Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
Lisna,S.ST.,M.Keb.
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
2022
LATAR BELAKANG
Diare adalah buang air besar (Defekasi) dengan tinja. Bentuk cairan atau
setengah cair, dengan demikian kadungan air pada tinja lebih banyak dan biasanya
kandungan air pada tinja normal adalah 100-200 Mt per jam, (Henderwanto, 1994).
Di Indonesia, penyakit diare masih merupakan salah satu kesehatan masyarakat
yang utama, terbukti dari banyaknya kematian bayi dan anak balita akiba t diare
yaitu 76 % kelemahan pada anak balita.
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan
dengan/tanpa lendir dalam tinja. 1 Terdapat beberapa macam diare yang akan dibahas
lebih rinci di malah ini. Kata diare yang dalam bahasa inggris di sebut Diarrhea
merupakan kata yang bahasa aslinya adalah diarrhoia (dari bahasa latin) yang berarti
“menggalir terus”.
Pada negara berkembang diare masih merupakan suatu masalah, diperkirakan 1,3
milyar angka kasus diare dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Jika dinilai
secara menyeluruh maka anak-anak ini mengalami 3,3 episode diare pertahun, dan
dibeberapa daerah bisa mencapai 9 episod pertahun. Pada daerah yang tinggi angka
kedian diare ini, seorang anak bisa menghabiskan 15 persen waktunya dengan diare.
Masih tinggi angka penderita dan kematian tersebut diatas karena kesehatan
lingkungan masih belum memadai, disamping pengaruh factor-faktor lainnya seperti
keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial, ekonomi, dan kebiasaan
masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keadaan
penyakit diare ini. Penyebab diare lainnya selain akibat virus, bekterial, parasiterl
dan akibat enterotoksin adalah alergi minuman/makanan, dan teleransi, gangguan
gizi, dan kekurangan enzim tertentu. Begitu pula pengaruh psikis seperti keadaan
terkejut dan ketakutan dapat menjadi salah satu penyebab diare.
Begitu juga yang terjadi didaerah Suak Ribee setiap tahunnya kematian
akibat diare selalu tinggi. Padahal pukesmas Suak timah telah menjalankan
fungsinya dengan baik dan sebagai sarana umum keperluan masyarakat telah
dibangun. Namun angka penderita dan kematian akibat diare terus bertambah dan
selalu tinggi. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti factor-faktor apakah
yang mempengaruhi meningkatnya kasus diare di desa Suak Ribee.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare
Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam
kepadatan dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per hari
(Ramaiah, 2007:13). Diare terjadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan.
Bakteri ini sangat senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk
mencegah terjadinya diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan
lupa juga untuk selalu mencuci tangan dengan bersih (Widjaja. 2005:26).
Sedangkan menurut Suriadi (2006:80) menyatakan bahwa diare adalah
kehilanangn cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuiensi satu
kali atau lebih buang air bentuk tinja encer atau cair.
Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Enteritis adalah infeksi
yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus intestinal (misalnya kholera, disentri
amuba). Diare psikogenik adalah diare yang menyertai masa ketegangan saraf / stress.
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi
lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14
hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua
kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung
atau usus.
B. Etiologi Diare
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan
menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
6. Penyebab lain.
Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai
yang jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas airnya
tak bisa digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat banyak karena
menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia yang meracuni
tubuh. Masalah perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya,
mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan
mengandung bibit penyakit. Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.
Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor
lingkungan dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare.
Makanan yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak
dan keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare.
Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh
infeksi pada perut atau usus. Peradangan atau infeksi usus oleh agen penyebab :
1. Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, kandida
2. Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada
anak-anak)
3. Faktor malbabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
4. Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran yang dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan
5. Faktor psikologis : rasa takut, cemas
C. Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang
benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia
Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising
usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen
infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit
terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi
pada kolon, maka ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon
memproduksi mukus dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa,
gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi darah.
Proses terjadinya Gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan
faktor diantaranya:
1. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk
ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi
perubahan kapasitas usus yangakhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan
menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa
intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area
permukaan intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit.
2. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan
eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah
Gastroenteritis.
3. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
4. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan
Gastroenteritis (Hidayat Azis, 2006).
D. Manifestasi Klinik
1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
7. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
8. Kram abdominal
9. Demam
10. Mual dan muntah
11. Anoreksia
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal
dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian
akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan
biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan
cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi
serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang
pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, dan glukosa
4. Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah
F. Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui ( Widoyono, 2005: 151 )
1. Menggunakan air bersih
Tanda-tanda air bersih :
Tidak berwarna
Tidak berbau
Tidak berasa
2. Memasak air sampai mendidih sebolum diminum untuk mematikan sebagian besar
kuman penyakit.
3. Membuang tinja bayi dan anak-anak dengan benar.
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih
dan sehat.
Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan
tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak berasa.
Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan
air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
G. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral
rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera
apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala
dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain
perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan
yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama,
dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare
dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease). Diare karena infeksi bakteri dan
parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi
antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk
menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif
didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi
sudah membaik.
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Banyak minum
2. Rehidrasi perinfus
3. Antibiotika yang sesuai
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
6. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
7. Transfusi bila terjadi perdarahan
8. Pembedahan bila terjadi perforasi
9. Observasi keseimbangan cairan
10. Cegah komplikasi
METODE
A. Metode Pengabdian
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan beberapa jenis metode, yaitu :
1. Penyuluhan mengenai penyakit Diare Pada Anak
2. Menayangkan video tentang penyakit Diare Pada Anak
3. Menayangkan video tentang tata cara mencuci tangan 6 langkah untuk mencegah
terjadinya diare pada anak
4. Pembagian leaflet
B. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah anak SD di Desa
Lempa tempatnya Di SDN 294 Lempa.
C. Keterkaitan
Kegiatan ini bekerjasama dengan pihak sekolah sebagai penyedia tempat
penyelenggaraan kegiatan sekaligus peserta.
D. Jadwal Pengabdian
Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada hari pada hari Sabtu Tanggal 21
Mei 2022
E. Rancangan Evaluasi
Rancangan evaluasi yang dilakukan pada kegiatan ini adalah evaluasi proses, dimana
dilakukan selama kegiatan dengan membandingkan jumlah peserta yang hadir dengan jumlah
undangan yang disebar, dan juga dengan melihat tanggapan Anak usia sekolah melalui tanya
jawab dan jalannya diskusi serta ketika proses latihan atau simulasi.
DAFTAR PUSTAKA