Usu1 Sondir&spt
Usu1 Sondir&spt
TUGAS AKHIR
Pembimbing
FAKULTAS TEKNIK
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas baginda Rasulullah Muhmmad SAW yang
telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi
panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari hari, karena sungguh
suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak
studi dalam Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
pada Proyek Bangunan Koleza 9 Residence, PT. Wilmar, Percut Sei Tuan-
Medan”.
terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
1. Ibunda Rusmah, dan Ayahanda Alm Zainal Arifin Maksum tercinta yang
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE selaku koordinator bidang studi
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik
5. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT, dan Ibu Ika Puji Hastuty, ST. MT. selaku
kepada penulis
yogie, jenny, don (musdi, kiki, win, eky, aldo, barly, dian, imfim, ilham,
kobol, rae, budi, bara, rendra, wahyu, suped, hilman, yogi), silda, arif,
surya, valdi, reno, dika, rahmat, tomy, dwi, nurul, triana, sinta, mimah,
selama ini.
9. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut di sini atas jasa-jasanya
penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas
Medan, 2016
Penulis
ABSTRAK .............................................................................................................. i
2.6 Analisis Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil SPT .......................38
2.7 Analisis Daya dukung Tiang Pancang dari Hasil Sondir ....................43
4.5 Diskusi...............................................................................................108
LAMPIRAN ........................................................................................................114
Gambar Halaman
Gambar 2.2 Konus sondir dalam keadaan tertekan dan terbentang .......................12
Gambar 2.15 Contoh hasil uji pembebanan statik aksial tekan .............................34
Gambar 2.16 Grafik hubungan beban dengan penurunan menurut metode Chin ..36
Gambar 2.17 Interpretasi daya dukung ultimit dengan metode Davisson .............38
Gambar 2.18 Grafik hubungan antara kuat geser (Cu) dengan faktor adhesi.........42
Gambar 2.19Nilai N-SPT untuk desain tahanan ujung pada tanah pasiran ...........42
Gambar 2.26 Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi
kepala tiang bebas akibat beban lateral pada tanah kohesif ...........62
Gambar 2.27 Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi
kepala tiang terjepit akibat aeban lateral pada tanah kohesif ........63
Gambar 2.29 Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi
kepala tiang bebas akibat beban lateral pada tanah granular ..........66
Gambar 2.37 Variasi jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi
sepanjang tiang tertanam ke dalam tanah .......................................75
Gambar 3.2 Lokasi titik sondir, bore hole dan loading test ...................................81
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara beban dan penurunan pada pondasi tiang ....92
Gambar 4.4 Parameter tanah (kohesi, sudut geser dalam, dan berat jenis tanah
saturated) yang di peroleh dari program Allpile .............................101
Gambar 4.5 Lembar tab proyek dari jendela general setting ...............................103
Gambar 4.8 Besar nilai penurunan yang terjadi setelah hasil perhitungan ..........106
Tabel Halaman
Tabel 2.2 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk penentuan harga N ............39
Tabel 2.3 Hubungan antara angka penetrasi standard dengan sudut geser dalam
dan kepadatan relatif pada tanah pasir ...................................................49
Tabel 2.4 Hubungan antara harga N-SPT, sudut geser dalam, dan kepadatan
relative ...................................................................................................40
Tabel 2.5 Hubungan antara harga N-SPT dan berat isi tanah ................................40
Tabel 2.7 Korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas pada tanah lempung .........53
Tabel 2.8 Korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas pada tanah pasir ...............53
Tabel 2.9 Hubungan jenis tanah, konsistensi dan poisson’s ratio (μ) ...................54
Tabel 2.11 Hubungan modulus subgrade (k1) dengan kuat geser undrained untuk
lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (Overconsolidated) .............58
Tabel 2.14 Kriteria tiang kaku dan tiang tidak kaku ..............................................60
Tabel 4.1 Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data SPT............87
Tabel 4.2 Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir ........89
Tabel 4.4 Tabel data-data yang diperlukan dalam pembuatan grafik Chin ...........92
Tabel 4.10 Daya dukung tiang pancang dan data sondir .....................................108
Tabel 5.1Daya dukung ultimit menggunakan data SPT, loading test dan metode
elemen hingga ......................................................................................110
BN = jumlah pukulan
Cp = koefisien empiris
Cs = konstanta Empiris
e = angka pori
Gs = specific gravity
k = koefisien permeabilitas
n = koefisien restitusi
Qwp = daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
dukung friction (kN)
Se(2) = penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di ujung tiang (mm)
μ =poisson’s ratio
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
pentingdalamsuatupekerjaankonstruksi yang
harusdicermatikarenakondisiketidaktentuandaritanah berbeda-beda.
Pondasimerupakansuatupekerjaan yang
dapatmemikulbebankonstruksitersebut.
Pondasi ialah bagian dari suatu sistem struktur bangunan yang meneruskan
beban pondasi dan berat struktur kedalam tanah dan batuan yang terletak
dihasilkankecualipadapermukaanmerupakantambahankepadabeban-beban yang
sudahadadalammassatanahdaribobotsendiribahandansejarahgeologisnya.Darisuatu
sedangkanjaraktiang yang
berdekatanakanmenimbulkaninteraksiterhadapkapasitasnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi
bahan ada tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja,
dan tiang pancang kayu. Dari segi bentang penampang, tiang pancang bujur
sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I, dan bentuk
spesifik. Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop
1.2. RumusanMasalah
dangkal. Pondasi tiang pancang adalahbatang yang relatif panjang dan langsing
yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan
daya dukung rendah ke lapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya
dukung tinggi yang relatif cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung
diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung gesek atau selimut (friction
bearing capacity)yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara
dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan kepada struktur atas.
penyelidikan tanah yang akurat juga. Penyelidikan tanah yang dilakukan biasanya
lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan tanahnya pada kedalaman
tertentu dan juga dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan tanah dengan
mendapatkan gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui
dukung.
paling dapatdiandalkanuntukmengujidayadukung
terjadi, misalnyadenganmelihatbentukkurvabebanpenurunan,
besarnyadeformasiplastistiang, kemungkinanterjadinyakegagalanbahantiang,
terpentingdalamperancanganpondasi tiang.
Penyelidikantanah yang
dilakukanuntukanalisisiniadalahujidilapanganberupabeberapatitikbor yang
1.3. Tujuan
1.4. PembatasanMasalah
Tugas Akhir ini dan untuk memudahkan penulis dalam menganalisa maka dibuat
Percut Sei Tuan-Medan, terdapat banyak permasalahan yang dapat dibahas, maka
dalam laporan ini perlu kiranya diadakan pembatasan masalah. Dimana bertujuan
tujuan semula.
Tetapi demikian, hal ini tidak berarti akan memperkecil arti pokok –
pokok masalah, yang dibahas disini, melainkan hanya karena keterbatasan belaka.
Untuk keperluan ini penulis membatasi pada data yang diperoleh dari hasil
Loading Test, dan data tanah dari laboratorium pada proyek Bangunan Koloza 9
1.5. SistematikaPenulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang
Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang mendukung studi yang
sebagai berikut :
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran mengenai analisis pada
atau jalan yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus di dukung oleh suatu
pondasi. Pondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan
beban yang di topang dan beratnya sendiri kepada tanah keras dan batuan yang
terletak dibawahnya.
Dalam menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada dua hal yang
1. Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang bekerja pada
yang diijinkan.
2.2. Tanah
pondasi, dalam hal ini beban bangunan di atasnya (upper structure) dan berat
sendiri pondasi tersebut. Dengan demikian, pondasi harus terletak pada tanah
(butiran) mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain dan
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas
M Das,1995).
Tanah terdiri dari tiga komponen, yaitu butiran tanah, air dan udara. Udara
sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butir-butir tanah dapat terisi oleh air
dan/atau udara. Bila rongga tersebut berisi air seluruhnya, maka tanah dikatakan
dalam kondisi jenuh air. Bila rongga tersebut terisi air dan udara maka tanah pada
Gambar 2.1. Elemen-elemen tanah : (a) Elemen tanah dalam keadaan asli (b) Tiga fase
elemen tanah. (Das, 1995)
Dimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tanah terdiri dari butiran tanah,
air dan udara sehingga pada kenyataan tidak pernah dijumpai tanah berdiri sendiri.
butir dan volume pori. Volume pori terdiri atas volume udara dan volume air.
Oleh sebab itu berbagai parameter tanah akan mempengaruhi karakteristik tanah
sebagai pendukung pondasi, yaitu: ukuran butiran tanah, berat jenis tanah, kadar
air tanah, kerapatan butiran, angka pori, sudut geser tanah, kemampuan dalam
mengalirkan air dan sebagainya. Hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan
Dalam mendesain pondasi, penting bagi para engineer untuk mengetahui sifat
setiap lapisan tanah, (seperti berat isi tanah, daya dukung, ataupun daya rembes),
dan juga ketinggian muka air tanah. Oleh sebab itu, soil investigation adalah
Ada dua jenis penyelidikan tanah yang biasa dilakukan, yaitu penyelidikan
(sondir), Dynamic Cone Penetrometer, dan Sand Cone Test. Sedangkan jenis
Limit, Water Content, Spesific Gravity, Sieve Analysis) dan engineering properties
tanah (direct shear test, triaxial test, consolidation test, permeability test,
Contoh tanah terganggu diambil dari lapangan tanpa adanya usaha untuk
laboratorium dalam tempat tertutup untuk menjaga agar kadar airnya tidak
berubah. Contoh tanah terganggu dapat dipakai untuk percobaan uji index
properties tanah.
Contoh tanah tidak terganggu adalah suatu contoh tanah yang dianggap
mendekati sifat-sifat asli tanahnya. Contoh tanah ini tidak mengalami atau sedikit
sekali mengalami perubahan struktur, kadar air atau susunan kimianya. Contoh
tanah yang benar-benar asli tidak mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknik
Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat ke dalam tanah dan
mengukur besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan, kita dapat
indikasi tentang kekuatannya. Percobaan semacam ini disebut penetrasi dan alat
memasukkan suatu batang tusuk dengan ujung berbentuk kerucut bersudut 60°
dan luasan ujung 1,54 inch2 ke dalam tanah dengan kecepatan tetap 2 cm/detik.
Dengan pembacaan manometer yang terdapat pada alat sondir tersebut, kita dapat
• Sondir ringan, dengan kapasitas dua ton. Sondir ringan digunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm2 atau penetrasi konus telah
mencapi kedalaman 30 m.
• Sondir berat, dengan kapasitas sepuluh ton. Sondir berat digunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 500 kg/cm2 atau penetrasi konus telah
mencapai kedalaman 50 m.
• Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
digunakan pada tanah yang berbutir kasar dimana besar perlawanan lekatnya
kecil ;
• Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya
Tahanan ujung konus dan hambatan lekat dibaca setiap kedalaman 20 cm.
Cara pembacaan sondir dilakukan secara manual dan bertahap, yaitu dengan
apabila pembacaan manometer mencapai > 150 kg/cm2 (untuk sondir ringan)
Standar penetration test atau lebih sering dikenal sebagai SPT merupakan
suatu cara yang yang dilakukan dilapangan atau lokasi pengerjaan yang
Selain itu test ini bertujuan untuk mengetahui baik perlawanan dinamik
tanah maupun pengambilan contoh tanah dengan teknik penumbukan. Uji SPT ini
merupakan percobaan dinamis yang dilakukan dalam suatu lubang bor dengan
dengan menggunakan massa pendorong (palu) seberat 63,5 kg yang jatuh bebas
dari ketinggian 760 mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk memasukkan
dilakukan dalam 3 tahap yang mana tahap pertama merupakan dudukan sementara
jumlah pukulan untuk memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk
memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT dinyatakan dalam pukulan per
30 cm. Alat percobaan penetrasi standard dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut
ini :
Keuntungan :
korelasi empiris.
3. Test ini dapat dilakukan dengan cepat dan operasinya relatif sederhana.
Kekurangan:
5. Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar bila digunakan tanah
lempung.
1 Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor,
kotoran hasil pengeboran dari tabung segera dipasangkan pada bagian dasar
lubang bor.
4 Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan
dan dibuka. Gambarkan contoh jenis – jenis tanah yang meliputi komposisi,
Catatan : Pengujian dihentikan bila nilai SPT > 50 untuk 4 kali interval
Sementara secara skematis urutan uji SPT diilusstrasikan pada Gambar 2.4 berikut
ini :
cepat dan dapat mengetahui jenis tanah secara langsung. Alat ini perlu
Uji Standard Penetration Test ini dapat dilakukan untuk hampir semua jenis
Dalam pelaksanaan uji SPT di berbagai Negara, digunakan tiga jenis palu
(donut hammer, safety hammer, dan otomatik) dan empat jenis batang bor (N,
NW, A, dan AW). Ternyata uji ini sangat bergantung pada alat yang digunakan
dan operator pelaksana uji. Faktor yang terpenting adalah efisiensi tenaga dari
sistem yang digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas dengan massa
dan tinggi jatuh tertentu adalah 48kg/m (350 ft/lb), tetapi besar tenaga sebenarnya
lebih kecil karena pengaruh friksi dan eksentrisitas beban. Harga N dari pasir
yang diperoleh dari pengujian SPT dan hubungan antara kepadatan relatif dengan
sudut geser dalam dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Hubungan D𝛾𝛾, ø dan N dari pasir (Peck & Meyerhof, 1997)
Kepadatan Relatif Sudut Geser Dalam (ø)
Nilai N 𝑒𝑒𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑒𝑒 Menurut Peck Menurut Meyerhof
D𝛾𝛾 =
𝑒𝑒𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑒𝑒 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
2.4. Pondasi
Apabila terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dengan kualitas yang baik
yang mampu mendukung bangunan itu pada permukaan tanah atau sedikit di
bawah permukaan tanah.Pada pondasi tipe ini beban diteruskan oleh kolom/tiang,
menerima beban tidak lebih dari 1 - 2 m dari permukaan tanah atau D/B bernilai
Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini
berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima oleh tanah.
Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan ke tanah tidak
terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua lantai, bangunan ATM,
dalam. Digunakan juga untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat
5 m dari permukaan tanah atau D/B bernilai sekitar 4 dan biasanya digunakan
pergeseran tanah.
• Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh
diferensial harus dapat ditolerir oleh elemen pondasi dan elemen bangunan
atas.
perlindungan lingkungan.
Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar di bawah
bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup
untuk memikul beban berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila
tanah pendukung yang mempunyai daya dukung yang cukup letaknya sangat
cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan
tanah disekitarnya.
bertambah.
tergerus air.
• Daya dukung tiang pancang sendiri (baik single atau group pile).
beberapa faktor, diantaranya tipe tanah dasar, alasan teknis pada waktu
Berikut ini akan dipelajari distribusi tekanan di sekitar fondasi untuk ke dua
tipe tiang, tiang dukung ujung dan tiang gesek (Chellis, 1961).
Pada tiang dukung ujung (end bearing pile), beban struktur didukung
sepenuhnya oleh lapisan tanah keras yang terletak pada dasar atau ujung bawah
tiang. Pondasi tiang dengan tahanan ujung diilustrasikan pada Gambar 2.4 berikut
ini :
Pada tiang gesek (friction pile), beban akan diteruskan ke tanah melalui
gesekan antara tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat
Sebaliknya, bila butiran tanah kasar maka tanah diantara tiang-tiang akan semakin
padat. Pondasi tiang dengan tahanan gesek diilustrasikan pada Gambar 2.6 berikut
ini :
Bila tiang dipancangkan di dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi
yang tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara
tanah di sekitar dan permukaan tiang. Pondasi tiang dengan tahanan lekatan
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor di
dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat
terdiri dari :
o Cara penumbukan
o Cara penggetaran
o Cara penanaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi
dengan tanah.
o Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang ke
luar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan
kedalam tanah.
Tiang yang dicor di tempat (cast in place pile) ini menurut teknik
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah
o Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara
lain :
penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara
konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam,
Yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup dipancang ke dalam
tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relative besar seperti tiang
kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal atau berlubang), tiang baja
Yaitu sama seperti tiang kategori pertama hanya volume tanah yang
dengan ujung terbuka, tiang beton prategang berlubang dengan ujung terbuka,
tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, dan tiang ulir.
Terdiri dari tiang yang dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau
mengebor tanah seperti bored pile, yaitu tiang beton yang pengecorannya
langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakkan di dalam
konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat
1. Pekerjaan Persiapan
proyek:
• Membuat tanda, tiap tiang pancang harus diberi tanda serta tanggal saat tiang
tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi
tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka
dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang
tidak diinginkan.
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah
alat. Lokasi stok material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan
• Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan
• Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu.
• Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
• Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
2. Proses Pengangkatan
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke
penyusunan lapangan. Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat
dari kepala tiang adalah 1/5 L seperti digambarkan pada Gambar 2.8 berikut ini :
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap
akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang
adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3 seperti yang
3. Proses Pemancangan
• Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
• Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat di atas patok pancang yang
telah ditentukan.
center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama
4. Quality Control
• Toleransi.
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
• Penetrasi.
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah
• Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan. Skema urutan pemancangan tiang dapat dilihat pada Gamabr 2.10
berikut ini :
pemukul berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang
hanya dijatuhkan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk
lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang
kecil.
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik
oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan
oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram
ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya. Kecepatan pukulan dan energi
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi
bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan.
Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi
tinggi dan skema pemukulan tiang pancang seperti yang ditunjukan pada Gambar
Gambar 2.11. Skema pemukul tiang pancang: (a) Pemukul aksi tunggal
(Bowles, 1991)
(a) (b)
Gambar 2.12. Skema pemukul tiang pancang: (a) Pemukul diesel (diesel
Loading test biasa disebut juga dengan uji pembebanan statik. Cara yang
paling dapat diandalkan untuk menguji daya dukung pondasi tiang adalah dengan
uji pembebanan statik. Interprestasi dari hasil benda uji pembebanan statik
merupakan bagian yang cukup penting untuk mengetahui respon tiang pada
selimut dan ujungnya serta besarnya daya dukung ultimitnya. Berbagai metode
interprestasi perlu mendapat perhatian dalam hal nilai daya dukung ultimit yang
Yang terpenting adalah agar dari hasil nilai uji pembebanan statik, seorang
Pengujian hingga 200% dari beban kerja sering dilakukan pada tahap
verifikasi daya dukung, tetapi untuk alasan lain misalnya untuk keperluan
optimasi dan untuk control beban ultimit pada gempa kuat, seringkali diperlukan
penurunan tiang diamati. Umumnya definisi keruntuhan yang diterima dan dicatat
untuk interprestasi lebih lanjut adalah bila di bawah suatu beban yang konstan,
tiang terus – menerus mengalami penurunan. Pada umumnya beban runtuh tidak
dicapai pada saat pengujian. Oleh karena itu daya dukung ultimit dari tiang hanya
terlerbih dahulu selama 7 hingga 30 hari sebelum tiang dapat diuji. Hal ini penting
untuk memungkinkan tanah yang telah terganggu kembali keadaan semula, dan
tekanan air pori akses yang terjadi akibat pemancangan tiang telah berdisipasi.
Beban kontra dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan
menggunakan system kentledge seperti ditujukan pada (Gambar 2.13). Selain itu
juga dapat digunakan kerangka baja atau jangkar pada tanah seperti diilustrasikan
hidrolik.
Pergerakan tiang dapat diukur dengan menggunakan satu set dial guges
yang terpasang pada kepala tiang. Toleransi pembacaan antara satu dial gauge
lainnya adalah 1 mm. Dalam banyak hal, sangat penting untuk mengukur
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari interaksi tanah dengan tiang,
dapat digunakan adalah strain gauges yang dapat dipasang pada lokasi – lokasi
tertentu disepanjang tiang. Tell – tales pada kedalaman – kedalaman tertentu atau
load cells yang ditempatkan di bawah kaki tiang. Instrumentasi dapat memberikan
distribusi beban sepanjang tiang selama pengujian. Beban kontra dapat dilakukan
Kentledge seperti yang ditunjukkan pada (Gambar 2.13) dan langkah kedua
adalah dengan menggunakan kerangka baja atau jangkar pada tanah seperti yang
secara bertahap setiap 25% dari beban rencana. Untuk tiap tahap beban,
pembacaan diteruskan hingga penurunan ( settlement ) tidak lebih dari 254 mm/
jam, tetapi tidak lebih dari 2 jam. Penambahan beban dilakukan hingga dua kali
beban rencana, kemudian ditahan. Setelah itu beban diturunkan secara bertahap
beban dilakukan pelepasan beban dan kemudian dibebani kembali hingga tahap
beban berikutnya ( unloading – reloading ). Dengan cara ini, rebound dari setiap
tahap beban diketahui dan perilaku pemikulan beban pada tanah dapat
disimpulkan dengan lebih baik. Metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama
Karena prosedur standar membutuhkan waktu yang cukup lama, maka para
oleh waktu dan penurunan, dimana setiap 8 tahapan beban ditahan dalam waktu
dilakukan hingga runtuh atau hingga mencapai beban tertentu. Waktu total yang
dibutuhkan 3 hingga 6 jam. Hasil uji pembebanan statik aksial tekan seperti yang
Metode CRP merupakan salah satu alternatif lain untuk pengujian tiang
secara statis. Prosedurnya adalah dengan membebani tiang secara terus – menerus
sebesar 0.245 cm/ menit atau lebih rendah bila jenis tanah adalah lempung.
runtuh relatif tidak tergantung oleh kecepatan penetrasi bila digunakan batasan
kecepatan penurunan kurang dari 0.125 cm/menit. Kecepatan yang lebih tinggi
dapat menghasilkan daya dukung yang sedikit. Beban dan pembacaan deformasi
diambil setiap menit. Pengujian dihentikan bila pergerakan total kepala tiang
mencapai 10% dari diameter tiang bila pergerakan ( displacement ) sudah cukup
jam (tergantung ukuran dan daya dukung tiang). Metode CRP memberikan hasil
serupa dengan metode Quick ML, dan sebagaimana metode Quick ML, metode ini
S = Settlement (mm)
Gambar 2.16 Grafik hubungan beban dengan penurunan menurut metode Chin
Kegagalan metode Chin dapat digunakan untuk tes beban dengan cepat dan
tes beban yang dilakukan dengan lambat. Biasanya memberikan perilaku yang
tidak realistik untuk kegagalan beban, jika tidak digunakan suatu kenaikan waktu
yang konstan pada uji tiang. Jika sepanjang kemajuan tes beban statis, keruntuhan
pada tiang akan bertambah maka garis Chin akan menunjukkan suatu titik temu,
oleh karena itu dalam merencakan tiap pembacaan metode Chin perlu
linier yang mendekati nilai satu dalam mengambil suatu hasil tes beban statis,
dengan dasar nilai-nilai yang ditentukan dari dua cara yang telah disebutkan.
Secara umum dua titik akan menentukan satu garis dan titik ketiga pada garis
Se L
= (2.3)
Q AP × EP
Dimana :
(Se ).
adalah:
kurva beban terhadap penurunan seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.17
berikut ini :
Davisson(Tomlinson, 2000)
Uji penetrasi standard (SPT) merupakan uji penetrasi dinamis yang banyak
memperhitungkan daya dukung tanah yang tergantung pada kuat geser tanah.
Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb yang
dinyatakan dengan:
τ = c + σ tan ø (2.5)
Dimana :
(Sosrodarsono, 1983)
dan untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan antara angka penetrasi
standart dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir,
Tabel 2.3 Hubungan antara angka penetrasi standard dengan sudut geser dalam
0–5 0–5 26 – 30
5 – 10 5 – 30 28 – 35
10 – 30 30 – 60 35 – 42
30 – 50 60 – 65 38 – 46
Menurut Peck dan Meyerhof, 1997, dari nilai N yang diperoleh pada uji
SPT, dapat diketahui hubungan empiris tanah non kohesi seperti sudut geser
dalam (ø), indeks densitas dan berat isi tanah basah (γwet).
Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak
mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (Tabel 2.4). Harga berat
Tabel 2.4. Hubungan antara harga N-SPT, sudut geser dalam, dan kepadatan
Peck Meyerhof
Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah, hal
ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir.
Tanah dibawah air mempunyai berat isi efektif yang kira-kira setengah berat isi
tanah diatas muka air. Hubungan antara harga N-SPT dan berat isi tanah dapat
Tabel 2.5. Hubungan antara harga N-SPT dan berat isi tanah(Das, 1995)
Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik dari hasil uji
• Lapisan kohesif mempunya nilai kuat tekan (qu) 3-4 kg/cm2, atau harga N > 15.
merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan, umumnya hasil sondir lebih
dapat dipercaya daripada percobaan SPT. Hal yang juga perlu diperhatikan yaitu
SPT dapat digunakan metode Meyerhof, adapun rumus yang dapat digunakan
antara lain :
Qp = 9 × Cu × Ap (2.8)
Qs = α × Cu × P × Li (2.9)
Dimana :
2
Cu = kohesi undrained (kN/m2) = NSPT× × 10
3
Grafik hubungan antara kuat geserdengan faktor adhesi dapat dilihat pada
2. Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang pada Tanah Non Kohesif (pasir dan
kerikil)
Gambar 2.19. Nilai N-SPT untuk Desain Tahanan Ujung pada Tanah Pasiran
(Meyerhof, 1997)
Ncor = (N1+N2)/2
d4y
Ep ∙ Ip ∙ + kh ∙ B ∙ y = 0 (2.19)
dz 4
Solusi dari persamaan differensial di atas dapat diperoleh baik secara analitis
maupun secara numerik. Untuk solusi secara analitis mudah dilakukan jika nilai kh
konstan sepanjang tiang. Apabila harga kh bervariasi, maka dapat diselesaikan dengan
cara numerik yang menggunakan metode finite difference (Palmer dan Thompson, 1948;
Gleser, 1953).
line elements), 2D (disebut juga plane elements), dan 3D (Gambar 2.20). Untuk
alasan biaya, sebisa mungkin pemodelan MEH dilakukan dengan elemen yang
paling sederhana.
Titik yang menghubungkan elemen satu dengan elemen lainnya disebut titik
nodal. Pada titik nodal terjadi perpindahan, seperti pada (Gambar 2.21).
Sedangkan titik integrasi yang juga dikenal sebagai stress point adalah adalah titik
yang berada di dalam elemen. Dari titik integrasi dapat diperoleh tegangan dan
Gambar 2.21. Titik nodal dan titik integrasi (Manual Plaxis V.8)
plastis sempurna, dengan menetapkan suatu nilai tegangan batas, dimana pada
titik tersebut tegangan tidak lagi dipengaruhi oleh regangan. Model Elastik-Plastik
elastisitas tanah; Ø dan c untuk plastisitas tanah dan Ψ sebagai sudut dilantansi.
tanah dan disarankan untuk menggunakan model ini untuk analisis pertama dari
rata kekakuan yang konstan sehingga perhitungan cenderung relatif cepat dan
dapat diperoleh kesan pertama deformasi. Selain lima parameter model yang
disebutkan di atas, kondisi tanah awal memiliki peran penting dalam masalah
tanah yang paling deformasi. Tegangan horizontal kondisi awal tanah harus
dihasilkan dengan memilih nilai K0 yang tepat, seperti pada Gambar 2.23 berikut
ini :
Gambar 2.23. Tab Parameter untuk model Mohr – Coulomb(Manual Plaxis V.8)
1. Tanah
Model tanah yang dipilih yaitu model Mohr – Coulomb, dimana perilaku tanah
dianggap elastis dengan parameter yang dibutuhkan yaitu :
• Modulus elastisitas, E (stiffness modulus).
2. Tiang pancang
DeBeer (1965) dan Webb (1970) memberikan korelasi antara tahanan kerucut qc
Lempung
2. lunak 20 – 40
3. sedang 45 – 90
Pasir
1. berlanau 50 – 200
Lanau 20 – 200
Selain itu modulus elastisitas tanah dapat juga dicari dengan pendekatan
terhadap jenis dan konsistensi tanah dengan N-SPT, seperti pada Tabel 2.7 dan Tabel 2.8
berikut ini :
Tabel 2.7 Korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas pada tanah lempung(Randolph,
1978)
Penetration Shear Young’s Shear
Subsurface Ɛ50 Poisson’s
resistance strengh Su Modulus Modulus
condition (%) Ratio (v)
range N (bpf) (psf) Range Es (psi) Range G (psi)
Very soft 2 0,020 0,5 250 170-340 60-110
Soft 2-4 0,020 0,5 375 260-520 80-170
Berat jenis tanah jenuh adalah perbandingan antara berat tanah jenuh air
dengan satuan volume tanah jenuh. Dimana ruang porinya terisi penuh oleh air. Nilai
dari berat jenis tanah jenuh didapat dengan menggunakan rumus :
𝐺𝐺𝐺𝐺+𝑒𝑒
γsat = � � 𝛾𝛾𝑤𝑤 (2.30)
1+𝑒𝑒
Dimana :
Gs : specific gravity
e : angka pori
γw : berat isi air (kN/m3)
Nilai-nilai dari Gs, e dan γw didapat dari hasil pengujian tanah dengan Triaxial Test dan
juga Soil Test.
• Sudut Geser Dalam (ø)
Sudut geser dalam bersama dengan kohesi merupakan faktor dari kuat geser tanah
yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja
pada tanah. Deformasi dapat terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari
tegangan normal dan tegangan geser. Nilai dari sudut geser dalam didapat dari
engineering properties tanah, yaitu dengan triaxial test dan direct shear test.
Hubungan antara sudut geser dalam (ø) dengan nilai SPT setelah dikoreksi
menurut Peck, Hanson dan Thornburn, 1974 adalah :
Ø (derajat) = 27,1 + 0,3 Ncor – 0,00054 N2cor (2.33)
Dimana : Ncor = nilai N-SPT setelah dikoreksi
• Kohesi (c)
Yaitu gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama dengan sudut geser
tanah, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan ketahanan
tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah. Deformasi dapat
terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan geser. Nilai dari
kohesi didapat dari engineering properties, yaitu dengan triaxial test dan direct shear
test.
• Permeabilitas (k)
K
Jenis Tanah
cm/dtk ft/mnt
Kerikil bersih 1.0 – 100 2.0 – 200
Pasir kasar 1.0 - 0.01 2.0 - 0.02
Pasir halus 0.01 - 0.001 0.02 - 0.002
Lanau 0.001 - 0.00001 0.002 - 0.00002
Lempung < 0.000001 < 0.000002
apakah tiang tersebut tergolong sebagai tiang panjang atau tiang pendek. Hal
yang dinyatakan dalam modulus tanah (K) yang tidak konstan untuk sembarang
Perlu dibedakan model ikatan tiang dengan pelat penutup tiang pile cap dalam
analisis gaya lateral. Model ikatan tersebut sangat mempengaruhi perilaku tiang dalam
mendukung beban lateral. Model dari ikatan tiang terdiri dari 2 tipe, yaitu tiang ujung
jepit (fixed-end pile) dan tiang ujung bebas (free-end pile). Jika kepala tiang dapat
berinteraksi dan berotasi akibat beban geser dan/atau momen, tiang tersebut dikatakan
berkepala bebas (free head). Jika kepala tiang hanya bertranslasi maka disebut dengan
kepala jepit (fixed head). Menurut McNulty (1956), tiang yang disebut berkepala jepit
beberapa metode diantaranya metode Broms, 1964. Metode Broms akan dibahas
lebih lanjut sebagai metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini.
4 𝐸𝐸𝐸𝐸
R= � (2.35)
𝐾𝐾
Dimana :
Tabel 2.11 Hubungan modulus subgrade (k1) dengan kuat geser undrained untuk
lempung kaku terkonsolidasi berlebihan (Overconsolidated)(Hardiyatmo, 2002)
kohesi undrained Cu
kN/m2 100-200 200-400 ˃400
kg/cm2 1–2 2–4 ˃4
k1
tanah granuler, modulus tanah dapat dianggap bertambah secara linier dengan
K = nh. Z (2.37)
Kh = nh z/d (2.38)
Dimana:
K = modulus tanah
(1977)mengusulkan kriteria tiang kaku (tiang pendek) dan tiang elastis (tiang
panjang) yang dikaitkan dengan panjang tiang yang tertanam dalam tanah (L).
Seperti yang ditunjukkan dalam (Tabel 2.14) Batasan ini terutama digunakan
Tabel 2.14 Kriteria tiang kaku dan tiang tidak kaku(Hardiyatmo, 2002)
Kaku L ≤ 2T L ≤ 2R
Tidak Kaku L ≤ 4T L ≤ 3,5R
distribusi tekanan tanah yang menahan tiang dalam lempung, yaitu tahanan tanah
dianggap sama dengan nol dipermukaan tanah sampai kedalaman 1,5D dan
konstan sebesar 9cu untuk kedalaman yang lebih besar dari 1,5D tersebut.
oleh momen maksimum yang dapat ditahan tiangnya sendiri (My). Untuk tiang
pendek, tahanan tiang terhadap gaya lateral lebih ditentukan oleh tahanan tanah di
kepala tiang bebas akibat beban lateral pada tanah kohesif dapat dilihat pada
(a) (b)
Gambar 2.26. Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala
tiang bebas akibat beban lateral pada tanah kohesif(a) Pondasi tiang pendek, (b) Pondasi
diperoleh :
f = Hu / (9cu.D) (2.39)
Dengan mengambil momen terhadap titik dimana momen pada tiang maksimum,
diperoleh :
= Hu �e + 3 D�2 + f� − 1�2 f × Hu
Dimana :
Pada Tiang ujung jepit, Broms menganggap bahwa momen yang terjadi
pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen yang terjadi
di ujung atas tiang yang terjepit oleh pile cap. Defleksi dan mekanisme
keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala tiang terjepit akibat aeban lateral
pada tanah kohesif dapat dilihat pada Gambar 2.27 berikut ini :
Gambar 2.27. Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala
tiang terjepit akibat aeban lateral pada tanah kohesif; (a) Pondasi tiang pendek, (b)
Untuk tiang pendek, dapat dihitung tahanan ultimit tiang terhadap beban
Dimana:
2My
Hu = . (2.46)
1,5D+0,5f
Dimana :
Dimana Nilai-nilai Hu yang diplot dalam grafik hubungan L/D dan Hu /cud2
ditunjukkan pada (Gambar 2.28a) yang berlaku untuk tiang pendek. Hitungan Broms
untuk tiang pendek di atas didasarkan pada penyelesaian statika, yaitu dengan
menganggap bahwa panjang tiang ekivalen dengan (L-3d/2), dengan eksentrisitas beban
ekivalen (e + 3d/2). Nilai-nilai Hu yang diplot dalam grafik hubungan My/cud3 dan Hu/cud2
Sedangkan untuk tiang panjang (Gambar 2.28b) tahanan terhadap gaya lateral akan
ditentukan oleh momen maksimum yang dapat ditahan tiangnya sendiri (My) dengan
(a) (b)
Gambar 2.28. Kapasitas beban lateral pada tanah kohesif; (a) Untuk pondasi tiang
berikut :
diperhitungkan.
pu = 3 po Kp (2.47)
Dimana:
Untuk tiang pendek, tiang dianggap berotasi di dekat ujung bawah tiang.
Tekanan yang terjadi di tempat ini dianggap dapat digantikan oleh gaya terpusat
yang bekerja pada ujung bawah tiang. Dengan mengambil momen terhadap ujung
bawah, maka :
0,5 γDL 3 K p
Hu = (2.49)
e+L
Hu = 1,5γ D Kp f2 (2.50)
Hu
f = 0,82 � (2.51)
D Kp γ
tiang bebas akibat beban lateral pada tanah granular dapat dilihat pada Gambar
Gambar 2.29. Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala
tiang bebas akibat beban lateral pada tanah granular; (a) Pondasi tiang pendek, (b)
Untuk tiang ujung jepit yang kaku (tiang pendek), keruntuhan tiang akan
Hu
f=0,82� (2.54)
D∙Kp ∙γ
Momen maksimum:
2
Mmax = Hu ∙L (2.55)
3
Momen leleh :
Dimana:
Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala tiang
terjepit akibat beban lateral pada tanah granular dapat dilihat pada Gambar 2.30 berikut
ini :
(a) (b)
Gambar 2.30. Defleksi dan mekanisme keruntuhan pondasi tiang dengan kondisi kepala
tiang terjepit akibat beban lateral pada tanah granular; (a) Pondasi tiang pendek, (b)
2M y
Hu = 2f (2.57)
e+ 3
Hu
f=0,82� (2.58)
D∙Kp ∙γ
2M y
Hu = 𝐻𝐻
(2.59)
𝑒𝑒+0,54 �𝛾𝛾 D 𝐾𝐾𝑢𝑢
𝑝𝑝
Dimana :
Nilai beban lateral (Hu) untuk pondasi tiang pendek dan panjang dapat diperoleh
Gambar 2.31. Kapasitas beban lateral pada tanah granular;(a) Tiang pendek, (b)
Menurut Poulus dan Davis (1980), penurunan jangka panjang untuk pondasi tiang
tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah relatif
kecil. Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan terhadap kuatdukung ujung
Q.I
S= (2.60)
E s .D
Dimana :
I = I0 . R k . R h. R μ (2.61)
Q.I
S= (2.62)
E s .D
I = I0 . R k . R b. R μ (2.63)
Keterangan :
Rh = faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras
(Gambar 2.35)
K adalah suatu ukuran kompressibilitas relatif dari tiang dan tanah yang
E p .R a
K= (2.64)
Es
Dimana :
Ap
Ra = 1 (2.65)
πd 2
4
Keterangan :
Es = 3 . qc (2.67)
Eb = 10. Es (2.68)
Penurunan segera atau penurunan elastis adalah penurunan pondasi yang terletak
pada tanah berbutir halus yang jenuh dan dapat dibagi menjadi tiga komponen. Penurunan
Se(2) = penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di ujung tiang (cm)
Se(3) = penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di sepanjang batang tiang
(cm)
Qwp .Cp
Se(2) = (2.71)
D.qp
Qws .Cs
Se(3) = (2.72)
𝐿𝐿.qp
Dimana :
Qwp = daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya dukung
friction (kN)
CS = konstanta Empiris
Nilai ξtergantung dari unit tahanan friksi (kulit) alami (the nature of unit friction
resistance) di sepanjang tiang terpancang di dalam tanah. Nilai ξ= 0,5 untuk bentuk unit
tahanan fiksi alaminya berbentuk seragam atau simetris, seperti persegi panjang atau
parabolik seragam, umumnya pada tanah lempung atau lanau. Sedangkan untuk tanah
pasir nilai ξ= 0,67 untuk bentuk unit tahanan fiksi alaminya berbentuk segitiga. Variasi
jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi sepanjang tiang tertanam ke
Gambar 2.37. Variasi jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi sepanjang
sendiri (Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang dalam bentuk
Untuk mempersatukan tiang – tiang tersebut dalam satu kelompok tiang, biasanya
di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Dalam perhitungan poer dianggap/dibuat kaku
sempurna, sehingga :
1. Bila beban – beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan
penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar.
2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang.
Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor
aman terhadap keruntukhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang – tiang
yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah diantara tiang tidak
bergerak sama sekali ketika tiang bergerak ke bawah oleh akibat beban, tanah diantara
tiang juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai
satu tiang besar dengan dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah
yang mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model
Jadi, pada keruntuhan blok, tanah yang terletak diantara tiang bergerak kebawah
bersama– sama dengan tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi
pada tipe – tipe tiang pancang maupun pada bored pile. Tipe keruntuhan dalam kelompok
tiang permukaan keruntuhan geser, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.38 berikut
ini :
Gambar 2.38 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang keterangan gambar : ------ =
permukaan keruntuhan geser (a) Tiang tungal (b) Kelompok tiang (Hardiyatmo, 2002)
Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi diameter
(S/D) sekitar kurang dari 2 (dua). Whiteker (1957) memperlihatkan bahwa keruntuhan
blok terjadi pada jarak 1,5 D untuk kelompok tiang yang berjumlah 3 x 3, dan lebih kecil
Qg = Eg . n. Qa (2.74)
dimana :
mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat
1. Metode Converse-Labarre
dimana :
dimana :
dimana:
METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan pondasi tiang sebagai pondasi utama. Hal ini disebabkan karena
setelah diuji daya dukung tanahnya tidak cukup besar untuk menahan beban
struktur yang telah direncanakan. Proyek ini menggunakan pondasi tiang sebagai
pondasi utama. Hal ini disebabkan karena setelah diuji daya dukung tanahnya
tidak cukup besar untuk menahan beban struktur yang telah direncanakan. Rata-
Tuan-Medan
8. Lokasi proyek bangunan 9 residense, PT. Wilmar, Percut Sei Tuan Medan
sebagai berikut:
2. Panjang Tiang : 25 m
3. Diameter : 0,5 m
7. Lokasi titik sondir,bore hole dan lodingtest dapat dilihat pada Gambar 3.2
berikut ini :
Untuk mencapai maksud dan tujuan studi ini, dilakukan beberapa tahapan
yang
buku-buku dan jurnal-jurnal terkait dan sesuai terhadap judul Tugas Akhir
menganalisis daya dukung pondasi tiang pancang. Dalam hal ini data yang
4. Loading test
Skema pelaksanaan studi dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini :
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Data Penyelidikan Lapangan
• SPT
Pengumpulan Data Sekunder • Sondir
• Data pengujianTanah dari Laboratorium
• Loading test
Selesai
4.1. Umum
Pada bab ini, penulis akan melakukan analisis perhitungan terhadap daya
dukung tiang pancang dengan beberapa metode yang telah disampaikan pada bab
II. Daya dukung tiang pancang akan dihitung secara analitis dengan menggunakan
data hasil Standard Penetration Test (SPT), data sondir yaitu menggunakan
analitis dan metode Loading Test, serta turut menghitung gaya lateral dan efisiensi
Penetration Test (SPT) dengan menggunakan metode Meyerhof pada titik BH-5
N – SPT : 10
Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah kohesif maka berdasarkan
Persamaan 2.8
Qp = 9 × Cu × Ap
Dimana
2
= NSPT x x 10
3
2
= 10x x 10
3
= 66,67 kN/m2
Qp = 9 × 66,67 × 0,20
= 117,75 kN
= 11,77 ton
Persamaan 2.9
Qs = α × Cu × P × Li
Dimana
= 128,22 kN
= 12,82 ton
N-SPT : 60
L
Qp = 40 x Ncor x Ap x � � ≤ 400 x NSPT × Ap
D
=1167,03 kN
= 116,70 ton
Persamaan 2.11
Qs = 2 × NSPT × K × Li
Qs = 2 x 36x 1,57 x 2
= 226,08 kN
= 22,61 ton
Selanjutnya perhitungan daya dukung tiang pancang dengan data SPT pada
Titik S5
= 1962,5 cm2
= 157 cm
Maka, berdasarkan Persaman 2.13 untuk kapasitas daya dukung tiang adalah :
= 19389,5 kg
= 19,39 ton
13 × 1962,5 36 × 157
Qijin = +
3 5
= 5709,57 kg
= 5,71 ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik dari Persamaan 2.16
adalah :
= 36 × 157
5,652
Qijin =
3
= 981250 kg
= 981,25 ton
Selanjutnya perhitungan data sondir pada titik S5 dapat dilihat pada Tabel 4.2
berikut ini :
Tabel 4.2. Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir pada
titik S5
Meyerhof
S5
0 0 1962,5 0 157 0 0
1 7 1962,5 36 157 19,39 5,71
2 18 1962,5 82 157 48,20 14,35
3 40 1962,5 130 157 98,91 30,25
4 75 1962,5 180 157 175,45 54,71
5 98 1962,5 240 157 230,00 71,64
6 110 1962,5 312 157 264,86 81,75
7 75 1962,5 374 157 205,91 60,81
8 30 1962,5 466 157 132,04 34,26
9 31 1962,5 524 157 143,11 36,73
10 38 1962,5 584 157 166,26 43,20
11 50 1962,5 652 157 200,49 53,19
12 58 1962,5 724 157 227,49 60,67
13 46 1962,5 790 157 214,30 54,90
14 36 1962,5 864 157 206,30 50,68
15 40 1962,5 934 157 225,14 55,50
16 54 1962,5 1000 157 262,97 66,72
17 48 1962,5 1072 157 262,50 65,06
18 42 1962,5 1148 157 262,66 63,52
19 68 1962,5 1224 157 325,62 82,92
20 95 1962,5 1298 157 390,22 102,90
21 115 1962,5 1380 157 442,35 118,56
yaitu dengan menggunakan beban di atas pondasi tiang yang disusun sedemikian
rupa dengan total berat yang lebih besar dari beban test yang direncanakan. Bahan
• Diameter pondasi : 50 cm
Adapun load displacement data, axial load test dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut ini :
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara beban dan penurunan pada pondasi tiang
Tabel 4.4. Tabel data-data yang diperlukan dalam pembuatan grafik Chin
Settlement Load Settlement/Laod
(mm) (ton) (mm/ton)
0 0 0
1,61 65 0,02
3,48 130 0,03
5,99 195 0,03
9,04 260 0,03
Berdasarkan data data yang dimasukkan dari (Tabel 4.4) diatas maka
didapat grafik interpretasi yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini :
Dari grafik diperoleh nilai daya dukung ultimit sebesar 333,33 ton. Sesuai
dengan langkah penyelesaian dari metode Chin, beban ultimit dari grafik harus
dikoreksi atau dibagi dengan nilai faktor 1,2 – 1,4. Maka nilai daya dukung yang
digunakan adalah :
333,33
Qijin = = 238,10 ton
1,4
𝑆𝑆𝑒𝑒 𝐿𝐿
=
𝑄𝑄 𝐴𝐴𝑃𝑃 𝑋𝑋 𝐸𝐸𝑃𝑃
𝐿𝐿×𝑄𝑄 25 ×260
𝑆𝑆𝑒𝑒 = = = 9,1 × 10−4 m = 0,91 mm
𝐴𝐴𝑃𝑃 𝑋𝑋 𝐸𝐸𝑃𝑃 0,20 𝑋𝑋 36406043
19,68
X = 0,15 + (inch)
120
Hasil kurva beban terhadap penurunan seperti yang ditunjukan pada Gambar
4 X
Grafik OB
5
6
Qult = 254,85 Ton
7
8
9
10
Gambar 4.3. Grafik interpretasi metode Davisson
kestabilitasan apakah tanah tersebut akan runtuh atau tidak. Untuk menghitung
daya dukung horizontal, terlebih dahulu kita harus menghitung faktor kekakuan
Data Lapangan:
Tiang :
E = 4700 √50
1
I = π (0,5)4
64
= 30,66 × 10-4m4
1�
EI 5
T =� �
𝑛𝑛ℎ
= 1,54 m
L≥4T
25 m ≥ 4 (1,54 m )
25 m ≥ 6,16 m
Maka :
2 (170)
Hu =
Hu
0+0,54 �
16,66 (0,5) (1,80)
2440 ,76
Hu =
�𝐻𝐻𝑢𝑢
Hu3/2 = 2440,76
Hu = 181,28 kN
= 18,13 ton
181,28
H =
2,5
= 72,51 kN
= 7,25 ton
(2.30b)
170
Tahanan momen ultimit = = 90,5
(0,5)4 (16,66) (1,80)
Nilai tahanan ultimit sebesar 90,5 diplot ke grafik pada Gambar 2.31b,
𝐻𝐻𝑢𝑢
55 =
1,804 𝑥𝑥 16,66 𝑥𝑥 0,53
206,62
Hijin = = 82,65 kN= 8,26ton
2,5
grafis.
Moduluselastisitasdisekitartiang(ES)dapatdihitungdengan:
=72 Mpa
= 720 Mpa
= 33234,02 Mpa
2828 cm
Ra = (Persamaan 2.65)
2828 cm
= 1,0
= 461,58
𝑑𝑑𝑑𝑑 50
Untuk = = 1, diameter ujung dan atas sama
𝑑𝑑 50
𝐿𝐿 2500
Untuk = = 50
𝑑𝑑 50
diperoleh
𝐿𝐿 𝑑𝑑𝑑𝑑
Io = 0,05 ( untuk = 50, = 1)
𝑑𝑑 𝑑𝑑
𝐿𝐿
Rk = 2 ( untuk = 50, K = 461,58)
𝑑𝑑
𝐿𝐿 ℎ
Rh = 0,75 ( untuk = 50, = 28,5/25 )
𝑑𝑑 𝐿𝐿
𝐿𝐿 𝐸𝐸𝐸𝐸
Rb = 0,96 ( untuk = 50, = 10)
𝑑𝑑 𝐸𝐸𝐸𝐸
= 0,056
= 0,08
= 471 – 376,8
= 94,2 kN
Ap = 0,20 m2
Ep = 332.340,20kg/cm2=33.234.02kN/m2
L = 25 m
D = 0,5 m
471+94,2
qp = = 226,08 kN
2,5
= 0,04
�94,2+0,67(376,8)�25
Se(1) = (Persamaan 2.70)
0,20 x 33234019
327,19 x 0,0412
Se(3) = (Persamaan 2.72)
25 𝑥𝑥 226,08
Stotal = 20,38 mm
Hingga
Model tanah yang digunakan pada pemodelan ini adalah Mohr Coulomb
namun sudah mewakili sisi yang lain karena dianggap simetris. Parameter –
(stiffness modulus), Poisson’s ratio (ʋ), kohesi (c), sudut geser dalam tanah (ϕ),
Parameter tanah dari hasil uji SPT dan laboratorium ini diambil dari
Satria Persada. Karena keterbatasan data, maka sebagian parameter tanah pada
ada.
1. Untuk koefisien rembesen (kx, ky) diambil dari nilai koefisien permeabilitas
2. Untuk modulus elastisitas (E) dapat dilihat pada Tabel 2.7 dan 2.8
3. Untuk angka Poisson (µ), diambil dari table hubungan jenis tanah, konsistensi
4. Untuk sudut geser dalam (ϕ) berat jenuh (γsat) dan kohesi (c) diperoleh dari
bantuan program Allpile (Gambar 4.4). Adapun untuk berat jenuh (γw)
Untuk data data tiang pancang dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini :
Parameter tanah lokasi BH5 yang akan di input pada program plaxis dapat
Gambar 4.5. Lembar tab proyek dari jendela general setting (Plaxis V.8)
2. Pemodelan tanah digambar menggunakan garis geometri, diambil
(kedalaman bore hole-2) yang terdiri dari beberapa layer dengan ketebalan
tertentu.
fixitiesmaka akan terbentuk jepit penuh pada bagian dasar dan jepit rol
setUntuk data tanah, pilih soil & interface pada set type,
sedangkan data tiang pilih plates pada set type. Setelah itu seret data-data
muka air tanah, kemudian klik Generate water pressures, dan klik
akhirnya calculate.
9. Setelah perhitungan berjalan dan selesai, maka akan diperoleh nilai MSF
dan besar penurunannya seperti Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 di bawah ini:
Gambar 4.6. Hasil kalkulasi dan besar nilai MSF (Plaxis V.8)
Hinggadi dapat nilai Σ Msf fase 3 (sebelum konsolidasi) sebesar 2,84 (Gambar
Qu = Σ Msf x 1300 kN
= 2,84 x 1300 kN
= 3692 kN
= 369,2 ton
Gambar 4.7. Hasil kalkulasi dan besar nilai MSF (Plaxis V.8)
Hingga di dapat nilai Σ Msf fase 4 (setelah konsolidasi) sebesar 2,92 (Gambar
Qu = Σ Msf x 1300 kN
= 2,92 x 1300 kN
= 3796 kN
= 379,6 ton
Gambar 4.8. Besar nilai penurunan yang terjadi setelah hasil perhitungan(Plaxis
V.8)
Diperoleh hasil penurunan yang lebih kecil dari batas penurunan maksimum
yaitu 16,42 mm < 25,4 mm maka pondasi dinyatakan aman terhadap penurunan.
1. Metode Converse-Labarre
0,5
θ = Arc tg d/s = Arc tg = 14,04
2
n=2;m=6
Eg = 0,79
𝐷𝐷
Eg = 1− �𝑚𝑚(𝑛𝑛 − 1) + 𝑛𝑛(𝑚𝑚 − 1) + √2(𝑛𝑛 − 1)(𝑚𝑚 − 1)�
𝜋𝜋.𝑠𝑠.𝑚𝑚 .𝑛𝑛
0,5
Eg = 1− �6(2 − 1) + 2(6 − 1) + √2(2 − 1)(6 − 1)�
𝜋𝜋.2.6.2
Eg = 0,85
4.5. Diskusi
Dari hasil perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang baik secara
analitis maupun metode elemen hingga,diperoleh hasil Tabel 4.9, 4.10, 4.11, 4.12,
1. Data SPT
2. Data Sondir
Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan hasil yang berbeda – beda dari
Meyerhof dan metode elemen hingga, didapat hasil Quyang cukup besar sehingga
harus dibagikan dengan SF (safety Factor) yang besar pula agar diperoleh Qijin
yang realistis dan aman. Sedangkan nilai Qu yang diperoleh dengan metode SPT
dan Loading Test hingga diperoleh hasil yang cukup mendekati, sehingga hasilnya
cukup dapat dipercaya. Untuk daya dukung lateral berdasarkan cara analitis dan
grafis, diperoleh nilai Hu dan Hijin yang tidak terlalu jauh bedanya. Dari hasil
Formula diperoleh Eg = 0,79 dan menurut Los Angeles Group Eg = 0,85. Dengan
adanya efiensi ini, maka jika tiang pancang dipancang secara berkelompok maka
BAB V
5.1. Kesimpulan
untuk panjang tiang sebesar 21 meter pada titik S5 berdasarkan data Sondir
untuk panjang tiang sebesar 25 meter berdasarkan data SPT BH-5, Loading
Test, dan menggunakan Program Metode Elemen Hingga (BH-5) dapat dilihat
Tabel 5.1 Daya dukung ultimit menggunakan data SPT, Loading Test dan Metode
Elemen Hingga
Metode Loading Test
Kedalaman SPT Metode Elemen Hingga
Metode Chin Metode Davisson
(m) (ton) (ton)
(ton) (ton)
25 265,17 333,33 254,85 379,6
3. Hasil perhitungan penurunan elastis tiang tunggal yang terjadi untuk panjang
Loading Test (siklus IV) dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini :
Penurunan ini masih dalam kondisi aman karena besar penurunan yang terjadi
6. Perbedaan besar daya dukung maupun penurunan yang didapatkan dari setiap
metode dapat disebabkan oleh bedanya titik pengujian pada setiap metode,
sehingga jenis dan sifat tanah yang diteliti juga berbeda, carapelaksanaan
5.2. Saran
1. Jika ingin menghitung besarnya daya dukung pada suatu pondasi tiang
dilakukan secara teliti. Hal ini sangatlah penting mengingat human error
Bowles, J. E., 1993,Analisis dan Desain Pondasi, Edisi Keempat jilid 2, Jakarta :
Erlangga
Liong, G. T., 2012, Dasar Teori Metoda Elemen Hingga Dalam Geoteknik,
Jakarta
PeckTerzaghi, K., dan Peck, Ralph B., 1987, Mekanika Tanah dalam Praktik
Rakayasa, Edisi Keempat jilid 1, Jakarta : Erlangga
Poulus, H.G., dan Davis, E.H., 1980, Pile Foundations Analysis and Design,
America : john Wiley and Sons Publishers, Inc
Sardjono, H. S., 1988, Pondasi Tiang Pancang Jilid 1, Surabaya : Sinar Wijaya
Sardjono, H. S., 1991, Pondasi Tiang Pancang Jilid 2, Surabaya : Sinar Wijaya
Soedarmo, G. D., dan Purnomo, S. J. Edy, 1997, Mekanika Tanah 1, Malang :
Kanisius
Tomlinson, M.J., 1997, Pile Design and Construction Practice First Edition,
View Point Publishing, London
Wijaya Karya Beton, 2008, Presentasi Tiang Pancang, Jakarta : Wika Learning
Center
Sembiring, P., 2014, Analisa Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Tekan
Hidrolis dengan Menggunakan Metode Analitis dan Elemen Hingga,
Universitas Sumatera Utara : Medan
Hayati, T., 2016, Perbandingan Nilai Daya Dukung dan Penurunan Pondasi
Tiang Pancang Berdiameter 60 cm pada Titik Bore Hole I dengan Metode
Analitis dan Metode Elemen Hingga, Universitas Sumatera Utara ; Medan
Simorangkir, S. P., 2014, Analisis Daya Dukung Loading Test Tiang Pancang
Tunggal Diameter 600 Mili Meter pada Proyek PLTU Panggalan Susu
dan Pemodelannya, Universitas Sumatera Utara : Medan
Rini., 2014, Analisis Daya Dukung Ultimit dan Penurunan pada Compression
Loading Test Bored Pile Tunggal Diameter 0,6 Meter dengan Metode
Semi Empiris dan Pemodelan Metode Elemen Hingga (Studi Kasus Medan
Focal Point), Universitas Sumatera Utara : Medan