Anda di halaman 1dari 130

ANALISIS PERHITUNGANKAPASITAS DAYA DUKUNG PONDASI

TIANG PANCANG DIAMETER 50 CM PADA PROYEK BANGUNAN


KOLEZA 9 RESIDENCE, PT. WILMAR, PERCUT SEI TUAN-MEDAN

TUGAS AKHIR

ZUL TAUFIK HELMY MAKSUM


110404030

Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE,


NIP. 19510629 198411 1 001

BIDANG STUDI GEOTEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Pondasi ialah bagian dari suatu sistem struktur bangunan yang meneruskan
beban pondasi dan berat struktur kedalam tanah dan batuan yang terletak
dibawahnya. Untuk itu, pondasi suatu struktur bangunan harus diperhitungkan
daya dukungnya agar dapat menjamin kestabilan bangunan dalam menahan beban
yang bekerja dan tidak terjadi penurunan melebihi batas yang telah ditentukan.
Pada Proyek Bangunan Koleza 9 Residence, PT. Wilmar, Percut Sei
Tuan-Medan akan dicari nilai daya dukung aksial perencanaan pondasi tiang
pancang berdasarkan data SPT, sondir, Loading Test dengan menggunakan
metode Chin dan metode Davissondan perhitungan daya dukung dengan Metode
Elemen Hingga. Daya dukung lateral dihitung menggunakan metode Broms. Dan
menghitung penurunan elastis tiang pancang yang terjadi. Serta menghitung
efesiensi dan daya dukung kelompok tiang. Metode pengumpulan data adalah
dengan melakukan observasi lapangan serta pengambilan data dari perusahaan
jasa pemancangan.
Perhitungan daya dukung ultimit tiang berdasarkan data SPT pada titik
Bore Hole 5 pada kedalaman 24,54 meter adalah 265,17 ton. Data sondir adalah
442,35 ton. Dari hasil perhitungan Loading Test metode Chin adalah 333,33 ton
dan metode Davisson adalah 254,85 ton. Dari hasil perhitungan metode elemen
hingga adalah 379,6 ton. Daya dukung lateral ultimit berdasarkan Metode Broms
secara analitis sebesar 18,13 ton, dan secara grafis sebesar 20,66 ton. Penurunan
elastis yang dihasilkan sebesar 10,45 mm dan berdasarkan Metode Loading Test
sebesar 9,04 mm.
Terdapat sedikit perbedaan daya dukung dan penurunan dengan beberapa
metode yang digunakan. Perbedaan daya dukung dan penurunan tersebut dapat
disebabkan oleh perbedaan jenis tanah, cara pelaksanaan pengujian yang
bergantung pada ketelitian operator dan perbedaan parameter yang digunakan
dalam perhitungan.
Kata Kunci : Kapasitas Daya Dukung, SPT, Sondir, Loading Test, Metode
Elemen Hingga, Penurunan Elastis

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan

karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulisan untuk menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas baginda Rasulullah Muhmmad SAW yang

telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi

panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari hari, karena sungguh

suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak

pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi dalam Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang diambil adalah:“Analisis

Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Diameter 50 cm

pada Proyek Bangunan Koleza 9 Residence, PT. Wilmar, Percut Sei Tuan-

Medan”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak

terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu :

1. Ibunda Rusmah, dan Ayahanda Alm Zainal Arifin Maksum tercinta yang

telas banyak berkorban, memberikan motivasi hidup, semangat dan

nasehat, saudara-saudari tercinta Kakakan Iswah dan Nikma.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE selaku koordinator bidang studi

goteknik, dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan,

Universitas Sumatera Utara


masukan, dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk membantu

saya menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT, dan Ibu Ika Puji Hastuty, ST. MT. selaku

Dosen Pembanding, atas saran dan masukan yang diberikan kepada

penulis terhadap Tugas Akhir ini.

6. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini

kepada penulis

8. Abang/kakak dan teman-teman seperjuangan bang ibnu, bang ozik, zein,

yogie, jenny, don (musdi, kiki, win, eky, aldo, barly, dian, imfim, ilham,

kobol, rae, budi, bara, rendra, wahyu, suped, hilman, yogi), silda, arif,

surya, valdi, reno, dika, rahmat, tomy, dwi, nurul, triana, sinta, mimah,

anggi, wilda serta kawan-kawan seperjuangan angkatan 2011 yang tidak

dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan bantuannya

selama ini.

9. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut di sini atas jasa-jasanya

dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka

penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca

diharapkan untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 2016

Penulis

Zul Taufik Helmy Maksum


11 0404 030

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGHANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR NOTASI ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2

1.3 Tujuan ..................................................................................................4

1.4 Pembatasan Masalah ............................................................................4

1.4 Sistematika Penulisan ...........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................7

2.1 Pengertian Umum .................................................................................7

2.2 Tanah .....................................................................................................7

2.2.1 Karakteristik Tanah ......................................................................8

2.3 Penyelidikan Tanah ( Soil Investigation) ..............................................9

2.3.1 Pengambilan Contoh Tanah .........................................................9

2.3.2 Percobaan Penetrasi ...................................................................10

2.4 Pondasi ................................................................................................16

2.4.1 Pondasi Tiang ............................................................................18

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Penggolongan Pondasi Tiang ....................................................19

2.4.3 Metode Pelaksanaan Pemancangan Tiang Pancang ........……...24

2.4.4 Peralatan Pemancangan Tiang ......…………………….……...29

2.5 Loading Test ........................................................................................31

2.6 Analisis Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil SPT .......................38

2.7 Analisis Daya dukung Tiang Pancang dari Hasil Sondir ....................43

2.8 Metode Elemen Hingga.......................................................................44

2.9 Pemodelan pada Program Plaxis .........................................................48

2.9.1 Model Mohr – Coulomb ..........................................................49

2.9.2 Pemilihan Parameter................................................................50

2.9.3 Parameter Tanah ......................................................................50

2.10 Kapasitas Daya Dukung Lateral..........................................................56

2.10.1 Menghitung Tahanan Beban Lateral Ultimit ...........................57

2.10.2 Kapasitas Ultimit Tiang Pancang dengan Metode Broms ........60

2.11 Penurunan Elastis Tiang Tunggal .......................................................69

2.12. Pondasi Tiang Kelompok (Pile Group) ..............................................75

2.12.1 Efesiensi dan Daya Dukung Kelompok Tiang ........................76

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................79

3.1 Deskripsi Proyek .................................................................................79

3.2 Data Teknis Tiang Pancang ................................................................80

3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................81

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................84

Universitas Sumatera Utara


4.1 Umum ..................................................................................................84

4.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang secara Analitis .................84

4.2.1 Berdasarkan data Standard Penetration Test (SPT) ..................84

4.2.2 Berdasarkan Data Sondir dengan Metode Meyerhof..................88

4.2.3 Berdasarkan Data Loading Test .................................................90

2.2.4 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Lateral............................94

4.2.5 Menghitung Penurunan Elastis Tiang Tunggal (Single Pile) ....97

4.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan Metode Elemen


Hingga ...............................................................................................100

4.4 Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Aksial Kelompok Tiang ........106

4.5 Diskusi...............................................................................................108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................110

5.1 Kesimpulan .......................................................................................110

5.2 Saran ..................................................................................................111

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................112

LAMPIRAN ........................................................................................................114

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Elemen-elemen tanah ...........................................................................8

Gambar 2.2 Konus sondir dalam keadaan tertekan dan terbentang .......................12

Gambar 2.3 Alat percobaan penetrasi standard......................................................13

Gambar 2.4 Skema urutan SPT ..............................................................................15

Gambar 2.5 Pondasi tiang dengan tahanan ujung ..................................................20

Gambar 2.6 Pondasi tiang dengan tahanan gesek ..................................................21

Gambar 2.7 Pondasi tiang dengan tahanan lekatan................................................21

Gambar 2.8 Pangangkatan tiang dengan dua tumpuan ..........................................26

Gambar 2.9 Pengangkatan tiang dengan satu tumpuan .........................................27

Gambar 2.10 Urutan pemancangan ........................................................................28

Gambar 2.11 Skema pemukul tiang pancang.........................................................30

Gambar 2.12 Skema pemukul tiang pancang.........................................................30

Gambar 2.13 Pengujian dengan system kentledge .................................................33

Gambar 2.14 Pengujian dengan tiang jangkar .......................................................33

Gambar 2.15 Contoh hasil uji pembebanan statik aksial tekan .............................34

Gambar 2.16 Grafik hubungan beban dengan penurunan menurut metode Chin ..36

Gambar 2.17 Interpretasi daya dukung ultimit dengan metode Davisson .............38

Gambar 2.18 Grafik hubungan antara kuat geser (Cu) dengan faktor adhesi.........42

Gambar 2.19Nilai N-SPT untuk desain tahanan ujung pada tanah pasiran ...........42

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.20 Jenis-jenis elemen ............................................................................47

Gambar 2.21 Titik nodal dan titik integrasi ...........................................................48

Gambar 2.22Model pondasi tiang pancang............................................................48

Gambar 2.23Tab Parameter untuk model Mohr – Coulomb ..................................50

Gambar 2.24 Tiang pendek dikenai beban lateral ..................................................60

Gambar 2.25 Tiang panjang dikenai beban lateral.................................................61

Gambar 2.26 Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi
kepala tiang bebas akibat beban lateral pada tanah kohesif ...........62

Gambar 2.27 Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi
kepala tiang terjepit akibat aeban lateral pada tanah kohesif ........63

Gambar 2.28Kapasitas beban lateral pada tanah kohesif .......................................65

Gambar 2.29 Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi
kepala tiang bebas akibat beban lateral pada tanah granular ..........66

Gambar 2.30Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi


kepala tiang terjepit akibat beban lateral pada tanah granular .......68

Gambar 2.31 Kapasitas beban lateral pada tanah granular ....................................69

Gambar 2.32 Faktor koreksi penurunan I0 ............................................................................................ 71

Gambar 2.33 Faktor koreksi angka poisson, Rµ ............................................................................... 72

Gambar 2.34 Faktor koreksi kompresi, Rk ............................................................................................ 72

Gambar 2.35Faktor koreksi kedalaman, Rh.......................................................................................... 72

Gambar 2.36 Faktor koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb ............................................ 73

Gambar 2.37 Variasi jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi
sepanjang tiang tertanam ke dalam tanah .......................................75

Gambar 2.38 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang ...........................................77

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1 Lokasi proyek bangunan koleza 9 residense, PT. wilmar, Percut Sei
Tuan-Medan ......................................................................................80

Gambar 3.2 Lokasi titik sondir, bore hole dan loading test ...................................81

Gambar 3.3 Bagan alir penelitian...........................................................................83

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara beban dan penurunan pada pondasi tiang ....92

Gambar 4.2 Grafik interpretasi metode Chin .........................................................93

Gambar 4.3 Grafik interpretasi metode Davisson ..................................................94

Gambar 4.4 Parameter tanah (kohesi, sudut geser dalam, dan berat jenis tanah
saturated) yang di peroleh dari program Allpile .............................101

Gambar 4.5 Lembar tab proyek dari jendela general setting ...............................103

Gambar 4.6 Hasil kalkulasi dan besar nilai MSF.................................................104

Gambar 4.7 Hasil kalkulasi dan besar nilai MSF.................................................105

Gambar 4.8 Besar nilai penurunan yang terjadi setelah hasil perhitungan ..........106

Gambar 4.9Susunan kelompok tiang pancang .....................................................107

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Hubungan D , ø dan N dari pasir ...........................................................16

Tabel 2.2 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk penentuan harga N ............39

Tabel 2.3 Hubungan antara angka penetrasi standard dengan sudut geser dalam
dan kepadatan relatif pada tanah pasir ...................................................49

Tabel 2.4 Hubungan antara harga N-SPT, sudut geser dalam, dan kepadatan
relative ...................................................................................................40

Tabel 2.5 Hubungan antara harga N-SPT dan berat isi tanah ................................40

Tabel 2.6 Nilai perkiraan modulus elastisitas tanah...............................................52

Tabel 2.7 Korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas pada tanah lempung .........53

Tabel 2.8 Korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas pada tanah pasir ...............53

Tabel 2.9 Hubungan jenis tanah, konsistensi dan poisson’s ratio (μ) ...................54

Tabel 2.10 Nilai koefisien permeabilitas tanah ......................................................56

Tabel 2.11 Hubungan modulus subgrade (k1) dengan kuat geser undrained untuk
lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (Overconsolidated) .............58

Tabel 2.12 Nilai-nilai nh untuk tanah granuler (c = 0) ..........................................59

Tabel 2.13 Nilai-nilai nh untuk tanah kohesif........................................................59

Tabel 2.14 Kriteria tiang kaku dan tiang tidak kaku ..............................................60

Tabel 2.15 Nilai koefisien empiris .........................................................................75

Tabel 4.1 Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data SPT............87

Tabel 4.2 Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir ........89

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 Load displacement data, axial load test .................................................91

Tabel 4.4 Tabel data-data yang diperlukan dalam pembuatan grafik Chin ...........92

Tabel 4.5 Penurunan elastis tiang tunggal..............................................................99

Tabel 4.6 Data tiang pancang ...............................................................................101

Tabel 4.7 Input parameter tanah pada lokasi BH-5..............................................102

Tabel 4.8 Perhitungan daya dukung kelompok tiangdengan Metode Efisiensi


Converse-Labarre ..............................................................................108

Tabel 4.9 Daya dukung tiang pancang dari SPT ..................................................108

Tabel 4.10 Daya dukung tiang pancang dan data sondir .....................................108

Tabel 4.11 Daya dukung berdasarkan hasil loading test......................................108

Tabel 4.12 Daya dukung dengan metode elemen hingga ....................................109

Tabel 4.13 Daya dukung lateral pondasi tiang pancang ......................................109

Tabel 4.14 Efisiensi tiang pancang kelompok .....................................................109

Tabel 5.1Daya dukung ultimit menggunakan data SPT, loading test dan metode
elemen hingga ......................................................................................110

Tabel 5.3 Penurunan tiang pancang tunggal ........................................................110

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

Ap = luas penampang tiang (m2)

B = lebar atau diameter tiang (m)

BN = jumlah pukulan

BPM = jumlah pukulan permenit

BTA = integritas tiang/keutuhan tiang (%)

CSX = tegangan tekan maksimum pada posisi sensor (Mpa)

Cp = koefisien empiris

Cs = konstanta Empiris

c = kohesi tanah (kg/cm²)

cu = kohesi undrained (kN/m2)

D = diameter tiang (m)

Dr = kerapatan relatif (%)

E = energi alat pancang (kg-cm)

Eb = modulus elastisitas tanah di dasar tiang (kN/m2)

Ep = modulus elastis tiang (kN/m2)

Es = modulus elastisitas tanah di sekitar tiang (kN/m2)

Es = modulus elastisitas bahan tiang (kN/m2)

e = angka pori

ef = effisiensi hammer (%)

f = jarak momen maksimum dari permukaan tanah (m)

Gs = specific gravity

Universitas Sumatera Utara


g =jarak dari lokasi momen maksimum sampai dasar tiang (m)

H = tebal lapisan (m)

h = tinggi jatuh hammer (m)

I = momen inersia tiang (cm4)

ID = diameter dalam (m)

I0 = faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat


(Incompressible) dalam massa semi tak terhingga

K = faktor kekakuan tiang

k = koefisien permeabilitas

ki = modulus reaksi subgrade dari Terzaghi

kh = koefisien permeabilitas arah horizontal

kv = koefisien permeabilitas arah vertikal

L = panjang tiang pancang (m)

Lb = panjang lapisan tanah (m)

Li = tebal lapisan tanah, pengujian SPT dilakukan setiap interval


kedalaman pemboran (m)

My = momen leleh (kN-m)

N-SPT = nilai N-SPT

n = koefisien restitusi

nh = koefisien fariasi modulus

P = keliling tiang (m)

po = tekanan overburden efektif

pu = tahanan tanah ultimit

Universitas Sumatera Utara


Q = besar beban yang bekerja (kN)

Qwp = daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
dukung friction (kN)

Qws = daya dukung friction (kN)

Rb = faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung

Rh = faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah


keras

Rk = faktor koreksi kemudahmampatan tiang

Rμ = faktor koreksi angka poisson

S = penetrasi pukulan per cm (cm)

Se(1) = penurunan elastis dari tiang (mm)

Se(2) = penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di ujung tiang (mm)

Se(3) = penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di sepanjang batang


tiang (mm)

S = besar penurunan yang terjadi (mm)

Wp = berat pile (Ton)

Wr = berat hammer (Ton)

α = koefisien adhesi antara tanah dan tiang

ŋ = effisiensi alat pancang

Ø = sudut geser dalam

γ = berat isi tanah (kN/m3)

γdry = berat jenis tanah kering (kN/m3)

γsat = berat jenis tanah jenuh (kN/m3)

Universitas Sumatera Utara


γw = berat isi air (kN/m3)

ξ = koefisien dari skin friction

μ =poisson’s ratio

ψ = sudut dilantansi (o)

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Bentukdanstrukturtanahmerupakansuatu peranan yang

pentingdalamsuatupekerjaankonstruksi yang

harusdicermatikarenakondisiketidaktentuandaritanah berbeda-beda.

Sebelummelaksanakansuatupembangunan konstruksi yang pertama-tama

dilaksanakandandikerjakandilapanganadalahpekerjaan pondasi (strukturbawah).

Pondasimerupakansuatupekerjaan yang

sangatpentingdalamsuatupekerjaantekniksipil, karenapondasiinilah yang

memikuldanmenahansuatubeban yang bekerjadiatasnyayaitu beban

konstruksiatas. Pondasiiniakanmenyalurkantegangan-tegangan yang

terjadipadabebanstrukturataskedalamlapisantanah yang keras yang

dapatmemikulbebankonstruksitersebut.

Pondasi ialah bagian dari suatu sistem struktur bangunan yang meneruskan

beban pondasi dan berat struktur kedalam tanah dan batuan yang terletak

dibawahnya. Tegangan-tegangantanah yang

dihasilkankecualipadapermukaanmerupakantambahankepadabeban-beban yang

sudahadadalammassatanahdaribobotsendiribahandansejarahgeologisnya.Darisuatu

pemancangantiangdenganhidraulik (penekanbebas getaran) juga akan

memberikannilaiinterprestasidayadukung secara langsung per kedalaman.

Dayadukungtiangadalah faktor terpenting dalam perancangan pondasi

tiang. Dalammenentukandayadukungsebuah pondasi tiang,

Universitas Sumatera Utara


amatpentinguntukmempertimbangkanjarakantaratiangdandayadukungnya,

karenasuatubangunanstrukturakanmemiliki keterbatasan dalam luas lahan

sedangkanjaraktiang yang

berdekatanakanmenimbulkaninteraksiterhadapkapasitasnya.

Dayadukungtiangterhadapbeban lateral jugadalambanyak hal menentukan,

terutama padadaerahdimanaterdapattanahlunakdipermukaannya atau pada pondasi

tiang yang memikulbebandiataspermukaan tanah misalnya pada dermaga.

Banyakfaktor yang harusdipertimbangkan pada saat memilih jenis

pondasitiang yang sesuaidengankebutuhan. Pemilihan akhir harus didasarkan

padaevaluasidarikelayakanteknisdariperbandingan biaya alternatif yang

potensialdenganmemperhitungkan factor keamanan (safety), keandalan (reability),

kemudahankonstruksi (constructability) dan ketahanannya dalam tanah.

Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi

bahan ada tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja,

dan tiang pancang kayu. Dari segi bentang penampang, tiang pancang bujur

sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I, dan bentuk

spesifik. Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop

hammer), diesel hammer, dan hidrolic hammer.

1.2. RumusanMasalah

Secara umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi

dangkal. Pondasi tiang pancang adalahbatang yang relatif panjang dan langsing

yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan

daya dukung rendah ke lapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya

dukung tinggi yang relatif cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung

Universitas Sumatera Utara


tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity). Yang

diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung gesek atau selimut (friction

bearing capacity)yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara

tiang pancang dan tanah sekililingnya.

Tiang pancang berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya

dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan kepada struktur atas.

Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu

penyelidikan tanah yang akurat juga. Penyelidikan tanah yang dilakukan biasanya

meliputi penyelidikan sondir dan Standard Penetration Test (SPT). Penyelidikan

sondir bertujuan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan

lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan tanahnya pada kedalaman

tertentu dan juga dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan tanah dengan

menggunakan rumus empiris.

Penyelidikan Standard Penetration Test (SPT) bertujuan untuk

mendapatkan gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui

pengamatan secara visual, sifat-sifat tanah, karakteristik-karakteristik tanah. Data

Standard Penetration Test (SPT) dapat digunakan untuk menghitung daya

dukung.

Loading testbiasadisebutjugadenganujipembebananstatik. Cara yang

paling dapatdiandalkanuntukmengujidayadukung

pondasitiangadalahdenganujipembebananstatik. Dari hasilnilaiujipembebanan

static seorangpraktisidalamrekayasa pondasidapat menentukanmekanisme yang

terjadi, misalnyadenganmelihatbentukkurvabebanpenurunan,

besarnyadeformasiplastistiang, kemungkinanterjadinyakegagalanbahantiang,

Universitas Sumatera Utara


dansebagainya.Dayadukungtiangadalah faktor

terpentingdalamperancanganpondasi tiang.

Penyelidikantanah yang

dilakukanuntukanalisisiniadalahujidilapanganberupabeberapatitikbor yang

dilengkapiStandart Penetration Test (SPT), Loading Test, analisis ini juga

dilengkapi dengan pengambilan sampel di laboratorium dan perhitungan daya

dukung pondasi tiang dengan menggunakan program Metode Elemen Hingga.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Menghitung dan membandingkan daya dukung pondasi tiang pancang

dengan menggunakan data standard penetration test (SPT), sondir,

Loading Test, dan Metode Elemen Hingga.

2. Menghitung penurunan elastis yang terjadi pada tiang tunggal secara

analitis, grafis dan Metode Elemen Hingga.

3. Membandingkan besarnya kapasitas daya dukung dan penurunan

elastis tiang tunggal yang terjadi secara analitis dan numeris.

4. Menghitung kapasitas daya dukung lateral tiang tunggal.

5. Menghitung efesiensi dan daya dukung kelompok tiang.

1.4. PembatasanMasalah

Untukmemperjelas ruang lingkup permasalahan yang dibahas dalam

Tugas Akhir ini dan untuk memudahkan penulis dalam menganalisa maka dibuat

batasan-batasan masalah yang meliputi :

Universitas Sumatera Utara


Dalam pelaksanaan proyek Bangunan Koloza 9 Residence, PT. WILMAR,

Percut Sei Tuan-Medan, terdapat banyak permasalahan yang dapat dibahas, maka

dalam laporan ini perlu kiranya diadakan pembatasan masalah. Dimana bertujuan

menghindari luasnya bahasan serta yang dipaparkan tidak menyimpang dari

tujuan semula.

Tetapi demikian, hal ini tidak berarti akan memperkecil arti pokok –

pokok masalah, yang dibahas disini, melainkan hanya karena keterbatasan belaka.

Untuk keperluan ini penulis membatasi pada data yang diperoleh dari hasil

penyelidikan dilapangan yaitu data Standard Penetration Test (SPT), Sondir,

Loading Test, dan data tanah dari laboratorium pada proyek Bangunan Koloza 9

Residence, PT. WILMAR, Percut Sei Tuan-Medan.

1.5. SistematikaPenulisan

Rancangan sistematika penulisan secara keseluruhan pada tugas akhir ini

terdiri dari 5 (lima) bab, uraian masing-masing bab sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang

lingkup, metodologi, lokasi studi, dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang mendukung studi yang

digunakan dalam laporan tugas akhir ini.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut :

1. Pengumpulan data-data yang berhubungan dengan Judul Tugas Akhir.

Universitas Sumatera Utara


2. Melakukan studi literature sebagai dasar teori dan referensi.

3. Melakukan studi keperpustakaan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentangan analisa perhitungan data

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran mengenai analisis pada

laporan Tugas Akhir.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian umum

Setiap bangunan konstruksi baik berupa gedung, jembatan, bendungan,

atau jalan yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus di dukung oleh suatu

pondasi. Pondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan

beban yang di topang dan beratnya sendiri kepada tanah keras dan batuan yang

terletak dibawahnya.

Dalam menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada dua hal yang

harus diperhatikan, yaitu:

1. Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang bekerja pada

pondasi baik beban statik maupun beban dinamiknya.

2. Penurunan yang terjadi akibat pembebanan tidak boleh melebihi penurunan

yang diijinkan.

2.2. Tanah

Tanah merupakan material utama yang berfungsi untuk mendukung beban

pondasi, dalam hal ini beban bangunan di atasnya (upper structure) dan berat

sendiri pondasi tersebut. Dengan demikian, pondasi harus terletak pada tanah

yang mampu mendukungnya, tanpa mengakibatkan kerusakan tanah atau

terjadinya penurunan bangunan melebihi batas toleransinya.

Universitas Sumatera Utara


Secara teknis tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat

(butiran) mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain dan

dari bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas

yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut (Braja

M Das,1995).

Tanah terdiri dari tiga komponen, yaitu butiran tanah, air dan udara. Udara

dianggap tidak memiliki pengaruh teknis, sementara air sangat mempengaruhi

sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butir-butir tanah dapat terisi oleh air

dan/atau udara. Bila rongga tersebut berisi air seluruhnya, maka tanah dikatakan

dalam kondisi jenuh air. Bila rongga tersebut terisi air dan udara maka tanah pada

kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Secara sederhana, elemen tanah

dapat diilustrasikan pada Gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1. Elemen-elemen tanah : (a) Elemen tanah dalam keadaan asli (b) Tiga fase
elemen tanah. (Das, 1995)

2.2.1 Karakteristik Tanah

Dimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tanah terdiri dari butiran tanah,

air dan udara sehingga pada kenyataan tidak pernah dijumpai tanah berdiri sendiri.

Universitas Sumatera Utara


Di dalam ilmu mekanika tanah, volume tanah dibagi dua bagian yaitu : volume

butir dan volume pori. Volume pori terdiri atas volume udara dan volume air.

Oleh sebab itu berbagai parameter tanah akan mempengaruhi karakteristik tanah

sebagai pendukung pondasi, yaitu: ukuran butiran tanah, berat jenis tanah, kadar

air tanah, kerapatan butiran, angka pori, sudut geser tanah, kemampuan dalam

mengalirkan air dan sebagainya. Hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan

penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium.

2.3 Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)

Penyelidikan tanah (soil investigation) adalah proses pengambilan contoh

(sample) tanah yang bertujuan untuk menyelidiki karakteristik tanah tersebut.

Dalam mendesain pondasi, penting bagi para engineer untuk mengetahui sifat

setiap lapisan tanah, (seperti berat isi tanah, daya dukung, ataupun daya rembes),

dan juga ketinggian muka air tanah. Oleh sebab itu, soil investigation adalah

pekerjaan awal yang harus dilakukan sebelum memutuskan akan menggunakan

jenis pondasi dangkal atau pondasi dalam.

Ada dua jenis penyelidikan tanah yang biasa dilakukan, yaitu penyelidikan

di lapangan (in situ) dan penyelidikan di laboratorium (laboratory test). Adapun

jenis penyelidikan tanah di lapangan, seperti pengeboran (hand boring ataupun

machine boring), Standard Penetration Test (SPT), Cone Penetrometer Test

(sondir), Dynamic Cone Penetrometer, dan Sand Cone Test. Sedangkan jenis

penyelidikan di laboratorium terdiri dari uji index properties tanah (Atterberg

Limit, Water Content, Spesific Gravity, Sieve Analysis) dan engineering properties

tanah (direct shear test, triaxial test, consolidation test, permeability test,

compaction test, CBR test, dan lain-lain).

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Pengambilan Contoh Tanah

Penggambilan contoh tanah terdiri dari dua macam, yaitu :

1. Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Soil)

Contoh tanah terganggu diambil dari lapangan tanpa adanya usaha untuk

melindungi struktur asli tanah tersebut. Contoh tanah biasanya dibawa ke

laboratorium dalam tempat tertutup untuk menjaga agar kadar airnya tidak

berubah. Contoh tanah terganggu dapat dipakai untuk percobaan uji index

properties tanah.

2. Contoh Tanah Tidak Terganggu (Undisturbed Soil)

Contoh tanah tidak terganggu adalah suatu contoh tanah yang dianggap

mendekati sifat-sifat asli tanahnya. Contoh tanah ini tidak mengalami atau sedikit

sekali mengalami perubahan struktur, kadar air atau susunan kimianya. Contoh

tanah yang benar-benar asli tidak mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknik

pelaksanaan yang penuh pengalaman, maka kerusakan-kerusakan pada contoh

tanah dapat dibatasi sekecil mungkin. Undisturbed Soil digunakan untuk

percobaan engineering properties.

2.3.2. Percobaan Penetrasi

Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat ke dalam tanah dan

mengukur besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan, kita dapat

menentukan dalamnya berbagai lapisan tanah yang berbeda dan mendapatkan

indikasi tentang kekuatannya. Percobaan semacam ini disebut penetrasi dan alat

yang digunakan disebut penetrometer.

Penetrometer terbagi atas dua macam, yaitu ;

1. Penetrometer Statis (Static Penetrometer) atau Sondir

Universitas Sumatera Utara


Pengujian CPT atau sering disebut dengan sondir adalah proses

memasukkan suatu batang tusuk dengan ujung berbentuk kerucut bersudut 60°

dan luasan ujung 1,54 inch2 ke dalam tanah dengan kecepatan tetap 2 cm/detik.

Dengan pembacaan manometer yang terdapat pada alat sondir tersebut, kita dapat

mengukur besarnya kekuatan tanah pada kedalaman tertentu.

Berdasarkan kapasitasnya, alat sondir dibagi menjadi dua jenis :

• Sondir ringan, dengan kapasitas dua ton. Sondir ringan digunakan untuk

mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm2 atau penetrasi konus telah

mencapi kedalaman 30 m.

• Sondir berat, dengan kapasitas sepuluh ton. Sondir berat digunakan untuk

mengukur tekanan konus sampai 500 kg/cm2 atau penetrasi konus telah

mencapai kedalaman 50 m.

Ada dua tipe ujung konus pada sondir mekanis :

• Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya

digunakan pada tanah yang berbutir kasar dimana besar perlawanan lekatnya

kecil ;

• Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya

dan biasanya digunakan untuk tanah berbutir halus.

Tahanan ujung konus dan hambatan lekat dibaca setiap kedalaman 20 cm.

Cara pembacaan sondir dilakukan secara manual dan bertahap, yaitu dengan

mengurangi hasil pengukuran (pembacaan manometer) kedua terhadap

pengukuran (pembacaan manometer) pertama. Pembacaan sondir akan dihentikan

apabila pembacaan manometer mencapai > 150 kg/cm2 (untuk sondir ringan)

Universitas Sumatera Utara


sebanyak tiga kali berturut-turut. Konus sondir dalam keadaan tertekan dan

terbentang dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2.2 Konus sondir dalam keadaan tertekan dan terbentang(Sosrodarsono

& Nakazawa, 2005)

2. Penetrometer Dinamis / (Standard Penetration Test)

Standar penetration test atau lebih sering dikenal sebagai SPT merupakan

suatu cara yang yang dilakukan dilapangan atau lokasi pengerjaan yang

bertujuaan untuk mengetahui atau mendapatkan daya dukung tanah secara

langsung di lokasi proyek.

Selain itu test ini bertujuan untuk mengetahui baik perlawanan dinamik

tanah maupun pengambilan contoh tanah dengan teknik penumbukan. Uji SPT ini

merupakan percobaan dinamis yang dilakukan dalam suatu lubang bor dengan

memasukkan tabung sampel yang berdiameter dalam 35 mm sedalam 305 mm

dengan menggunakan massa pendorong (palu) seberat 63,5 kg yang jatuh bebas

dari ketinggian 760 mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk memasukkan

Universitas Sumatera Utara


tabung sampel sedalam 305 mm dinyatakan sebagai nilai N. Pelaksanaanya

dilakukan dalam 3 tahap yang mana tahap pertama merupakan dudukan sementara

jumlah pukulan untuk memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk

memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT dinyatakan dalam pukulan per

30 cm. Alat percobaan penetrasi standard dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut

ini :

Gambar 2.3 Alat percobaan penetrasi standard.(Sosrodarsono & Nakazawa,2005)

Adapun keuntungan dan kekurangan dari penggunaan test ini adalah:

Keuntungan :

1. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual.

2. Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter secara kualitatif melalui

korelasi empiris.

3. Test ini dapat dilakukan dengan cepat dan operasinya relatif sederhana.

Universitas Sumatera Utara


4. Biaya yang digunakan relatif murah.

5. Prosedur pengujian sederhana dapat dilakukan secara manual.

6. Dapat digunakan pada sembarang jenis tanah dan batuan lunak.

7. Sampel tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis tanah.

8. Uji SPT pada pasir,hasilnya dapat langsung digunakan untuk memprediksi

kerapatan relatif dan kapasitas daya dukung tanah.

Kekurangan:

1. Profil kekuatan tanah tidak menerus.

2. Hasil yang didapat merupakan contoh tanah terganggu.

3. Interpretasi hasil SPT bersifat empiris.

4. Ketergantungan pada operator dalam menghitung.

5. Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar bila digunakan tanah

lempung.

Secara bertahap, percoban SPT ini dilakukan dengan cara berikut :

1 Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor,

split spoon sampler, hammer, dan lain – lain.

2 Lakukan pengeboran sampai kedalaman testing, lubang dibersihkan dari

kotoran hasil pengeboran dari tabung segera dipasangkan pada bagian dasar

lubang bor.

3 Berikan tanda pada batang setiap 15 cm dengan total 45 cm.

4 Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan

palu seberat 63,5 kg dan ketinggian jatuh 76 cm hingga kedalaman yang

dihasilkan, dicatat jumlah pukulan untuk memasukkan penetrasi setiap 15 cm

(N value). Jumlah pukulan tersebut merupakan angka N dari pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


SPT dimana nilai N yang diperhitungkan adalah jumlah pukulan pada 15 cm

kedua dan 15 cm ketiga (2x15 cm = 30 cm).

5 Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke permukaan

dan dibuka. Gambarkan contoh jenis – jenis tanah yang meliputi komposisi,

struktur, kosistensi, warna dan kemudian masukkan ke dalam botol tanpa

dipadatkan atau kedalam plastik, lalu ke dalam core box.

6. Gambarkan grafik hasil percobaan SPT.

Catatan : Pengujian dihentikan bila nilai SPT > 50 untuk 4 kali interval

pengambilan dimana interval pengambilan SPT = 2 m.

Sementara secara skematis urutan uji SPT diilusstrasikan pada Gambar 2.4 berikut

ini :

Gambar 2.4. Skema urutan SPT (bangun, 2012)

Alat ini sudah populer penggunaanya di dunia karena sederhana, praktis,

cepat dan dapat mengetahui jenis tanah secara langsung. Alat ini perlu

Universitas Sumatera Utara


distandarisasi karena hasil yang didapat berupa nilai N (jumlah pukulan/30 Cm)

sangat bergantung pada tipe alat yang digunakan.

Uji Standard Penetration Test ini dapat dilakukan untuk hampir semua jenis

tanah. Berdasarkan pengalaman oleh beberapa ahli, berbagai korelasi empiris

dengan parameter tanah telah didapatkan.

Dalam pelaksanaan uji SPT di berbagai Negara, digunakan tiga jenis palu

(donut hammer, safety hammer, dan otomatik) dan empat jenis batang bor (N,

NW, A, dan AW). Ternyata uji ini sangat bergantung pada alat yang digunakan

dan operator pelaksana uji. Faktor yang terpenting adalah efisiensi tenaga dari

sistem yang digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas dengan massa

dan tinggi jatuh tertentu adalah 48kg/m (350 ft/lb), tetapi besar tenaga sebenarnya

lebih kecil karena pengaruh friksi dan eksentrisitas beban. Harga N dari pasir

yang diperoleh dari pengujian SPT dan hubungan antara kepadatan relatif dengan

sudut geser dalam dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Hubungan D𝛾𝛾, ø dan N dari pasir (Peck & Meyerhof, 1997)
Kepadatan Relatif Sudut Geser Dalam (ø)
Nilai N 𝑒𝑒𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑒𝑒 Menurut Peck Menurut Meyerhof
D𝛾𝛾 =
𝑒𝑒𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑒𝑒 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

0-4 Sangat Lepas 0,0-0,2 < 28,5 < 30

4-10 Lepas 0,2-0,4 28,5 – 30 30 - 35

10-30 Sedang 0,4-0,6 30 – 36 35 - 40

30-50 Padat 0,6-0,8 36 – 41 40 - 45

>50 Sangat Padat 0,8-1,0 > 41 > 45

2.4. Pondasi

Pada umumnya pondasi dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Pondasi Dangkal ( Shallow Foundation )

Apabila terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dengan kualitas yang baik

yang mampu mendukung bangunan itu pada permukaan tanah atau sedikit di

bawah permukaan tanah.Pada pondasi tipe ini beban diteruskan oleh kolom/tiang,

selanjutnya diterima pondasi dan disebarluaskan ke tanah. Dasar tanah yang

menerima beban tidak lebih dari 1 - 2 m dari permukaan tanah atau D/B bernilai

sekitar 1. Tembok-tembok, kolom, maupun tiang bangunan berdiri dengan

pelebaran kaki di atas tanah dasar yang keras dan padat.

Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini

berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima oleh tanah.

Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan ke tanah tidak

terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua lantai, bangunan ATM,

pos satpam, dan sebagainya.

2. Pondasi Dalam ( Deep Foundation )

Apabila lapisan tanah kerasnya berada di kedalaman yang letaknya sangat

dalam. Digunakan juga untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

ke atas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh

gaya-gaya penggulingan akibat beban angin. Kedalaman tanah keras mencapai 4 -

5 m dari permukaan tanah atau D/B bernilai sekitar 4 dan biasanya digunakan

untuk bangunan besar, jembatan dan struktur lepas pantai.

Menurut Bowles,1991, sebuah pondasi harus mampu memenuhi beberapa

persyaratan stabilitas dan deformasi, seperti :

Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan tanah lateral

dari bawah pondasi, khusus untuk pondasi tapak dan rakit.

Universitas Sumatera Utara


• Kedalaman harus berada di bawah daerah perubahan volume musiman yang

disebabkan oleh pembekuan, pencairan, dan pertumbuhan tanaman.

• Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau

pergeseran tanah.

• Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh

bahan berbahaya yang terdapat di dalam tanah.

• Sistem harus cukup mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan

geometri konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan dan mudah

dimodifikasi jika perubahan diperlukan.

• Metode pemasangan pondasi harus seekonomis mungkin.

• Pergerakan tanah keseluruhan (umumnya penurunan) dan pergerakan

diferensial harus dapat ditolerir oleh elemen pondasi dan elemen bangunan

atas.

• Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk

perlindungan lingkungan.

2.4.1. Pondasi Tiang

Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar di bawah

bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup

untuk memikul beban berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila

tanah pendukung yang mempunyai daya dukung yang cukup letaknya sangat

dalam. Pondasi tiang ini berfungsi untuk menyalurkan beban-beban yang

diterimanya dari konstruksi di atasnya ke lapisan tanah dalam yang mampu

memikul berat bangun tersebut.

Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :

Universitas Sumatera Utara


• Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak

ke tanah pendukung yang kuat.

• Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman

tertentu sehingga pondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang

cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan

tanah disekitarnya.

• Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas

akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.

• Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring.

• Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut

bertambah.

• Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah

tergerus air.

Dalam mendesain pondasi tiang pancang mutlak diperlukan informasi mengenai :

• Data tanah dimana bangunan akan didirikan.

• Daya dukung tiang pancang sendiri (baik single atau group pile).

• Analisa negative skin friction (karena mengakibatkan beban tambahan).

2.4.2. Penggolongan Pondasi Tiang

Pemilihan pondasi tiang pancang untuk berbagai jenis keadaan tergantung

beberapa faktor, diantaranya tipe tanah dasar, alasan teknis pada waktu

pemancangan, dan jenis bangunan yang dibangun. Terdapat berbagai jenis

pondasi yang digolongkan berdasarkan material yang digunakan dan penyaluran

beban yang diterima.

Universitas Sumatera Utara


Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan,

cara penyaluran beban, cara pemasangannya, dan berdasarkan perpindahan tiang,

berikut ini akan dijelaskan satu persatu.

1. Pondasi Tiang Berdasarkan Penyaluran Beban Kedalam Tanah

Berikut ini akan dipelajari distribusi tekanan di sekitar fondasi untuk ke dua

tipe tiang, tiang dukung ujung dan tiang gesek (Chellis, 1961).

o Tiang Dukung Ujung ( End Bearing Pile )

Pada tiang dukung ujung (end bearing pile), beban struktur didukung

sepenuhnya oleh lapisan tanah keras yang terletak pada dasar atau ujung bawah

tiang. Pondasi tiang dengan tahanan ujung diilustrasikan pada Gambar 2.4 berikut

ini :

Gambar 2.5. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (Sardjono, 1998)

o Tiang Gesek ( Friction Pile )

Pada tiang gesek (friction pile), beban akan diteruskan ke tanah melalui

gesekan antara tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat

Universitas Sumatera Utara


halus, tidak akan menyebabkan tanah di antara tiang-tiang menjadi padat.

Sebaliknya, bila butiran tanah kasar maka tanah diantara tiang-tiang akan semakin

padat. Pondasi tiang dengan tahanan gesek diilustrasikan pada Gambar 2.6 berikut

ini :

Gambar 2.6. Pondasi tiang dengan tahanan gesek (Sardjono, 1998)

o Tiang Tahanan Lekatan (Adhesive Pile)

Bila tiang dipancangkan di dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi

yang tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara

tanah di sekitar dan permukaan tiang. Pondasi tiang dengan tahanan lekatan

diilustrasikan pada Gambar 2.7 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7. Pondasi tiang dengan tahanan lekatan (Sardjono, 1988)

2. Pondasi Tiang Pancang Menurut Pemasangannya

Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya dibagi menjadi dua yaitu

tiang pancang pracetak dan tiang pancang yang dicor di tempat.

o Tiang pancang pracetak

Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor di

dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat

dandipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya

terdiri dari :

o Cara penumbukan

Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan cara

penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).

o Cara penggetaran

Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan cara

penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).

o Cara penanaman

Universitas Sumatera Utara


Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman

tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi

dengan tanah.

Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan, yaitu :

o Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah sebelumnya

lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.

o Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah

dari bagian dalam tiang.

o Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan ke dalam tanah

dengan memberikan tekanan pada tiang.

o Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang ke

luar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan

kedalam tanah.

• Pondasi Tiang yang dicor ditempat (Cast in Place Pile)

Tiang yang dicor di tempat (cast in place pile) ini menurut teknik

penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :

o Cara penetrasi alas

Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah

kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.

o Cara penggalian

Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara

lain :

 Penggalian dengan tenaga manusia

Universitas Sumatera Utara


Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah

penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara

konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam,

yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman tertentu.

 Penggalian dengan tenaga mesin

Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah

penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki

kemampuan lebih baik dan lebih canggih.

3. Pondasi Tiang Berdasarkan Perpindahannya

• . Tiang Perpindahan besar (Large Displacement Pile)

Yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup dipancang ke dalam

tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relative besar seperti tiang

kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal atau berlubang), tiang baja

bulat (tertutup pada ujungnya).

• Tiang perpindahan Kecil (Small Displacement Pile)

Yaitu sama seperti tiang kategori pertama hanya volume tanah yang

dipindahkan saat pemancangan relative kecil, contohnya tiang beton berlubang

dengan ujung terbuka, tiang beton prategang berlubang dengan ujung terbuka,

tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, dan tiang ulir.

• Tiang Tanpa Perpindahan (Non Displacement Pile)

Terdiri dari tiang yang dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau

mengebor tanah seperti bored pile, yaitu tiang beton yang pengecorannya

langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakkan di dalam

lubang dan dicor beton) (Hardiyatmo, 2002).

Universitas Sumatera Utara


2.4.3 Metode Pelaksanaan Pemancangan Tiang Pancang

Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,

aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan

konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat

membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga

target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

Secara umum tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang sebagai berikut :

1. Pekerjaan Persiapan

Berikut langkah-langkah untuk memulai persiapan pengerjaan pada lokasi

proyek:

• Membuat tanda, tiap tiang pancang harus diberi tanda serta tanggal saat tiang

tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi

tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka

tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.

• Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat

dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang

tidak diinginkan.

• Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana

pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah

pukulan terakhir (final set).

• Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver

alat. Lokasi stok material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.

• Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.

Universitas Sumatera Utara


• Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang

berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan

level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.

Proses penyambungan tiang :

• Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan

pada batang pertama.

• Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama sedemikian

sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel

menjadi satu.

• Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat.

• Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang

dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai

mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.

• Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai

lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.

• Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

2. Proses Pengangkatan

• Pengangkatan tiang untuk disusun (dengan dua tumpuan)

Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat

penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke

penyusunan lapangan. Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat

dari kepala tiang adalah 1/5 L seperti digambarkan pada Gambar 2.8 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.8. Pangangkatan tiang dengan dua tumpuan(Harahap, 2012)

• Pengangkatan dengan satu tumpuan

Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap

akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang

telah ditentukan di lapangan.

Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini

adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3 seperti yang

digambarkan pada Gambar 2.9 berikut ini :

Gambar 2.9. Pengangkatan tiang dengan satu tumpuan(Harahap, 2012)

3. Proses Pemancangan

• Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada

patok titik pancang yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


• Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.

• Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada

helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.

• Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat di atas patok pancang yang

telah ditentukan.

• Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay

sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul

vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan

center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama

pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.

• Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara

kontiniu ke atas helmet yang terpasang di atas kepala tiang.

4. Quality Control

• Kondisi fisik tiang.

a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak.

b. Umur beton telah memenuhi syarat.

c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan.

• Toleransi.

Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan

berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan

penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm.

• Penetrasi.

Universitas Sumatera Utara


Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di

sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah

pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.

• Final set

Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai

perhitungan. Skema urutan pemancangan tiang dapat dilihat pada Gamabr 2.10

berikut ini :

(a) (b) (c)

Gambar 2.10. Urutan pemancangan : (a) Pemancangan tiang, (b)

Penyambungantiang, (c) Kalenderingfinal set(Harahap, 2012)

2.4.4. Peralatan Pemancangan Tiang

Dalam pemasangan tiang ke dalam tanah, tiang dipancang dengan alat

pemukul berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang

hanya dijatuhkan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang

yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.

1. Pemukul Jatuh (Drop Hammer)

Universitas Sumatera Utara


Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.

Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk

tiang. Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan

lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang

kecil.

2. Pemukul Aksi Tiang (Single-acting Hammer)

Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik

oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan

oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram

dikalikan tinggi jatuh.

3. Pemukul Aksi Double (Double-acting Hammer)

Double-acting Hammer menggunakan uap atau udara untuk mengangkat

ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya. Kecepatan pukulan dan energi

output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.

4. Pemukul Diesel (Diesel Hammer)

Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi

bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan

adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan.

5. Pemukul Getar (vibratory hammer)

Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi

tinggi dan skema pemukulan tiang pancang seperti yang ditunjukan pada Gambar

2.11 dan 2.12 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


(a) (b)

Gambar 2.11. Skema pemukul tiang pancang: (a) Pemukul aksi tunggal

(singleacting hammer), (b) Pemukul aksi rangkap (double acting hammer)

(Bowles, 1991)

(a) (b)

Gambar 2.12. Skema pemukul tiang pancang: (a) Pemukul diesel (diesel

hammer), (b) Pemukul getar (vibratory hammer)(Bowles, 1991)

Universitas Sumatera Utara


2.5. Loading Test

Loading test biasa disebut juga dengan uji pembebanan statik. Cara yang

paling dapat diandalkan untuk menguji daya dukung pondasi tiang adalah dengan

uji pembebanan statik. Interprestasi dari hasil benda uji pembebanan statik

merupakan bagian yang cukup penting untuk mengetahui respon tiang pada

selimut dan ujungnya serta besarnya daya dukung ultimitnya. Berbagai metode

interprestasi perlu mendapat perhatian dalam hal nilai daya dukung ultimit yang

diperoleh karena setiap metode dapat memberikan hasil yang berbeda.

Yang terpenting adalah agar dari hasil nilai uji pembebanan statik, seorang

praktisi dalam rekayasa pondasi dapat menentukan mekanisme yang terjadi,

misalnya dengan melihat kurva beban – penurunan, besarnya deformasi plastis

tiang, kemungkinan terjadinya kegagalan bahan tiang, dan sebagainya.

Pengujian hingga 200% dari beban kerja sering dilakukan pada tahap

verifikasi daya dukung, tetapi untuk alasan lain misalnya untuk keperluan

optimasi dan untuk control beban ultimit pada gempa kuat, seringkali diperlukan

pengujian sebesar 250% hingga 300% dari beban kerja.

Pengujian beban statik melibatkan pemberian beban statik dan pengukuran

pergerakan tiang. Beban – beban umumnya diberikan secara bertahap dan

penurunan tiang diamati. Umumnya definisi keruntuhan yang diterima dan dicatat

untuk interprestasi lebih lanjut adalah bila di bawah suatu beban yang konstan,

tiang terus – menerus mengalami penurunan. Pada umumnya beban runtuh tidak

dicapai pada saat pengujian. Oleh karena itu daya dukung ultimit dari tiang hanya

merupakan suatu estimasi.

Universitas Sumatera Utara


Sesudah tiang uji dipersiapkan ( dipancang atau dicor ), perlu ditunggu

terlerbih dahulu selama 7 hingga 30 hari sebelum tiang dapat diuji. Hal ini penting

untuk memungkinkan tanah yang telah terganggu kembali keadaan semula, dan

tekanan air pori akses yang terjadi akibat pemancangan tiang telah berdisipasi.

Beban kontra dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan

menggunakan system kentledge seperti ditujukan pada (Gambar 2.13). Selain itu

juga dapat digunakan kerangka baja atau jangkar pada tanah seperti diilustrasikan

pada gambar. Pembebanan diberikan pada tiang dengan menggunakan dongkrak

hidrolik.

Pergerakan tiang dapat diukur dengan menggunakan satu set dial guges

yang terpasang pada kepala tiang. Toleransi pembacaan antara satu dial gauge

lainnya adalah 1 mm. Dalam banyak hal, sangat penting untuk mengukur

pergerakan relative dari tiang.

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari interaksi tanah dengan tiang,

pengujian tiang sebaiknya dilengkapi dengan instrumentasi. Instrumentasi yang

dapat digunakan adalah strain gauges yang dapat dipasang pada lokasi – lokasi

tertentu disepanjang tiang. Tell – tales pada kedalaman – kedalaman tertentu atau

load cells yang ditempatkan di bawah kaki tiang. Instrumentasi dapat memberikan

informasi mengenai pergerakan kaki tiang, deformasi sepanjang tiang, atau

distribusi beban sepanjang tiang selama pengujian. Beban kontra dapat dilakukan

dengan 2 (dua) langkah. Langkah pertama dengan menggunakan system

Kentledge seperti yang ditunjukkan pada (Gambar 2.13) dan langkah kedua

adalah dengan menggunakan kerangka baja atau jangkar pada tanah seperti yang

ditunjukkan pada (Gambar 2.14) berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.13 Pengujian dengan systemkentledge (Coduto,2001 )

Gambar 2.14 Pengujian dengan tiang jangkar(Tomlinson,1980)

Metode Pembebanan Metode pembebanan dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Prosedur Pembebanan Standar ( SML ) Monotonik

Slow Maintained Load Test ( SML ) menggunakan delapan kali

pengingkatan beban. Prosedur standar SML adalah dengan memberikan beban

secara bertahap setiap 25% dari beban rencana. Untuk tiap tahap beban,

pembacaan diteruskan hingga penurunan ( settlement ) tidak lebih dari 254 mm/

jam, tetapi tidak lebih dari 2 jam. Penambahan beban dilakukan hingga dua kali

beban rencana, kemudian ditahan. Setelah itu beban diturunkan secara bertahap

untuk pengukuran rebound.

2. Prosedur Pembebanan Standar ( SML ) siklik

Universitas Sumatera Utara


Metode pembebanan sama dengan SML monotonik, tetapi pada tiap tahapan

beban dilakukan pelepasan beban dan kemudian dibebani kembali hingga tahap

beban berikutnya ( unloading – reloading ). Dengan cara ini, rebound dari setiap

tahap beban diketahui dan perilaku pemikulan beban pada tanah dapat

disimpulkan dengan lebih baik. Metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama

daripada metode SML monotonik.

3. Quick Load Test ( Quick ML )

Karena prosedur standar membutuhkan waktu yang cukup lama, maka para

peneliti membuat modifikasi untuk mempercepat pengujian. Metode ini kontrol

oleh waktu dan penurunan, dimana setiap 8 tahapan beban ditahan dalam waktu

yang singkat tanpa memperhatikan kecepatan pergerakan tiang. Pengujian

dilakukan hingga runtuh atau hingga mencapai beban tertentu. Waktu total yang

dibutuhkan 3 hingga 6 jam. Hasil uji pembebanan statik aksial tekan seperti yang

dicontohkan pada Gambar 2.15 berikut ini :

Gambar 2.15 Contoh hasil uji pembebanan statik aksial tekan(Tomlinson,2001)

Universitas Sumatera Utara


4. Prosedur Pembebanan dengan Kecepatan Konstan ( Constant Rate of

Penetration Method Atau CRP )

Metode CRP merupakan salah satu alternatif lain untuk pengujian tiang

secara statis. Prosedurnya adalah dengan membebani tiang secara terus – menerus

hingga kecepatan penetrasi ke dalam tanah konstan. Umumnya diambil patokan

sebesar 0.245 cm/ menit atau lebih rendah bila jenis tanah adalah lempung.

Hasil pengujian tiang dengan metode CRP menunujukkan bahwa beban

runtuh relatif tidak tergantung oleh kecepatan penetrasi bila digunakan batasan

kecepatan penurunan kurang dari 0.125 cm/menit. Kecepatan yang lebih tinggi

dapat menghasilkan daya dukung yang sedikit. Beban dan pembacaan deformasi

diambil setiap menit. Pengujian dihentikan bila pergerakan total kepala tiang

mencapai 10% dari diameter tiang bila pergerakan ( displacement ) sudah cukup

besar. Pengujian dengan metode CRP umumnya membutuhkan waktu sekitar 1

jam (tergantung ukuran dan daya dukung tiang). Metode CRP memberikan hasil

serupa dengan metode Quick ML, dan sebagaimana metode Quick ML, metode ini

juga dapat diselesaikan dalam waktu 1 hari.

5. Interpretasi Hasil Uji Pembebanan Statik

Dari hasil uji pembebanan, dapat dilakukan interpretasi untuk menentukan

besarnya beban ultimit. Ada berbagai metode interpretasi, yaitu :

 Metode Chin Dasar dari teori ini, diantaranya sebagai berikut

• Kurva load settlement digambar dalam kaitannya dengan S/Q, dimana :

S/Q = C1.S + C2 (2.1)

• Kegagalan beban (Qf) atau beban terakhir (Qult) digambarkan sebagai :


1
Q𝑢𝑢𝑙𝑙𝑡𝑡 = (2.2)
C1

Universitas Sumatera Utara


dimana :

S = Settlement (mm)

Q = Penambahan beban (ton)

C1 = Kemiringan garis lurus (mm)

Grafik hubungan antara beban dengan penurunan ditunjukan pada Gambar

2.16 berikut ini :

Gambar 2.16 Grafik hubungan beban dengan penurunan menurut metode Chin

Kegagalan metode Chin dapat digunakan untuk tes beban dengan cepat dan

tes beban yang dilakukan dengan lambat. Biasanya memberikan perilaku yang

tidak realistik untuk kegagalan beban, jika tidak digunakan suatu kenaikan waktu

yang konstan pada uji tiang. Jika sepanjang kemajuan tes beban statis, keruntuhan

pada tiang akan bertambah maka garis Chin akan menunjukkan suatu titik temu,

oleh karena itu dalam merencakan tiap pembacaan metode Chin perlu

dipertimbangkan. Metode Chin memperhatikan batasan beban yang diregresikan

linier yang mendekati nilai satu dalam mengambil suatu hasil tes beban statis,

dengan dasar nilai-nilai yang ditentukan dari dua cara yang telah disebutkan.

Secara umum dua titik akan menentukan satu garis dan titik ketiga pada garis

yang sama mengkorfimasikan suatu garis (Fellenius, Bengt H. 2001).

Universitas Sumatera Utara


 Metode Davisson Prosedur penentuan beban ultimit dari pondasi tiang

dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :

Gambarkan kurva beban terhadap penurunan.

1. Penurunan elastik dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Se L
= (2.3)
Q AP × EP

Dimana :

Se = Penurunan elastik (mm)

Q = Beban uji yang diberikan (ton)

L = Panjang Tiang (m)

Ap = Luas Penampang Tiang (m)

Ep = Modulus elastisitas tiang (kN/m2)

2. Tarik garis OA seperti gambar berdasarkan persamaan penurunan elastik

(Se ).

3. Tarik garis BC yang sejajar dengan garis OA dengan jarak X, dimana X

adalah:

X = 0.15 + D/120 ….. ( dalam inchi ) (2.4)

dengan D adalah diameter atau sisi tiang dalam satuan inchi.

4. Perpotongan antara kurva beban – penurunan dengan garis lurus

merupakan daya dukung ultimit.

kurva beban terhadap penurunan seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.17

berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.17 Interpretasi daya dukung ultimit dengan metode

Davisson(Tomlinson, 2000)

2.6. Analisis Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil SPT

Uji penetrasi standard (SPT) merupakan uji penetrasi dinamis yang banyak

sekali digunakan untuk mendapatkan daya dukung tanah secara langsung.

Harga N yang diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk

memperhitungkan daya dukung tanah yang tergantung pada kuat geser tanah.

Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb yang

dinyatakan dengan:

τ = c + σ tan ø (2.5)

Dimana :

τ = kekuatan geser tanah (kg/cm²)

c = kohesi tanah (kg/cm²)

σ = tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm²)

ø = sudut geser tanah (º)

Hal hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan harga N dapat

dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk penentuan harga N

(Sosrodarsono, 1983)

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dan


Klasifikasi
Dipertimbangkan

Unsur tanah, variasi daya dukung vertikal


Hal yang perlu dipertimbangkan
(kedalaman permukaan dan susunannya),
secara menyeluruh dari hasil-
adanya lapisan lunak (ketebalan konsolidasi
hasil survei sebelumnya
atau penurunan), kondisi drainase dan lain-lain

Untuk tanah pasir (tidak kohesif) : Berat isi,


Hal-hal yang perlu diperhatikan
sudut geser dalam, ketahanan terhadap
langsung
penurunan dan daya dukung tanah

Untuk tanah lempung (kohesif) : Keteguhan,


Hal-hal yang perlu diperhatikan
kohesi, daya dukung dan ketahanan terhadap
langsung
hancur

Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah

dan untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan antara angka penetrasi

standart dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir,

secara perkiraan dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini :

Tabel 2.3 Hubungan antara angka penetrasi standard dengan sudut geser dalam

dan kepadatan relatif pada tanah pasir (Das, 1985)

Angka Penetrasi Kepadatan Relatif Sudut Geser Dalam ø

Universitas Sumatera Utara


Standart, N Dr (%) (º)

0–5 0–5 26 – 30

5 – 10 5 – 30 28 – 35

10 – 30 30 – 60 35 – 42

30 – 50 60 – 65 38 – 46

Menurut Peck dan Meyerhof, 1997, dari nilai N yang diperoleh pada uji

SPT, dapat diketahui hubungan empiris tanah non kohesi seperti sudut geser

dalam (ø), indeks densitas dan berat isi tanah basah (γwet).

Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak

mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (Tabel 2.4). Harga berat

isi yang dimaksud sangat tergantung pada kadar air.

Tabel 2.4. Hubungan antara harga N-SPT, sudut geser dalam, dan kepadatan

relative (Sosrodarsono & Nakazawa, 2005)

Sudut geser dalam ( ϕ )

Nilai N Kepadatan relatif Menurut Menurut

Peck Meyerhof

0–4 Sangat lepas 0,0 – 0,2 < 28,5 < 30

4 – 10 Lepas 0,2 – 0,4 28,5 – 30 30 – 35

10 – 30 Sedang 0,4 – 0,6 30 – 36 35 – 40

Universitas Sumatera Utara


30 – 50 Padat 0,6 – 0,8 36 – 41 40 – 45

>50 Sangat padat 0,8 – 1,0 > 41 >45

Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah, hal

ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir.

Tanah dibawah air mempunyai berat isi efektif yang kira-kira setengah berat isi

tanah diatas muka air. Hubungan antara harga N-SPT dan berat isi tanah dapat

dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini :

Tabel 2.5. Hubungan antara harga N-SPT dan berat isi tanah(Das, 1995)

Harga N < 10 10 – 30 30 – 50 > 50

Tanah tidak Berat isi, 𝛾𝛾


12-16 14-18 16-20 18-23
kohesif (kN/m3)

Harga N <4 4 – 15 16 – 25 > 25

Tanah kohesif Berat isi, 𝛾𝛾


14 – 18 16 – 18 16 – 18 > 20
(kN/m3)

Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik dari hasil uji

SPT dapat dinilai dari ketentuan berikut :

• Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N > 35.

• Lapisan kohesif mempunya nilai kuat tekan (qu) 3-4 kg/cm2, atau harga N > 15.

Hasil percobaan pada SPT merupakan perkiraan kasar dan bukan

merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan, umumnya hasil sondir lebih

dapat dipercaya daripada percobaan SPT. Hal yang juga perlu diperhatikan yaitu

Universitas Sumatera Utara


bahwa jumlah pukulan untuk 15 cm pertama yang disebut dengan N1 tidak

dihitung karena permukaan tanah dianggap sudah terganggu.

Untuk menghitung daya dukung pondasi tiang pancang berdasarkan data

SPT dapat digunakan metode Meyerhof, adapun rumus yang dapat digunakan

antara lain :

1. Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang pada Tanah Kohesif

o Daya dukung ujung pondasi tiang

Qp = 9 × Cu × Ap (2.8)

o Tahanan geser selimut tiang

Qs = α × Cu × P × Li (2.9)

Dimana :

2
Cu = kohesi undrained (kN/m2) = NSPT× × 10
3

Ap = luas penampang tiang (m2)

α = koefisien adhesi antara tanah dan tiang (Gambar 2.18)

P = keliling tiang (m)

Li = tebal lapisan tanah setiap intervalkedalaman pemboran (m)

Grafik hubungan antara kuat geserdengan faktor adhesi dapat dilihat pada

Gambar 2.18 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.18. Grafik hubungan antara kuat geser (Cu) dengan faktor adhesi (α)(API,
1986)

2. Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang pada Tanah Non Kohesif (pasir dan

kerikil)

o Daya dukung ujung pondasi tiang

Qp= 40 × Ncor × AP × ( L/D) ≤ 400 × NSPT × AP (2.10)

o Tahanan geser selimut tiang

Qs= 2 × NSPT × P × Li (2.11)

Gambar 2.19. Nilai N-SPT untuk Desain Tahanan Ujung pada Tanah Pasiran
(Meyerhof, 1997)

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

Qp = tahanan ujung ultimate (kN)

NSPT = jumlah pukulan yang diperlukan dari percobaan SPT = Ncor

Ncor = (N1+N2)/2

N1 = nilai Nrata-rata dari dasar ke 10D ke atas (Gambar 2.19)

N2 = nilai Nrata-rata dari dasar ke 4D ke bawah (Gambar 2.19)

AP = luas penampang tiang pancang (m2)

P = keliling tiang (m)

Li = tebal lapisan tanah setiap interval kedalaman pemboran (m)

2.7. Analisis Daya dukung Tiang Pancang dari Hasil Sondir

Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau Cone Penetration Test


(CPT)seringkali sangat dipertimbangkan peranan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes
yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan test tersebut dapat dipercaya dilapangan
dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir
ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan
karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang (pile), data tanah sangat
diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) tiang
sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari
tiang.
Dalam menghitung kapsaitas daya dukung aksial ultimit (Qult), ada beberapa
metode yang dapat dipakai sebagai acuan. Salah satunya adalah metodeMeyerhof.
Daya dukung ultimit pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K) (2.12)
Dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal (ton)
qc = Tahanan ujung sondir (kg/cm2)
Ap = Luas penampang tiang (cm2)
JHL = Jumlah hambatan lekat (kg/cm)
K = Keliling tiang (cm)
Kapasitas daya dukung pondasi yang diijinkan (Qijin) dapat dihitung dengan
rumus :
qc × Ap JHL × K
Qijin = + (2.13)
3 5
3 dan 5 merupakan factor keamanan untuk daya dukung dan gesekan selimut
pada tiang pancang

Universitas Sumatera Utara


Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Tult= JHL × K (2.14)
Daya dukung ijin tarik :
T𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
Qijin= (2.15)
3
Daya dukung terhadap kekuatan bahan :
Ptiang = σbeton × AP (2.16)
dimana :
Tult = daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik (kg)
Ptiang = kekuatan yang diijinkan pada tiang (kg)
σbeton = tegangan tekan ijin bahan tiang (kg/cm2 )
AP = luas penampang tiang (cm2 )

2.8. Metode Elemen Hingga


Metode elemen hingga dalam rekayasa geoteknik adalah metode yang
membagi-bagi daerah menjadi bagian-bagian yang kecil yang disebut dengan elemen.
Semakin banyak pembagian elemen maka hasil perhitungan numeriknya akan semakin
mendekati kondisi asli. Pada rekayasa geoteknik metode elemen hingga memiliki sedikit
perbedaan dengan metode elemen hingga pada rekayasa struktur, sebab dalam
rekayasa geoteknik terjadi interaksi elemen yang memiliki kekakuan yang berbeda.
Seperti halnya dalam menganalisis pondasi dengan metode elemen hingga terdapat
perbedaan kekakuan antara elemen tanah dan elemen struktur atau pondasi itu sendiri.
Tekanan (P) dan defleksi (y) pada suatu titik direlasikan dengan koefisien reaksi
tanah dalam arah horizontal (kh) menjadi:
P= kh ×y (2.17)
Tiang biasanya dianggap sebagai batang tipis yang memenuhi persamaan:
d4 y
Ep ∙Ip ∙ =-P∙B (2.18)
dz4
Dimana :
Ep = modulus elastisitas tiang (Mpa)
Ip = momen inersia penampang tiang (m4)
z = kedalaman (m)
B = lebar atau diameter tiang (m)
Dari Persamaan (2.17) dan (2.18) diperoleh persamaan defleksi tiang dengan beban
lateral, yaitu sebagai berikut :

d4y
Ep ∙ Ip ∙ + kh ∙ B ∙ y = 0 (2.19)
dz 4

Solusi dari persamaan differensial di atas dapat diperoleh baik secara analitis
maupun secara numerik. Untuk solusi secara analitis mudah dilakukan jika nilai kh
konstan sepanjang tiang. Apabila harga kh bervariasi, maka dapat diselesaikan dengan
cara numerik yang menggunakan metode finite difference (Palmer dan Thompson, 1948;
Gleser, 1953).

Universitas Sumatera Utara


Dalam metode tersebut, persamaan differensial dasar Persamaan (2.19) ditulis
dalam bentuk finite difference untuk titik i sebagai berikut:
y1-2 -4yi-1 +6yi -4yi+1 +yi+2
Ep Ip � � +�kh ∙B∙yi �=0 (2.20)
δ4

Dari Persamaan (2.20) diperoleh:


yi-2 -4yi-1 +αi yi -4yi+1 +yi+2 =0(2.21)
Dengan:
Khi ∙L4 ∙B
αi =6+ (2.22)
Ep ∙Ip ∙n4
Dimana :
n = banyaknya interval sepanjang tiang
Khi = koefisien reaksi tanah dalam arah horizontal di titik i
Persamaan (2.24) dapat ditetapkan dari titik 2 sampai n sehingga memberikan (n-1)
persamaan.
Metode Elemen Hingga (MEH) dibedakan menjadi 3, yaitu 1D (disebut juga

line elements), 2D (disebut juga plane elements), dan 3D (Gambar 2.20). Untuk

alasan biaya, sebisa mungkin pemodelan MEH dilakukan dengan elemen yang

paling sederhana.

Gambar 2.20. Jenis-jenis elemen(Manual Plaxis V.8)


Plaxis 2D pertama untuk Windows dirilis pada tahun 1998. Pada waktu yang sama,
pengembangan untuk perhitungan elemen hingga 3 dimensi dilakukan sehingga
program 3D Tunnel dapat dirilis tahun 2001. 3D Foundation adalah program tiga dimensi
kedua yang dirilis tahun 2004. Kedua program tersebut tidak mampu untuk
mendefinisikan bentuk geometri 3 dimensi yang lebih kompleks karena keterbatasan
geometris. Program Plaxis 3D dirilis pada tahun 2010. Plaxis 3D adalah program Finite
Elementtiga dimensi yang dikembangkan untuk analisa deformasi, stabilitas, dan aliran
air tanah dalam ilmu geoteknik. Pengembangan Plaxis dimulai tahun 1987 di Delft
University of Technology sebagai inisiatif dari Dutch Ministry of Public Works and Water
Management (Rijkswaterstaat).

Universitas Sumatera Utara


Pada elemen terdapat dua jenis titik, yaitu titik nodal dan juga titik integrasi.

Titik yang menghubungkan elemen satu dengan elemen lainnya disebut titik

nodal. Pada titik nodal terjadi perpindahan, seperti pada (Gambar 2.21).

Sedangkan titik integrasi yang juga dikenal sebagai stress point adalah adalah titik

yang berada di dalam elemen. Dari titik integrasi dapat diperoleh tegangan dan

juga regangan di elemen.

Gambar 2.21. Titik nodal dan titik integrasi (Manual Plaxis V.8)

2.9. Pemodelan pada Program Plaxis


Pada perhitungan dengan metode numerik digunakan dengan bantuan komputer,
yaitu menggunakan program Plaxis. Sebelum melakukan perhitungan secara numerik,
maka harus terlebih dahulu dibuat model dari pondasi tiang pancang yang akan
dianalisis, seperti pada Gambar 2.22 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.22. Model pondasi tiang pancang(Manual Plaxis V.8)
Material yang dipergunakan dalam pemodelan tersebut meliputi material tanah
dan material pondasi, dimana masing-masing material mempunyai sifat-sifat teknis yang
mempengaruhi perilakunya. Pada Program Plaxis, sifat-sifat tersebut diwakili oleh
parameter dan pemodelan yang spesifik.
Pemodelan ini mengasumsikan bahwa perilaku tanah bersifat isotropis elastis
linier berdasarkan hukum Hooke. Namun demikian, model ini sangat terbatas dalam
memodelkan perilaku tanah, sehingga umum digunakan untuk struktur yang padat dan
kaku di dalam tanah.

2.9.1 Model Mohr – Coulomb

Pemodelan Mohr – Coulombmengasumsikan bahwa perilaku tanah bersifat

plastis sempurna, dengan menetapkan suatu nilai tegangan batas, dimana pada

titik tersebut tegangan tidak lagi dipengaruhi oleh regangan. Model Elastik-Plastik

Mohr – Coulombmelibatkan lima parameter masukan, yaitu : E dan μ untuk

elastisitas tanah; Ø dan c untuk plastisitas tanah dan Ψ sebagai sudut dilantansi.

Model Mohr – Coulombini merupakan urutan pertama dalam pendekatan perilaku

tanah dan disarankan untuk menggunakan model ini untuk analisis pertama dari

Universitas Sumatera Utara


masalah yang dipertimbangkan. Untuk setiap lapisan yang memperkirakan rata-

rata kekakuan yang konstan sehingga perhitungan cenderung relatif cepat dan

dapat diperoleh kesan pertama deformasi. Selain lima parameter model yang

disebutkan di atas, kondisi tanah awal memiliki peran penting dalam masalah

tanah yang paling deformasi. Tegangan horizontal kondisi awal tanah harus

dihasilkan dengan memilih nilai K0 yang tepat, seperti pada Gambar 2.23 berikut

ini :

Gambar 2.23. Tab Parameter untuk model Mohr – Coulomb(Manual Plaxis V.8)

2.9.2 Pemilihan Parameter

1. Tanah

Model tanah yang dipilih yaitu model Mohr – Coulomb, dimana perilaku tanah
dianggap elastis dengan parameter yang dibutuhkan yaitu :
• Modulus elastisitas, E (stiffness modulus).

• Poisson’s ratio (μ) diambil 0,2 – 0,4.

• Sudut geser dalam (ø) didapat dari hasil pengujian laboratorium.

• Kohesi (c) di dapat dari hasil pengujian laboratorium.

• Sudut dilantansi (Ψ) diasumsikan sama dengan nol.

Universitas Sumatera Utara


• Berat isi tanah γ (kN/m3) didapat dari hasil pengujian laboratorium.

2. Tiang pancang

Material yang dipilih adalah linier elastis.

2.9.3. Parameter Tanah


1. Modulus Young (E)

Karena sulitnya pengambilan contoh asli di lapangan untuk tanah granuler

maka beberapa pengujian lapangan (in-situ-test) telah dikerjakan untuk

mengestimasi nilai modulus elastisitas tanah. Terdapat beberapa usulan nilai E

yang diberikan oleh peneliti, diantaranya pengujiansondir yang dilakukan oleh

DeBeer (1965) dan Webb (1970) memberikan korelasi antara tahanan kerucut qc

dan E sebagai berikut :

E = 2.qc (dalam satuan kg/cm2) (2.23)


Bowles memberikan persamaan yang dihasilkan dari pengumpulan data pengumpulan
data sondir, sebai berikut :
E = 3.qc(untuk pasir) (2.24)
E = 2.sampai dengan 8.qc (untuk lempung)(2.25)
dengan qc dalam kg/cm2
Nilai perkiraan modulus elastisitas dapat diperoleh dari pengujian SPT (Standart
Penetration Test). Nilai modulus elastis yang dihubungkan dengan nilai SPT, sebagai
berikut:
E = 6 ( N + 5 ) k/ft2 (untuk pasir berlempung) (2.26)
E = 10 ( N + 15 ) k/ft2 (untuk pasir) (2.27)

Hasil hubungan yang diperoleh adalah modulus elastisitas undrained (Es)


sedangkan input yang dibutuhkan adalah modulus elastisitas efektif (Es’). Dengan
menggunakan rumusan yang menggabungkan kedua modulus elastisitas tersebut, maka
diperoleh yaitu :
Es (1+v)
Es ′ = � � (2.28)
1,5
Sedangkan untuk keperluan praktis dapat dipakai :
Es’=0,8 Es (2.29)
Menurut Bowles, 1997, nilai modulus elastisitas tanah juga dapat ditentukan

berdasarkan jenis tanah perlapisan (Tabel 2.6).

Tabel 2.6 Nilai perkiraan modulus elastisitas tanah(Hardiyatmo, 1994)

Universitas Sumatera Utara


Es
Macam Tanah
(Kg/cm2)

Lempung

1. sangat lunak 3.0 – 30

2. lunak 20 – 40

3. sedang 45 – 90

4. berpasir 300 – 425

Pasir

1. berlanau 50 – 200

2. tidak padat 100 – 250

3. padat 500 – 1000

Pasir dan Kerikil

1. padat 800 – 2000

2. tidak padat 500 – 1400

Lanau 20 – 200

Loses 150 – 600

Cadas 1400– 14000

Selain itu modulus elastisitas tanah dapat juga dicari dengan pendekatan
terhadap jenis dan konsistensi tanah dengan N-SPT, seperti pada Tabel 2.7 dan Tabel 2.8
berikut ini :

Tabel 2.7 Korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas pada tanah lempung(Randolph,
1978)
Penetration Shear Young’s Shear
Subsurface Ɛ50 Poisson’s
resistance strengh Su Modulus Modulus
condition (%) Ratio (v)
range N (bpf) (psf) Range Es (psi) Range G (psi)
Very soft 2 0,020 0,5 250 170-340 60-110
Soft 2-4 0,020 0,5 375 260-520 80-170

Universitas Sumatera Utara


Medium 4-8 0,020 0,5 750 520-1040 170-340
Stiff 8-15 0,010 0,45 1500 1040-2080 340-690
Very stiff 15-30 0,005 0,40 3000 2080-4160 690-1390
Hard 30 0,004 0,35 4000 2890-5780 960-1930
40 0,004 0,35 5000 3470-6940 1150-2310
60 0,0035 0,30 7000 4860-9720 1620-3420
80 0,0035 0,30 9000 6250-12500 2080-4160
100 0,003 0,25 11000 7640-15270 2540-5090
120 0,003 0,25 13000 9020-18050 3010-6020

Tabel 2.8 Korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas pada tanah


pasir(Schmertman,1970)
Cone Shear
Penetration Friction Poisson RelatieveD Young’s
Subsurface penetratio Modulus
Resistance Angle Ø ( o Ratio ensity Modulus
condition n qc=4N Range G
range (N) ) (μ) Dr(%) Range Es (psi)
(psi)
Very loose 0-4 28 0,45 0-16 0-15 0-440 0-160
Losse 4-10 28-30 0,4 16-40 15-35 440-1100 160-390
Medium 10-30 30-36 0,35 40-120 35-65 1100-3300 390-1200
Dense 30-50 36-41 0,3 120-100 65-85 3300 -5500 1200-1990
Very dense 50-100 41-45 0,2 200-400 85-100 5500-11000 1990-3900

2. Poisson’s Ratio (μ)


Rasio poisson sering dianggap sebesar 0,2 – 0,4 dalam pekerjaan-
pekerjaanmekanika tanah. Nilai sebesar 0,5 biasanya dipakai untuk tanah jenuh dan nilai
0 seringdipakai untuk tanah kering dan tanah lainnya untuk kemudahan dalam
perhitungan. Inidisebabkan nilai dari rasio poisson sukar untuk diperoleh untuk tanah.
Untuk nilai poisson ratio efektif (μ’) diperoleh dari hubungan jenis tanah,
konsistensi tanah dengan poisson ratio seperti terlihat pada (Tabel 2.9). Sementara pada
program Plaxis khususnya model tanah undrainedμ'<0,5.
Tabel 2.9 Hubungan jenis tanah, konsistensi dan poisson’s ratio (μ)(Hardiyatmo, 1994)

Soil type Description (μ')

Soft 0,35 - 0,40


Clay Medium 0,30 - 0,35
Stiff 0,20 - 0,30
Loose 0,15 – 025
Sand Medium 0,25 - 0,30
Dense 0,25 - 0,35

• Berat Isi Tanah Kering (γdry)

Universitas Sumatera Utara


Berat jenis tanah kering adalah perbandingan antara berat tanah kering dengan
satuan volume tanah. Berat jenis tanah kering dapat diperoleh dari data Soil Test dan
Direct Shear.
• Berat Isi Tanah Jenuh (γsat)

Berat jenis tanah jenuh adalah perbandingan antara berat tanah jenuh air
dengan satuan volume tanah jenuh. Dimana ruang porinya terisi penuh oleh air. Nilai
dari berat jenis tanah jenuh didapat dengan menggunakan rumus :
𝐺𝐺𝐺𝐺+𝑒𝑒
γsat = � � 𝛾𝛾𝑤𝑤 (2.30)
1+𝑒𝑒
Dimana :
Gs : specific gravity
e : angka pori
γw : berat isi air (kN/m3)
Nilai-nilai dari Gs, e dan γw didapat dari hasil pengujian tanah dengan Triaxial Test dan
juga Soil Test.
• Sudut Geser Dalam (ø)

Sudut geser dalam bersama dengan kohesi merupakan faktor dari kuat geser tanah
yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja
pada tanah. Deformasi dapat terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari
tegangan normal dan tegangan geser. Nilai dari sudut geser dalam didapat dari
engineering properties tanah, yaitu dengan triaxial test dan direct shear test.
Hubungan antara sudut geser dalam (ø) dengan nilai SPT setelah dikoreksi
menurut Peck, Hanson dan Thornburn, 1974 adalah :
Ø (derajat) = 27,1 + 0,3 Ncor – 0,00054 N2cor (2.33)
Dimana : Ncor = nilai N-SPT setelah dikoreksi
• Kohesi (c)

Yaitu gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama dengan sudut geser
tanah, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan ketahanan
tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah. Deformasi dapat
terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan geser. Nilai dari
kohesi didapat dari engineering properties, yaitu dengan triaxial test dan direct shear
test.
• Permeabilitas (k)

Koefisien rembesan (Permeability) pada tanah adalah kemampuan tanah untuk


dapat mengalirkan atau merembeskan air (atau jenis fluida lainnya) melalui pori-pori
tanah. Berdasarkan persamaan Kozeny-Carman nilai permeabilitas untuk setiap layer
tanah dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝑒𝑒 3
k= (2.32)
1+𝑒𝑒

Universitas Sumatera Utara


Untuk tanah yang berlapis-lapis harus dicari nilai permeabilitas untuk arah vertikal dan
horizontal dapat dicari dengan rumus :
𝐻𝐻
kv = 𝐻𝐻 1 𝐻𝐻 2 𝐻𝐻 (2.33)
� �+ � �+⋯+� 𝑛𝑛 �
𝑘𝑘 1 𝑘𝑘 2 𝑘𝑘 𝑛𝑛
1
kh = (kH1 + kH2 + ... + kHn) (2.34)
𝐻𝐻
Dimana :
H = tebal lapisan (m)
e = angka Pori
k = koefisien Permeabilitas (cm/dtk)
kv = koefisien Permeabilitas Arah Vertikal (cm/dtk)
kh = koefisien Permeabilitas Arah Horizontal (cm/dtk)
Nilai koefisien permeabilitas tanah dapat ditentukan berdasarkan jenis tanah
seperti pada Tabel 2.10 berikut ini :
Tabel 2.10 Nilai koefisien permeabilitas tanah(Das, 1995)

K
Jenis Tanah
cm/dtk ft/mnt
Kerikil bersih 1.0 – 100 2.0 – 200
Pasir kasar 1.0 - 0.01 2.0 - 0.02
Pasir halus 0.01 - 0.001 0.02 - 0.002
Lanau 0.001 - 0.00001 0.002 - 0.00002
Lempung < 0.000001 < 0.000002

2.10. Kapasitas Daya Dukung Lateral


Untuk menentukan kapasitas lateral tiang terlebih dahulu harus menentukan

apakah tiang tersebut tergolong sebagai tiang panjang atau tiang pendek. Hal

tersebut dilakukan dengan menentukan faktor kekakuan tiang R dan T.Faktor

kekakuan tersebut dipengaruhi oleh kekauan tiang EI dan kompresibilitas tanah

yang dinyatakan dalam modulus tanah (K) yang tidak konstan untuk sembarang

tanah tetapi bergantung pada lebar dankedalaman tanah yang dibebani.

Perlu dibedakan model ikatan tiang dengan pelat penutup tiang pile cap dalam
analisis gaya lateral. Model ikatan tersebut sangat mempengaruhi perilaku tiang dalam
mendukung beban lateral. Model dari ikatan tiang terdiri dari 2 tipe, yaitu tiang ujung
jepit (fixed-end pile) dan tiang ujung bebas (free-end pile). Jika kepala tiang dapat
berinteraksi dan berotasi akibat beban geser dan/atau momen, tiang tersebut dikatakan
berkepala bebas (free head). Jika kepala tiang hanya bertranslasi maka disebut dengan
kepala jepit (fixed head). Menurut McNulty (1956), tiang yang disebut berkepala jepit

Universitas Sumatera Utara


(fixed head) adalah tiang yang yang ujung atasnya terjepit dalam pile cap paling sedikit
sedalam 60 cm, sedangkan tiang berkepala bebas (free head) adalah tiang yang tidak
terjepit ke dalam pile cap atau terjepit ke dalam pile cap kurang dari 60 cm.
Kapasitas tahanan maksimal akibat beban lateral dapat dianalisis dengan

beberapa metode diantaranya metode Broms, 1964. Metode Broms akan dibahas

lebih lanjut sebagai metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini.

2.10.1. Menghitung Tahanan Beban Lateral Ultimit

Untuk tanah berupa lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (stiff over

consolidated clay), modulus tanah umumnya dianggap konstan di seluruh

kedalamannya. Faktor kekakuan R dinyatakan dengan persamaan :

4 𝐸𝐸𝐸𝐸
R= � (2.35)
𝐾𝐾

Dimana :

K = khd = k1/1,5 = modulus tanah

ki = modulus reaksi subgrade dari Terzaghi (kg/cm3)

E = modulus elastis tiang (kg/cm2)

I = momen inersia tiang (cm4)

D = lebar atau diameter tiang (m)

Hubungan modulus subgrade (k1) dengan kuat geser undrained untuk

lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (Overconsolidated) dapat dilihat pada

Tabel 2.11 berikut ini :

Tabel 2.11 Hubungan modulus subgrade (k1) dengan kuat geser undrained untuk
lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (Overconsolidated)(Hardiyatmo, 2002)

Konsistensi Kaku Sangatkaku Keras

kohesi undrained Cu
kN/m2 100-200 200-400 ˃400
kg/cm2 1–2 2–4 ˃4
k1

Universitas Sumatera Utara


MN/m3 18 – 36 36 -72 ˃72
kg/cm3 1,8 - 3,6 3,6 - 7,2 ˃7,2
k1 direkomendasikan
MN/m3 27 54 ˃108
kg/cm3 2,7 5,4 ˃10,8
Untuk tanah lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated) dan

tanah granuler, modulus tanah dapat dianggap bertambah secara linier dengan

kedalamannya (semakin ke bawah semakin besar). Faktor kekakuan untuk

modulus tanah yang tidak konstan (T) dinyatakan oleh persamaan :


1�
EI 5
T=� � (2.36)
𝑛𝑛 ℎ

Dengan modulus tanah:

K = nh. Z (2.37)

Kh = nh z/d (2.38)

Dimana:

K = modulus tanah

E = modulus elastis tiang = 4700 √fc′ (kg/cm2)


1
I = momen inersia tiang = π D4 (m4)
64

nh= koefisien variasi modulus tanah (Tabel 2.12 dan 2.13)

D = lebar atau diameter tiang (m)

Tabel 2.12 Nilai-nilai nh untuk tanah granuler (c = 0)(Hardiyatmo, 2002)


Kerapatan relatif (Dr) Tak padat Sedang Padat

Interval nilai A 100 - 300 300 – 1000 1000 – 2000

Nilai A dipakai 200 600 1500

nh, pasir kering atau lembab


2425 7275 19400
(Terzaghi) (kN/m3)

nh, pasir terendam air (kN/m3)

Universitas Sumatera Utara


Terzaghi 1386 4850 11779
Reese dkk 5300 16300 34000

Tabel 2.13 Nilai-nilai nh untuk tanah kohesif(Hardiyatmo, 2002)


Tanah nh(kN/m3) Referensi

Lempung terkonsolidasi normal 166 – 3518 Reese dan Matlock (1956)


lunak 277 – 554 Davisson - Prakash (1963)
Lempung terkonsolidasi normal 111 – 277 Peck dan Davidsson (1962)
organik 111 – 831 Davidsson (1970)
55 Davidsson (1970)
Gambut
27,7 – 111 Wilson dan Hilts (1967)
Loses 8033 - 11080 Bowles (1968)

Dari nilai-nilai faktor kekakuan R dan T yang telah dihitung, Tomlinson

(1977)mengusulkan kriteria tiang kaku (tiang pendek) dan tiang elastis (tiang

panjang) yang dikaitkan dengan panjang tiang yang tertanam dalam tanah (L).

Seperti yang ditunjukkan dalam (Tabel 2.14) Batasan ini terutama digunakan

untuk menghitung defleksi tiang oleh akibat gaya horizontal.

Tabel 2.14 Kriteria tiang kaku dan tiang tidak kaku(Hardiyatmo, 2002)

Modulus tanah (K) bertambah dengan Modulus tanah


Tipe Tiang
kedalaman (K) konstan

Kaku L ≤ 2T L ≤ 2R
Tidak Kaku L ≤ 4T L ≤ 3,5R

2.10.2. Kapasitas Ultimit Tiang Pancang dengan Metode Broms

Broms,1964, mengemukakan beberapa anggapan dalam metode ini bahwa


tanah adalah salah satu dari non-kohesif saja (c = 0) atau kohesif saja (f = 0), oleh karena
itu, tiang pada setiap tipe tanah dianalisis secara terpisah. Broms juga menyatakan
bahwa tiang pendek kaku (short rigid pile) dan tiang panjang lentur (long flexible pile)
dianggap terpisah. Jika L/T ≤ 2 atau L/R ≤ 2 maka tiang dianggap tiang pendek kaku
(short rigid pile) dan jika L/T ≥ 4 atau L/R ≥ 3,5 maka tiang dianggap tiang panjang
lentur (long flexible pile).
Tiang pendek ujung bebas diharapkan berotasi di sekitar pusat rotasi, sedangkan
untuk tiang ujung jepit bergerak secara lateral dalam bentuk translasi.
Tiang yang diberi beban lateral diilustrasikan pada Gambar 2.24 dan Gambar 2.25
berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.24. Tiang pendek dikenai beban lateral(Hardiyatmo, 2002)

Gambar 2.25. Tiang panjang dikenai beban lateral (Hardiyatmo, 2002)

1. Tiang dalam Tanah Kohesif

Bromsmengusulkan cara pendekatan sederhana untuk mengestimasi

distribusi tekanan tanah yang menahan tiang dalam lempung, yaitu tahanan tanah

dianggap sama dengan nol dipermukaan tanah sampai kedalaman 1,5D dan

konstan sebesar 9cu untuk kedalaman yang lebih besar dari 1,5D tersebut.

o Tiang Ujung Bebas

Universitas Sumatera Utara


Untuk tiang panjang, tahanan tiang terhadap gaya lateral akan ditentukan

oleh momen maksimum yang dapat ditahan tiangnya sendiri (My). Untuk tiang

pendek, tahanan tiang terhadap gaya lateral lebih ditentukan oleh tahanan tanah di

sekitar tiang.Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi

kepala tiang bebas akibat beban lateral pada tanah kohesif dapat dilihat pada

Gambar 2.26 berikut ini :

(a) (b)

Gambar 2.26. Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala

tiang bebas akibat beban lateral pada tanah kohesif(a) Pondasi tiang pendek, (b) Pondasi

tiang panjang(Hardiyatmo, 2002)

Pada gambar di atas, f mendefinisikan letak momen maksimum, sehingga dapat

diperoleh :

f = Hu / (9cu.D) (2.39)

Dengan mengambil momen terhadap titik dimana momen pada tiang maksimum,

diperoleh :

Mmaks = Hu �e + 3 D�2 + f� − 1�2 f(9cu × D × f)

= Hu �e + 3 D�2 + f� − 1�2 f × Hu

Universitas Sumatera Utara


= Hu �e + 3 D�2 + 1�2 f�

Mmaks = Hu (e + 1,5D + 0,5f) (2.40)

Momen maksimum dapat pula dinyatakan oleh persamaan :

Mmaks = �9�4�D × g 2 × cu (2.41)

Dan L = 3D/2 + f + g (2.42)

Dimana :

L = panjang tiang (m)

D = diameter tiang (m)

Hu = beban lateral (kN)

Cu = kohesi tanah undrained (kN/m2)

f = jarak momen maksimum dari permukaan tanah (m)

g = jarak dari lokasi momen maksimum sampai dasar tiang (m)

e = jarak beban lateral dari permukaan tanah (m)

Karena L = 3D/2 + f + g, maka Hu dapat dihitung dari persamaan di atas, diperoleh

Hu = 9Cu x D (L − g − 1,5D) (2.43)

o Tiang Ujung Jepit

Pada Tiang ujung jepit, Broms menganggap bahwa momen yang terjadi

pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen yang terjadi

di ujung atas tiang yang terjepit oleh pile cap. Defleksi dan mekanisme

keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala tiang terjepit akibat aeban lateral

pada tanah kohesif dapat dilihat pada Gambar 2.27 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


(a) (b)

Gambar 2.27. Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala

tiang terjepit akibat aeban lateral pada tanah kohesif; (a) Pondasi tiang pendek, (b)

Pondasi tiang panjang(Hardiyatmo, 2002)

Untuk tiang pendek, dapat dihitung tahanan ultimit tiang terhadap beban

lateral dengan persamaan :

Hu = 9CuD (L –g – 1,5D) (2.44)

Mmaks = Hu ( 0,5L + 0,75D) (2.45)

Dimana:

Hu = beban lateral (kN)

D = diameter tiang (m)

cu = kohesi tanah (kN/m2)

L = panjang tiang (m)

g = jarak dari lokasi momen maksimum sampai dasar tiang (m)

Sedangkan untuk tiang panjang, Hu dapat dicari dengan persamaan :

2My
Hu = . (2.46)
1,5D+0,5f

Dimana :

My = momen leleh (kN-m)

Universitas Sumatera Utara


f = jarak momen maksimum dari permukaan tanah (m)

Dimana Nilai-nilai Hu yang diplot dalam grafik hubungan L/D dan Hu /cud2

ditunjukkan pada (Gambar 2.28a) yang berlaku untuk tiang pendek. Hitungan Broms

untuk tiang pendek di atas didasarkan pada penyelesaian statika, yaitu dengan

menganggap bahwa panjang tiang ekivalen dengan (L-3d/2), dengan eksentrisitas beban

ekivalen (e + 3d/2). Nilai-nilai Hu yang diplot dalam grafik hubungan My/cud3 dan Hu/cud2

ditunjukkan pada( Gambar 2.28b).

Sedangkan untuk tiang panjang (Gambar 2.28b) tahanan terhadap gaya lateral akan

ditentukan oleh momen maksimum yang dapat ditahan tiangnya sendiri (My) dengan

menganggap Mmaks = My (Momen leleh), penyelesaian persamaan diplot ke dalam

grafik hubungan antara My/cud3 dan Hu/cud2.

(a) (b)

Gambar 2.28. Kapasitas beban lateral pada tanah kohesif; (a) Untuk pondasi tiang

pendek, (b) Untuk pondasi tiang panjang (Hardiyatmo, 2002)

2. Tiang dalam tanah granular

Untuk tiang dalam tanah granuler (c = 0), Broms menganggap sebagai

berikut :

1. Tekanan tanah aktif yang bekerja di belakang tiang, diabaikan.

Universitas Sumatera Utara


2. Distribusi tekanan tanah pasif disepanjang tiang bagian depan sama dengan

tiga kali tekanan tanah pasif Rankine.

3. Bentuk penampang tiang tidak berpengaruh terhadap tekanan tanah ultimit

atau tahanan lateral ultimit.

4. Tahanan tanah lateral sepenuhnya termobilisasi pada gerakan tiang yang

diperhitungkan.

Distribusi tekanan tanah dinyatakan oleh persamaan :

pu = 3 po Kp (2.47)

Dimana:

pu = tahanan tanah ultimit

po = tekanan overburden efektif (kN/m2)

Kp = tan2 (45o + ø/2) (2.48)

ø = sudut geser dalam efektif (o)

• Tiang Ujung Bebas

Untuk tiang pendek, tiang dianggap berotasi di dekat ujung bawah tiang.

Tekanan yang terjadi di tempat ini dianggap dapat digantikan oleh gaya terpusat

yang bekerja pada ujung bawah tiang. Dengan mengambil momen terhadap ujung

bawah, maka :

0,5 γDL 3 K p
Hu = (2.49)
e+L

Momen maksimum terjadi pada jarak f di bawah permukaan tanah, maka :

Hu = 1,5γ D Kp f2 (2.50)

Lokasi momen maksimum:

Hu
f = 0,82 � (2.51)
D Kp γ

Universitas Sumatera Utara


Sehingga momen maksimum dapat dinyatakan oleh persamaan :

Mmaks = Hu (e + 1,5f) (2.52)

Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala

tiang bebas akibat beban lateral pada tanah granular dapat dilihat pada Gambar

2.29 berikut ini :

Gambar 2.29. Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala

tiang bebas akibat beban lateral pada tanah granular; (a) Pondasi tiang pendek, (b)

Pondasi tiang panjang (Hardiyatmo,2002)

• Tiang Ujung Jepit

Untuk tiang ujung jepit yang kaku (tiang pendek), keruntuhan tiang akan

berupa translasi, beban lateral ultimit dinyatakan oleh :

Hu = 1,5γ DL2 Kp (2.53)

Lokasi momen maksimum:

Hu
f=0,82� (2.54)
D∙Kp ∙γ

Momen maksimum:

2
Mmax = Hu ∙L (2.55)
3

Momen leleh :

Universitas Sumatera Utara


My = �0,5γ∙D∙L3 ∙Kp �- HU ∙L (2.56)

Dimana:

Hu = beban lateral (kN)

Kp = koefisien tekanan tanah pasif

Mmax = momen maksimum (kN-m)

My = momen leleh (kN-m)

L = panjang tiang (m)

D = diameter tiang (m)

f = jarak momen maksimum dari permukaan tanah (m)

𝛾𝛾 = berat isi tanah (kN/m3)

e = jarak beban lateral dari permukaan tanah (m)

Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala tiang

terjepit akibat beban lateral pada tanah granular dapat dilihat pada Gambar 2.30 berikut

ini :

(a) (b)

Gambar 2.30. Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala

tiang terjepit akibat beban lateral pada tanah granular; (a) Pondasi tiang pendek, (b)

Pondasi tiang panjang (Hardiyatmo, 2002)

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan untuk tiang ujung jepit yang tidak kaku (tiang panjang), dimana

momen maksimum mencapai My di dua lokasi (Mu+ = Mu-) maka Hu dapat

diperoleh dari persamaan:

2M y
Hu = 2f (2.57)
e+ 3

Hu
f=0,82� (2.58)
D∙Kp ∙γ

Persamaan (2.57) disubstitusi ke Persamaan (2.58), sehingga nilai Hu menjadi :

2M y
Hu = 𝐻𝐻
(2.59)
𝑒𝑒+0,54 �𝛾𝛾 D 𝐾𝐾𝑢𝑢
𝑝𝑝

Dimana :

Hu = beban lateral (kN)

Kp = koefisien tekanan tanah pasif = tan2(45o+ ø/2)

My = momen ultimit (kN-m)

D = diameter tiang (m)

f = jarak momen maksimum dari permukaan tanah (m)

𝛾𝛾 = berat isi tanah (kN/m3)

E = jarak beban lateral dari permukaan tanah (m) = 0

Nilai beban lateral (Hu) untuk pondasi tiang pendek dan panjang dapat diperoleh

berdasarkan grafik Gambar 2.31 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


(a) (b)

Gambar 2.31. Kapasitas beban lateral pada tanah granular;(a) Tiang pendek, (b)

Tiang panjang (Tomlinson, 1977)

2.11. Penurunan Elastis Tiang Tunggal

• Penurunan Tiang Tunggal dengan Rumus Poulus – Davis

Menurut Poulus dan Davis (1980), penurunan jangka panjang untuk pondasi tiang

tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah relatif

kecil. Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan terhadap kuatdukung ujung

dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari keduanya.

Perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan :

a) Untuk tiang apung atau friksi

Q.I
S= (2.60)
E s .D

Dimana :

I = I0 . R k . R h. R μ (2.61)

b) Untuk tiang dukung ujung

Q.I
S= (2.62)
E s .D

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

I = I0 . R k . R b. R μ (2.63)

Keterangan :

S = besar penurunan yang terjadi untuk tiang tunggal (cm)

Q = besar beban yang bekerja (kN)

D = diameter tiang (cm)

Es = modulus elastisitas tanah (Mpa)

I0 = faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat

(Incompressible) dalam massa semi tak terhingga (Gambar 2.32)

Rμ = faktor koreksi angka poisson untuk μ=0,3 (Gambar 2.33)

Rk = faktor koreksi kemudahmampatan tiang (Gambar 2.34)

Rh = faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras

(Gambar 2.35)

Rb = faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung (Gambar 2.36)

H = kedalaman total lapisan tanah; ujung tiang ke muka tanah

K adalah suatu ukuran kompressibilitas relatif dari tiang dan tanah yang

dinyatakan oleh persamaan :

E p .R a
K= (2.64)
Es

Dimana :

Ap
Ra = 1 (2.65)
πd 2
4

Keterangan :

K = faktor kekakuan tiang

Ep = modulus elastisitas dari bahan tiang (kN/ m2)

Ep = 4700 . √fc′ (2.66)

Universitas Sumatera Utara


Es = modulus elastisitas tanah di sekitar tiang (kN/ m2)

Es = 3 . qc (2.67)

Eb = modulus elastisitas tanah di dasar tiang (kN/ m2)

Eb = 10. Es (2.68)

Gambar 2.32. Faktor koreksi penurunan I0 (Poulus dan Davis, 1980)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.33. Faktor koreksi angka poisson, Rµ (Poulus dan Davis, 1980)

Gambar 2.34. Faktor koreksi kompresi, Rk (Poulus dan Davis, 1980)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.35. Faktor koreksi kedalaman, Rh (Poulus dan Davis, 1980)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.36 Faktor koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb (Poulus dan Davis, 1980)

• Penurunan Tiang Elastis

Penurunan segera atau penurunan elastis adalah penurunan pondasi yang terletak

pada tanah berbutir halus yang jenuh dan dapat dibagi menjadi tiga komponen. Penurunan

total adalah jumlah dari ketiga komponen tersebut, yaitu :

S = Se(1) + Se(2) + Se(3) (2.69)

Universitas Sumatera Utara


Dengan :

S = penurunan total (cm)

Se(1) = penurunan elastis dari tiang (cm)

Se(2) = penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di ujung tiang (cm)

Se(3) = penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di sepanjang batang tiang

(cm)

(Qwp +ξQws ).L


Se(1) = (2.70)
Ap .Ep

Qwp .Cp
Se(2) = (2.71)
D.qp

Qws .Cs
Se(3) = (2.72)
𝐿𝐿.qp

Dimana :

Qwp = daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya dukung

friction (kN)

Qws = daya dukung friction (kN)

AP = luas penampang tiang pancang (m2)

L = panjang tiang pancang (m)

EP = modulus elastisitas dari bahan tiang (kN/ m2)

ξ = koefisien dari skin friction, ambil 0,67(Gambar 2.36)

D = diameter tiang (m)

qp = daya dukung ultimit (kN)

CP = koefisien empiris, ambil 0,02 (Tabel 2.15)

CS = konstanta Empiris

C = (0,93 + 0,16 �L/D) . Cp (2.73)

Tabel 2.15. Nilai koefisien empiris (CP) (Das, 1995)

Universitas Sumatera Utara


Tipe Tanah Tiang Pancang Tiang Bor

Sand (dense to loose) 0,02-0,04 0,09-0,18

Clay (stiff to soft) 0,02-0,03 0,03-0,06

Silt (dense to loose) 0,03-0,05 0,09-0,12

Nilai ξtergantung dari unit tahanan friksi (kulit) alami (the nature of unit friction

resistance) di sepanjang tiang terpancang di dalam tanah. Nilai ξ= 0,5 untuk bentuk unit

tahanan fiksi alaminya berbentuk seragam atau simetris, seperti persegi panjang atau

parabolik seragam, umumnya pada tanah lempung atau lanau. Sedangkan untuk tanah

pasir nilai ξ= 0,67 untuk bentuk unit tahanan fiksi alaminya berbentuk segitiga. Variasi

jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi sepanjang tiang tertanam ke

dalam tanah, seperti ditunjukan pada Gambar 2.37 berikut ini :

Gambar 2.37. Variasi jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi sepanjang

tiang tertanam ke dalam tanah (Bowles, 1993)

2.12. Pondasi Tiang Kelompok (Pile Group)

Universitas Sumatera Utara


Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan pondasi tiang yang berdiri

sendiri (Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang dalam bentuk

kelompok tiang (Group Pile).

Untuk mempersatukan tiang – tiang tersebut dalam satu kelompok tiang, biasanya

di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Dalam perhitungan poer dianggap/dibuat kaku

sempurna, sehingga :

1. Bila beban – beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan

penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar.

2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang.

2.12.1. Efesiensi dan Daya Dukung Kelompok Tiang Pancang

Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor

aman terhadap keruntukhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang – tiang

yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah diantara tiang tidak

bergerak sama sekali ketika tiang bergerak ke bawah oleh akibat beban, tanah diantara

tiang juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai

satu tiang besar dengan dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah

yang mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model

keruntuhan disebut keruntuhan blok.

Jadi, pada keruntuhan blok, tanah yang terletak diantara tiang bergerak kebawah

bersama– sama dengan tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi

pada tipe – tipe tiang pancang maupun pada bored pile. Tipe keruntuhan dalam kelompok

tiang permukaan keruntuhan geser, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.38 berikut

ini :

Universitas Sumatera Utara


(a) (b)

Gambar 2.38 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang keterangan gambar : ------ =

permukaan keruntuhan geser (a) Tiang tungal (b) Kelompok tiang (Hardiyatmo, 2002)

Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi diameter

(S/D) sekitar kurang dari 2 (dua). Whiteker (1957) memperlihatkan bahwa keruntuhan

blok terjadi pada jarak 1,5 D untuk kelompok tiang yang berjumlah 3 x 3, dan lebih kecil

dari 2,25 D untuk tiang yang berjumlah 9 x 9.

Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi tiang

dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Qg = Eg . n. Qa (2.74)

dimana :

Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan keruntuhan (ton)

Eg = Efisiensi kelompok tiang (%)

n = Jumlah tiang dalam kelompok

Qa = Beban maksimum tiang tunggal (ton)

Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan untuk menghitung

kapasitas kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat pendekatan.

Persamaan – persamaan yang diusulkan didasarkan pada susunan tiang, dengan

mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat

tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah metode-metode dalam perhitungan efisiensi tiang :

1. Metode Converse-Labarre

dimana :

n = Jumlah tiang dalam 1 baris

m = Jumlah baris tiang

D = Diameter tiang (m)

Maka persamaannya adalah :

(𝑛𝑛− 1)𝑚𝑚 + (𝑚𝑚 −1)𝑛𝑛


Eg= 1 – θ (2.75)
90𝑚𝑚𝑚𝑚

dimana :

Eg = Efisiensi kelompok tiang

m = Jumlah baris tiang

n = Jumlah tiang dalam satu baris

θ = Arc tg D/S, dalam derajat (o)

S = Jarak pusat ke pusat tiang (lihat Gambar 2.38)

D = Diameter tiang (m)


D

2. Metode Los Angeles


𝐷𝐷
𝜂𝜂 = 1 − �𝑚𝑚(𝑛𝑛 − 1) + 𝑛𝑛(𝑚𝑚 − 1) + √2(𝑛𝑛 − 1)(𝑚𝑚 − 1)� (2.76)
𝜋𝜋.𝑠𝑠.𝑚𝑚 .𝑛𝑛

dimana:

η = Efisiensi grup tiang

n = Jumlah tiang dalam 1 baris

m = Jumlah baris tiang

D = Diameter tiang (m)

S = Jarak antar tiang (as ke as) (m)


22
π = phi lingkaran =
7

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Proyek

Proyek Bangunan 9 Residense, PT. Wilmar, Percut Sei Tuan-Medan ini

menggunakan pondasi tiang sebagai pondasi utama. Hal ini disebabkan karena

setelah diuji daya dukung tanahnya tidak cukup besar untuk menahan beban

struktur yang telah direncanakan. Proyek ini menggunakan pondasi tiang sebagai

pondasi utama. Hal ini disebabkan karena setelah diuji daya dukung tanahnya

tidak cukup besar untuk menahan beban struktur yang telah direncanakan. Rata-

rata membutuhkan tiang pancang dengan kedalaman lebih dari 25 meter.

Adapun data data umum dari proyek ini sebagai berikut :

1. Nama Proyek : Bangunan 9 Residense, PT. Wilmar, Percut Sei

Tuan-Medan

2. Lokasi Proyek : Jalan Laudendang sei Tuan-Medan.

3. Pemilik Proyek : PT. WILMAR

4. Status Proyek : Swasta

5. Konsultan Perencana : PT. PILAREN

6. Kontraktor Pelaksana : PT. PILAREN

7. Sumber Dana : Owner / Pemilik Proyek / PT. WILMAR

8. Lokasi proyek bangunan 9 residense, PT. Wilmar, Percut Sei Tuan Medan

dapat dilihat di Gambar 3.1 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1. Lokasi proyek bangunan koleza 9 residense, PT. Wilmar, Percut Sei
Tuan-Medan (google earth)

3.2. Data Teknis Tiang Pancang

Dalam proyek ini digunakan pondasi tiang pancang dengan spesifkasi

sebagai berikut:

1. Jenis Pondasi : Pondasi Tiang Pancang

2. Panjang Tiang : 25 m

3. Diameter : 0,5 m

4. Luas Penampang : 0,20 m2

5. Keliling Penampang : 1,57 m

6. Mutu Beton Tiang : K-500

7. Lokasi titik sondir,bore hole dan lodingtest dapat dilihat pada Gambar 3.2

berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2. Lokasi titik sondir, bore hole dan loading test

3.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk mencapai maksud dan tujuan studi ini, dilakukan beberapa tahapan

yang

dianggap perlu dan secara garis besar diuraikan sebagai berikut :

• Tahapan pertama adalah melakukan review dan studi kepustakaan terhadap

buku-buku dan jurnal-jurnal terkait dan sesuai terhadap judul Tugas Akhir

yang akan dibahas.

• Tahapan keduaadalahpeninjauan dan menentukan lokasi pengambilan data

yang berhubungan dan sesuai dengan judul Tugas Akhir.

• Tahapan ketigaadalahpengumpulan data-data yang akan digunakan untuk

menganalisis daya dukung pondasi tiang pancang. Dalam hal ini data yang

diperoleh antara lain :

1. Data hasil SPT pada titik BH-5

2. Data hasil sondir pada titik S5.

Universitas Sumatera Utara


3. Data-data parameter tanah di laboratorium

4. Loading test

• Tahapan keempatadalahmelakukan analisis data dengan menggunakan data-

data yang tersedia berdasarkan metode dan formula yang ada.

• Tahapan kelimaadalahmengadakan analisis terhadap hasil perhitungan dengan

membandingkan hasil perhitungan dari beberapa metode analitis yang

digunakan dan menggunakan Metode Elemen Hingga, setelah itu dilanjutkan

dengan membuat kesimpulan.

Skema pelaksanaan studi dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Mulai

Perumusan Masalah

Studi Literatur
Data Penyelidikan Lapangan
• SPT
Pengumpulan Data Sekunder • Sondir
• Data pengujianTanah dari Laboratorium
• Loading test

Analisis daya dukung tiang pancang

• Standard Penetration Test


Analisa Perhitungan
• Sondir
Data sekunder
• Metode Elemen Hingga
• Loading Test

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.3 Bagan alir penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Umum

Pada bab ini, penulis akan melakukan analisis perhitungan terhadap daya

dukung tiang pancang dengan beberapa metode yang telah disampaikan pada bab

II. Daya dukung tiang pancang akan dihitung secara analitis dengan menggunakan

data hasil Standard Penetration Test (SPT), data sondir yaitu menggunakan

metode Meyerhof, dan menggunakan Metode Elemen Hingga, serta metode

analitis dan metode Loading Test, serta turut menghitung gaya lateral dan efisiensi

pada pondasi tiang pancang kelompok dengan metodeConverse – Labarre

Formula dan Los Angeles Group.

4.2. Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang secara Analitis

4.2.1. Berdasarkan data Standard Penetration Test (SPT)

Perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang dari data Standard

Penetration Test (SPT) dengan menggunakan metode Meyerhof pada titik BH-5

1. Dari kedalaman 2,45 m, diperoleh data – data sebagai berikut :

Jenis tanah : Lempung berpasir

N – SPT : 10

Luas penampang tiang : 0,20 m2

Keliling tiang : 1,57 m

Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah kohesif maka berdasarkan

Persamaan 2.8

Qp = 9 × Cu × Ap

Dimana

Universitas Sumatera Utara


Ap = Luas penampang tiang = 0,20 m2

Cu = kohesi undrained (kN/m2)

2
= NSPT x x 10
3

2
= 10x x 10
3

= 66,67 kN/m2

Qp = 9 × 66,67 × 0,20

= 117,75 kN

= 11,77 ton

Tahanan selimut tiang pancang pada tanah kohesif maka berdasarkan

Persamaan 2.9

Qs = α × Cu × P × Li

Dimana

α = Faktor adhesi = 0.50 (dari Gambar 2.18)

P = Keliling tiang = 1,57 m

Li = Panjang lapisan tanah = 2,45 m

Qs = 0,50 × 66,67 × 1,57 × 2,45

= 128,22 kN

= 12,82 ton

2. Dari kedalamam 24,45 m, diperoleh data – data sebagai berikut :

Jenis tanah : Pasir halus berlanau

N-SPT : 60

Luas penampang tiang : 0,20 m2

Keliling tiang : 1,57 m

Universitas Sumatera Utara


Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah non-kohesif maka

berdasarkan Persamaan 2.10

L
Qp = 40 x Ncor x Ap x � � ≤ 400 x NSPT × Ap
D

Qp = 40 x 37,17 x 0,20 x (2⁄0.5) ≤ 400 x 36 × 0,20

=1167,03 kN

= 116,70 ton

Tahanan selimut tiang pancang tanah non-kohesif maka berdasarkan

Persamaan 2.11

Qs = 2 × NSPT × K × Li

Qs = 2 x 36x 1,57 x 2

= 226,08 kN

= 22,61 ton

Selanjutnya perhitungan daya dukung tiang pancang dengan data SPT pada

titik BH-5 dapat dilihat pada Tabel 4.1 Berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data Standard Penetration Test (SPT) pada titik BH-5
BH 5
Deskripsi Skin friction (KN)
End
Kedalam Lapisan Kohesif/ N -SPT Cu
Li Jenis N1 N2 Ncor α Bearing Qult (KN) Qult (Ton) Qijin (Ton)
an ke - Non- rata rata (KN/m2) Local Cumm
tanah (KN)
kohesif
0 Lempung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1,00 Kohesif
2,45 2,45 berpasir 10,00 66,67 0,50 128,22 128,22 117,75 245,97 24,60 9,84
2 4,45 Pasir Non- 26,00 - 163,28 291,50 204,10 495,60 49,56 19,82
2,00
2 6,45 berlemp kohesif 27,00 21,00 18,00 19,50 - 169,56 461,06 612,30 1073,36 107,34 42,93
2 8,45 Pasir 9,00 20,67 9,00 14,83 - 56,52 517,58 465,77 983,34 98,33 39,33
Non-
2 10,45 3,00 berlemp 9,00 15,00 11,50 13,25 - 56,52 574,10 416,05 990,15 99,01 39,61
kohesif
2 12,45 ung 14,00 10,67 12,50 11,58 - 87,92 662,02 363,72 1025,73 102,57 41,03
2 14,45 11,00 11,33 13,50 12,42 - 69,08 731,10 389,88 1120,98 112,10 44,84
Pasir Non-
2 16,45 4,00 16,00 13,67 14,50 14,08 - 100,48 831,58 442,22 1273,79 127,38 50,95
berlanau kohesif
2 18,45 13,00 13,33 18,00 15,67 - 81,64 913,22 491,93 1405,15 140,52 56,21
2 20,45 23,00 17,33 27,50 22,42 - 144,44 1057,66 703,88 1761,54 176,15 70,46
2 22,45 32,00 22,67 34,00 28,33 - 200,96 1258,62 889,67 2148,28 214,83 85,93
Pasir
2 24,45 Non- 36,00 30,33 44,00 37,17 - 226,08 1484,70 1167,03 2651,73 265,17 106,07
5,00 halus
2 26,45 kohesif 52,00 40,00 56,00 48,00 - 326,56 1811,26 1507,20 3318,46 331,85 132,74
berlanau
2 28,45 60,00 49,33 60,00 54,67 - 376,80 2188,06 1716,53 3904,59 390,46 156,18
2 30,45 60,00 57,33 30,00 43,67 - 376,80 2564,86 471,00 3035,86 303,59 121,43

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Berdasarkan Data Sondir dengan Metode Meyerhof

Titik S5

Contoh perhitungan daya dukung pada kedalaman 1 m :

Perlawanan penetrasi konus (PPK) qc = 7 kg/cm²

Jumlah hambatan lekat (JHL) = 36 kg/cm


1
Luas penampang ( Ap) = x 3,14 x (50)2
4

= 1962,5 cm2

Keliling tiang (K) = 3,14 x 50

= 157 cm

Maka, berdasarkan Persaman 2.13 untuk kapasitas daya dukung tiang adalah :

Qult = (7 x 1962,5)+(36 x 157)

= 19389,5 kg

= 19,39 ton

Untuk kapasitas daya ijin (Qijin) dariPersamaan 2.14 adalah :

13 × 1962,5 36 × 157
Qijin = +
3 5

= 5709,57 kg

= 5,71 ton

Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik dari Persamaan 2.16

adalah :

= 36 × 157

= 5652 kg = 5,65 ton

Daya dukung ijin tarik dari Persamaan 2.17 adalah :

5,652
Qijin =
3

Universitas Sumatera Utara


= 1,88 ton

Daya dukung terhadap kekuatan bahan dari Persamaan 2.18 adalah :

= 500 kg/cm² × 1962,5 cm²

= 981250 kg

= 981,25 ton

Selanjutnya perhitungan data sondir pada titik S5 dapat dilihat pada Tabel 4.2

berikut ini :

Tabel 4.2. Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir pada
titik S5
Meyerhof
S5

PPK (qc) Ap JHL K Qult Qiijin


Kedalaman
(Kg/cm²) (cm²) (Kg/cm²) (cm) (ton) (ton)

0 0 1962,5 0 157 0 0
1 7 1962,5 36 157 19,39 5,71
2 18 1962,5 82 157 48,20 14,35
3 40 1962,5 130 157 98,91 30,25
4 75 1962,5 180 157 175,45 54,71
5 98 1962,5 240 157 230,00 71,64
6 110 1962,5 312 157 264,86 81,75
7 75 1962,5 374 157 205,91 60,81
8 30 1962,5 466 157 132,04 34,26
9 31 1962,5 524 157 143,11 36,73
10 38 1962,5 584 157 166,26 43,20
11 50 1962,5 652 157 200,49 53,19
12 58 1962,5 724 157 227,49 60,67
13 46 1962,5 790 157 214,30 54,90
14 36 1962,5 864 157 206,30 50,68
15 40 1962,5 934 157 225,14 55,50
16 54 1962,5 1000 157 262,97 66,72
17 48 1962,5 1072 157 262,50 65,06
18 42 1962,5 1148 157 262,66 63,52
19 68 1962,5 1224 157 325,62 82,92
20 95 1962,5 1298 157 390,22 102,90
21 115 1962,5 1380 157 442,35 118,56

Universitas Sumatera Utara


4.2.3. Berdasarkan Data Loading Test

Percobaan pembebanan pondasi tiang pada Bangunan 9 Residense, PT.

Wilmar dilaksanakan berdasarkan standar pembebanan (loading) American

Standard for Testing Materials ASTM D. 1143-81 .

Metode pelaksanaan percobaan pembebanan vertikal yang akan

dilaksanakan adalah dengan metode pembebanan langsung (kentledge system),

yaitu dengan menggunakan beban di atas pondasi tiang yang disusun sedemikian

rupa dengan total berat yang lebih besar dari beban test yang direncanakan. Bahan

yang digunakan sebagai beban adalah balok beton ukuran 60 cm x 60 cm x 120

cm sebanyak 300 buah dengan total berat 310,8 ton.

Data tiang pancang :

• Jenis pondasi tiang : Spun Pile Prestressed Concrete

• Diameter pondasi : 50 cm

• Mutu beton : K-500

• Kedalaman pondasi tiang : 25 m

• Beban rencana : 130 ton

• Beban pengujian : 2 × 130 = 260 ton

• Metode pembebanan : Beban Langsung (Kentledge System)

• Prosedur pembebanan : Slow Maintained Loading

• Standard pengujian : ASTM. D. 1143-81

Adapun load displacement data, axial load test dapat dilihat pada Tabel 4.3

berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 Load displacement data, axial load test
load
cycle settlement (mm)
% ton
0 0 0
25 32,5 0,43
I
50 65 1,61
25 32,5 0,85
0 0 0,28
50 65 1,47
75 97,5 2,4
II
100 130 3,49
75 97,5 3,39
50 65 2,7
0 0 1,12
50 65 2,20
100 130 3,58
125 162,5 4,74
III
150 195 5,99
125 162,5 5,59
100 130 5,35
50 65 4,18
0 0 1,80
50 65 2,94
100 130 4,46
150 195 6,35
175 227,5 7,75
IV 200 260 9,04
175 227,5 7,89
150 195 7,29
100 130 7
50 65 5,29
0 0 3,11

Universitas Sumatera Utara


Gafik hubungan antara beban dan penurunan pada pondasi tiang dapat

dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini :

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara beban dan penurunan pada pondasi tiang

Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan Loading Test,

dilakukan dengan dua metode :

1. Kapasitas Daya Dukung Tiang dengan Metode Chin

Tabel 4.4. Tabel data-data yang diperlukan dalam pembuatan grafik Chin
Settlement Load Settlement/Laod
(mm) (ton) (mm/ton)
0 0 0
1,61 65 0,02
3,48 130 0,03
5,99 195 0,03
9,04 260 0,03

Berdasarkan data data yang dimasukkan dari (Tabel 4.4) diatas maka

didapat grafik interpretasi yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2. Grafik interpretasi metode Chin

Dari grafik diperoleh nilai daya dukung ultimit sebesar 333,33 ton. Sesuai

dengan langkah penyelesaian dari metode Chin, beban ultimit dari grafik harus

dikoreksi atau dibagi dengan nilai faktor 1,2 – 1,4. Maka nilai daya dukung yang

digunakan adalah :

333,33
Qijin = = 238,10 ton
1,4

2. Kapasitas Daya Dukung Tiang dengan Metode Davisson

• Besar penurunan elastis dengan menggunakan Persamaan 2.3 :

𝑆𝑆𝑒𝑒 𝐿𝐿
=
𝑄𝑄 𝐴𝐴𝑃𝑃 𝑋𝑋 𝐸𝐸𝑃𝑃

𝐿𝐿×𝑄𝑄 25 ×260
𝑆𝑆𝑒𝑒 = = = 9,1 × 10−4 m = 0,91 mm
𝐴𝐴𝑃𝑃 𝑋𝑋 𝐸𝐸𝑃𝑃 0,20 𝑋𝑋 36406043

• Deformasi sebesarX yang dihitung menggunakan Persamaan 2.4

19,68
X = 0,15 + (inch)
120

= 0,31 inch = 7,97 mm

Hasil kurva beban terhadap penurunan seperti yang ditunjukan pada Gambar

4.3 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


LOAD
0 50 100 150 200 250 300
0
1
Kurva hubungan
2 load-settlement
3 Grafik OA
SETTLEMENT

4 X
Grafik OB
5
6
Qult = 254,85 Ton
7
8
9
10
Gambar 4.3. Grafik interpretasi metode Davisson

4.2.4. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Lateral

Kapasitas Daya Dukung Lateral (horizontal) berfungsi untuk mengetahui

kestabilitasan apakah tanah tersebut akan runtuh atau tidak. Untuk menghitung

daya dukung horizontal, terlebih dahulu kita harus menghitung faktor kekakuan

tiang untuk jenis tanah non-kohesifnya. Metode yang digunakan untuk

menghitung daya dukung ini menggunakan metode Broms.

Data Lapangan:

Daya dukung lateral tiang pancang pada titik (BH 2)

Jenis tanah : granular

Berat isi tanah(γ) =16,05 kN/m3

Sudut geser tanah (ø) = 16,66o

Kp = tan2(45o+ 16,66/2) = 1,80

Tiang :

Diameter tiang pancang (D) = 0,5 m

Universitas Sumatera Utara


Panjang tiang pancang (L) = 25 m

Mutu beton (f’c) = 500 kg/ cm2 = 50 Mpa

Momen ultimit (My) = 17 Tonmeter = 170 kNm

E = 4700 √50

= 33.234,019 Mpa = 33.234.019 kN/m2

1
I = π (0,5)4
64

= 30,66 × 10-4m4

Perhitungan dilakukan dengan tahap berikut :

1) Perilaku tiang dan perhitungan faktor kekakuan tiang

Koefisien variasi modulus tanah (nh) = 11779 kN/m3 (Tabel 2.12)

1�
EI 5
T =� �
𝑛𝑛ℎ

5 33234019 x 30,66 × 10−4


T= �
11779

= 1,54 m

L≥4T

25 m ≥ 4 (1,54 m )

25 m ≥ 6,16 m

(jenis tiang pancang dikategorikan sebagai tiang panjang/elastic pile)

2) Keruntuhan tiang akibat momen lentur maksimum tiang

Jarak beban lateral dari permukaan tanah (e ) =0

Koefisien tekanan tanah pasif(Kp) = 2,45

Maka :

Universitas Sumatera Utara


2M y
Hu =
𝐻𝐻 𝑢𝑢
𝑒𝑒+0,54 �
𝛾𝛾 D 𝐾𝐾 𝑝𝑝

2 (170)
Hu =
Hu
0+0,54 �
16,66 (0,5) (1,80)

2440 ,76
Hu =
�𝐻𝐻𝑢𝑢

Hu3/2 = 2440,76

Hu = 181,28 kN

= 18,13 ton

Beban ijin lateral

181,28
H =
2,5

= 72,51 kN

= 7,25 ton

3) Cek terhadap grafik hubungan My/D4γKp dan Hu/D3γKp pada Gambar

(2.30b)

170
Tahanan momen ultimit = = 90,5
(0,5)4 (16,66) (1,80)

Nilai tahanan ultimit sebesar 90,5 diplot ke grafik pada Gambar 2.31b,

sehingga diperoleh tahanan lateral ultimit sebesar 55.

𝐻𝐻𝑢𝑢
55 =
1,804 𝑥𝑥 16,66 𝑥𝑥 0,53

Hu = 206,62 kN = 20,66 ton

206,62
Hijin = = 82,65 kN= 8,26ton
2,5

Universitas Sumatera Utara


Hasil yang diperoleh dengan metode analitis tidak berbeda jauh dengan cara

grafis.

4.2.5. Menghitung Penurunan Elastis Tiang Tunggal (Single Pile)

Penurunan pada Bore Hole 2

Pada kedalaman 28,45 m diperoleh nilai N untuklapisanpasir = 60

Maka, qc = 4N = 240 kg/cm2 = 24 Mpa

Moduluselastisitasdisekitartiang(ES)dapatdihitungdengan:

ES=3×24 Mpa (Persamaan2.67)

=72 Mpa

Menentukan modulus elastisitastanah di dasartiang :

Eb = 10 × 72 Mpa (Persamaan 2.68)

= 720 Mpa

Menentukan modulus elastisitasdaribahantiang :

Ep = 4700. √50 (Persamaan 2.66)

= 33234,02 Mpa

2828 cm
Ra = (Persamaan 2.65)
2828 cm

= 1,0

Menentukan faktor kekakuantiang :

33234 ,02 . 1,0


K = (Persamaan 2.64)
72

= 461,58

𝑑𝑑𝑑𝑑 50
Untuk = = 1, diameter ujung dan atas sama
𝑑𝑑 50

𝐿𝐿 2500
Untuk = = 50
𝑑𝑑 50

Universitas Sumatera Utara


Dengan menggunakan grafik pada Gambar 2.32, 2.33, 2.34, 2.35, 2.36

diperoleh

𝐿𝐿 𝑑𝑑𝑑𝑑
Io = 0,05 ( untuk = 50, = 1)
𝑑𝑑 𝑑𝑑

R𝜇𝜇 = 0,92 ( untuk 𝜇𝜇 s= 0,3, K = 461,58)

𝐿𝐿
Rk = 2 ( untuk = 50, K = 461,58)
𝑑𝑑

𝐿𝐿 ℎ
Rh = 0,75 ( untuk = 50, = 28,5/25 )
𝑑𝑑 𝐿𝐿

𝐿𝐿 𝐸𝐸𝐸𝐸
Rb = 0,96 ( untuk = 50, = 10)
𝑑𝑑 𝐸𝐸𝐸𝐸

Penurunan dengan beban rencana 260 ton

• Untuk tiang apung atau tiang friksi

I = 0,05 x 2 x 0,75 x 0,92 (Persamaan 2.61)

= 0,056

260000 𝑘𝑘𝑘𝑘 × 0,06


S = = 0,46 cm (Persamaan 2.60)
720kg ⁄cm 2 × 50cm

• Untuk tiang dukung ujung

I = 0,05 x 2 x 0,96 x 0,92 (Persamaan 2.63)

= 0,08

260000 𝑘𝑘𝑘𝑘 × 0,08


S = = 0,58 cm (Persamaan 2.62)
720kg ⁄cm 2 × 50 cm

Untuk penurunan tiang elastis:

Qwp = Daya dukung ujung – daya dukung selimut

= 471 – 376,8

= 94,2 kN

Universitas Sumatera Utara


Qws = 376,8 kN

Ap = 0,20 m2

Ep = 332.340,20kg/cm2=33.234.02kN/m2

L = 25 m

ξ = 0,67 (Gambar 2.37)

D = 0,5 m

471+94,2
qp = = 226,08 kN
2,5

Cp = ambil 0,02 (Tabel 2.15)

Cs = (0,93 + 0,16 �25/0,5 ) 0,02 (Persamaan 2.73)

= 0,04

�94,2+0,67(376,8)�25
Se(1) = (Persamaan 2.70)
0,20 x 33234019

= 1,33 × 10-3 m = 1,33 mm

𝑄𝑄wp x Cp 94,2 x 0,02


Se(2) = = (Persamaan 2.71)
𝐷𝐷 𝑥𝑥 𝑄𝑄𝑄𝑄 0,5 𝑥𝑥 226,08

= 16,67 × 10-3 m = 16,67 mm

327,19 x 0,0412
Se(3) = (Persamaan 2.72)
25 𝑥𝑥 226,08

= 23,85 × 10-4 m = 2,38 mm

Stotal = 20,38 mm

Tabel 4.5 Penurunan elastis tiang tunggal


Penurunan elastis Penurunan
Lokasi Penurunan elastik
Beban untuk tiang dukung elastis tiang
titik untuk tiang friksi
ujung tunggal

BH-2 260 ton 4,6 mm 5,85 mm 20,38 mm

Universitas Sumatera Utara


Maka dengan memperoleh hasil penurunan yang lebih kecil dari batas

penurunan maksimum yaitu 20,38 mm < 25,4 mm dapat disimpulkan bahwa

pondasi aman terhadap penurunan elastis.

4.3. Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan Metode Elemen

Hingga

Model tanah yang digunakan pada pemodelan ini adalah Mohr Coulomb

dengan analisis axisymmetric, yaitu kondisi awal digambarkan seperempat bagian

namun sudah mewakili sisi yang lain karena dianggap simetris. Parameter –

parameter yang dibutuhkan dalam pemodelan ini yaitu : Modulus Young, E

(stiffness modulus), Poisson’s ratio (ʋ), kohesi (c), sudut geser dalam tanah (ϕ),

sudut dilantansi (Ψ) dan berat isi tanah (γ).

Parameter tanah dari hasil uji SPT dan laboratorium ini diambil dari

penyelidikan tanah yang dilaksanakan oleh Laboratorium Mekanika Tanah CV.

Satria Persada. Karena keterbatasan data, maka sebagian parameter tanah pada

lapisan tertentu diasumsikan berdasarkan referensi atau sumber – sumber yang

ada.

1. Untuk koefisien rembesen (kx, ky) diambil dari nilai koefisien permeabilitas

tanah pada berbagai jenis tanah pada Tabel 2.10

2. Untuk modulus elastisitas (E) dapat dilihat pada Tabel 2.7 dan 2.8

3. Untuk angka Poisson (µ), diambil dari table hubungan jenis tanah, konsistensi

dan Poisson ratio (µ), yaitu Tabel 2.9

4. Untuk sudut geser dalam (ϕ) berat jenuh (γsat) dan kohesi (c) diperoleh dari

bantuan program Allpile (Gambar 4.4). Adapun untuk berat jenuh (γw)

diperoleh dengan menambahkan γdry terhadap γw ; γw =9,8KN/m3(berat isi air)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4. Parameter tanah (kohesi, sudut geser dalam, dan berat jenis tanah
saturated) yang di peroleh dari program Allpile.

Untuk data data tiang pancang dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Data tiang pancang


No Keterangan Keterangan
1 Lokasi BH-5
2 Jenis Pondasi Pondasi Tiang Pancang
3 Diameter Tiang (m) 0,5
4 Luas Penampang (m²) 0,20
5 Panjang Tiang (m) 25
6 Modulus Elastisitas (E) (kN/m²) 33234019
7 Momen Inersia (I) (m4) 30,66 × 10-4
8 EA (kN/m) 6522176,23
9 EI (kNm²/m) 101895,5
10 Angka Poisson (µ) 0,30

Parameter tanah lokasi BH5 yang akan di input pada program plaxis dapat

dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7. Input parameter tanah pada lokasi BH-5
MAT = -0,6 m
Tebal
Kedalaman
Lapisan
ke -
Depth
(m)
jenis tanah dan
konsistensi tanah
Lapisan
Tanah
Muka Air
Tanah (m)
ϒdry
(kN/m3)
ϒsat
(kN/m3)
kx (m/day) ky (m/day)
Es'
(kN/m2)
µ'
C'
(kN/m2) ᵩ
(m)
Lempung berpasir
Lunak - sedang
1 0 -3,2 3,2 0,6 10,5 20,31 8,64× 10-4 8,64× 10-4 9219,26 0,3 59,9 0
kaku
N=10
Pasir berlempung
2 3,2 - 8 lepas - padat 4,8 - 9,5 19,31 8,64 8,64 20477,44 0,35 0 37,6
N=27
Pasir berlempung
8,0 - lepas - sedang
3 5 - 8,8 18,61 8,64 8,64 10617,9 0,35 0 34,7
13 padat
N=14
Pasir berlanau
13 -
4 sedang padat 6 - 9 18,81 8,64 8,64 12134,78 0,35 0 35,4
19
N=16
Pasir halus
berlanau
19 –
5 sedang - sangat 11,5 - 11,7 21,51 86,4 86,4 45505,4 0,2 0 42,1
30,5
padat
N=60

Universitas Sumatera Utara


Proses Masukan Data ke Program Metode Elemen Hingga

1. Langkah pertama, atur parameter datar dari model di jendela pengaturan

global seperti pada Gambar 4.5 berikut ini :

Gambar 4.5. Lembar tab proyek dari jendela general setting (Plaxis V.8)
2. Pemodelan tanah digambar menggunakan garis geometri, diambil

dengan lebar sebesar 20D (D = diameter tiang) dan kedalaman 30,5 m

(kedalaman bore hole-2) yang terdiri dari beberapa layer dengan ketebalan

tertentu.

3. Setelah itu gambarkan dinding diafragma sebagai tiang menggunakan

tombolpelatKemudian gunakan tombol

interfaceuntuk memisahkan kekakuan lebih dari satu elemen, yaitu

kekakuan antara tanah dan tiang.

4. Setelah itu gambarkan beban permukaan, sistem beban A-beban terpusat

dengan menggunakan, kemudian input nilai bebannya dengan

mengklik ujung beban.

Universitas Sumatera Utara


5. Untuk membentuk kondisi batas, klik tombol jepit Standard

fixitiesmaka akan terbentuk jepit penuh pada bagian dasar dan jepit rol

pada sisi-sisi vetikal.

6. Kemudian masukkan data material dengan menggunakan tombolmaterial

setUntuk data tanah, pilih soil & interface pada set type,

sedangkan data tiang pilih plates pada set type. Setelah itu seret data-data

yang telah diinput ke dalam pemodelan geometri awal.

7. Kemudian klik Mesh generation ,diupdate, klik Initial Condition

muka air tanah, kemudian klik Generate water pressures, dan klik

Geometry configurasi, setelah itu Generate Initial Procedure, dan

akhirnya calculate.

8. Dalam window calculation terdapat beberapa fase yang akan dikerjakan

dari awal hingga akhir pemodelan sehingga diperoleh nilai ΣMSF.

9. Setelah perhitungan berjalan dan selesai, maka akan diperoleh nilai MSF

dan besar penurunannya seperti Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 di bawah ini:

Gambar 4.6. Hasil kalkulasi dan besar nilai MSF (Plaxis V.8)

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Program Metode Elemen

Hinggadi dapat nilai Σ Msf fase 3 (sebelum konsolidasi) sebesar 2,84 (Gambar

4.6). Maka nilai Quadalah :

Qu = Σ Msf x 1300 kN

= 2,84 x 1300 kN

= 3692 kN

= 369,2 ton

Gambar 4.7. Hasil kalkulasi dan besar nilai MSF (Plaxis V.8)

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Program Metode Elemen

Hingga di dapat nilai Σ Msf fase 4 (setelah konsolidasi) sebesar 2,92 (Gambar

4.7). Maka nilai Quadalah :

Qu = Σ Msf x 1300 kN

= 2,92 x 1300 kN

= 3796 kN

= 379,6 ton

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil pemodelan, diperoleh besar penurunan sebesar 16,42 mm pada

(Gambar 4.8) di bawah ini :

Gambar 4.8. Besar nilai penurunan yang terjadi setelah hasil perhitungan(Plaxis
V.8)

Diperoleh hasil penurunan yang lebih kecil dari batas penurunan maksimum

yaitu 16,42 mm < 25,4 mm maka pondasi dinyatakan aman terhadap penurunan.

4.4. Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Aksial Kelompok Tiang

Diketahui data kelompok tiang pancang :

Jarak antar tiang (s) = 2 meter

Jumlah tiang dalam satu baris (n) =2

Jumlah baris tiang (m) =6

Diameter pondasi (d ) = 0,5 meter

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.9 Susunan kelompok tiang pancang

1. Metode Converse-Labarre

Dari Persamaan (2.75) Efisiensi kelompok tiang (Eg)

(𝑛𝑛− 1)𝑚𝑚 + (𝑚𝑚 −1)𝑛𝑛


Eg = 1 – θ
90𝑚𝑚𝑚𝑚

0,5
θ = Arc tg d/s = Arc tg = 14,04
2

n=2;m=6

(2− 1)6 + (6−1)2


Eg = 1 – 14,04
90×6×2

Eg = 0,79

2. Metode Los Angeles

Dari Persamaan (2.76) Efisiensi kelompok tiang (Eg)

𝐷𝐷
Eg = 1− �𝑚𝑚(𝑛𝑛 − 1) + 𝑛𝑛(𝑚𝑚 − 1) + √2(𝑛𝑛 − 1)(𝑚𝑚 − 1)�
𝜋𝜋.𝑠𝑠.𝑚𝑚 .𝑛𝑛

0,5
Eg = 1− �6(2 − 1) + 2(6 − 1) + √2(2 − 1)(6 − 1)�
𝜋𝜋.2.6.2

Eg = 0,85

Perhitungan daya dukung kelompok tiang dengan menggunakan efisiensi

metode Converse-Labarre dikarenakan nilainya lebih kecil dari metode Los

Angelesdapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8 Perhitungan daya dukung kelompok tiang dengan metode efisiensi
Converse-Labarre
Daya dukung Daya dukung
Metode Kedalaman Efisiensi Jumlah
tiang tunggal, kelompok, Qg
Perhitungan (m) (Eg) Tiang
Qult (ton) (ton)
Berdasarkan SPT 24,45 0,79 12 265,17 2513,81
Sondir dengan 21 0,79 12 442,35 4193,48
Metode Meyerhof
Metode Chin 25 0,79 12 333,33 3159,97
Metode Davisson 25 0,79 12 254,85 2415,98
MEH 25 0,79 12 379,6 3598,61

4.5. Diskusi

Dari hasil perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang baik secara

analitis maupun metode elemen hingga,diperoleh hasil Tabel 4.9, 4.10, 4.11, 4.12,

4.13, 4.14 sebagai berikut :

1. Data SPT

Tabel 4.9 Daya dukung tiang pancang dari SPT


Titik End bearing (ton) Skin friction (ton) Qult (ton) Qijin (ton)

BH-5 116,70 22,61 265,17 106,07

2. Data Sondir

Tabel 4.10 Daya dukung tiang pancang dari data sondir


Kedalaman Metode Meyerhof
Titik
(m) Qult (ton) Qijin (ton)
S5 21 442,35 118,56

3. Data Loading Test

Tabel 4.11 Daya dukung berdasarkan hasil loading test


Metode Qult (ton)
Chin 333,33
Davisson 254,85

4. Metode Elemen Hingga

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data SPT maka daya dukung yang ditinjau adalah Bore Hole 5, titik

yang memiliki daya dukung terbesar.

Tabel 4.12 Daya dukung dengan metode elemen hingga


Qult sebelum konsolidasi Qult setelah konsolidasi
BH
(ton) (ton)
BH-5 369,2 379,6

5. Kapasitas Daya Dukung Lateral

Tabel 4.13 Daya dukung lateral pondasi tiang pancang


Gaya Lateral Ultimit (Hu) Gaya Lateral Izin (Hijin)
Metode
(ton) (ton)
Analitis 18,13 7,25
Grafis 20,66 8,26

6. Efisiensi Tiang Pancang Kelompok

Tabel 4.14 Efisiensi tiang pancang kelompok


Metode Efisiensi Tiang (Eg)
Converse-Labarre 0,79
Los Angeles 0,85

Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan hasil yang berbeda – beda dari

setiap metode yang digunakan. Berdasarkan hasil Sondir menurut metode

Meyerhof dan metode elemen hingga, didapat hasil Quyang cukup besar sehingga

harus dibagikan dengan SF (safety Factor) yang besar pula agar diperoleh Qijin

yang realistis dan aman. Sedangkan nilai Qu yang diperoleh dengan metode SPT

dan Loading Test hingga diperoleh hasil yang cukup mendekati, sehingga hasilnya

cukup dapat dipercaya. Untuk daya dukung lateral berdasarkan cara analitis dan

grafis, diperoleh nilai Hu dan Hijin yang tidak terlalu jauh bedanya. Dari hasil

perhitungan efisiensi tiang pancang kelompok, menurut Converse – Labarre

Formula diperoleh Eg = 0,79 dan menurut Los Angeles Group Eg = 0,85. Dengan

adanya efiensi ini, maka jika tiang pancang dipancang secara berkelompok maka

Universitas Sumatera Utara


akan membuat daya dukung tiang pancang tersebut berkurang, walaupun tidak

terlalu besar pengaruhnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil perhitungan daya dukung ultimit pondasi tiang tunggal diameter 50 cm

untuk panjang tiang sebesar 21 meter pada titik S5 berdasarkan data Sondir

menggunakan metode Meyerhof sebesar 442,35 ton.

2. Hasil perhitungan daya dukung ultimit pondasi tiang tunggal diameter 50 cm

untuk panjang tiang sebesar 25 meter berdasarkan data SPT BH-5, Loading

Test, dan menggunakan Program Metode Elemen Hingga (BH-5) dapat dilihat

pada Tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1 Daya dukung ultimit menggunakan data SPT, Loading Test dan Metode
Elemen Hingga
Metode Loading Test
Kedalaman SPT Metode Elemen Hingga
Metode Chin Metode Davisson
(m) (ton) (ton)
(ton) (ton)
25 265,17 333,33 254,85 379,6

3. Hasil perhitungan penurunan elastis tiang tunggal yang terjadi untuk panjang

tiang sebesar 25 meter diameter 50 cm, berdasarkan perhitungan analitis, dan

Loading Test (siklus IV) dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini :

Tabel 5.2 Penurunan tiang pancang tunggal


Penurunan Elastis Loading Test
(mm) 10,45 9,04

Penurunan ini masih dalam kondisi aman karena besar penurunan yang terjadi

lebih kecil daripada besar penurunan izin (25 mm).

Universitas Sumatera Utara


4. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung ultimit lateral pondasi tiang tunggal

diameter 50 cm dengan metodeBromsmenggunakan rumus sebesar 18,13 ton

dan secara grafis 20,66 ton

5. Perhitungan daya dukung kelompok berdasarkan efisiensi dengan metode

Converse-Labarrediperoleh nilai Eg sebesar 0,79

6. Perbedaan besar daya dukung maupun penurunan yang didapatkan dari setiap

metode dapat disebabkan oleh bedanya titik pengujian pada setiap metode,

sehingga jenis dan sifat tanah yang diteliti juga berbeda, carapelaksanaan

pengujian di lapangan yang kurang teliti (human error), dan perbedaan

parameter yang digunakan dalam setiap metode perhitungan.

5.2. Saran

1. Jika ingin menghitung besarnya daya dukung pada suatu pondasi tiang

pancang, sebaiknya kita memiliki data teknis dan data laboratorium

(parameter tanah) yang lengkap. Kelengkapan data akan sangat membantu

untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat, baik secara analitis

maupun secara Metode Elemen Hingga.

2. Sebaiknya pengawasan dalam pengujian SPT, sondir, maupun Loading Test

dilakukan secara teliti. Hal ini sangatlah penting mengingat human error

dapat menyebabkan kekeliruan dalam proses pengolahan data perhitungan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Das, M. B., 1995,Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1,


Jakarta : Erlangga

Das, B. M., 2008, Principles of Foundation Engineering Seventh Edition, PWS


Publising, Pasific Grove

Bowles, J. E.,1991,Analisis dan Desain Pondasi, Edisi Keempat jilid 1, Jakarta :


Erlangga

Bowles, J. E., 1993,Analisis dan Desain Pondasi, Edisi Keempat jilid 2, Jakarta :
Erlangga

Liong, G. T., 2012, Dasar Teori Metoda Elemen Hingga Dalam Geoteknik,
Jakarta

Hardiyatmo, H. C., 2011,Analisis dan Perancangan Fondasi II, Edisi Kedua,


Yogyakarta : Gadjah Mada Univrsity Press

Plaxis Version 8 Material Models Manual


Sosrodarsono, S. dan Nakazawa, 2005. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi,
Jakarta : PT. Pradnya Paramita

PeckTerzaghi, K., dan Peck, Ralph B., 1987, Mekanika Tanah dalam Praktik
Rakayasa, Edisi Keempat jilid 1, Jakarta : Erlangga

Poulus, H.G., dan Davis, E.H., 1980, Pile Foundations Analysis and Design,
America : john Wiley and Sons Publishers, Inc

Sardjono, H. S., 1988, Pondasi Tiang Pancang Jilid 1, Surabaya : Sinar Wijaya
Sardjono, H. S., 1991, Pondasi Tiang Pancang Jilid 2, Surabaya : Sinar Wijaya
Soedarmo, G. D., dan Purnomo, S. J. Edy, 1997, Mekanika Tanah 1, Malang :
Kanisius

Tomlinson, M.J., 1997, Pile Design and Construction Practice First Edition,
View Point Publishing, London

Wijaya Karya Beton, 2008, Presentasi Tiang Pancang, Jakarta : Wika Learning
Center

Sembiring, P., 2014, Analisa Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Tekan
Hidrolis dengan Menggunakan Metode Analitis dan Elemen Hingga,
Universitas Sumatera Utara : Medan

Universitas Sumatera Utara


Novril, A. R., 2016, Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang
Menggunakan Metode Sondir, dan Metode Elemen Hingga pada Proyek
Pembangunan Hotel Medan-siantar, Sinaksak, Pematang siantar,
Universitas Sumatera Utara : Medan

Sinaga, M. P., 2016, Perbandingan Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan


Perhitungan Analitis dan Metode Elemen Hingga pada Proyek Tol
Medan-Kualanamu (Studi Kasus Abutmen 2 Jembatan Paluh Sebras),
Universitas Sumatera Utara : Medan

Hayati, T., 2016, Perbandingan Nilai Daya Dukung dan Penurunan Pondasi
Tiang Pancang Berdiameter 60 cm pada Titik Bore Hole I dengan Metode
Analitis dan Metode Elemen Hingga, Universitas Sumatera Utara ; Medan

Simorangkir, S. P., 2014, Analisis Daya Dukung Loading Test Tiang Pancang
Tunggal Diameter 600 Mili Meter pada Proyek PLTU Panggalan Susu
dan Pemodelannya, Universitas Sumatera Utara : Medan

Rini., 2014, Analisis Daya Dukung Ultimit dan Penurunan pada Compression
Loading Test Bored Pile Tunggal Diameter 0,6 Meter dengan Metode
Semi Empiris dan Pemodelan Metode Elemen Hingga (Studi Kasus Medan
Focal Point), Universitas Sumatera Utara : Medan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai