000
Hutang Jangka Panjang Rp 1,250,000
EQUITY
Modal Rp 3,000,000
Laba di tahan Rp 8,000,000
Laba Tahun Berjalan Rp 5,100,000
Total Liability & Equity Rp 18,150,000
4
NERACA PT. JARANG UNTUNG, Per 31 Januari 2007
ASSET
Aktiva Lancar Rp 1,000,000
Aktiva Tetap Rp 5,000,000
Aktiva lain-lain Rp 750,000
Total Asset Rp 6,750,000
LIABILITY
Hutang Dagang Rp 250,000
Hutang Jangka Panjang Rp 750,000
EQUITY
Modal Rp 2,000,000
Laba di tahan Rp 2,250,000
Laba Tahun Berjalan Rp 1,500,000
Total Liability & Equity Rp 6,750,000
1. Bahan baku, peralatan, dan fasilitas yang dibeli atau dibuat untuk proyek litbang
tertentu atau aset tidak berwujud yang dibeli dan tidak memiliki penggunaan masa
depan masa depan alternatif
2. Bahan baku, penyusutan peralatan atau fasilitas, dan amortisasi aset tidak berwujud
yang digunakan dalam aktivitas litbang dan memiliki penggunaan masa depan
alternatif
3. Gaji dan pengeluaran lain yang berhubungan dengan karyawan yang terlibat dalam
aktivitas litbang
4. Jasa yang diberikan pihak lain sehubungan dengan aktivitas litbang
5. Alokasi biaya tidak langsung di luar biaya umum dan administrasi yang tidak secara
langsung berhubungan dengan aktivitas litbang.
5
2.5 Penyajian ATB
Sebagaimana Lampiran III B Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP
dan Buletin Teknis 01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat, ATB disajikan
dalam neraca sebagai bagian dari “Aset Lainnya”.
NERACA
Per 31 Desember 20X1
ASET KEWAJIBAN
Aset Tetap