Disusun Oleh :
Syaifullah (33)
BANGKALAN
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak meninggalkan
sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Timur dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala.
Selanjutnya adalah Makuthawangsa Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh
sebagai penutup Kerajaan Mataram Kuno atau medang. Secara umun kerajaan Mataram
Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa
Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana. Wangsa Isyana merupakan dinasti yang
berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Pendiri dari dinasti Isyana adalah Mpu Sindok, baru membangun kerajaannya di Tamwlang
tahun 929. Kerajaan yang didirikan Mpu Sindok merupakan lanjutan dari kerajaan mataram.
Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa
Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak
masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa
Timur.
2. Dinasti Syailendra
1. Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah
memerintah Dinasti Syailendra, di antaranya:
1. Bhanu ( 752- 775 M ) Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri
Wangsa Syailendra.
2. Wisnu ( 775- 782 M) Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di
banugun tempatnya 778.
3. Indra ( 782 -812 M ) Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti
Klurak yang berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra 14
menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan wilayah
ini ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat Malaka.
4. Samaratungga ( 812 – 833 M ) Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga.
Raja Samaratungga berperan menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya.
Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun sebelum
pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan
digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak dari
selir.
5. Balaputera Dewa ( 883 – 850 M ) Balaputera Dewa adalah putera Raja
Samaratungga dari ibunya yang bernama Dewi Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari
Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi
suami Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta
tersebut karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju
terhadap tahta yang diberikan Rakai Pikatan yang keturunan Sanjaya. Dalam
peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami kekalahan dan melarikan
diri ke Palembang.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun, melalui
bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan
sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara
pembuatan candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di
samping itu, pembuatan candi ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan
rajanya. Dengan adanya dua agama yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk
agama di masyarakat sangat baik.
3. Kehidupan Ekonomi
Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin.
Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal ini terbukti
dari prasasti Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar
mendirikan bangunan suci dan memberikan tanah perdikan sebagai simbol
masyarakat yang patuh membayar pajak.
4. Kehidupan Agama
Sebagian besar raja-raja Dinasti Syailendra beragama Budha Mahayana. Hal ini
menunjukkan bahwa agama Buddha telah masuk di Mataram. Dengan dibangunnya
candi-candi Buddha untuk beribadah, maka dapat disimpulkan pula bahwa rakyatnya
beragama Buddha Mahayana.
3.1 KESIMPULAN
Kerajaan Mataram Kuno atau yang biasa di sebut Kerajaan mataram hindu
merupakan sebuah kerajaan dengan corak agraris ( pertanian ). Dari sejarah tercatat kalau
terdapat 3 Wangsa atau dinasti yang pernah menguasai Kerajaan Mataram Kuno antara lain
Wangsa( dinasti ) Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya adalah
pemeluk Agama Hindu yang beraliran Syiwa sedang Wangsa Syailendra adalah pengikut
agama Budha, dan Wangsa Isana sendiri adalah dinasti baru yang di dirikan oleh Mpu
Sindok.
Wangsa atau dinasti Sanjaya kembali memegang kekuasaan di Mataram setelah putri
Raja Samaratungga, Ia Pramodawardhani lalu menikah dengan Rakai Pikatan yang
merupakan keturunan dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu. Dari pernikahan itulah
yang membuat seorang Rakai Pikatan bisa menjadi seorang Raj. Selain itu Rakai Pikatan
berhasil juga membuat tersingkirnya seorang anggota Dinasti Sailendra yang bernama
Balaputradewa yang sejatinya masih saudara dari Pramodawardhani. Balaputradewa lalu
mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang nantinya ia akan menjadi seorang Raja di sana.
3.2 SARAN
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan berusaha
menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.
BAB 1
PENDAHULUAN
3.1 KESIMPULAN
Dinasti isyana merupakan kelanjutan dari dinasti Sanjaya, kerajaan Mataram kuno.
Nama Isyana berasal dari Sri IsyanaWikramadharmottunggadewa, yaitu gelar MpuSindok
setelah menjadi raja Medang. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa.
Pemindahan kerajaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Meletusnya gunung
berapi, Menghindari serangan dari kerajaan Sriwijaya, Adanya dataran rendah yang luas
sehingga memungkinkan penanaman padi secara besar-besaran, Lokasi di Jawa Timur
berdekatan dengan jalur perdagangan utama yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari
Maluku ke Malaka, Adanya sungai-sungai besar di Jawa Timur sehingga sangat mudah jalur
lalu lintas pelayaran dan perdagangan.
Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang. Ketika dharmawangsa
mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji
Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam
peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.
3.2 SARAN
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan berusaha
menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.