Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Firdaus Iqbal

NIM : 20040704055

Kelas : 2020A

Matkul : Hukum Investasi

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 telah ditentukan menjadi 3 bidang usaha

Untuk melaksanakan Pasal 12 UU Penanaman Modal telah ditetapkan didalam Peraturan Presiden
Nomor 36 tahun 2010

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2010, bidang usaha yang tertutup
merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal.

Penanaman modal secara garis besar dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Penanaman modal dalam negeri


2. Penanaman modal asing

Pengaturan penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing diatur dalam UU No. 25
tahun 2007 tentang penanaman modal

Bentuk Badan Usaha yang dapat melakukan domestic investment :

1. Berbentuk Badan Hukum

Contoh : PT, Koperasi dan Yayasan

2. Tidak berbentuk badan hukum

Contoh : CV, Firma

KPPA (Kantor Pengawas Perusahaan Asing):

1. Diatur dalam Keppres No. 90 th 2000 tentang Kantor Perwakilan Perusahaan asing dan
peraturan pelaksananya yaitu SK BKPM No : 22/SK/2001.

2. Dapat mendirikan KPPA di kota-kota besar di Indonesia dengan tujuan untuk mengurus
kepentingan usahanya di Indonesia.

3. Tidak melakukan aktivitas komersial, hanya berfungsi sebagai pengawas, penghubung dan
koordinator dari perusahaan yang diwakili.

4. Tidak diizinkan melakukan transaksi atau bisnis lain yang bersifat mencari untung.

Bidang Usaha yang terbuka untuk PMA (Pasal 12 UU No. 25 Tahun 2007)
Bentuk Kerjasama Penanaman Modal

1. Joint Ventures

2. Joint Enterprise

3. Kontrak Karya (Contract Of Work)

4. Production Sharing

5. Penanaman Modal dengan DICS- RUPIAH

1. Joint Ventures
Suatu usaha kerjasama yang dilakukan antara penanaman modal asing dan nasional semata-
mata berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak belaka (kontraktual), dimana tidak membentuk suatu
badan hukum baru.

Franchise and brand-use agreement :

Bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri
hendak memproduksi barang yang telah mempunyai merk terkenal.

Di dalam kamus Black’s Law Dictionary, franchise

Diartikan sebagai:

“ Lisensi atau ijin dari pemilik suatu merek atau nama

dagang kepada pihak lain untuk menjual produk atau

jasa di bawah merek atau nama dagangnya.”

Franchise and brand-use agreement :

1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG


WARALABA

2. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :


53/M-DAG/PER/8/2012
TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

3. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :


57/M-DAG/PER/9/2014
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/8/2012
TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA
Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem
bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

East Asian Executive Report pada tahun 1983 menggolongkan franchise menjadi tiga macam, yaitu
sebagai berikut :

1. Product franchise

2. Processing franchise or manufacturing franchise,

3. Bussiness format / system franchise

Sifat perjanjian franchise (agreement franchise), yaitu :

1. Memberi kemungkinan pewaralaba / franchisor tetap mempunyai hak atas nama dagang dan
atau merek dagang, format/pola usaha, dan hal-hal khusus yang dikembangkannya untuk
suksesnya usaha tersebut.

2. Memberi kemungkinan pewaralaba / franchisor mengendalikan sistem usaha yang


dilisensikannya.

3. Hak, kewajiban, dan tugas masing - masing pihak dapat diterima oleh pihak franchisee.

Perjanjian Waralaba memuat klausula paling sedikit:

a. nama dan alamat para pihak (subjek)

Yang menjadi subjek hukum / komparisi dalam perjanjian franchise, yaitu franchisor dan franchisee.

b. jenis Hak Kekayaan Intelektual (obyek) dan kegiatan usaha


c. hak dan kewajiban Para Pihak;
d. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan pemasaran yang diberikan
Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba;
e. wilayah usaha
f. jangka waktu perjanjian;
g. tata cara pembayaran imbalan;
h. kepemilikan, perubahan kepemilikan dan hak ahli waris;
i. penyelesaian sengketa;
j. tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan perjanjian.

Klausul-klausul lain yang perlu ditambahkan :

- Promosi oleh pihak Franchisor dan Franchisee

- Quality control
- Pembelian bahan

- Pembukuan oleh Franchisee

- Larangan setelah berakhirnya perjanjian

- Addendum dan Amandment

Management Contract :

Bentuk usaha kerjasama antara para pihak modal asing dan nasional menyangkut pengelolaan suatu
perusahaan khususnya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu
perusahaan nasional

Secara garis besar jaringan (chain) hotel yang

berkembang di Indonesia dibagi menjadi 3 :

a. Hotel Chain Internasional.

b. Hotel Chain Nasional.

c. Sendiri/mandiri.

Unsur-unsur Management Contract adalah :

1. Adanya kesepakatan di mana perusahaan di suatu negara setuju untuk mengoperasikan fasilitas
atau memberikan jasa manajemen lainnya kepada perusahaan di negara lain

2. Perusahaan tersebut akan mendapatkan imbalan yang telah di sepakati.

Jenis-jenis jasa yang terkait dalam kegiatan-kegiatan usaha manajemen hotel jaringan internasional ini
meliputi :

1. Jasa konsultasi.

2. Jasa waralaba

3. Jasa pengelolaan.

Usaha jasa manajemen hotel jaringan internasional dapat melakukan salah satu dari jasa secara terpisah
atau sebagai gabungan dari  dua jenis jasa atau secara keseluruhan.

Pada umumnya penyelesaian suatu sengketa atau perselisihan bisnis yang timbul berkaitan dengan
implementasi dari kontrak manajemen hotel jaringan internasional biasanya dilakukan secara bertahap
yaitu:
1. Negosiasi.

2. Mediasi

3. Konsiliasi.

4. Arbitrase

Semua Perjanjian tunduk pada peraturan

peraturan umum yang dimuat dalam KUH

Perdata :

1. Yang mempunyai nama khusus (BERNAMA )

2. Yang tidak dikenal dengan nama tertentu ( TIDAK BERNAMA )

Perjanjian bernama merupakan perjanjian-

perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata :

 JUAL BELI (PSL. 1457 S/D 1540 )

 TUKAR MENUKAR ( PSL.1541 S/D 1546 )

 SEWA MENYEWA ( PSL.1548 S/D 1600 )

 PINJAM PAKAI ( PSL. 1740 S/D 1743 )

Perjanjian tidak bernama

►TIDAK DIATUR DALAM BW / K.U.H PERDATA

►TETAPI MASIH TETAP TUNDUK KEPADA ATURAN POKOK YANG DITETAPKAN OLEH
UNDANG-UNDANG.

Kerjasama Operasional (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana masing-

masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan atau

hak usaha yang dimiliki dengan menanggung keuntungan dan kerugian secara bersama-sama.

KSO memiliki ciri pokok antara lain :

a) Adanya pihak-pihak yang bekerjasama, yaitu Investor dan Pemilik Aset

b) Adanya perjanjian (hubungan hukum)


c) Penggunaan asset (harta kekayaan)

d) Adanya resiko (prestasi)

Bentuk-bentuk operasional KSO yang populer adalah :

1. Bentuk bangun, kelola, serah (Build, Operate, Transfer /BOT)

2. Bangun, serah, kelola (Build, Transfer, Operate/BTO)

B.O.T Agreement :

Perjanjian antara 2 (dua) pihak, dimana pihak yang satu menyerahkan penggunaan tanah miliknya
untuk di atasnya didirikan suatu bangunan komersial oleh pihak kedua (investor)

Unsur-unsur perjanjian sistem bangun guna serah

(build, operate, and transfer/BOT) atau BOT

Agreement, adalah :

 Investor (penyandang dana)

 Tanah

 Bangunan komersial

 Jangka waktu operasional

 Penyerahan (transfer)

Joint Enterprise

Joint Enterprise adalah kerjasama antara penanam modal asing dengan penanam modal
nasional dengan membentuk perusahaan atau badan hukum baru sesuai hukum Indonesia sebagaimana
diisyaratkan dalam Pasal 3 UUPMA.

Bentuk Joint Enterprise ini banyak diminati oleh para investor, penyebabnya yaitu:

1. Setiap usaha di Indonesia membutuhkan rupiah untuk pembayaran hargaharga yang lebih
murah dan mudah diperoleh, pembayaran gaji pegawai dan lain-lain.

2. Investor asing tidak harus menanamkan modal dalam bentuk valuta asing, dapat dalam bentuk
mesin-mesin atau hasil produksi penanaman tersebut.

3. Dengan bekerja sama dengan pengusaha nasional. Maka investor asing dapat memperkecil
risiko.

Anda mungkin juga menyukai