Anda di halaman 1dari 25
PANDUAN PENGENDALIAN DAN PEMULIHAN. OEM Pusat Fengendatian Kerusakan Keanekaragaman Hayat! BAPEDAU 200) KATA CENGANTAR, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas perkenan-Nyalah, kami dapat menyelesaixan penyusunan buku “Panduan Pengendalian Dan Pemulihan Ekosistem Mata Air”. Penyusunan buku ini merupakan salah satu hasil kegiatan di Unit Kerja Pusat Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati - BAPEDAL. Panduan Pengendalian Dan Pemulihan Ekosistem Mata Air ini diharapkan dapat memberikan arahan dan panduan bagi pengelolaan mata air dan Pengendalian kerusakan ekosistem mata untuk mewujudkan sistem pendayagunaan mata air yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta dapat menjadi bahan acuan bagi berbagai pihak dalam mengelola mata air di Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penyusunan buku ini, terutama kepada Dr. Prastowo, Drs. Dibyo Sartono dan Dr. Hamonangan Siregar, serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhimya, kami berharap buku ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Jakarta, Desember 2001 Pusat Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati BAPEDAL eee . ‘Pundzan Pengendation dan Pemabban Uhoristem Mata fir " Pusat Prugendelion Kmsakce Keasekero gre Hayati Daftar isi HALAMAN JUDUL . KATA PENGANTAR DAFTAR IST ... DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH ... BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Sasaran BABII PROFIL EKOSISTEM MATA AIR . 2.1 Definisi dan Pengertian 2.2 Karakteristik Mata Air 2.3 Manfaat dan Fungsi Mata Air .. 2.4 Kondisi dan Tingkat Kerusakan Mata Air .. 2.5 Pengelolaan Ekosistem Mata Air .... BAB FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KERUSAKAN qr EKOSISTEM MATA AIR. 3.1 Faktor Alam .... 3.2 Faktor Sosial Ekonom 3.3 Faktor Sosial Budaya BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN KERUSAKAN MATA AIR 4.1 Aspek Pemanfaatan 4.2 Aspek Konservasi 4.3 Aspek Sosial .... 4.4 Aspek Legalitas BABV PROGRAM AKSI PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN KERUSAKAN MATA AIR, 5.1 Inventarisasi Potensi Mata Air . 5.2 Pendayagunaan Mata Air .. 5.3 Perijinan, Pengawasan dan Pemantauan 5.4 Konservasi Mata Air Pandan Peagendilian dan Penubhan kosister Mata Air Pusat Pengendalian Kprusaken Keanekgrogaman Hayat FEO © O@NDAWW NNEm Be ee ao ee aOaaa 17 17 18 18 19 itt BABI PENDAHULUAN ee 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur kehidupan yang Sangat penting, baik bagi manusia, flora, fauna, dan makhluk hidup lainnya, Manusia memeriukan air tidak hanya sebagai zat makanan untuk mendukung metabolisme tubuh, melainkan juga untuk kepentingan lainnya. Penyediaan air untuk kehidupan di bumi diatur/mengikuti suatu sikdus hidrologi, yaitu suatu sikus yang menggambarkan sirkulasi air secara terus-menerus malalui proses alami. Meialui sikius ini suplai air yang tersedia bagi manusia dan Seeesenre: Rainy Capt peroies cet 2 sumber, yaitu air permukaan dan air Sumberdaya air mempunyai manfaat yang tidak terhingga dalam menunjang pembangunan nasional. Manfaat yang dapat dirasakan secara langsung antara lain adalah untuk keperluan rumah tangga (domestik), industri dan perdagangan, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, pembangkit listrik, dan pariwisata. Pemenuhan kebutuhan air untuk layanan tersebut memeriukan upaya pengembangan sumberdaya air, salah satunya adalah mata air. Pengembangan sumberdaya air (khususnya mata air) memeriukan adanya konsepsi, perencanaan, perancangan, konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan fasilitas-fasilitasnya, sehingga dapat dimanfaatkan dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Pada saat ini kondisi mata air diberbagai wilayah di Indonesia telah mengalami perubahan/penurunan debit maupun kualitasnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah akibat penggundulan hutan dan berubahnya fungsi daerah resapan. Sebagai akibatnya, air hujan yang turun ke bumi sebagian besar mengalir sebagai aliran permukaan (/un- of}, dan hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam tanah untuk kemudian mengalir sebagai aliran air tanah. Beberapa indikator kerusakan derah resapan air maupun daerah tangkapan hujan diantaranya adalah banjir, kekeringan, sedimentasi, tanah longsor, penurunan muka air tanah, rusaknya Penden Jeagradaiion dan franiian tdpeniem Mata Me Pusat Fregredaian Keraaten Kpamkeragoman Kirpan keanekaragaman hayati, dan menurunnya debit mata air sebagai akibat terganggunya fungsi penutupan lahan di daerah hulu. Pemanfaatan mata air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Oleh karena itu pemanfaatan mata air dan pengendalian ekosistemnya perlu diatur, agar diperoteh cara atau sistem Pemanfaatan yang optimal bagi kepentingan kehidupan yang berkelanjutan. 1.2. Tujuan Tujuan penyusunan Pedoman Teknis ini adalah untuk memberikan arahan dan panduan pengelolaan mata air dan Pengendalian kerusakan ekosistem mata air, untuk mewujudkan sistem pendayagunaan mata air yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. 1,3. Sasaran 1. Memberikan gambaran tentang profil ekosistem mata air di Indonesia, meliput! karakteristk, manfaat dan fungsi, kondisi dan tingkat kerusakan, serta pengelolaan ekosistem mata air saat ini. 2. Identifikasi faktor-faktor yang menimbulkan kerusakan ekosistem mata air, mencakup faktor alam, sosial-ekonomi, dan faktor sosial-budaya. 3, Merumuskan pendekatan, strategi, dan program aksi dalam pengelolaan mata air dan pengendalian kerusakan ekosistem mata air. Pandaan Cengendatian dan Pemultan € kgsistem Mata fir Pusat Peapendalian Kerasaken Keanckerapaman Hayats BAB IT PROFIL EKOSISTEM MATA AIR a i es ee Se 2.1, Definisi dan Pengertian Ekosistem mata air merupakan salah satu ekosistem lahan basah dan seringkali sebagai Permulaan dari sebuah aliran sungai. Sumber air ekosistem tersebut adalah aliran air tanah yang muncul ke permukaan tanah secara alami, yang disebabkan oleh terpotongnya aliran air tanah oleh bentuk topografi setempat dan kelvar dari batuan. Pada umumnya mata air muncul di daerah kaki perbukitan atau bagian lereng, lembah perbukitan, dan di daerah dataran. Hampir semua air tanah berasal dari air hujan dan relatif sedikit dari sumber lain. Berdasarkan jenis sumber air tersebut maka air tanah dikelompokkan dalam 4 tipe yaitu : 1, Air meteorik ; Air ini berasal dari atmosfer dan mencapai zona saturasi baik langsung atau tidak langsung yaitu dengan cara infiltrasi pada permukaan tanah atau melalui kondensasi uap air. Sedangkan secara tidak langsung melalui rembesan karena muta air tanah yang lebih rendah dan air permukaan. 2. Alr Juvenil : Penambahan air ke zona saturasi dari bagian yang dalam ari kulit burni yaitu air magma, vulkanik dan kosmik, 3. Air Rejuvenil : Air yang berasal dari siklus hidrologi dan digunakan sementara untuk pelapukan atau lain proses dan kemudian kembali be siklus dengan cara metamorfisme, kompaksi atau proses sejenis. 4. Air Konat : Air yang terdapat pada batuan sedimen dan wulkanik pada Saat pembentukannya. Pada urmumnya air ini mengandung mineral yang tinggi dan salinitas yang lebih besar dari air laut. Air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. (aerah yang lebih tinggi merupakan daerah resepan atau recharge arez dan Pinna Seared an Teele Ci geetom Masta the Pusat Pngendadon Kermakon Kameterageman Hires (yang saturated) menuju muka air tanah. Bila hal ini terjadi maka timbul mata ‘air atau spring dan rembesan atau seeps. Air dari spring atau seeps tersebut tir ke badan air tawar misainya danau, sungai atau ke laut. Diperkirakan sekitar 98% dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi berada di bawah permukaan, di dalam rongga-rongga batwan dan benda butiran. Sedangkan sisanya 2% terdapat di danau, waduk dan sungal. Peranan mata air dalam ini, E hhidrolog! dapat dilinat dalam bagan alir pada gambar dibawah 2.2 Karakteristik Mata Air Air di dalam tanah dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifat kesamaan umum dan keadaan-keadaan spesifik. Penggolongan wilayah tersebut penting untuk tujuan perbandingan dan pemerian dan dapat memberi pengarahan terhadap kerangka eksplorasi meskipun terdapat variasi-variasi secara lokal. Dasar-dasar Penggolongan air tanah ke dalam wilayah air tanah adalah kesamaan umum dan karakteristik kejadian yang meliputi : Paniasn Crediton da Sresien .fjeutom Mata ee ‘Eset Praendation Krenaen Kramctarngemen Hiatt Morfologi Dataran, pegunungan, kerucut gunung api, pantai dan sebagainya 4 Geologi Macam batuan pengandung air, bentuk-bentuk —struktur yang mengendalikan. Beberapa contoh wilayah air tanah : 1. Wilayah aluvial pantai : medan datar, air tanah dangkal, dengan sistem tekanan rendah kemungkinan penetrasi air asin, aquifer sering berbentuk fensa dari kerikil-pasir lepas dengan sungai, misainya dataran pantai utara pulau Jawa. 2. Wilayah kipas aluvial : medan miring melandai membentuk apex di hulu dan melebar ke bawah, sistem tekanan sedang, aquifer/aquiclude miring ke hilir dan membagi ke hulu, basement dangkal di hulu, aquifer dapat sangat kasar dan permeabel, misalnya daerah kipas aluvial Bogor dan Bandung Utara. 3. Wilayah cekungan gunung api : cekungan diantara gunung api, aquifer dan aquicude hampir sama dengan kipas aluvial, terdiri dari produk gunung api, tertransportasikan (lahar, kerikil, pasir, lempung), misainya Cekungan Bandung, Garut, Yogyakarta, Madiun, Kediri, Malang dan Jember. 4. Wilayah pegunungan plateau : meadan terjat berlembah-lembah, catchment area sempit, aquifer horizontal atau melipat lemah, air tanah dalam dan umumnya sukar didapat, misalnya pegunungan setatan Jawa Barat dan selatan Jawa Timur. 5. Wileyah pegunungan antikdinorium : medan bergelombang dengan bukit- bukit memanjang, aquifer dalam batuan sedimen pervious, didasar sinklin atau puncak antikiin, air termineralkan, air tanah sering dalam. Endapan di bidang unconformity dapat berpotensi, misalnya zona Bogor, atau pegunungan zona Rembang, zona Kendeng. 6. Wilayah pegunungan karst : medan berbukit-bukit kecil dengan dolina, terdiri dari bukit-bukit gamping, banyak kekar, sungai-sungai bawah permukaan, air tanah dalam, dikendalikan oleh adanya retakan dalam gamping dan penyebaran lapisan aquiclude, misalnya pegunungan Seribu. Secara ringkas komponen mata air terdiri atas 4 unsur, yaitu : 1. Wilayah/daerah resapan air (recharge area). 2. Proses resapan ke dalam bumi 3. Struktur lapisan dan patahan-patahan bumi 4. Wilayah keluarnya air tanah sebagai mata air (discharge area) Pandvan Pengendabin dan Vemuban Ekgristem Mata fir Paset Pengendabian Kerasakon Keanekaraqaman Hayat 2.3. Dilihat dari lokasi pemunculan/penyebarannya, mata air yang umum dijumpai di Indonesia berasal dari mandala airtanah gunungapi strato, mandala airtanah perbukitan bergelombang, dan mandala airtanah dataran. Menurut Jenisnya, mata air dapat dikelompokkan ke dalam 3 Jenis mata air, yaitu : 1. Mata air depresi (depresion springs) terbentuk karena aliran air tanah memotong permukaan tanah. 2. Mata air rekahan/struktur sesar (fracture/fault springs) muncul dari struktur rekahan atau jalur sesar. 3. Mata air kontak (contact springs) muncul pada kontak batuan impermeable (batuan tersier) dan batuan permeable (batuan kuarter). Kualitas mata air sangat dipengaruhi oleh jenis aliran airtanah sebagai sumber mata air. Kualitas air mata air yang berasal dari aliran airtanah tertekan (confined aquifer) relatif lebih baik dibanding dengan kualitas air mata air yang berasal dari aliran airtanah bebas (unconfined aquifer). Manfaat dan Fungsi Mata Air Pemanfaatan mata air dapat dikelompokkan dalam 3 kategori : 1. Pemanfaatan dengan cara pengambilan, misalnya bagi peruntukan domestik, irigasi dan industri 2, Pemanfeatan tanpa pengambilan, misalnya bagi peruntukan PLTA, rekreasi, perlindungan satwa liar. 3. Tanpa pemanfaatan, misalnya penguapan air, Mata air di Indonesia sebagian besar dimanfaatkan oleh penduduk setempat secara langsung, baik untuk keperluan domestik mapun untuk Pertanian/perikanan. Beberapa mata air dengan debit yang relatif besar telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, sarana air bersih (PDAM), kolam renang (wisata), dan industri air minum dalam kemasan. Upaya pemanfaatan mata air yang umum dilakukan adatah dengan melakukan Penurapan mata air, yaitu dengan cara membangun infrastruktur bangunan Penangkap mata air (6ron capturing), jaringan (pipa) transmisi, dan bangunan reservoir distribusi. Debit yang dimanfaatkan pada umumaya adalah debit alamiah, yaitu debit mata air yang dapat ditangkap tanpa adanya rekayasa teknik untuk menambah debit tersebut. Pada unit (pengguna mata air) tertentu, selain penurapan atau penangkapan mata air, dilakukan pula Pemboran/pemompaan tambahan untuk meningkatkan/memperbesar debit air. Candas Pengendalian dan Peruldian Ekgeittem Mata Air Pusat Veapendalian Kerusakan Keanckeragaman Jiayati 2.4 Apabila dikaitkan dengan siklus hidrologi, upaya penurapan mata air yang berwawesan jingkungan adalah penurapan mata air yang hanya mengandalkan debit alamiah yang ada. Rekayasa teknik untuk menambah debit meta air dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan antara debit imbuhan (recharge) dan debit lepasan/pemanfaatan (discharge). Debit pemanfaatan mata air yang melebihi debit imbuhan akan menyebabkan terganggunya kelangsungan pemanfaatan mata air dimasa mendatang. Kondisi dan Tingkat Kerusakan Mata Air Masuknya air, yaitu : penetrasi air hujan ke dalam air tanah; perembesan alamiah ke dalam tanah dari air danau, sungai dan sebagairya; perembesan buatan ke dalam tanah dan air irigasi, waduk, sawah dan sebagainya; pemasukan air tanah bebas dan artois dari daerah sekitarnya. Keluarnya air, yaitu : rembesan keluar dan mata air dari air tanah bebas, run off, evaporasi, transpirasi, dan dari drainase; keluarnya air dari mata air melalui sesar pada air artois, rembesan melalui daerah baweh; keluarnya air secara buatan dengan pemompaan; discharge bawah permukaan dari air tanah bebas dan artois ke arah bawah. Faktor-faktor geologi (jenis batuan, struktur geologi), morfologi, pelapukan, iklim, vegetasi dan campur tangan manusia akan berpengaruh besar terhadap kesetimbangan tersebut. Suatu daerah merupakan cekungan air tanah yang baik bila ground water increment lebih besar dari ground water decrement. Kondisi daerah resapan (recharge area) sangat berpengaruh terhadap debit mata air dan kualitas aimya. Tata guna lahan Pada daerah ini berpengaruh langsung terhadap bagian air hujan yang masuk ke dalam tanah sebagai aliran airtanah (sumber mata Pada seat ini, beberapa daerah resapan mata air (khususnya di P. Jawa) telah Mmengalami kerusakan yang mengkhawatirkan. Beberapa mata air di daerah Bogor, Purwokerto, dan Malang telah mengalami penurunan debit bila dibandingkan dengan kondisi debit tahun 1970an. Apabila kondisi ini tidak diperhatikan, dalam arti tidak ada upaya pengendalian kerusakan ekosistem mata air, maka dapat dipastikan bahwa pemanfaatan mata air di masa mendatang akan terganggu. Penurunar/hilangnya debit mata air juga berarti kerusakan ekosistem mata air secara keseluruhan sebagai salah satu ekosistem lahan basah, Pandvan Pengendalian dan Pemutiban Ckgsstem Mata Air at aie Keresakon Keanekaragaman Hayati 2.5. Pengelolaan Ekosistem Mata Air Untuk kepentingan perlindungan mata air, maka pertu diketahui besarnya pemanfaatan yang sesuai atau safe yield dengan pemompaan air tanah. Untuk tujuan tersebut peru dilakukan beberapa hal sebagai berikut ; 1. Melakukan perhitungan neraca air untuk air tanah tersebut dan ditentukan besarnya pemanfaatan yang sesuai dengan besarnya sirkulasi air tanah berdasarkan hasil perhitungan neraca air tersebut. Juga diperkirakan Pengaruh yang terjadi jika diadakan pemompaan lebih. 2. Di daerah pemanfaatan air tanah yang utama dipasang sistem Pengamatan permukaan air tanah. Besarnya pemanfaatan air tanah itu dibandingkan dengan hasil pengamatan air tanah. Jika terdapat keadaan dimana permukaan air tanah itu menurun, maka harus diadakan Peramalan mengenai penurunan permukaan air dan Pengeringan mata air di kemudian hari berdasarkan kecepatan penurunan dan lain-lain sifat aquifer. Panduan Pengendalin dam Pemubhan Ekgrstem Mata fir ‘Pusat Pengendlalion Kerusaken Keanckaragrman Hayat BAB IIT FAKTOR- FAKTOR YANG MENIMBULKAN KERUSAKAN EKOSISTEM MATA AIR wvewrmaon Keberadaan mata air sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor sekitarnya, baik yang bersifat “independen” maupun yang “dependen”, baik yang bersifat Positif/mendukung terhadap peningkatan —fungsi ekosistem mata air maupun yang bersifat negatif atau mengancam/merusak bahkan mematikan debit mata air. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Faktor alam, yakni faktor yang merupakan proses alam balk karena gerakan bumi maupun proses ekologis dan geologi lannya. 2. Faktor sosial ekonomi, yakni faktor yang ada karena adanya gerakan manusia dalam memperlakukan ekosistem mata air dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonominya. 3. Faktor sosial budaya, yakni faktor yang ada karena adanya gerakan manusia/masyarakat dalam mengaktualisasikan nilai-nilai budayanya diwilayah ekosistem mata air. Faktor-faktor diatas dapat bersifat positif kepada ekosistem mata air maupun bersifat negatif sampai dengan hilangnya/keringnya mata air. 3.1. Faktor Alam Gerakan evolusi bumi sangat berpengaruh kepada mata air, karena pada dasarnya mata air terjadi karena adanya lapisan air pada struktur lapisan- lapisan bumi yang karena adanya celah, patahan, atau retakan lapisan kedap air yang melingkunginya, terjadilah mata air. Gerakan bumi ini dapat mengakibatkan menurun atau hilangnya mata air, namun cepat pula memunculkan mata air baru di tempat lain. Gerakan bumi ini bersifat “independent” dan secara sadar manusia tidak dapat mempengaruhi/mengendalikannya. Salah satu upaya untuk dapat menata dan memprediksi keberadaan mata air tersebut adalah dengan mempelajari struktur dan susunan tanah yang ada disekitar mata air tersebut (ekosistem) sehingga dapat dilakukan prediksi Puaduas Dragredabian Gon Pemasihan hosisiem Mate Ri ° ‘Pusat Prnpendahian Kerasakes Keone gragemax Hayati BAB IIT FAKTOR- FAKTOR YANG MENIMBULKAN KERUSAKAN EKOSISTEM MATA AIR ee ee ===eees MKeberadaan mata air sangat dipengaruhi oleh faktor- F: . faktor sekitamya, balk yang bersifat “independen” as maupun yang “dependen”, baik yang bersifat positif/mendukung terhadap peningkatan fungsi ekosistem mata air maupun yang bersifat negatif atau mengancam/merusak bahkan mematikan debit mata air, Secara umum faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Faktor alam, yakni faktor yang merupakan proses alam baik karena gerakan bumi maupun proses ekologis dan geologi lannya. 2 Faktor sosial ekonomi, yakni faktor yang ada karena adanya gerakan 3. Faktor sosial budaya, yakni faktor yang ada karena adanya gerakan manusia/masyarakat dalam mengaktualisasikan nilai-nilal budayanya diwilayah ekosistem mata air. Faktor-faktor diatas dapat bersifat positif kepada ekosistem mata air maupun bersfat negatif sampai dengan hilangnya/keringnya mata air. 3.1. Faktor Alam Gerakan evolusi bumi sangat berpengaruh kepada mata air, karena pada dasarnya mata air terjadi karena adanya lapisan air peda struktur lapisan- lapisan bumi yang karena adanya celah, patahan, atau retakan lapisan kedap air yang melingkunginya, terjadilah mata air, Gerakan bumi ini dapat mengakibatkan menurun atau hilangnya mata air, mamun cepat pula Memunculkan mata air baru di tempat lain. Gerakan bumi ini bersifat “independent” dan secara sadar manusia tidak dapat mempengaruhi/mengendalikannya. Salah satu upaya untuk dapat menata dan memprediksi keberadaan mata air tersebut adalah dengan mempelajari struktur dan susunan tanah yang ada disekitar mata air tersebut (ekosistem) sehingga dapat dilakukan prediksi Pandaan Pregradaiion din Premiiian ¢Eieelem Mata Me , (Puss Trmgemialion Kratos Keametaraguman drsati 3.2. Pusat mengenai masa keberadaannya (life time), kapasitasnya dan kualitasnya. Dengan demikian perencanaan pemanfaatannya dapat didekati meskipun dengan pengertian bahwa faktor alam adalah “independent” Faktor alam lain yang sangat berpengaruh terhadap ekosistem mata air adalah faktor iklim dan cuaca yakni pergiliran antara musim kemarau dan musim hujan serta prakiraan cuaca hujan. Kalau terjadi pergeseran musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan dan adanya prakiraan bahwa deras hujan lebih kecil dan biasanya maka dapat diprediksi bahwa mata air akan mengecil. Faktor ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah tangkapannya termasuk pola pengelolaan atau pemanfaatan wilayah tersebut. Faktor Sosial Ekonomi. Faktor sosial ekonomi adalah faktor yang terjadi sebagai hasil perbuatan dan pemikiran manusia/masyarakat dalam menyikapi dan memanfaatkan mata air dan ekosistemnya. Kita sadari bahwa keberadaan mata air tidak lepas dari alam sekelilingnya (ekosistem) dan terjadinya mata air adalah hasil dari suatu rangkaian proses yang panjang yang tidak dapat dikendalikan manusia. Kekurangan pengertian dan kesalahan dalam penafsiran yang mengakibatkan kesalahan perlakuan terhadap mata air dan ekosistemnya sangat menentukan keberadaan mata air itu sendiri. Adanya pemahaman yang salah dan adanya tekanan kebutuhan ekonomi yeng mendesak sering melahirkan tindakan- tindakan yang membahayakan, merusak bahkan menghilangkan mata air. Beberapa tindakan masyarakat yang menonjol dalam hal ini antara lain : 1. Pemanfeatan Jahan yang tidak sesuai dengan fungsinya dimana seharusnya daerah tersebut selalu tertutup hijauan, diubah menjadi wilayah pertanian semusim, pemukian atau industri sehingga kemampuan serap wilayah tersebut berkurang dan air hujan tidak masuk kedalam tanah tetapi mengalir sebagai air permukaan yang disamping menjadikan tidak terisinya akuifer-akuifer mata air juga dapat mengakibatkan rusaknya daerah tersebut. 2. Perubahan bentang alam sehingga terjadi perubahan struktur tanah/bumi yang mengakibatkan perubahan patahan lapisan bumi sehingga merusak lapisan air dan kedap air yang dapat mematikan mata air. 3. Pengambilan air tanah yang tidak terkendali sebagai akibat meningkatnya kebutuhan air karena Perkembangan konsumsi atau industri. Pada 10 enclvan Congendatian dan Vomlian CKgsistem Mata fir ‘Cengendahian Kerasakan Keanekaragaran Hyatt dasarnya mata air akan aman bila jumlah yang dipergunakan adalah sesuai atau di bawah kemampuan debit mata air namun sering terjadi karena kebutuhan ekonomi, pengambilan dilakukan melebihi debit yang ada, sehingga debit air dalam akuifer akan tersedct keluar secara paksa dan tidak seimbang dengan jumlah pengisian akuifer, yang berakibat mengecil/matinya mata air. 4. Mata air dapat pula rusak oleh kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan Pencemaran baik diwilayah resepan maupun didaerah sekitar mata air, sehingga meskipun debit tetap tidak berkurang nanum kualitas air akan Menurun tercemar bahkan dapat menimbulkan wabah penyakit. 3.3 Faktor Sosial Budaya Dalam masyarakat, sering terjadi adanya penilaian-penilaian sumberdaya alam bukan hanya dari visi ekologis atau ekonomis saja, tetapi dapat pula Mmemuat nilai-nilai religio magis, budaya, dan kebudayaan. Suatu mata air dapat menjadi penting ecara social budaya hanya karena kepercayaan dapat membuat awet muda, perkasa, atau hal-hal lain yang tidak logis. Pada beberapa mata air karena komposisi kandungan mineralnya mempunyal daya penyembuhan beberapa penyakit terutama penyakit kulit dapat seketika menjadi terkena! dan banyak dikonsumsi masyarakat. Adanya hal-hal ini walau dengan tidak sengaja melakukan perusakan terhadap mata air dan ekosistemnya namun dapat menjurus kepada kecenderungan perusakan karena : 1. Konsumen tidak hanya masyarakat sekitar namun datang dari luar daerah sehingga bias terjadi pengambilan air yang melebihi debitnya. 2. Kedatangan konsumen dari luar daerah sering mengakibatkan keperluan akomodasi, konsumsi makanan dan sebagainya yang dapat mendorong terjadinya perubahan pemanfaatan ekosistemnya sehingga _ terjadi degradasi yang berakibat kepada mata air itu sendiri. 3. Pengaturan yang kurang baik dengan adanya peningkatan pemanfaatan itu dapat menimbulkan polusi yang tidak terkendali terhadap mata air itu sendiri. Kecuali faktor alam yang memang bersifat “independent” faktor sosial ekonomi dan sosial budaya pada dasarnya lebih banyak bisa dikendalikan dan diatur secara baik sehingga mata air akan berfungsi baik selama mungkin. Pondean Ceagendaion dan Prmubihan kerictem Mata fir Pusat Pengeadaian Kerusakon Kane groggman Hayati Pusat Mengingat bahwa pada dasarnya mata air adalah milik “publik” maka sebaiknya pengelolaan mata air merupakan pengelolaan Partisipatif seluruh “stakeholders' mulai di daerah tangkapan sampai dengan masyarakat Pengguna hanya dengan cara ini, asal bukan karena faktor alam yang ‘independen” mata air dapat bermanfaat optimal bagi masyarakat. Gancluon Vengeadatian dan Pemalian €Rgsister Mata Air R Pengendabin Kemsaken KeaneKeragaman Hiryati BABIV STRATEGI PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN KERUSAKAN MATA AIR 4.1, Aspek Pemanfaatan Penyusunan perencanaan pemanfaatan mata air untuk memenuhi kebutuhan tertentu, dilakukan dengan mempertimbangkan : @Kebutuhan mata air jangka panjang, berdasarkan kondisi pemanfaatan yang telah ada dan rencana pengembangan mata air di masa mendatang, sehingga dapat didayagunakan secara berkelanjutan. Debit mata air yang keluar secara alamiah, yang ditangkap dengan teknis penurapan yang benar. ¢@Kemanfaatan untuk masyarakat, dengan pengertian bahwa selain manfaat' ‘finansial, pemanfaatan mata alr juga herus tetap memberikan manfaat sosial, khususnya masyarakat yang telah memperoleh manfaat sebelum mata air dikembangkan. @Konservasi daerah resapan, untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan mata air. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air, maka urutan prioritas peruntukan pemanfaatan mata air adalah sebagai berikut : Air minum . Air untuk rumah tangga Air untuk peternakan dan pertanian sederhana Air untuk industri Air untuk irigasi . Air untuk pertambangan ’.. Air untuk usaha perkotaan . Air untuk kepentingan lainnya. PNW AWE an duan Pengeadalicn dan Pousiban Ulgeistom Mata Fie Pusat Pengendatian Kerusakn Keenek erogamas Hisyati Namun demikian prioritas peruntukan mata air ini dapat disesuaikan dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat umum serta kondisi spesifik setempat. Gamer, frmampungan Air Aspek Konservasi Upaya konservasi ekosistem mata air sangat diperlukan untuk menjamin keberlanjutan Pendayagunaan mata air serta mencegah dan Menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan eksploitasi mata air. Dengan pemanfaatan secara bijaksana diharapkan ketersediaan debit mata air mapun kyalitasnya dapat terjamin, baik untuk masa kini maupun untuk masa mendatang. Setiap pemegang Ijin pengambilan mata air wajib melaksanakan konservasi mata air sesual dengan fungsi kawasan yang ditetapkan sesuai tata ruang wilayah yang bersangkutan. Upaya konservasi mata air yang sangat penting untuk dilakukan adalah rehabilitasi dan konservasi daerah resapan. Hal ini mengingat bahwa potensi suatu mata air sangat ditentukan oleh kondisi bio-fisik daerah resapan, yang Menjamin adanya aliran airtanah sebagai sumber utama dari mata air yang bersangkutan. Apabila tata guna lahan pada daerah resapan tidak tertutup leh vegetasi yang memadai, maka curah hujan yang turun pada daerah resapan sebagian besar akan dialirkan sebagai limpasan (aliran permukaan| Dengan demikian bagian hujan yang masuk ke dalam tanah yang mengisi aliran air tanah yang akan muncul sebagai mata air, akan semakin berkurang. Penchiee Pemgredalion dan rman Tlprwsre ate ar ‘Pusat Prnradatian Kerasahee Keeaekeragmmae Sirti 4.3. Candivon Ceagendabion dau Comalian Ekgsisien Mata jit Rehabilitasi dan konservasi daerah resapan harus dilakukan secara tepat, yaitu pada wilayah yang harus dilindungi atau dikelola , yang telah ditentukan berdasarkan delineasi daerah resapan. Salah satu kendala yang ada di lapangan dalam upaya konservasi mata air adalah dalam hal status pemilikan/pengelolaan lahan. Kepemilikan/pengelolaan daerah resapan maupun daerah sekitar mata air biasanya mencakup areal yang relatif luas dan melibatkan masyarakat banyak. Oleh karena itu, disamping pendekatan teknis, dalam pelaksanaan konservasi mata air pertu dilakukan pendekatan sosial, agar upaya konservasi yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien, Aspek Sosial Untuk mewujudkan agar pendayagunaan mata air dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat, maka perencanaan pemanfaatan mata air harus dilakukan secara bijaksana, dengan mempertimbangkan faktor- faktor teknis, finansial, sosial, dan pertimbangan lingkungan. Proses penyusunan pemanfaatan mata air harus dilakukan dengan melibatkan : 1, Masyarakat dan atau pihak-pihak pengguna mata air sebelum mata air yang bersangkutan dikembangkan. 2. Masyarakat di sekitar mata air (radius 200 meter), baik yang bermukim maupun yang menggarap/mengelola lahan. 3. Masyarakat dan atau pihak-pihak di daerah resapan. 4. Pemerintahan Desa setempat, baik di sebelah hulu (up-stream) maupun di sebelah hilir (down-stream) mata air. Seperti_halnya proses penyusunan pemanfaatan mata air, penyusunan: Program dan pelaksanaan konservasi mata air perlu dilakukan dengan mode! Partisipastif, untuk membangun persepsi dan sikap kepedulian semua pihak yang terkait terhadap pelestarian ekosistem mata air. Upaya pemanfaatan mata air dan konservasi ekosistem mata air yang dilakukan dengan model Partisipatif, selain memberikan manfaat finansial dan ekonomi, diharapakan juga dapat memberikan manfaat sosiat kKhususnya bagi masyarakat sekitar. Aspek Legalitas Proses perijinan harus ditetapkan dan diikuti dengan mempertimbangkan hak- hak kepemilikan lahan dan hak-hak pengelolaan mata air. Kegiatan penurapan 15 Pusat Pengendafan Kerusakan Keanekeragarsan Jayati Pandan Pengendatian dan teealtian Ekosisiem Mata Air Pusat mata air dapat dilakukan setelah memperoleh ijin Penurapan mata air, dengan mengikuti ketentuan bahwa_peruntukan pemanfaatan mata air untuk keperluan air minum dan rumah tangga merupakan prioritas utama di atas segala keperluan lain. Prioritas peruntukan Pemanfaatan mata air dapat disesuaikan dengan memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat Perijinan penurapan mata air selain sebagai perwujudan aspek legalitas, juga dimaksudkan untuk mengendalikan pendayagunaan mata air dengan cara mengikuti ketentuan-ketentuan teknis yang harus dipatuhi serta daya dukung ketersediaannya (debit mata air secara alami). Rencana penurapan mata air dengan debit sama atau lebih besar dari 50 liter/detik harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), sedangkan Penurapan mata air dengan debit kurang dari 50 liter/detik harus dilengkapi dengan dokumen UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan), ‘Penagendallan Kerusatan Keanekeragaman Sayati BABYV PROGRAM AKSI PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN KERUSAKAN MATA AIR TE SS cS Program aksi pengelolaan mata air dan pengendalian kerusakan ekosistem mata alr meliputi kegiatan-keglatan : @ Inventarisasi potensi mata air @ Pendayagunaan mata air @ Perijinan, Pengawasan dan pemantauan @ Konservasi mata alr 5.1. Inventarisasi Potensi Mata Air Kegiatan inventarisasi potensi mata air meliputi_ kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, serta pengumpulan data dan evaluasi potensi mata air yang mencakup :sebaran lokasi mata air, jenis mata air dan lapisan akifer, daerah resapan (recharge area) dan daerah lepasan/pemanfaatan (discharge area, debit mata air dan kualitas air, debit penurapan mata air dan jenis pemanfaatannya, serta data lain yang berkaitan dengan ekosistem mata air 1. Sebaran lokasi mata air mencakup data letak geografis, elevasi dan betak administratif, sedangkan jenis mata air diidentifikasi berdasarkan lapisan akifer, sehingga lokasi mata air dapat dengan mudah ditelusuri untuk keperluan pendayagunaan maupun pengendalian kerusakannya. 2. Delineasi daerah resapan (recharge area) peru dilakukan untuk mengetahui secara pasti batasan wilayah yang harus dilindungi atau dikelola untuk mempertahankan debit dan kualitas mata air serta menjaga keberlanjutan pendayagunaan mata air. Candcan Pengendalion dan Prmafihan Ekpsicte Mata Sir " Pusat Peapradation Kerasotes Keanekeragiman Hispati 3. Data debit penurapan mata air perlu dibandingkan dengan debit mata air secara alamiah, sehingga diketahui efisiensi Ppemanfaatan mata air untuk memenuhi kebutuhan air domestik, industri, PLTA, Pertanian/perikanan, dan atau peruntukan lainnya. 4. Data lain yang berkaitan dengan ekosistem mata air antara lain meliputi tata guna lahan dan keanekaragaman hayati di wilayah: a. Sekitar (radius 200 meter) fokasi mata air, b. Daerah resapan (recharge area). ¢. Daerah lepasan/pemanfaatan (discharge area), 5.2, Pendayagunaan Mata Air Pendayagunaan mata air meliputi kegiatan perencanaan, desain teknis dan konstruksi penurapan mata air. Setiap tahap kegiatan pendayagunaan mata air ini harus dilakukan dengan mengikuti pecunjuk teknis penurapan mata air yang ditetapkan oleh lembaga yang berkompeten (misainya : Departemen Kimpraswil atau Instansi Teknis Pemerintah Daerah setempat). 1. Kegiatan perencanaan pemanfaatan mata air dilakukan sebagai dasar untuk pendayagunaan mata air Pada suatu satuan wilayah sebaran mata air tertentu, Perencanaan pemanfaatan ini hanus dibuat berdasarkan data inventarisasi dan evaluasi potensi mata air. N Desain teknis dan konstruksi Penurapan mata air mencakup bangunan- bangunan penangkap mata air (6ron_ capturing), jaringan transmisi, reservoir distribusi, dan jaringan distribusi. Desain dan konstruksi ini harus memperhitungkan debit aliran secara alamiah, dalam arti tidak dilakukan dengan rekayasa teknik (misainya dengan melakukan pemompaan atau Pemboran) untuk meningkatkan debit Penurapan dengan mengubah cara pemunculannya. Debit maksimum penurapan mata air ditentukan dengan pertimbangan ; @. Tidak melebihi debit minimum mata air yang keluar secara alamiah dikuranyi dengan debit pemanfaatan yang telah ada sebelumnya. b. Menyediakan air kepada masyarakat (apabila diperlukan), maksimum sebesar 10 % dari debit yang diijinkan untuk dieksploitasi. 5.3. Perijinan, Pengawasan dan Pemantauan Kegiatan penurapan mata air dapat dilakukan setelah memperoleh ijin Penurapan dari Instansi yang berwewenang sesuai dengan ketentuan yang Gusdian Dengendlian da Qemuliban Clpsstem Mata ir 18 ‘Pusat Ceapendafian Kerusafeu Keanekeragiman Hirt, berlaku (KepMen Energi dan Sumberdaya Mineral No 1451 K/10/MEM/2000). Selain sebagai perwujudan aspek legalitas, perijinan ini harus disikapi sebagai upaya pengendalian, agar dilakukan pendayagunaan mata air yang berkelanjutan. Prinsip-prinsip hak kepemilikan lahan harus dipisahkan dengan hak pengelolaan atas mata air. Keberlanjutan pendayagunaan mata air sangat tergantung pada efektivitas yang perlu dilakukan meliputi : 1. Pengawasan pentaatan terhadap ketentuan teknis yang tercantum dalam perijinan, 2. Pengawasan pentaatan terhadap ketentuan dalam UKL dan UPL atau AMDAL, 3. Pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan ekosistem mata air. Kegiatan pemantauan secara berkala dan kontinyu perlu dilakukan untuk mendapatkan data fluktuasi atau kecenderungan perubahan debit mata air dan kualitas airnya. Pengukuran dan pemantauan dilakukan minimal dalam kurun waktu satu tahun, untuk mempercleh data fluktuasi debit sepanjang tahun. Untuk selanjutnya pemantauan debit dan kualitas air dapat dilakukan pada Musim Hujan dan Musim Kemarau. Kegiatan pengukuran dan pemantauan dapat dilakukan oleh pihak pengguna mata air dan atau instansi yang terkait dengan upaya pendayagunaan dan konservasi mata air. Adapun kegiatan pemantauan yang peru dilakukan meliputi : 1. Pemantauan debit mata air dan kualitas airnya 2. Pemantauan perubahan penggunaan lahan di daerah resapan 3. Pemantauan perubahan penggunaan lahan di sekitar mata air 4. Pemantauan dampak lingkungan akibat pendayagunaan mata air. 5.4 Konservasi Mata Air Kegiatan konservasi mata air diwajibkan kepada setiap pemegang ijin penurapan mata air. Pelaksanaan konservasi mata air harus didasarkan pada hasil inventarisasi potensi mata air, perencanaan pemanfaatan mata air, perijinan, penentuan debit penurapan mata air, serta laporan pengawasan dan pemantauan. Hal ini periu 19 Pandas 0 ngpeilian dan Prmaiiian thynire Maca Ae (Pt Drmarndation Arent Kecarksraaemae Tireatt Pa Vegan dan Pian kgistow Mata ir Pasat diperhatikan agar setiap kegiatan konservasi dilakukan secara benar, baik Mengenai ketepatan lokasi maupun teknik konservasinya. Upaya konservasi mata air yang harus dilakukan meliputi : 1. Rehabilitasi dan konservasi daerah resapan untuk meningkatkan debit imbuhan, Pada sebagian besar lokasi mata air, delineasi daerah resapan belum dilakukan sehingga tidak dapat diketahui secara pasti dimana lokasi daerah resapan yang sudah kritis dan memerlukan rehabilitasi. Oleh karena itu pemetaan daerah resapan merupakan langkah awal yang sangat penting, sebagai dasar berpijak untuk penyusunan Program maupun implementasi kegiatan rehabilitasi dan konservasi mata air. Teknis budidaya kehutanan (sili kultur) pertu disesuaikan dengan kondisi setempat, khususnya mengenai Jenis-jenis tanaman lokat yang potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman konservasi. 2. Pentaatan dan Penegakan ketentuan teknis penurapan mata air. Ketentuan teknis ini mencakup bangunan Penangkap mata air, jaringan transmisi, reservoir distribusi, dan Jaringan distribusi. Tata ietak dan Pembangunan infrastruktur ini harus diupayakan sedemikian rupa sehingga mampu menghindari konfllk sosial yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dalam Mengikuti ketentuan teknis Penurapan mata air, harus Pula memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, misainya yang terkait dengan hak kepemilikan lahan pada lokesi infrastruktur tersebut. 3. Perlindungan daerah sekitar mata air (radius 200 m). Pada saat ini kondisi tata guna lahan sekitar mata air pada setiap daerah sangat beragam. Beberapa lokasi mata air, daerah sekitarnya telah terdapat bangunan fisik (pemukiman/industri). Pada lokasi mata air yang demikian maka yang harus diperhatikan adalah menjaga agar sistem bangunan penangkap mata air yang telah ada tidak diganggu, tetapi harus dipelihara dengan baik, Namun demikian pada lokasi mata air yang masih bebas dari bangunan fisik, maka fungsi lahan sekitar mata air sebagai kawasan lindung harus dipertahankan, 20 ‘ennendalian Kerusaken Keane groguman Hayoti DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. I. 2001, Analisa Sumber Mata Air di Kabupaten Banyumas. Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup. Purwokerto. Budianta, E. 2001. Upaya Pemanfaatan Ekosistem Mata Air Berkelanjutan. Makalah Disampaikan pada Workshop Pengendalian Kerusakan Ekosistem Mata Air. Efendi, A.T. 1985. Peta Hidrologi Indonesia I : 250.000 Lembar Pekalongan Gawa). Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung. Kolopaking, L.M., dkk. 2000. Konstruksi Pengembangan Aplikasi Inderaja untuk Sumber Daya Air. Fakultas Pertanian-IPB dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Bogor. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI. 2000. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor : 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Jakarta. Poespowardoyo, R.S. 1984. Peta Hidrogeologi Indonesia 1 : 250.000 Lembar Kediri, Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung. Prastowo. 2001. Pengendalian Kerusakan Mata Air. Makalah Disampaikan pada Workshop Pengendalian Kerusakan Ekosistem Mata Air, Bapedal Jakarta tanggal 26 Nopember 2001. Bogor. Sungkawa, W. 2000. Peta Hidrogeologi Indonesia I : 100.000, Catatan Penerangan Lembar 1308-6, 1308-3 (purwokerto, Tegal). Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung. Suryaman. 1999. Peta Hidrogeologi Indonesia 1 : 100.000, Catatan Penerangan Lembar 1608-1, Malang, Jawa Timur. Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung ‘indus Geapadidcs dn mln Whgooiew Wu 21 Geegendalins din Pemba Ekgristem Mota fir ‘Psat Pengendalins Kprasakan Keane oraqam Diyas

Anda mungkin juga menyukai