Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PENERAPAN RELAKSASI MATA PADA

ANAK DENGAN ADDIKSI GADGET


DI SMP N 7 KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2021

PROPOSAL

WILRAHMI IZAHRI

1814201015

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi Penelitian dengan judul “Penerapan relaksasi mata

pada anak dengan addiksi gadget di SMP N 7 Kota Bukittinggi”. Penulisan

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka

untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

di Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Terutama kepada Ibu

Ns. Cory Febrina S, Kep ,M.Kes. selaku dosen pembimbing I yang telah

mengarahkan, membimbing, dan memberi masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan Skripsi ini dan Ibu Ns. Silvia, M.Biomed selaku selaku dosen

pembimbing II yang telah memberikan masukan dan informasi yang sangat

bermanfaat dalam penulisan Skripsi ini.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Ns. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes, selaku Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi.

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.


3. Ibu Ns. Ratna Dewi, S.Kep, M.Kep selaku ketua Program Studi Keperawatan

dan Pendidikan Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang telah banyak

memberikan motivasi kepada kami selama perkuliahan.

4. Dosen dan Staf Prodi S1 Ilmu Pendidikan Ners Universitas Fort De Kock

Bukittinggi.

5. Teristimewa kedua orang tua dan keluarga tercinta atas dorongan moril dan

materil serta do’a yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

ini.

6. Serta semua sahabat dan rekan-rekan senasib seperjuangan yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi bantuannya baik secara

langsung maupun tidak langsung, serta dukungan semangat dan saran dalam

penyusunan Skripsi ini Semoga bantuan, bimbingan dan petunjuk yang

bapak/ibu dan rekan- rekan berikan menjadi amal ibadah dan mendapat

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

7. Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis

merasa masih ada yang belum sempurna baik dalam isi maupun dalam

penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang

membangun guna penyempurnaan Skripsi ini. Semoga karya ini dapat

memberi manfaat kepada kita semua.


Bukittinggi, 23 September 2021

Wilrahmi Izahri

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu organ dalam tubuh manusia yang

mempunyai peran penting bagi manusia yaitu sebagai indera penglihatan dan

unsur estetis dalam tubuh untuk unsur kepercayaan diri. Hampir semua

aktivitas manusia membutuhkan organ mata seperti membaca, menonton film,

belajar dan sebagainya. Mata membuat dapat membedakan gelap dan terang

serta mengenal warna. Apabila mata sehat apapun aktivitasnya dapat

dikerjakan, begitu pentingnya kesehatan mata terutama saat akan beraktivitas

dalam kehidupan sehari-hari.(Devara, Artawan and Wahyudi, 2012)

Majunya perembangan teknologi, kinerja organ mata pada tubuh

manusia semakin berat yang mengakibatkan adanya penurunan daya

penglihatan. Salah satu gangguan mata yang paling umum dialami adalah

kelelahan mata akibat penggunaan gadget yang terlalu sering. Efek buruk

penggunana gadget yang terlalu sering ini tidak hanya dialami oleh orang

dewasa, tapi juga anak-anak, apalagi gadget kini sudah menjadi mainan anak.

Lebih dari 90 persen anak-anak yang lulus sekolah di kota-kota besar Asia

mengalami miopia atau mata rabun. peningkatan tajam masalah ini karena

para siswa terlalu banyak belajar di sekolah dan di rumah. Saat senggang, para

siswa juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain komputer dan

menonton televisi di rumah. (Devara, Artawan and Wahyudi, 2012)

Kelelahan mata dapat menyebabkan iritasi seperti mata berair, dan

kelopak mata berwarna merah, penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman

mata merosot, dan kekuatan konvergensi serta akomodasi menurun.


Ketajaman penglihatan juga dapat turun sewaktu-waktu terutama pada saat

daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan.(Supriati, 2012)

Kelelahan mata atau astenopia, terjadi pada saat mata terlalu lelah

akibat digunakan terlalu lama atau terlalu intens. Penyebab umum keluhan

mata berasal dari aktivitas yang melibatkan berkonsentrasi dalam jangka

waktu yang lama (Wilson, 2015). Berdasarkan penelitian Nyoman dari

Udayana Udayana tahun 2015 kelelahan kelelahan mata dapat terjadi karena

otot siliar bekerja secara intens terutama saat penglihatan jarak dekat (NS &

Dinata, 2015). Pada umumnya, jarak penggunaan smartphone dan ebook

kurang lebih adalah 30 cm. Penelitian Bababekova tahun 2011 menjelaskan

bahwa rata-rata jarak penggu laskan bahwa rata-rata jarak penggunaan

smartphone berjarak 36,2cm (Babekova et all 2011). Pada penelitian Long

gejala keluhan kelelahan mata setelah membaca atau melih atau melihat

melalui smartphone selama 60 menit dan jarak rata-rata penggunaan

smartphone adalah 29,2 cm akan memperbesar timbulnya keluhan.

(Wirgunatha and Adiputra, 2019)

Menurut WHO angka kejadian kelelahan mata atau astenopia berkisar

40% sampai 90%, WHO juga menambahkan sebanyak 285 juta orang atau

4,24% dari total populasi di dunia mengalami gangguan penglihatan berupa

low vision/ ketajaman penglihatan yang rendah serta kebutaan dengan

distribusi sebesar 246 juta orang atau 65% dari populasi tersebut mengalami

low vision.(Chandraswara and Rifai, 2019)


Hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa

prevalensi kelainan refraksi tidak terkoreksi di Indonesia sebesar 95,4%,

sementara itu prevalensi kelainan refraksi tidak terkoreksi di Sumatera Barat

sebesar 93,4%. Tingkat kebutaan di Indonesia1,5% (angka ini termasuk tinggi

dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya).(Wirgunatha

and Adiputra, 2019)

Gabungan Pengusaha Optik Indonesia (GAPOPIN) dan Perhimpunan

Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) mencatat ada sebanyak 40%

anak Indonesia yang mengalami kelainan mata, dan gaya hidup yang tidak

sehat seperti penggunaan gadget yang berlebihan menjadi faktor utama

terjadinya kelainan mata pada anak selain dari faktor keturunan.Menurut

survey yang dilakukan Startup asal inggris bahwa sebanyak 87% anak-anak

dibawah umur di Indonesia telah memiliki gadget hal ini melebihi angka

kepemilikan gadget pada anak di Amerika.yang hanya memiliki angka

sebanyak 30%.(Fadhillah, 2013)

Kota Bukittinggi tidak terlepas dari fenomena penggunaan gaget yang

mengakibakan kelelahan pada mata. Berdasarkan survey awal penelitian pada

salah satu SMP di kota Bukittinggi yang memiliki siswa –siswi terbanyak

sebanyak 515 orang, yaitu SMP Negeri 7 Kota Bukittinggi didapatkan

keterangan bahwa dari 50 siswa yang mengalami kelehan mata ringan

sebanyak 84% dan 16 % mengalami gejala kelelahan mata sedang. Hal ini bila

dibiarkan akan berdampak pada iritasi seperti mata berair, dan kelopak mata
berwarna merah, penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot,

dan kekuatan konvergensi serta akomodasi menurun. Ketajaman penglihatan

juga dapat turun sewaktu-waktu terutama pada saat daya tahan tubuh

menurun atau mengalami kelelahan.(Abdul Rahim,2014)

Upaya untuk mengurangi gejala kelelahan mata menurut American

Optometric Association (AOA) tahun 2011 adalah dengan melakukan

kedipan mata agar dapat mengatasi mata kering dan mengembalikan

elastisitas pada mata. National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) Visual Display Terminal (VDT) Studies and Information tahun

2008 juga menyarankan agar melakukan istirahat pada mata selama 15 menit

ketika pemakaian komputer atau laptop selama 2 jam atau melebihi dari batas

penggunaannya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kelelahan pada mata

sehingga akan menambah kenyamanan lebih lama bagi pengguna komputer

atau laptop dalam beraktifitas. (Intan Putri Arisandi1, Gamya Tri Utami2,

2012)

Salah satu terapi mata yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala

kelelahan mata yaitu dengan melakukan senam mata. Senam mata adalah

teknik yang digunakan supaya bola mata terbiasa lentur serta bergerak sesuai

dengan jangkauan mata, karena semakin lebar daya jangkau mata maka akan

semakin efektif cara membaca. (Anwari et al., 2018)


Senam mata adalah solusi yang fleksibel karena ini mudah dilakukan,

tidak memakan waktu yang lama, tidak memerlukan tempat khusus, dan tidak

memakan biaya. Senam mata ini sebaiknya dilakukan secara rutin karena

mempunyai banyak manfaat, diantaranya mengurangi atau menghilangkan

penyakit mata, mencegah timbulnya tumor di belakang mata dan di kelenjar

hipofisis ( pituari ), menghilangkan lingkaran dan bengkak di bawah mata

atau menghilangkan kantong mata, mengurangi keriput di sekitar mata,

membuat otot mata dan sekitarnya menjadi elastis dan kuat, serta

mempertajam penglihatan.

Dampak yang dirasakan ketika melakukan senam mata adalah,

mengurangi atau menghilangkan penyakit mata, mencegah timbulnya tumor

di belakang mata dan di kelenjar hipofisis (pituitari), menghilangkan

lingkaran dan bengkak di bawah mata atau menghilangkan kantong mata,

mengurangi keriput di sekitar mata, membuat otot mata dan sekitarnya

menjadi elastis dan kuat, serta mempertajam penglihatan, semakin sering

melakukan senam mata, maka kelelahan mata dapat berkurang dimana rata-

rata kelelahan mata sebelum dilakukan senam mata sebesar 19,97 dan

kemudian rata-rata setelah melakukan senam mata pada pertemuan pertama

sebesar 19,33, pertemuan kedua sebesar 17,80, pertemuan ketiga sebesar

16,89 dan pertemuan keempat sebesar 15,17. Sehingga dapat di simpulkan

bahwa ada efek senam mata dalam mengurangi tingkat kelelahan mata.(Intan

Putri Arisandi1, Gamya Tri Utami2, 2012)


Berdasarkan uraian diatas , Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul : “Pengaruh Penerapan Relaksasi Mata Pada Anak Dengan

Addiksi Gadget di SMP N 7 Kota Bukittinggi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah

diaatas, penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh “Terapi Relaksasi Mata

Pada Anak dengan Addiksi Gadget di SMP N 7 Kota Bukittinggi tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum peneliti ingin mengetahui bagaimana terapi relaksasi mata pada

anak dengan addiksi gadget di SMP N 7 kota Bukttinggi tahun 2021

2. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui tingkat kelelahan mata pada anak dengan addiksi

gadget sebelum melakukan terapi relaksasi mata di SMP N 7 kota

Bukttinggi tahun 2021


b. Untuk mengetahui tingkat kelelahan mata pada anak dengan addiksi

gadget setelah melakukan terapi relaksasi mata di SMP N 7 kota

Bukttinggi tahun 2021

c. Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi mata pada anak dengan

addiksi gadget di SMP N 7 kota Bukttinggi tahun 2021

D . Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat berguna dalam memberikan gambaran Terapi

Relaksasi mata dalam mencegah kelelahan pada mata akibat addiksi

gadget. Dapat memberikan pengalaman dan peningkatan wawasan

peneliti di dalam penelitian.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Peneliti diharapkan dapat menambah bahan bacaan atau pengetahuan

dan wawasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

penggunaan gadget pada anak dalam mencegah kelelahan mata pada

anak di Kota Bukittinggi

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang aspek

psikososial, fisil, social/lingkungan terkait penggunaan gadget pada

anak dalam mencegah kelelahan pada mata. Selanjutnya hal ini dapat
menjadi sumber informasi dalam pembelajaran yang tepat mengenai

masalah yang sering terjadi dan penyebabnya di masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Manfaat penelitianini bagi peneliti selanjutnya adalah dapat digunakan

sebagai dasar penelitian terkait penerapan relaksasi mata pada anak

dengan addiksi gadget.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelelahan Mata

1. Definisi

Kelelahan mata merupakan kelainan dengan gejala somatik atau

persepsi seperti sakit kepala, penglihatan kabur, mata kering, dan sensasi

benda asing disekitar mata(Guo et al., 2018). Terdapat hubungan antara

gejala dengan jenis aktivitas yang dilakukan. Aktivitas jarak dekat seperti

membaca, menggunakan komputer, smartphone, da menonton televisi

adalah faktor risiko tersering timbulnya keluhan astenopia. (Mayssara A.

Abo Hassanin Supervised, 2014)

Kelelahan mata merupakan gangguan yang dialami mata karena otot-

otot (siliaris) mata yang dipaksa bekerja keras, terutama saat harus melihat

objek dekat dalam jangka waktu lama. Kelelahan mata dapat

dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu internal daneksternal. Kelelahan

mata internal ditandai perasaan tegang dan sakit di dalam mata yang

disebabkan oleh stres akibat gerakan akomodasi dan

konvergensi.Kelelahan mata eksternal ditandai dengan timbulnya gejala

mata kering dan iritasipada permukaan mata yang disebabkan kondisi

lingkungan(Chandra & Kartadinata, 2018)

2. Gejala kelalahan mata

Gejala kelelahan mata dibagi menjadi tiga yaitu gejala visual seperti

penglihatan rangkap, gejala ocular seperti nyeri pada ke dua mata dan

gejala referral seperti mual dan sakit kepala. Kelelahan mata dapat

menimbulkan gangguan fisik penglihatan seperti ganda, sakit kepala,


penglihatan silau pada ketika malam, radang di selaput mata, menurunya

ketajaman penglihatan, serta berbagai masalah lainnya, dampak lain dari

kelelahan mata dalam dunia kerja adalah hilangnya produktivitas,

meningkatnya angka kecelakaan, dan terjadinya keluhan keluhan

penglihatan (K Naota, Afni and Moonti, 2019)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan mata

Kelelahan mata dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan

eksternal.

1) Faktor Internal..

a. Umur, semakin tua umur seseorang maka lensa semakin

kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin

menurun dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan

menipiskan mata. Daya akomodasi menurun pada usia 45 –

50 tahun, menurunnya daya akomodasi. Daya akomodasi

merupakan kemampuan lensa untuk menebal atau menipis

sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh

tepat di retina. (Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, 2014)

b. Kelainan refraksi

Kelainan Refraksi adalah keadaan bayangan tegas yang tidak

dibentuk di retina. Kelainan refraksi terjadi karena tidak


seimbanganya sistem optic pada mata yang mengakibatkan

bayangan menjadi kabur. (Susanti, 2016)

2) Faktor External.

a. Tingkat Pencahayaan (Illumination Levels), pencahayaan

yang baik akan membantu obyek-obyek terlihat secara

jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.

(Susanti, 2016).

b. Lama paparan, waktu yang lama mengakibatkan mata

untuk melihat secara terus– menerus pada monitor.

Menatap layar monitor dengan waktu lebih dari 2 (dua)

jam dapat mengakibatkan refraksi pada mata. Objek yang

terlalu kecil serta dengan bentuk yang rumit membuat mata

berusaha untuk fokus, sehingga mata dipaksa untuk bekerja

lebih keras (Intan Putri Arisandi1, Gamya Tri Utami2,

2012)

c. Kualitas tidur yang buruk. Penelitian Han et al (2014)

menyebutkan bahwa Kualitas tidur yang buruk dapat

mengakibatkan resiko seseorang untuk terkena Astenopia

(Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, 2014)

4. Patofisiologi Kelelahan Mata


Kelelahan mata disebabkan oleh adanya gangguan ketika

memfokuskan penglihatan jarak dekat yang membutuhkan akomodasi,

konvergensidan miosis. Visualisasi obyek pada layar gadget berbeda

dengan obyek pada kertas. Hal ini dikarenakan huruf atau obyek pada

kertas memiliki kontrast dan batas yang lebih baik dan secara signifikan

berbeda dengan latar belakangnya sehingga tidak mengakibatkan

kesulitan memfokuskan serta tidak megakibatkan kelelahan pada mata.

Obyek atau huruf pada layar gadget terdiri atas Pixel tidak memiliki

kontras yang baik terhadap latar belakangnya, karena bagian pusat obyek

memiliki intensitas cahaya yang lebih tinggi daripada bagian tepinya, jika

semakin sedikit jumlah Pixel pada layar maka semakin berkurang

resolusinya, sehingga membentuk objek dengan sudut yang tidak tegas,

selain itu layar monitor menghasilkan gambar yang mengalami

pembentukan berulang secara dinamis, dan adanya Pixel yang merupakan

perpaduan cahaya 2 merah, hijau dan biru yang menyebabkan hasil

gambar dengan kontras rendah dan tidak tegas.

Karakter pada layar gadget ini mengakibatkan mata tidak dapat fokus

melihat gambar tersebut, melainkan fokus pada satu titik di belakang

layar. Mata akan mencari fokus pada satu titik “fokus gelap” yang disebut

resting pointof accomodation (RPA) untuk kemudian berusaha kembali

membentuk fokus pada layar komputer sehingga menimbulkan kesulitan


untuk memfokuskan dan mengakibatkan timbulnya kelelahan pada mata

(Christine, 2020)

5. Pencegahan dan Penatalaksaan kelelahan Mata

Penatalaksanaan kelelahan mata yang paling utama adalah memberi

pengarahan pada penderita untuk melakukan tindakan preventif. Jika

memiliki kelainan refraksi sebaiknya menggunakan kacamata yang sesuai

ukuran. Mazwa dan Soliman, 2021 menuliskan studinya bahwa visual

ergonomic dan pencegahan dengan memperhatikan level screen yang

benar, pembersihan berkala layar gawai, iluminasi yang benar serta

penggunaan obat tetes mata artifisial akan memiliki kaitan signifikan

dalam penanganan kejadian kelelahan mata .

Pelembab / tetes mata artifisial diperlukan karena reflek berkedip pada

pengguna gadget berkurang hingga 66% dibandingkan orang normal

sehingga mengakibatkan mata menjadi kering,karena penderita hanya

berkedip 3-6 kali per menit yang seharusnya 15-20 kali per menit.

Upaya preventif dinilai paling efektif saat ini baik dalam hal

penggunaan layar gadget, yaitu :

1. Jarak yang ideal dalam menggunakan layar gadget yang

disarankan yaitu 40 inci. Layar yang terlalu dekat bisa

menyebabkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan potensi

ganggguan penglihatan. Apabila mata melihat obyek yang dekat


dalam waktu yang lama bisa mengakibatkan ketegangan otot

siliar sehingga menyebabkan kelelahan pada mata.

2. Perlu dipasang kaca pelindung pada layar gadget untuk

mengurangi radiasi maupun kesilauan.

3. Menerapkan “Rule 20-20-20”, yaitu setiap melihat layar gadget

selama 20 menit diselingi dengan melihat focus ke jarak 20 feet

( 6 meter) selama 20 detik. Perhimpunan ahli mata dan

optometris di dunia telah menyebarluaskan edukasi ini karena

dianggap

efektif menurunkan angka kelelahan mata. (Christine, 2020)

B. Addiksi Gadget

1. Definisi

Gadget adalah sebuah tanda majunya zaman yang ditandai dengan

terciptanya unit elektronik yang beranekaragam. Gadget mempunyai

karakteristik unik serta mengalami pembaharuan setiap waktunya untuk

membantu kebutuhan manusia agar lebih praktis dan mudah (Mayenti &

Sunita, 2018).

Menurut Kwon, dkk (2013) adiksi gadget adalah perilaku

ketergantungan pada gadget yang memungkinkan timbulnya masalah sosial

seperti enggan berosialiasai serta kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-

hari. Agusta (2016), berpendapat bahwa empat faktor penyebab munculnya


adiksi gadget pada anak, yaitu: faktor internal, faktor situasional, faktor sosial

dan faktor eksternal. Faktor internal contohnya kontrol diri yang rendah, rasa

bosan; faktor situasional yaitu menggunakan gadget jika menghadapi situasi

yang kurang nyaman, merasa kesepian serta mengalami kejenuhan; faktor

sosial karena pengaruh lingkungan anak; dan faktor eksternal yang bukan

berasal dari diri individu, terkait dengan paparan media tentang gadget dan

berbagai fasilitasnya.(Nurhidayah, 2021)

2. Dampak gadget

Menurut Handrianto (2013, dalam Juliadi, 2018) mengatakan bahwa,

gadget memiliki dampak positif dan juga negatif. Dampak tersebut antara

lain adalah:

1) Dampak Positif Penggunaan Gadget

a. Berkembangnya imajinasi (melihat gambar kemudian

membayangkanya sesuai imajinasinya yang melatih daya pikir

tanpa dibatasi oleh kenyataan).

b. Melatih kecerdasan (dalam hal ini anak dapat terbiasa dengan

tulisan, angka, gambar yang membantu melatih proses belajar)

c. Meningkatkan rasa percaya diri (saat anak memenangkan suatu

permainan akan termotivasi untuk menyelesaikan permainan)

d. Mengembangkan kemampuan dalam membaca, matematika, dan

pemecahan masalah (dalam hal ini anak akan timbul sifat dasar

rasa ingin tahu akan suatu hal yang membuat anak akan muncul
kesadaran kebutuhan belajar dengan sendirinya tanpa perlu

dipaksa)

2) Dampak Negatif Penggunaan Gadget

a. Penurunan konsentrasi saat belajar (pada saat belajar anak menjadi

tidak fokus dan hanya teringat dengan gadget, misalnya anak

teringat dengan permainan gadget seolah-olah dia seperti tokoh

dalam game tersebut)

b. Malas menulis dan membaca (hal ini diakibatkan dari penggunaan

gadget misalnya pada saat anak membuka video diaplikasi youtube

anak cenderung melihat gambarnya saja tanpa harus menulis apa

yang mereka cari)

c. Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi (misalnya anak kurang

bermain dengan teman di lingkungan sekitarnya, tidak

memperdulikan keadaan disekelilingnya)

d. Kecanduan (anak akan sulit dan akan ketergantungan dengan

gadget karena sudah menjadi suatu hal yang menjadi kebutuhan

untuknya).

e. Dapat menimbulkan gangguan kesehatan (jelas dapat menimbulkan

gangguan kesehatan karena paparan radiasi yang ada pada gadget,

dan juga dapat merusak kesehatan mata anak)

f. Perkembangan kognitif anak terhambat (kognitif atau pemikiran

proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,


memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,

menilai dan memikirkan lingkungannya akan terhambat).

g. Menghambat kemampuan berbahasa (anak yang terbiasa

menggunakan gadget akan cenderung diam, sering menirukan

bahasa yang didengar, menutup diri dan enggan berkomunikasi

dengan teman atau lingkungannya).

h. Dapat mempengaruhi perilaku anak (seperti contoh anak bermain

game yang memiliki unsur kekerasan yang akan mempengaruhi

pola perilaku dan karakter yang dapat menimbulkan tindak

kekerasan terhadap teman).

Dari hasil penelitian Juliadi (2018) penyebab penggunaan gadget pada

remaja adalah:

(1) Untuk Mendapatkan Informasi

(2) Mengikuti Perkembangan Zaman

(3) Konformitas

(4) Mengisi Waktu Luang

(5) Kurangnya Kontrol Diri Anak Dari Orang Tua

(6) Kurangnya Peraturan Sekolah

C. Terapi relaksasi mata

1. Senam Mata
Senam mata adalah salah satu solusi yang fleksibel karena ini mudah

dilakukan, tidak memakan waktu yang lama, tidak memerlukan tempat

khusus, dan tidak memakan biaya. Senam mata ini disarankan dilakukan

secara rutin karena mempunyai banyak manfaat, diantaranya mengurangi

atau menghilangkan penyakit mata, mencegah timbulnya tumor di belakang

mata dan di kelenjar hipofisis ( pituari ), menghilangkan lingkaran serta

bengkak di bawah mata atau menghilangkan kantong mata, mengurangi

keriput di sekitar mata, membuat otot mata serta area sekitarnya menjadi

elastis dan kuat, serta mempertajam penglihatan.(Handalas, 2011)

Latihan gerak mata dapat membuat otot mata dan sekitarnya menjadi

elastis dan kuat, mengurangi ketegangan pada mata serta dapat mempertajam

penglihatan apabila dilakukan setiap hari. Menurut Doug Dollemore, Mark

Gucci dalam Age Erasers for Men, berpendapat bahwa latihan gerak mata

dapat membantu mempertahankan penglihatan dengan melakukan latihan

gerak mata setiap hari (Mangoenprasodjo, 2005).

Latihan mata direlaksasikan dengan cara digerakkan dengan seksama

dan sejajar. Latihan gerak mata baik dilakukan pada anak sekolah yang

sedang dalam masa tumbuh kembang untuk merilekskan otot-otot mata,

mengurangi atau menghilangkan penyakit mata, dan membuat otot mata dan

sekitarnya menjadi elastis dan kuat, serta mempertajam penglihatan.(Maisal et

al., 2020)
Latihan ini menuntut kontraksi dari suatu otot dan persendian serta menolong

untuk membangun otot dan tenaga. Senam mata bisa dilakukan dalam posisi berdiri,

duduk, berbaring, maupun dalam kondis mata terpejam. Senam mata bisa dilakukan

oleh siapa saja yang ingin melatih matanya, dari usia anak-anak sampai orang tua,

lelaki maupun perempuan. Senam mata mempunyai banyak manfaat( Oei, G.D, 2006,

p.59). Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Mengurangi atau menghilangkan penyakit mata.

2. Mencegah timbulnya tumor dibelakang mata dan dikelenjar hipofisis

(pituitari).

3. Menghilangkan lingkaran dan bengkak dibawah mata atau

menghilangkan kantong mata.

4. Mengurangi keriput di sekitar mata.

5. Membuat otot-otot mata dan sekitarnya menjadi elastis dan kuat.

6. Mempertajam penglihatan (Devara, Artawan and Wahyudi, 2012)


D. Kerangka Teori

Bagan 3.1 Kerangka Teori

Perawatan Mata

Mengkomsumsi Mengganti sel-sel yang


Makanan sehat rusak

Menggunakan perasaan nyaman yang


lensa kontak muncul ketika
menggunakannya

Menggunakan
Kacamata Melindungi Mat

Terapi Relaksasi
Mata 1. Melancarkan peredaran darah serta oksigen di seputar
mata
(Senam Mata)
2. Menimbulkan mata nyaman dan menghilangkan lelah
mata yang terlalu banyak bekerja.

BAB III
3. Membantu kulit sekitar mata menjadi terlihat kencang
dan segar.
Kerangka Konsep
4. Membantu menghilangkan sembab (bengkak) pada
area kantung mata.

5. Melancarkan keluarnya air mata sehingga kotoran


yang masuk dapat dikeluarkan.
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan

(Notoadmodjo, 2018). Dari hasil tinjauan kepustakaan dan masalah penelitian

yang telah dirumuskan maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian.

Jadi, kerangka konsepnya adalah gambaran pengaruh terapi relaksasi mata

pada kelelahan mata.

Kerangka konsep penelitian ini dijelaskan pada gambar 4 berikut:

Terapi Relaksasi Mata


kelelahan mata
(Senam Mata)
B. Definisi Operasional

Tabel Defenisi Operasioanal

Variabel Definisi Cara Alat Skala Hasil

Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur

V.Independen Tingkat kelelahan Angket Kuisione Ordinal Baik :

Kelelahan mata pada anak r >29

Mata addiksi gadget Buruk

: <29

V.Dependen Langkah relaksasi

Terapi mata yang

Relaksasi dilakukan melalui

Mata langkah menurut

Hariadi, Sehat

Harmoni Indonesia.

Malang: 2014
C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan (Sugionp,2017)

Ha : Ada pengaruh anatara keluhaan kelelahan mata dengan terapi

relaksasi mata dalam mencegah kelelahan mata dengan kecanduan

bermain gadget di kota di SMP N 7 kota Bukittinggi tahun 2021

Ho:Tidak ada hubungan antara keluhan kelelahan mata tentang terapi

relaksasi mata dalam mencegah kelelahan mata dengan kecanduan

bermain gadget di SMP N 7 kota Bukittinggi tahun 2021


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu

keadaan secara objektif (Setiadi 2013). Dimana penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh terapi relaksasi mata terhadap anak dengan addiksi

gadget. Pendekatan yang digunakan yang digunakan adalah cross sectional,

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-

faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time apporoach)

(Notoatmodjo 2012)

B. Waktu dan tempak penelitian

Penelitian di SMP N 7 Bukittinggi. Penelitian ini akan dilaksanakan

pada
C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Pupulasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo 2012). Populasi pada penelitian ini adalah siswa-

siswi SMP N 7 Bukittinggi sebanyak 50 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obejk yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dan memenuhi kriteria inklusi

dan eklusi (Notoadmodjo, 2010). Teknik yang digunakan dalam pengambilan

sampel adalah noprobality sampling – Purposive sampling, yaitu suatu teknik

penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan dikehendaki peneliti (tujun / masalah dalam penelitian), sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2011)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa-siswi SMP N 7 Bukitinggi

2. Bersedia menjadi responden

3. Memiliki gadget

4. Mampu baca tulis

Kriteria eklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bukan Siswa-siswi SMP N 7 Bukittinggi

2. Tidak bisa baca tulis


3. Tidak hadir saat penelitian berlangsung

4. Memutuskan untuk tidak melanjutkan pengisian ataupun tidak

mengisi kuisioner secara lengkap

3. Jumlah sampel

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus slovin :

N
N=
1+N ¿ ¿

Keterangan :

n :Besar Sampel

N :Besar Populasi

d :Derajat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

Berdasarlan rumus diatas, jumlah sampel adalah :

50
n=
1+50 ¿ ¿

50
n=
1+50( 0,0025)

50
n=
1,125

n = 45

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang.


D. Teknik pengumpulan data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data

pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Dalam penelitian ini yang

merupakan data primer yaitu hasil penyebaran kuesioner. Kuesioner yang

digunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden.Kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah

kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah suatu pertanyaan atau

pernyataan yang diberikan kepada responden dengan jawaban yang telah

disediakan dan sifantya tertutup sehingga responden hanya memilih jawaban

yang telah disediakn oleh peneliti. Penyebaran angket ini dibagikan kepada

remaja putrimguna memperoleh data tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam penggunaan kondom.

2) Data Sekunder

Data dan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).

1. Instrumen A : Kuesioner untuk mengukur tingkat kelelahan mata dalam

penggunaan gadget, menggunakan kuesioner yang diadaptasu dari karya

Maisal (2018). Kuesioner ini menggunakan 10 pertanyaan yang


mengandung pertanyaan negative. Jawaban dari semua pertanyaan

merupakan skala likert dengan altenatif jawaban tidak terasa (TT),agak

terasa (AT) ,terasa (T), dan sangat terasa (ST). Kriteria penghitungan

jumlah skor nilai pada kuesioner ini adalah sebagao berikut :

Nilai tertinggi adalah 40, sedangkan nilai terendah adalah 0.

Pengkategorian hasil kuesioner dikatakan baik jika jumlah skor total >28

dan dikatakan buruk jika jumlah skor < 29.

F. Etika penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan

permohonan izin ke Wakil Kepala Sekolah SMP N 7 Bukittingggi. Penelitian

dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus dalam ujian proposal penelitian

untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing.

Setelah mendapatkan izin, barulah peneliti mulai melakukan penelitian

dengan meperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed concent adalah suatu proses komunikasi, bukan suatu

formulir. Bentuk formulis hanya merupakan perwujudan, pengukuhan

atau pendokumentasian apa yang telah disepakati bersama.

2. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari

responden akan dijamin kerahasiaanya. Data yang diperoleh akan

digunakan semata-mata demi perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak

akan di publikasikan ke pihak lain. Selanjutnya penelitian dilakukan,


pemeltian akan menyerahkan suatu eksemplar hasil penelitian yang telah

dilakukan pada instansi tempat penelitian dilakukan.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

a) Data

Teknik pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam

sebuah penelitian, karena data sebagai bahan dasar dalam proses

pengolahan data. Teknik ini di sesuaikan dengan metode yang

digunakan. Bila dilihat berdasarkan sumbernya data terbagi menjadi

dua yaitu, primer dan data sekunder.

2. Teknik pengumpulan data

a) Responden diorientasikan terhadap tujuan penelitian yang diteliti.

b) Meminta ketersediaan dan persetujuan responden untuk mengikuti

penelitian dengan menanda tangani informed consent

c) Setelah calon responden menyetujui untuk ikut penelitian,

responden diberikan kuesioner. Peneliti yang diperantarai konselor

dapat membantu responden alam mengisi kuesioner jika responden

dalam mengisi kuesioner jika responden tidak paham atau tidak

mengerti dengan maksud dari butir-butir pertanyaan di kuesioner.

d) Setelah diisi dengan lengkap dan benar kuesioner dikembalikan

kepada peneliti
e) Peneliti memeriksa kelengkapan lembar penelitian. Apabila ada

data yang tidak lengkap maka peneliti meminta responden

melengkapi data kuesioner, serelah data terkumpul, peneliti

mengakhiri pertemuan dengan responden.

H. Metode pengolahan data.

Menurut Notoatmodjo (2010), kegiatan dalam proses pengolahan ata

meliputi : Editing, Coding, Entry, Cleaning.

1. Penyuntingan data (Editing)

Setelah kuesioner dikembalikan peneliti mengecek isian kuesioner

tersebut meliputi :

a) Lengkap semua pertanyaan sudah terisi jawaban

b) Jelas, jawaban pertanyaan penulisan cukup jelas

c) Konsisten beberapa pertanyaan yang berkaitan isinya konsisten

2. Pengkodean data (Coding)

Masing-masing kuesioner diberikan kode dan nilai paa setiap

kuisioner dan jawaban responden untuk memudahkan pengolahan data.

Coding merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi

angka/bilangan.

3. Pemasukan data (Entry)


Setelah pengkodean/coding, jawaban-jawaban dari masing-masing

responden yang dalam bentuk kode (angka atau huru) dimasukan ke dalam

program komputerisasi.

4. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

I. Teknik Pengolahan Data

a. Analisis Univariat

Analisi univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Pada umumnya

dalam analisi ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari setiap variable (Notoatmodjo, 2012). Analisi ini digunakan untuk

mengetahui distibusi frekuensi dari masinhg-masing variable yang diteliti.

b. Analisi Bivariat

Uji yang digunakan untuk mengevaluasi frekuensi yang

diselidiki atau menganalisis hasil observasi atau peneliti untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan yang ignifikan adalah uji Chi Square.


Hubungan variable independen dengan dependen dilihat dari nilai

signifikasi kepercayaan 95%.

i. Dikatakan hubungan bermakna secara statistic, jika p-value <

0,05

ii. Dikatakan hubungan tidak bermakna secara statistic, jika p-

value> 0,05.
DAFTAR PUSTAKA

Anwari, M. et al. (2018) ‘Latihan Gerak Mata Untuk Kesehatan Mata: Studi Kasus
Pada Keluarga Binaan Di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten
Jember’, The Indonesian Journal of Health Science, p. 155. doi:
10.32528/ijhs.v0i0.1540.
Chandraswara, B. N. ; and Rifai, M. (2019) ‘Hubungan Antara Usia, Jarak
Penglihatan Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pembatik Di
Industri Batik Tulis Srikuncoro Dusun Giriloyo Kabupaten Bantul’, Hubungan
Antara Usia, Jarak Penglihatan Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Kelelahan Mata
Pada Pembatik Di Industri Batik Tulis Srikuncoro Dusun Giriloyo Kabupaten Bantul,
6, pp. 1–10. Available at: http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/14770.
Christine, R. N. (no date)
‘AktivitasPembelajaranJarakJauhdanPengaruhnyaPadaKesehatanMata’.
Devara, N., Artawan, C. A. and Wahyudi, A. T. (2012) ‘Perancangan Buku Panduan
Interaktif Cara Menjaga Kesehatan Mata Melalui Olahraga Senam Mata Untuk Anak
Usia 6 – 12 Tahun’.
Fadhillah, S. L. (2013) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan
Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank X Jakarta Tahun
2013’, Skripsi, p. 119. Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26520/1/SELISCA
LUTHFIANA FADHILLAH-FKIK.pdf.
Handalas (no date) ‘Mengatasi Computer Vision Syndhrome (CVS) dengan Senam
Mata’, pp. 1–12.
Intan Putri Arisandi1, Gamya Tri Utami2, R. N. (2012) ‘Efrktivitas senam mata pada
cvs’, Intan Putri Arisandi1, Gamya Tri Utami2, Riri Novayelinda3, 14(2–1 (52)), pp.
520–526.
K Naota, S., Afni, N. and Moonti, S. (2019) ‘Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Gejala Kelelahan Mata pada Operator Komputer di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah’, Jurnal kolaboratif sains, 1(1), pp. 268–282.
Available at: garuda.ristekditi.go.id.
Kelelahan, G. et al. (2014) ‘FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN’, pp. 15–16.
Maisal, F. M. et al. (2020) ‘Efektivitas Senam Mata untuk Mengurangi Tingkat
Kelelahan Mata pada Pekerja Rambut Palsu’, Jurnal Ergonomi Indonesia (The
Indonesian Journal of Ergonomic), 6(1), p. 9. doi: 10.24843/jei.2020.v06.i01.p02.
Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A. (2014) ‘Kelelahan mata’, (Chandra &
Kartadinata, 2018)., pp. 7–21.
Nurhidayah, I. (2021) ‘Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa’, 4, pp. 129–140.
Supriati, F. (2012) ‘Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada
Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), p. 18791.
Wirgunatha, M. W. and Adiputra, L. M. I. S. H. (2019) ‘Prevalensi Dan Gambaran
Kelelahan Mata Pada Penjahit Garmen Di Kota Denpasar’, E - Jurnal Medika, 8(4),
pp. 1–8. Available at: https://onesearch.id/Record/IOS266.article-50009.
Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pengertian Senam Mata adalah teknik yang digunakan agar bola


mata terbiasa lentur dan bergerak sesuai jangkauan
mata, semakin lebar daya jangkau mata semakin
efektif cara membaca.
Manfaat 1. Mengurangi atau menghilangkan penyakit
mata.
2. Mencegah timbulnya tumor dibelakang mata
dan dikelenjar hipofisis (pituitari).
3. Menghilangkan lingkaran dan bengkak
dibawah mata atau menghilangkan kantong
mata.
4. Mengurangi keriput di sekitar mata.
5. Membuat otot-otot mata dan sekitarnya
menjadi elastis dan kuat.
6. Mempertajam penglihatan
Kelebihan 1. solusi yang fleksibel karena ini mudah
dilakukan.
2. Tidak memakan waktu yang lama
3. Tidak memerlukan tempat khusus
4. Tidak memakan biaya.
Persiapan 1. Persiapan lembar kuesioner
2. Persiapan scenario latihan senam mata
3. Alat dokumentasi
Cara Kerja

1. Anjurkan siswa untuk menutup mata selama 5


detik, lalu buka mata.
2. Kemudian, Gerakan bola mata dari kiri ke
kanan 5x.

3. Lalu, mintak siswa untuk menarik napas


sambil menutup mata selama 5 detik dan
Ketika membuka mata hembuskan secara
perlahan.
4. Kemudian, Gerakan bola mata dari atas ke
bawah 5x
5. Lalu, Mintak siswa untuk menarik napas
sambil menutup mata selama 5 detik dan
Ketika membuka mata hembuskan secara
perlahan
6. Kemudian, Gerakan mata dari sudut kiri atas
ke sudut kanan bawah 5x

7. Lalu, Mintak siswa untuk menarik napas


sambil menutup mata selama 5 detik dan
Ketika membuka mata hembuskan secara
perlahan
8. Kemudian, mintak siswa untuk mengerakan
mata dari sudut kanan atas ke sudut kiri bawah
5x
9. Lalu, Minta siswa untuk menarik napas sambil
menutup mata selama 5 detik dan Ketika
membuka mata hembuskan secara perlahan

10. Kemudian minta siswa untuk menggerakkan


mata secara melingkar searah jarum jam 5x
dan lanjutkan kearah sebaliknya sebanyak 5x.

11. Lalu, Minta siswa untuk menarik napas sambil


menutup mata selama 5 detik dan Ketika
membuka mata hembuskan secara perlahan
12. Selanjutnya, minta siswa untuk melihat ibu jari
, kemudian lihat benda yang lebih jauh lalu
Kembali lagi melihat ibu jari, terakhir lihat
ujung hidung, dan ulangi lagi dari melihat ibu
jari, ulangis sebanyak 5x.

13. Selanjutnya, minta siswa untuk menarik napas


sambil menggosokan 2 telapak tangan sampai
terasa hangat.
14. Lalu tempelkan kedua telapak tangan di wajah
menutupi mata.
15. Kemudian anjurkan siswa untuk menggulangi
Gerakan dengan mata masih tertutup sebanyak
5x
16. Lalu, Tarik napas secara perlahan dan
hembuskan sebanyak 3x.

Anda mungkin juga menyukai