Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ININNAWA DALAM

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X


MIPA SMA NEGERI 6 WAJO

Sitti Zamzam
Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Indonesia
Email: sittizamzam00@guru.sma.belajar.id

Andi Marwandis
Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Indonesia
Email: andionediscsc@gmail.com

Arsad Bahri
Universitas Negeri Makassar, Indonesia
Email: arsad.bahri@unm.ac.id

Irma Aswani
Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Indonesia
Email: aswaniirma44@gmail.com

Abstract. Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan model pembelajaran ininnawa
yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa SMA Negeri 6 Wajo melalui penerapan
model pembelajaran ininnawa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
model pengembangan ADDIE yang akan dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas X MIPA SMA Negeri 6 Wajo tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 30 siswa.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi untuk pelaksanaan
pembelajaran dan keaktifan siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini sebesar lebih dari 70%
keaktifan siswa.Hasil penelitian diharapkan bahwa penerapan model pembelajaran ininnawa dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Key words: Model Pembelajaran Ininnawa, Keaktifan Siswa

Abstract. The purpose of this research is to implement the ininnawa learning model which is used to
increase the learning activities of the students of SMA Negeri 6 Wajo through the application of the
ininnawa learning model. This research is a classroom action research (CAR) with the ADDIE
development model which will be carried out in two cycles. The subjects of this study were students
of class X MIPA at SMA Negeri 6 Wajo for the academic year 2021/2022, totaling 30 students. The
data collection technique in this study used observation for the implementation of learning and
student activity. The indicator of the success of this study is more than 70% of student activity. The
results of the study are expected that the application of this learning model can improve student
learning activities.

Key words: Ininnawa Learning Model, Student Activity


Introduction

Ininnawa berasal dari kata nawa-nawa yang berarti sebuah perencanaan yang masih relatif, entah itu
baik atau buruk, jika itu baik maka disebut ininnawa. Makna dari monsep ini mengajak kita untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan nalar dan kata hati yang tentu saja memiliki niat yang luhur. Jika
segala sesuatu berawal dari ininnawa maka segala sesuatu yang akan dilakukan kalaupun mendapat
hambatan atau rintangan akan ada solusi penyelesaiannya.
Pembelajaran Biologi merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam atau sains yang
mempelajari tentang makhluk hidup beserta lingkungannya. Selama ini, penerapan pembelajaran
Biologi umumnya masih memiliki kendala yaitu kurangnya siswa dalam memahami dan menyerap
materi secara optimal. Kendala ini timbul karena pada umumnya proses pembelajaran masih
berpusat pada guru. Siswa di kelas hanya menjadi penerima informasi yang disampaikan oleh guru
tetapi siswa sendiri seringkali masih belum benar-benar memahami apa yang disampaikan oleh
gurunya tersebut. Sebab, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru masih
kurang efektif. Guru kurang mengaitkan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar dengan
pembelajaran di sekolah. Akibatnya siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar, cenderung
pasif di kelas, mudah bosan, kurang berpikir kreatif, dan bagi mereka kegiatan pembelajaran pun
terlihat kurang menarik untuk mereka pelajari. Hal ini pun menyebabkan hasil belajar siswa pun
menurun.
Salah satu permasalahan yang dijumpai saat pembelajaran adalah kurangnya aktivitas dan motivasi
belajar siswa. Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa masih belum sadar arti penting belajar itu
sendiri bagi mereka. Selain itu, hal lain yang mendasari hal tersebut adalah pendapat siswa pada
umumnya yang mengatakan bahwa mereka terlalu lelah dan penat mengikuti pembelajaran selama
sehari. Kegiatan pembelajaran yang kurang menarik pun turut menyebabkan siswa menjadi mudah
bosan dan malas belajar, dalam proses pembelajaran tersebut juga terlihat masih banyak siswa yang
tidak fokus, berjalan-jalan di dalam kelas, kurang aktif, dan hanya beberapa siswa saja yang
memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Siswa juga terlihat jarang melakukan tanya jawab
dengan guru meskipun guru beberapa kali memberikan kesempatan untuk tanya jawab, tetapi hanya
siswa aktif saja yang memanfaatkan kesempatan bertanya, sedangkan siswa yang kurang aktif lebih
memilih diam saja atau bicara dengan siswa lain, sehingga dampak yang dihasilkan sangat
berpengaruh pada hasil belajar mereka.
Selain itu kurangnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Adakalanya siswa dapat memberikan
jawaban atau solusi ketika dihadapkan pada suatu pertanyaan, tetapi ketika diminta menjelaskan ide
atau gagasannya secara komprehensif baik secara lisan maupun tertulis, siswa mengalami kesulitan.
Budaya kritis yang masih mini sebagai hasil pendidikan masa lalu yang cenderung memposisikan
siswa sebagai objek belajar dan cenderung menerima materi dari guru secara satu arah sangat
mempengaruhi kemampuan siswa menyampaikan opini secara langsung. Hal lainnya disebabkan
oleh karena dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode pembelajaran berupa
ceramah, kurangnya sumber belajar serat media pembelajaran yang kurang menarik. Dari hasil
wawancara guru pada pra penelitian, perolehan nilai untuk pembahasan Plantae pada tahun ajaran
sebelumnya hanya 60% siswa yang dapat dikatakan tuntas. Adapun KKM SMA Negeri 6 Wajo
untuk mata pelajaran Biologi kelas X adalah 75.
Melihat dari permasalahan di atas, diperlukan metode pembelajaran yang dapat membantu guru
untuk menyajikan materi pembelajaran Biologi menjadi lebih menarik, atraktif, dan interaktif serta
model pembelajaran yang mampu menggerakkan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Salah satu
model pembelajaran yang diduga mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran yaitu
model pembelajaran ininnawa, sintaksnya terdiri atas reading, exploring, analyze, review dan
appreciate. Model pembelajaran ini membantu siswa mengingat apa yang mereka baca dan
membantu proses belajar mengajar dikelas yang diawali dengan kegiatan membaca buku atau bahan
ajar sehingga siswa memiliki pengetahuan dasar tentang materi yang akan dipelajari. Model
pembelajaran ini diharapkan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Model pembelajaran ininnawa dapat didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi dimana
pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi
sendiri”. Dengan menggunakan model pembelajaran ininnawa berarti guru memberikan pengantar
dan kata kunci dari materi yang diajarkan dan siswa dituntut aktif menemukan sendiri yang
dipelajari. Tetapi guru tetap membimbing dan mengarahkan siswa agar proses pembelajaran sesuai
dengan tujuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pentingnya model pembelajaran yang inovatif untuk
meningkatkan kompetensi siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul
“Pengembangan Model Pembelajaran Ininnawa Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa.

Methodology of Research

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Researchand Development (R&D) yang
bertujuan menghasilkan dan mengembangkan sebuah produk tertentu. Penelitian ini menitik
beratkan pada pengembangan model pembelajaran di sekolah menengah atas kelas X. Penelitian ini
menggunakan model pengembangan ADDIE. Mnemonik dari ADDIE adalah Analysis, Design,
Development, Implementasi dan Evaluation (Rayanto, 2020). Akronim tersebut menggambarkan
kelima tahapan dalam proses pengembangan. Penelitian ini dibatasi pada tahap analyze (analisis),
design (perancangan) dan development (pengembangan) produk.
Tahap analyze (analisis), pada tahap ini biasa juga disebut tahap analisi kebutuhan. Tahap ini
dilakukan untuk menetapkan dan mendefenisikan syarat-syarat pengembangan kemudian dalam
konteks pengembangan media pembelajaran (bahan ajar). Tahap ini dilakukan dengan 4 cara yaitu
analisis kurikulum, analisis karakteristik siswa, analisis materi dan merumuskan tujuan.
Tahap design (perancangan), pada tahap ini merupakan tahap pembuatan desain produk yang akan
dikembangkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain yaitu, menyusun teskriteria,
memilih media pembelajaran, pemilihan bentuk format penyajian pembelajaran, mensimulasikan
penyajian materi. Penyusunan model pembelajaran ini berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan. Selanjutnya adalah tahap development (pengembangan produk) yang bertujuan untuk
mendapatkan rancangan produk yang telah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Dalam
tahap pengembangan, desainer harus menetukan apakah siswa akan belajar dari produk dan
bagaimana produk tersebut akan ditingkatkan dari sebelumnya.

Results of Research

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah model pembelajaran ININNAWA (Reading,
Exploring, Analizyng, Review dan Appreciate) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Adapun
secara jelas tahapan pengembangan dari hasil pengembangan model pembelajaran ININNAWA
ialah sebagai berikut.
Tahap Analyze (Analisis)
Tahap analisis meliputi performance analysis (analisis kinerja) dan need assesment (analisis
kebutuhan). Tahap analisis dilakukan melalui observasi, wawancara dan kajian literatur.
Berdasarkan observasi analisi kinerja siswa ditemukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru
kesulitan dalam membelajarkan peserta didik secara mandiri dan aktif karena peserta didik kurang
pengetahuan dasar serta minimnya sumber belajar tentang materi yang akan diajarkan sehingga
peserta didik kurang aktif untuk menggali sendiri pengetahuannya melalui proses membaca peserta
didik, kurangya kolaborasi antar siswa serta peserta didik kurang mampu mengaitkan satu konsep
dengan konsep lainnya terbukti dari ketidakmampuan siswa menjawab soal soal yang diberikan,
mereka cenderung menunggu jawaban dari teman mereka.
Salah satu masalah dalam dunia pendidikan adalah rendahnya minat baca peserta didik. Rendahnya
minat baca masyarakat Indonesia ini dapat dilihat dari hasil skala literasi membaca PISA
(Programme for International Student Assesment) tahun 2012 yang menunjukkan bahwa
kemampuan literasi membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke-63 dari 68 negara anggota
PISA. Skor rata-rata membaca siswa Indonesia adalah 396 dengan skor rata-rata 496. Permasalahan
rendahnya minat membaca ini juga dialami siswa SMAN 6 Wajo sehingga kesiapan belajar siswa
kurang karena siswa tidak membaca materi pembelajaran terlebih dahulu sebelum pembelajaran
sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa . Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu
diterapkan pembelajaran yang berbasis membaca (reading)
Bedasarkan analisis kebutuhan tersebut, peneliti beranggapan bahwa perlu adanya model
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik berbasis membaca, maka perlu
dikembangkan model pembelajaran ININNAWA yang mengintegrasika kegiatan mebaca dan inkuiri
terbimbing dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini juga sejalan dengan teori belajar
konstrutivisme dan behaviorisme yang menekankan adanya pembentukan pengetahuan secara
mandiri.

Tahap Design (Perancangan)


Tahapan Design (perancangan) adalah tahap dimana peneliti merancang dan menyusun spesifikasi
mengenai komponen-komponen yang harus di muat dalam model pembelajaran. Pengembangan
model pembelajaran ININNAWA merupakan singkatan dari tahapan berikut ini:
1. Reading
Sebelum proses pembelajaran guru telah membagi kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4- 5
orang, guru meminta siswa duduk secara berkelompok. Tahap ini guru memberikan topik
pembelajaran dan siswa ditugaskan membaca materi tersebut, kegiatan membaca ini dilakukan oleh
siswa dirumah dan disampaikan di akhir pembelajaran sebelumnya, dari hasil kegiatan ini siswa
diharapkan memiliki pengetahuan dasar tentang materi pelajaran yang akan dibahas. Tahap ini
menurut Piaget bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam fikiran anak melalui asimilasi yang
merupakan penyerapan informasi baru dalam fikiran. Pada tahap ini siswa membuat catatan
mengenai materi yang telah dibaca dan menuliskan hal hal yang tidak difahami (dalam bentuk
kalimat pertanyaan).

2. Exploring
Tahap ini guru memfasilitasi siswa untuk mencari jawaban pertanyaan pada fase reading (misalnya
berupa bahan ajar).

3. Analyzing
Tahap ini guru meminta siswa untuk membuat mind mapping secara sendiri-sendiri dan
mengkomunikasikannya dengan teman kelompoknya sebagai konsep yang mereka dapatkan dari
pemikiran bersama. Melalui settingan kelompok kecil, siswa mengetahui tentang pengetahuan
mereka sendiri, kognisi dan metakognisi dapat diberdayakan. Pembelajaran berbasis
konstruktivisme dengan strategi kooperatif menjadi sebuah kebutuhan. Dalam teori Peaget dikenal
sebagai akomodasi berarti menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru.

4. Review
Tahap ini siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas dengan penuh rasa
tanggung jawab dan dikomfirmasi oleh kelompok lain dan guru juga memberikan penguatan.
Menurut Dewey bahwa pendidikan sebaiknya menyertakan prose peran siswa didalam aktivitas
pengajaran diri dan control diri. Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan refleksi dari kegiatan
pembelajaran dengan menuliskan perunahan pengetahuan mereka dalam bentuk jurnal belajar.
Jurnal adalah alat untuk merekam ide, pikiran dan pengalaman personal, seperti refleksi dan
pandangan siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan jurnal merupakan suatu alternatif metode
yang dapat dilakukan saat pembelajaran berlangsung untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
siswa terutama komunikasi tertulis. Penggunaan jurnal belajar dapat membantu siswa menjadi
lebih fokus dan spesifik terhadap sesuatu. Jurnal belajar dapat juga digunakan oleh siswa untuk
menemukan ide kreatif dan menuliskan hal yang lebih spesifik dari yang mereka fikirkan. Jurnal
yang dimaksud adalah suatu catatan tertulis atas partisipasi, hasil, repon, perasaan, persepsi atau
refleksi mengenai kejadian-kejadian atau hasil aktual dalam pembelajaran (Fitria/Eka, 2017:141).
Setiap saat informasi direkam dalam jurnal belajar dan menjadi penilaian tersendiri bagi diri sendiri.
Guru dapat membuat informasi untuk merespon tanggapan dan permasalahan yang dihadapi siswa
dalam pembelajaran
5. Appreciate
Tahap ini guru memberikan apresiasi kepada kelompok terbaik melakukan presentasi.

Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi berkaitan dengan bentuk kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memandang dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon
terhadap siswa. Joyce dan Weil (1992) dalam utomo 2020 mengemukakan prinsip reaksi berkaitan
dengan bagaimana cara guru memperhatikan dan memperlakukan siswa termasuk cara guru
memberikan respon terhadap pertanyaan, jawaban, tamggapan atau apa saja yang dilakukan siswa.
Prinsip ini memberi rambu-rambu tentang hal-hal yang seharusnya dilakukan guru dalam model
pembelajaran ININNAWA yaitu,
a. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki pengetahuan dasar/awal
sebelum memulai pembelajaran dengan memberikan aktivitas membaca di awal.
b. Guru berupaya menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa
untuk belajar secara aktif
c. Guru berupaya menciptakan kegiatan pembelajaran yaang menuntut terjadi interaksi antara siswa
dengan siswa yang lain maupun antara siswa dengan guru.
d. Guru Berperan sebagai fasilitator, mediator dan motivator terhadap kinerja peserta didik
e. Guru memberikan umpan balik dan apresiasi terhadap hasil kerja siswa

Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang dimaksudkan disini adalah semua sarana belajar dan sumber belajar yang
digunakan agar keterlaksanaan model pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam model pembelajaran ININNAWA digunakan perangkat dan alat pembelajaran
sebagai berikut,
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. Lembar Kerja Siswa
c. White Board
d. Bahan Bacaan
e. Instrumen Penilaian
f. LCD
g. laptop
Sistem Sosial
Menurut Joyce dan Weil (1992) dalam utomo 2020 sistem sosial menyatakan peran hubungan guru
dan siswa, serta jenis-jenis norma yang dianjurkan. Sistem sosial merupakan pola hubungan guru
dengan siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran. Pada model pembelajaran ININNAWA
terdapat sistem sosial sebagai berikut,
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik
b. Sebagai fasilitator guru memberikan bimbingan dan motivasi belajar kepada siswa

Dampak Instruksional
Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa
pada tujuan yang diharapkan, melatih siswa dalam membentuk konsep dan membentuk perhatian
siswa untuk fokus pada pembelajaran. Dampak instruksional yang diharapkan terjadi setelah
penerapan model pembelaharan ININNAWA adalah,
a. Peserta didik memiliki pemahaman konsep yang lebih luas dan dalam
b. Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan membacanya
c. Peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri serta mampu mengaplikasikan untuk
menghadapi masalah dalam kehidupan sehari- hari.

Dampak Pengiring
Dampak pengiring yaitu dari hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran
dan tanpa pengarahan dari guru. Dampak pengiring yang diharapkan dihasilkan dari implementasi
model pembelajaran ININNAWA adalah,
a. Meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik
b. Membangun dan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik
c. Membangun dan meningkatkan interaksi sosial antar peserta didik
d. Melatih keterampilan komunikasi dan kolaborasi peserta didik

Conclusions

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran ININNAWA terdiri dari sintaks Reading, exploring, Analyzing, Review dan
Appreciate. Manfaat dari model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas ,komunikatif,
kreativitas dan kolaborasi peserta didik.

References (APA style)

Agustin, V. N. (2013). Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model problem based
learning (PBL). Journal of Elementary Education, 2(1).

Andriyani, F. D. (2017). Kontribusi Penggunaan Jurnal Belajar Pada Pembelajaran Matakuliah


Permainan Bolabasket. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 36(1), 140-147.

Hariyadi, S. (2017). Pengaruh model pembelajaran reading, questioning. answering dan project
based learning pada matakuluiah genetika terhadap keterqampilan berpikir kritis, keterampilan,
metakognitif dan hasil belajar kognitif pada kemampuan akademik berbeda (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Malang).
Hayati, N. (2015). Perbandingan minat baca dan kesadaran metakognitif siswa kelas X SMA
Malang pada model pembelajaran biologi berbasis Reading Concept Map Cooperative Integrated
Reading and Composition (REMAP CIRC), Reading Concept Map Group Investigation (REMAP
GI) dan Reading Concept M (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).

Heryanti, N. P. (2019). Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu Reading,


Questioning, and Answering (RQA) untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas X
SMAN 1 Kepanjen (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).

Mahanal, S., & Zubaidah, S. (2017). Model pembelajaran Ricosre yang berpotensi memberdayakan
keterampilan berpikir kreatif. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 2(5), 676-
685.

Mulyadi, M., Adlim, A., & Djufri, D. (2018). Memberdayakan kemampuan berpikir mahasiswa
melalui model pembelajaran reading questioning and answering (RQA). BIOTIK: Jurnal Ilmiah
Biologi Teknologi dan Kependidikan, 2(1), 33-37.

Mufidah, L., Effendi, D., & Purwanti, T. T. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan matriks. Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1(1), 117-125.

Nurkhasanah, S. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatan Aktifitas


Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IX. A SMP Negeri 1 Gangga.
Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan,
Pengajaran dan Pembelajaran, 5(1), 47-53.

Rahmawati, D. P., Mahanal, S., & Lestari, U. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran RICOSRE
terhadap Keterampilan Berpikir Analitis pada Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 6(10), 1650-1654.

Rahayu, A., Nuryani, P., & Riyadi, A. R. (2019). Penerapan model pembelajaran savi untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(2), 102-111.

Rayanto, Y.H.,& Sugianti. (2020). Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan R2D2. Lembaga
Academic & Research Institute.

Rosyida, F., Zubaidah, S., & Mahanal, S. (2016). Memberdayakan Keterampilan Berpikir Kritis
dengan Model Pembelajaran Remap TmPS (Reading Concept Map Timed Pair Share). In
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning (Vol. 13,
No. 1, pp. 209-214).

Setiawan, D., & Susilo, H. (2015, March). Peningkatan keterampilan metakognitif mahasiswa
program Studi biologi melalui penerapan jurnal belajar dengan Strategi jigsaw dipadu PBL berbasis
lesson study Pada matakuliah biologi umum. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi
(Vol. 2009, pp. 359-369).

Syarifah, H., Indriwati, S. E., & Corebima, A. D. (2016). Pengaruh strategi pembelajaran reading
questioning and answering (RQA) dipadu think pair share (TPS) terhadap keterampilan metakognitif
siswa laki-laki dan perempuan SMAN di Kota Malang. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 1(5), 801-805.

Utomo, D. P. (2020). Mengembangkan Model Pembelajaran. Yogjakarta: Bildung.

Wati, A., Susilo, H., & Sutopo, S. (2018). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan
Jurnal Belajar terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 3(1), 129-133.

Wardana, S., & Sagoro, E. M. (2019). Implementasi Gamifikasi Berbantu Media Kahoot Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar, Motivasi Belajar, Dan Hasil Belajar Jurnal Penyesuaian Siswa
Kelas X Akuntansi 3 Di Smk Koperasi Yogyakarta Tahun Ajaran 2018/2019. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, 17(2), 46-57.

Widayanti, L. (2014). Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dengan metode problem
based learning pada siswa kelas viia mts negeri donomulyo kulon progo tahun pelajaran 2012/2013.
Jurnal Fisika Indonesia, 17(49).

Anda mungkin juga menyukai