Anda di halaman 1dari 24

Kekuasaan dan Politik

Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (power) mengacu
pada kapasitas yang dimiliki A
untuk memengaruhi perilaku
B,
sehingga B melakukannya
sesuai keinginan A. Aspek
yang paling penting dari
kekuasaan adalah
apakah terdapat fungsi
ketergantungan. Semakin besar
ketergantungan B terhadap A,
semakin
besar kekuasaan A dalam
hubungan tersebut.
Membedakan Kepemimpinan
dengan Kekuasaan
Kekuasaan tidak memerlukan
kesesuaian kesesuaian di
antara tujuan-tujuan pemimpin
dengan
yang dipimpin. Perbedaan
kedua terkait dengan arahan
dari pengaruh.
Kepemimpinan
menitikberatkan pada
pengaruh ke arah bawah
kepada para pengikut.
Dasar Kekuasaan
1. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan
pada posisi seorang individu di
dalam organisasi. Ini dapat
berasal dari kemampuan untuk
memaksa atau memberikan
imbalan, atau dari wewenang
formal.
a. Kekuasaan Paksaan
(Coercive Power)
Dasar kekuasaan yang
bergantung pada ketakutan
atas hasil yang negatif
akibat
kegagalan untuk memenuhi.
Kekuasaan untuk memaksa
dapat juga berasal dari
penahanan informasi yang
penting. Orang-orang di dalam
organisasi yang memiliki data
atau pengetahuan yang
diperlukan oleh orang lain
maka dapat membuat yang
lainnya
bergantung pada mereka.
b. Kekuasaan Imbalan
(Reward Power)
Pencapaian kepatuhan yang
didasarkan pada
kemampuan untuk
mendistribusikan
imbalan yang mana orang lain
memandangnya berharga.
Pemberian imbalan ini dapat
berupa keuangan, misalnya
mengendalikan tingkat gaji,
kenaikan dan bonus.
Pemberian
imbalan bisa berupa non
keuangan, misalnya
penghargaan, promosi,
penugasan pekerjaan
yang menarik, para kolega
yang ramah, dan sif kerja atau
wilayah penjualan yang lebih
disukai.
c. Kekuasaan Legitimasi
(Legitimate Power)
Kekuasaan yang diterima oleh
seseorang sebagai hasil dari
posisinya di dalam hierarki
formal suatu organisasi.
Kekuasaan legitimasi lebih
luas daripada kekuasaan
untuk
Kekuasaan dan Politik
Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (power) mengacu
pada kapasitas yang dimiliki A
untuk memengaruhi perilaku
B,
sehingga B melakukannya
sesuai keinginan A. Aspek
yang paling penting dari
kekuasaan adalah
apakah terdapat fungsi
ketergantungan. Semakin besar
ketergantungan B terhadap A,
semakin
besar kekuasaan A dalam
hubungan tersebut.
Membedakan Kepemimpinan
dengan Kekuasaan
Kekuasaan tidak memerlukan
kesesuaian kesesuaian di
antara tujuan-tujuan pemimpin
dengan
yang dipimpin. Perbedaan
kedua terkait dengan arahan
dari pengaruh.
Kepemimpinan
menitikberatkan pada
pengaruh ke arah bawah
kepada para pengikut.
Dasar Kekuasaan
1. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan
pada posisi seorang individu di
dalam organisasi. Ini dapat
berasal dari kemampuan untuk
memaksa atau memberikan
imbalan, atau dari wewenang
formal.
a. Kekuasaan Paksaan
(Coercive Power)
Dasar kekuasaan yang
bergantung pada ketakutan
atas hasil yang negatif
akibat
kegagalan untuk memenuhi.
Kekuasaan untuk memaksa
dapat juga berasal dari
penahanan informasi yang
penting. Orang-orang di dalam
organisasi yang memiliki data
atau pengetahuan yang
diperlukan oleh orang lain
maka dapat membuat yang
lainnya
bergantung pada mereka.
b. Kekuasaan Imbalan
(Reward Power)
Pencapaian kepatuhan yang
didasarkan pada
kemampuan untuk
mendistribusikan
imbalan yang mana orang lain
memandangnya berharga.
Pemberian imbalan ini dapat
berupa keuangan, misalnya
mengendalikan tingkat gaji,
kenaikan dan bonus.
Pemberian
imbalan bisa berupa non
keuangan, misalnya
penghargaan, promosi,
penugasan pekerjaan
yang menarik, para kolega
yang ramah, dan sif kerja atau
wilayah penjualan yang lebih
disukai.
c. Kekuasaan Legitimasi
(Legitimate Power)
Kekuasaan yang diterima oleh
seseorang sebagai hasil dari
posisinya di dalam hierarki
formal suatu organisasi.
Kekuasaan legitimasi lebih
luas daripada kekuasaan
untuk
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang   
Study tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi cuma sedikit. Beberapa
studi justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan Politik
merupakan sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap organisasi tetapi
agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku
keorganisasian, karena keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang-orang
yang ada dalam organisasi.
Pada saat individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu
sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran
kekuasaan. Kekuasaan merupakan kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara
dua atau lebih individu.
Politik bukan hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga
terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok,
bahkan pada unitkeluarga. Politik merupakan suatu jaringan interaksi antarmanusia
dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan.
Politik yang dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu
karyawan dan kepentingan manajer,  serta kepentingan organisasi. Ketika
keseimbangan tersebut tercapai,maka kepentingan individu akan mendorong
pencapaian kepentingan organisasi.

B.     Tujuan Makalah
Adapun tujuan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1.     Dapat mengetahui pengertian dan sumber-sumber kekuasaan
2.     Dapat mengetahui taktik kekuasaan
3.     Dapat mengetahui penyebab dari ketergantungan dan kekuasaan.
4.     Dapat mengetahui politik dalam organisasi.
5.     Dapat mengetahui etika berpolitik dalam organisasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi Kekuasaan
      Kekuasaan (Power) biasanya mengacu pada kemampuan yang dimiliki A
untuk memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A.
Definisi tersebut mengimplikasikan sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar
efektif dan sebuah hubungan ketergantungan. Kemungkinan aspek terpenting dari
kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi ketergantungan (dependency).
Apabila Semakin besar ketergantungan B pada A, maka semakin besar pula
kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
1.      Membandingkan Kepemimpinan dan Kekuasaan
Kebanyakan Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk
mewujudkan tujuan kelompok. Biasanya Para pemimpin mencapai tujuan, dan
kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan usaha mereka tersebut. Terdapat
Perbedaan antara kedua istilah itu adalah salah satu perbedaannya terkait dengan
kesesuaian tujuan. Suatu Kekuasaan tidak mensyaratkan kesesuaian tujuan, antara
tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin. Perbedaaan kedua berkaitan dengan
arah pengaruh.
Kepemimpinan biasanya berfokus pada pengaruh ke bawah kepada para
pengikut. Kepemimpinan meminimaliskan pola-pola pengaruh ke samping dan ke
atas. Kekuasaan tidak demikian. Perbedaan lain lagi terkait dengan penekanan
penelitian. Penelitian mengenai kepemimpinan, sebagian besar, menekankan gaya.
Penelitian tersebut mencari jawaban atas beberapa pertanyaan-pertanyaan seperti :
Seberapa suportif semestinya seorang pemimpin? Sampai mana tingkat proses
pengambilan keputusan harus dilakukan bersama dengan para pengikut? Sebaliknya
penelitian mengenai kekuasaan biasanya cenderung mencakup bidang yang lebih
luas dan terfokus pada taktik-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak buah.
Penelitian tersebut melampaui individu sebagai pelaksana kekuasaan karena
kekuasaan dapat digunakan oleh kelompok dan juga individu utnuk mengendalikan
individu atau kelompok-kelompok yang lain.

2.      Landasan Kekuasaan
a.        Kekuasaan Formal
          Kekuasaan formal biasanya didasarkan pada posisi seorang individu dalam
sebuah organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan diri sendiri
untuk memaksa atau memberi imabalan, atau dari wewenang formal.

1)      Kekuasaan Koersif (Coercive Power)


Landasan kekuasaan koersif (coercive power) adalah rasa takut. Seseorang
memberikan reaksinya terhadap kekuasaan ini karena adanya rasa takut terhadap
akibat-akibat negatif yang mungkin terjadi jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif
biasanya mengandalkan aplikasi, atau ancaman aplikasi, sanksi fisik, yang
menimbulkan rasa sakit, menimbulkan frustrasi melalui pembatasan gerak, atau
pengendalian paksa terhadap kebutuhan dasar fisiologis atau keamanan.

2)      Kekuasaan Imbalan (Reward Power)


Kebalikan dari kekuasaan koersif yaitu kekuasaan imbalan (reward power).
Orang akan memenuhi keinginan atau arahan orang lain karena dengan berbuat
demikian ia akan mendapatkan manfaat yang positif. oleh Karena itu, seseorang
yang dapat membagikan imbalan atau penghargaan yang dipandang orang lain
bernilai tinggi akan memiliki kekuasaan atas orang lain itu. Imbalan tersebut bersifat
finansial – seperti pengendalian tingkat upah, kenaikan upah, dan bonus; atau
bersifat nonfinansial – termasuk pengakuan, promosi, penugasan kerja yang
menarik kolega yang ramah, dan wilayah kerja atau wilayah penjualan yang lebih
disukai.
Kekuasaan koersif dan kekuasaan imbalan saling berlawanan. Jika kita dapat
membuang sesuatu yang bernilai positif dari orang lain atau menimbulkan sesuatu
yang bernilai negatif, Anda memiliki kekuasaan koersif atas orang itu. Jika kita dapat
memberi seseorang sesuatu yang bernilai positif atau membuang sesuatu yang
bernilai negatif. Anda memiliki kekuasaan imbalan atas orang itu.

3)      Kekuasaan Legitimasi(legitimate power)


Dalam kelompok atau organisasi formal, kemungkinan akses yang paling
mudah ditemui pada satu atau lebih landasan kekuasaan adalah posisi struktural
seseorang. Hal ini disebut kekuasaan legitimasi (legitimate power). Kekuasaan
tersebut melambangkan kewenangan formal utnuk mengendalikan dan
memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi.
Posisi-posisi yang memiliki kewenangan dapat mencakup kekuasaan koersif
dan imbalan. Namun, kekuasaan legitmasi lebih luas dibandingkan kekuasaan untuk
memaksa dan memberikan imbalan. Secara spesifik, kekuasaan tersebut mencakup
penerimaan wewenang suatu jabatan oleh anggota-anggota dalam sebuah organisasi.
Ketika kepala sekolah, presiden bank, atau kapten tentara berbicara (dengan asumsi
arahan mereka dipandan ada dalam wewenang jabatan mereka), para guru, teller,
dan letnan satu akan mendengarkan dan, biasanya, mematuhinya.

b.        Kekuasaan Pribadi
Merupakan kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang
unik dan berasal dari dalam diri. Terdapat dua basis kekuatan pribadi yaitu
kekuasaan karena keahlian dan juga kekuasaan rujukan.

1.      Kekuasaan karena Keahlian (Expert Power)


Kekuasaan karena keahlian (expert power) merupakan pengaruh yang
diperoleh dari keahlian, keterampilan khusus, atau pengetahuan. Keahlian telah
menjadi salah satu sumber pengaruh yang paling kuat karean dunia sudah semakin
berorientasi pada teknologi. Karena pekerjaan semakin terspesialiasi, maka kita
menjadi semakin bergantung kepada para ahli untuk mencapai tujuan. Jadi,
meskipun secara umum diakui bahwa dokter memiliki keahlian dan dengan
memiliki kekuasaan sebagai ahli sebagian besar diantara kita mengikuti saran-saran
yang diberikan oleh dokter kita Anda juga harus mengakui bahwa para spesialis
bidang komputer, akuntan pajak, ahli ekonomi, psikolog industri,dan spesialis –
spesialis lain mampu untuk menjalankan kekuasaan sebagai hasil dari keahlian
mereka.

2.      Kekuasaan Rujukan (Referent Power)


Kekuasaan rujukan (referent power) biasanya didasarkan pada identifikasi
terhadap seseorang yang memiliki sumer daya atau sifat-sifat personal yang
menyenangkan. Jika saya akan menyukai, menghormati, dan mengagumi Anda,
Anda dapat menjalankan kekuasaan atas saya karena  saya inginkan menyenangkan
hati Anda. Kekuasaan rujukan bisa berkembang dari kekaguman kita terhadap orang
lain dan hasrat untuk menjadi seperti orang itu.

3.      Landasan Kekuasaan yang Paling Efektif


Hal yang paling menarik adalah bahwa penelitian secara cukup jelas
menunjukkan bahwa sumber-sumber  kekuasaan yang bersifat pribadilah yang
paling efektif. Kekuasaan karena keahlian  terhadap penyeliaan yaitu komitmen
keorganisasian mereka, dan kinerja mereka, sedangkan kekuasaan imbalan dan
legitimasi tampaknya tidak terkait secara langsung dengan hasil semacam ini.

B.     Ketergantungan : Kunci Menuju Kekuasaan


Aspek terpenting dari kekuasaan yaitu bahwa hal ini merupakan suatu fungsi
ketergantungan. Dalam hal ini, akan ditunjukkan betapa pentingnya pemahaman
mengenai ketergantungan dalam upaya untuk lebih lanjut memahami kekuasaan itu
sendiri.

1.      Postulat Umum tentang Ketergantungan


Apabila semakin besar ketergantungan B kepada A, maka semakin besar
kekuasaan A atas B. Ketika Anda sudah memiliki apa pun yang dibutuhkan orang
lain dan hanya Anda seorang dirilah yang mengendalikannya, Anda membuat orang
lain itu bergantung kepada Anda dan, karena itu, Anda berkuasa atasnya. Jadi, suatu
ketergantungan berbanding terbalik dengan sumber-sumber penawaran alternatif.
Jika suatu barang jumlahnya sangat banyak, kepemilikan atasnya tidak akan
meningkatkan kekuasaan anda. Jika setiap orang cerdas, kecerdasan  sebagai suatu
kualitas tidak memberikan keunggulan istimewa. Demikian jugs, diantara orang-
orang super kaya uang bukan lagi menunjukkan kekuasaan.

2.      Penyebab Ketergantungan
Ketergantungan akan meningkat apabila sumber-sumber daya yang Anda
kendalikan itu penting, langka, dan tak tergantikan.
·         Nilai Penting
Jika tak ada seorang pun menginginkan yang Anda miliki, ketergantungan
pada Anda tidak akan tercipta. Oleh Karena itu, untuk menciptakan ketergantungan,
hal-hal yang Anda kontrol haruslah hal-hal yang dipandang penting. Banyak
organisasi, misalnya, secara aktif berusaha menghindari ketidakpastian. Karenanya
kita akan menemukan individu atau kelompok yang dapat menghilangkan
ketidakpastian suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa sumber daya yang
penting.
·         Kelangkaan
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, jika sesuatu itu berjumlah sangat
banyak, kepemilikan atasnya tidak akan meningkatkan derajat kekuasaan Anda.
Suatu sumber daya harus bisa dilihat sebagai sesuatu yang langka guna menciptakan
ketergantungan. Hal Ini dapat membantu  menjelaskan bagaimana para bawahan
dalam sebuah organisasi yang memiliki pengetahuan penting yang tidak dimiliki
pemimpin mendapatkan kekuasaan atas kelompok yang disebut terakhir ini.
Kepemilikan sumber daya yang langka tersebut dalam hal ini, pengetahuan yang
penting menjadikan pemimpin bergantung pada bawahan. Hal ini juga dapat
membantu menjelaskan berbagai perilaku bawahan yang dalam cara pandang lain
tampak tidak logis , seperti menghancurkan manual prosedur yang menguraikan
bagaimana suatu pekerjaan ditunaikan, menolak untuk melatih orang lain dalam
pekerjaan mereka atau bahkan untk menunjukkan kepadanya cara yang benar dalam
menjalankan pekerjaan tersebut, menciptakan bahasa dan dan beragam istilah
khusus yang menghambat orang lain untuk memahami pekerjaan mereka, atau
beroperasi secara rahasia sehingga suatu kegiatan akan tampak lebih rumit dan sulit
dibanding yang sebenarnya.
Hubungan antara kelangkaan – ketergantungan lebih jauh dapat dilihat
dalam kekuasaan yang termasuk kategori jabatan. Individu-individu yang telah
memiliki jabatan di mana persediaan personel relatif rendah dibandingkan dengan
kebutuhnnya dapat merundingkan paket-paket kompensasi dan tunjangan yang jauh
lebih menarik dibanding bila jumlah calonnya banyak. Pengelola perguruan tinggi
saat ini tidak menemui masalah untuk mencari dosen bahasa Inggris. Sebaliknya
pasar untuk para guru teknik komputer sangat ketat : permintaan memungkinkan
mereka utnuk merundingkan gaji yang lebih tinggi, beban mengajar yang lebih
rendah, dan tunjangan lainnya.
·         Keadaan Tak Tergantikan
Semakin sedikitnya pengganti yang tersedia bagi suatu sumber daya, semakin
besar kekuasaan yang diberikan oleh kontrol atas sumber daya tersebut. Pendidikan
yang lebih tinggi sekali lagi menyediakan contoh yang sempurna. Di universitas-
universitas di mana ada banyak tekanan yang kuat bagi tenaga pengajar untuk
menerbitkan karya mereka, kita dapat mengatakan bahwa kekuasaan seorang kepala
jurusan atas seorang tenaga pengajar berkorelasi terbalik dengan banyaknya
publikasi tenaga pengajar yang bersangkutan. Semakin banyak pengakuan yang
diterima oleh seorang tenaga pengajar tersebut melalui publikasi karyanya, semakin
leluasalah ia. Artinya, karena universitas-universitas yang lain menginginkan tenaga
pengajar yang banyak mempublikasikan karyanya dan terpandang, pemintaan akan
jasa tenaga pengajar tersebut pun meningkat. Meskipun masa kerja tenaga kerja juga
turut mengubah hubungan ini dengan cara membatasi alternatif yang dimiliki kepala
jurusan, tenaga-tenaga pengajar yang baru sedikit mempublikasikan karyanya atau
tidak memiliki publikasi sama sekali memiliki mobilitas paling kecil dan mendapat
pengaruh terbesar dari atasan mereka.

C.    Taktik Kekuasaan
Taktik kekuasaan adalah suatu cara individu menerjemahkan landasan
kekuasaan ke dalam tindakan-tindakan tertentu. Di bagian ini kita akan meninjau
kembali pilihan-pilihan taktik yang populer untuk digunakan dan berbagai kondisi
yang mungkin lebih efektif dibanding yang lain. Penelitian telah mengidentifikasi
sembilan macam taktik pengaruh, yaitu :
ü  Legitimasi
Mengandalkan posisi kewenangan atau kekuasaan seseorang atau menekankan
bahwa sebuah permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam
organisasi.
ü  Persuasi rasional
Menyajikan argumen-argumen yang logis (masuk akal) dan berbagai bukti faktual
untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
ü  Seruan inspirasional
Mengembangkan komitmen emosinal dengan cara-cara menyerukan nilai-nilai,
kebutuhan, harapan, dan aspirasi sebuah sasaran.
ü  Konsultasi
Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara
melibatkannya dalam mengabil keputusan atau memutuskan bagaimana rencana
atau perubahan akan dijalankan.
ü  Tukar pendapat
Memberikan imbalan atau hadiah kepada terget atau sasaran berupa uang atau
penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
ü  Seruan pribadi
Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.
ü  Menyenangkan orang lain
Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat akrab sebelum membuat
permintaan.

ü  Tekanan
Yaitu dengan cara menggunakn peringatan, tuntutan tegas, dan ancaman.
ü  Koalisi
Meminta bantuan orang lain untuk membujuk sasaran (target) atau menggunakan
dukungan orang lain sebagai alasan agar si sasaran tersebut setuju.
Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain. Secara
khusus kebanyakan bukti menunjukan bahwa persuasi nasional, seruan
inspirasional dan konsultasi cenderung menjadi cara yang paling efektif. Sebaliknya
tekanan yang lebih sering menjadi bomerang dan paling tidak efektif diantara
kesembilan taktik itu. Kita juga dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan
anda dengan cara menerapkan lebih dari satu jenis taktik pada saat yang bersamaan
atau secara berurutan, sepanjang pilihan-pilihan taktik anda itu selaras. Sebagai
contoh menggunakan taktik yang menyenangkan orang lain ataupun legitimasi
dapat meminimalisir reaksi negatif yang mungkin akan timbul akibat “didikte” oleh
atasan.

a.  Kekuasaan dalam kelompok : Koalisi


Koalisi adalah suatu kelompok informasi yang diikat bersama dengan sebuah
isu perjuangan yang sama. Cara alamiah untuk mendapatkan pengaruh adalah
dengan menjadi pemegang kekuasaan. Oleh Karena itu, orang-orang nyang
menginginkan kekuasaan akan berupaya membangun landasan kekuasaan pribadi.
Tetapi, dalam kebanyakan contoh, hal ini mungkin sulit, beresiko, mahal, atau
bahkan mustahil. Bila demikian, upaya akan dilakukan untuk membentuk koalisi
dari dua atau lebih. Orang di luar kekuasaan yang dengan bersatu, bisa
menggabungkan sumber-sumber daya mereka guna meningkatkan kekuasaan.
Koalisi yang berhasil terdiri dari anggota-anggota yang sifatnya cair dab bisa
terbentuk secara cepat, menjangkau isu yang menjadi sasaran mereka, dan cepat
pula bubarnya”.
Prediksi lain mengenai koalisi berkaitan dengan kadar saling ketergantungan
di dalam organisasi. Lebih banyak koalisi yang bisa tercipta apabila terdapat banyak
ketergantungan tugas dan sumber daya. Sebaliknya akan terdapat lebih sedikit yang
saling ketergantungan di antara berbagai sub unit dan lebih sedikit aktvitas
pembentukkan koalisi bilamana berbagai sub unit itu mandiri dengan sumber daya
yang melimpah.
Terakhir pembentukan suatu koalisi akan dipengaruhi oleh tugas-tugas aktual
yang dijalankan oleh para pekerja. Semakin rutin atau banyak tugas semua
kelompok, semakin besar kemungkinan akan terbentuk koalisi. Semakin besar
pekerjaan yang orang lain lakukan, semakin besar ketergantungan mereka. Untuk
mengimbangi ketergantungan ini, mereka perlu membangun koalisi. Ini dapat
membantu menjelaskan sejarah terbentuknya serikat-serikat pekerja, khususnya
diantara para pekerja yang berketerampilan rendah. Karyawan-karyawan di sini
dalam kapasitas mereka sebagai anggota koalisi yang satu akan lebih mampu
menegosiasikan kenaikan upah, tunjangan, dan kondisi kerja dari pada jika mereka
bertindah sendiri-sendiri.
b.   Pelecehan seksual ( ketidakseimbangan kekuasaan di tempat kerja)
Pelecehan seksual yaitu segala aktivitas atau kegiatan yang bersifat seksual
yang tidak diinginkan dan memengaruhi pekerjaan seorang individu, serta
menciptakan suasana kerja yang tak nyaman. Pelecehan seksual biasa didefinisikan
sebagai segala aktivitas bersifat seksual yang tidak diinginkan dan memengaruhi
pekerjaan seorang individu, serta menciptakan suasana keerja yang tak nyaman.
Mahkamah Agung AS membantu memperjelas definisi tersebut dengan
menambahkan bahwa tes kunci untuk menentukan apakah telah terjadi pelecehan
seks adalah apakah komentar atau perilaku di suatu lingkungan kerja umumnya
akan dianggap, dan memang dipandang tak menyenangkan ataupun merendahkan.
Pada umumnya organisasi telah membuat  kemajuan besar kearah pembatasan
bentuk-bentuk pelecehan seks terbuka selama dasawarsa silam. Hal Ini mencangkup
sentuhan fisik yang tidak diinginkan, permintaan kencan yang berulang sementara
orang yang diajak jelas-jelas tidak berminat, dan ancaman disertai  kekerasan bahwa
seseorang akan kehilangan pekerjaan bila ia menolak ajakan berhubungan seks
Pelecehan seksual merupakan masalah kekuasaan, yaitu seorang individu
mencoba mengendalaikan atau mengancam individu lainnya. Tindakan ini salah.
Dan berbuat tidak senonoh terhadap perempuan atau laki-laki manapun menyalahi
aturan atau hukum. Namun anda bisa memahami pelecehan seksual muncul ke
permukaan dalam organisasi jika anda menganalisnya dalam bingkai kekuasaan
telah dijelaskan.
Bagaimana pelecehan seksual tersebut dapat mengakibatkan kehancuran
sebuah organisasi, tetapi tindakan ini sebenarnya dapat dihindari. Peran seorang
manager perusahaan dalam mencegah pelecehan seksual sangat penting. Beberapa
cara agar para manager bisa melindungi diri mereka sendiri, dan karyawan mereka
dari pelecehan seksual adalah sebagai berikut :
1.    Pastikan adanya sebuah kebijakan yang sangat tepat mendefinisikan hal-hal yang
merupakan pelecehan seksual, yang memberi tahu karyawan bahwa mereka dapat
dipecat karena melakukan pelecehan seksual semacam itu kepada  karyawan lain,
dan yang menetapkan prosedur untuk menyampaikan keluhan.
2.    Yakinkanlah karyawan bahwa mereka tidak akan menghadapi balasan jika mereka
menyampaikan keluhan mereka.
3.      Selidikilah setiap keluhan dan ikut sertakan divisi legal dan sumber daya manusia
perusahaan.
4.      Pastikan bahwa pelakunya terena sangsi atau diberhentikan.
5.  Adakan seminar internal untuk bisa membangkitkan kesadaran karyawan akan isi-isu
seputar pelecehan seksual dan pelecehan.

Kesimpulannya yaitu bahwa para manager memiliki tanggung jawab untuk


melindungi karyawan merekan dari lingkungan kerja yang tak menyenangkan, tetapi
mereka juga perlu melindungi diri mereka sendiri. Para manager mungkin tidak
akan menyadari bahwa salah seorang karyawan mereka mengalami pelecehan
seksual. Tetapi hal itu mungkin tidak akan melindungi mereka atau organisasi
mereka. Jika para penyelidik hukum meyakini bahwa seorang manager sudah tahu
tentang pelecehan seksual di lingkungan di bawah tanggung jawabnya, baik si
manager maupun perusahaan dapat dikenai tanggung jawab.   

D.  Politik dalam Organisasi


DuBrin pernah menyatakan, "Politik organisasi merujuk ke pendekatan-
pendekatan informal untuk memperoleh kekuasaan, melalui cara-cara di luar
prestasi kerja dan keberuntungan. Politik di sini dimainkan untuk mencapai
kekuasaan, baik secara langsung ataupun tidak langsung."
Sedangkan Robbins juga mengatakan bahwa "politik organisasi pada
dasarnya berfokus pada penggunaan kekuasaan untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi, atau berfokus pada perilaku-perilaku untuk
melayani kepentingan diri sendiri, yang bukan merupakan tugas atau arahan dari
organisasi"
Richard L. Daft juga mendefinisikan politik organisasi sebagai “ [kegiatan
yang] melibatkan kegiatan memperoleh, mengembangkan dan menggunakan
kekuasaan (power) dan sumber daya lainnya guna mempengaruhi pihak lain serta
menambah hasil yang diharapkan tatkala terdapat ketidak menentuan ataupun
ketidak setujuan seputar pilihan-pilihan yang tersedia.” Dengan definisi ini, perilaku
politik dapat menjadi kekuatan positif ataupun negatif. 
Politik Organisasi merupakan suatu kemampuan untuk mengidentifikasi peta
kekuatan di dalam organisasi, siapa yang dominan dalam pembuatan keputusan,
serta aspek-aspek yang hidden di dalam organisasi.

1.  Dimensi Perilaku Politik


Kemunculan suatu politik dalam organisasi juga dikaitkan dengan adanya
perilaku politik di kalangan anggota organisasi. Perilaku tersebut yang membuka
ruang yang besar bagi individu dalam organisasi untuk melibatkan diri dalam politik.
Eran Vigoda-Gadot telah merinci 6 dimensi perilaku politik di diri individu yang
mendorong munculnya kegiatan politik, yaitu: 
1.      Otonomi Pekerjaan. Semakin independen karyawan dalam melakukan tugas,
semakin mahir kemampuannya dalam menerapkan pengaruh dengan tujuan
mempromosikan keinginannya;
2.      Masukan Keputusan. Keterlibatan dan kerjasama dalam proses pengambilan
keputusan membuat karyawan merasa terhubung dengan organisasi, suatu perasaan
tanggung jawab agar ia berfungsi lebih jauh, dan keinginan menanam andil (jasa)
guna mempertahankan daya saing organisasi. Lebih jauh lagi, terbuka kesempatan
yang memungkinkan untuk memunculkan perilaku politik yang berupaya
memaksimalkan tujuan personal dan organisasi dan meraih prestasi lewat
pemberian pengaruh atas orang lain sehingga mereka akan membantunya dalam
merealisasikan tujuan individualnya maupun organisasi.
3.      Kepuasan Kerja. Semakin puas seorang karyawan, maka semakin ia percaya pada
organisasi berikut seluruh proses di dalamnya sehingga keterasingannya dari
pekerjaan jauh berkurang. Kepuasan yang ia dapatkan di pekerjaan membentuk
kepentingannya sendiri yaitu memelihara status quo. Jika kepuasannya kurang maka
itu akan membawa individu bertindak dalam rangka mempengaruhi pihak lain
untuk mengubah keputusan-keputusan di dalam organisasi.
4.      Status dan Prestise Pekerjaan. Status dan prestise pekerjaan berhubungan
dengan opini politik. Semakin besar keinginan untuk mengekspresikan opini, protes,
dan secara aktif mengutarakan ide-ide yang ia sukai. Tatkala pekerja punya status
dan prestise profesional yang tinggi, maka ia juga akan menuntut aset-aset yang
butuh dukungan dan perlindungan. Ia tidak hanya mengupayakan perubahan besar
atas lingkungannya dan menggunakan keahlian politiknya yang tinggi guna
memelihara aset-aset pribadinya.
5.      Hubungan Kerja. Hubungan yang dekat di antara satu individu dengan individu
lainnya di lokasi kerja akan membawa pada merembeskan pandangan satu sama lain
di dalam organisasi, di mana terjadi adaptasi persepsi, sikap dan perilaku politik
mereka.
6.      Unionisasi. Serikat pekerja akan memutar gagasan dan ide, perilaku dan kebiasaan
politik dari tingkat lingkungan kerja hingga sistem politik nasional dan vice versa
(demikian sebaliknya). Orang yang cenderung terlibat dan aktif dalam komite
pekerja pada umumnya mahir pula dalam berpolitik.
2.    Praktik politik dalam organisasi
Setiap aktor termasuk manajer akan menggunakan taktik dan strategi untuk
mempengaruhi aktor lain dengan menggunakan sumber kekuasaan yang dimiliki.
Secara deskriptif, beberapa taktik yang dipakai oleh para aktor adalah sebagai
berikut:
·         Membentuk koalisi dengan pihak yang lain untuk meningkatkan dukungan dan
sumber daya.
·         Menciptakan suasana (seremoni dan simbol) untuk membentuk suatu persepsi dan
perilaku orang-orang sesuai dengan peran dan fungsinya
·         Mentransformasikan kepentingan kita menjadi kepentingan pihak lain dengan
mengubah persepsi dan tindakan pihak lain
·          Memperluas jumlah pemain yang terlibat dalam suatu isu yang menjadi
kepentingan kita untuk mendapatkan perhatian yang lebih luas
·         Melakukan negosiasi dan tawar-menawar dengan pihak lain yang bersinggungan
dengan kepentingan kita untuk mendapatkan kompromi

E.  Etika Berpolitik dalam organisasi


Pembahasan suatu politik organisasi tidaklah lengkap tanpa berbicara tentang
etika berpolitik dalam organisasi. Pertimbangan etis haruslah merupakan suatu
kriteria pengontrol dalam perilaku politik untuk mempengaruhi pihak tertentu. Etik
merupakan standar moral apakah suatu perilaku baik atau buruk menurut norma
masyarakat. Perilaku politik yang etis adalah suatu perilaku yang bermanfaat untuk
individu dan organisasi, sedangkan perilaku politik yang tidak etis adalah perilaku
yang bermanfaat untuk individu tetapi melukai organisasi.     

Setidaknya ada terdapat tiga kriteria untuk menilai apakah cara kita bertindak
etis atau tidak etis yaitu prinsip utilitarianisme, hak dan keadilan. Prinsip
utilitarianisme mengajarkan bahwa keputusan yang telah kita ambil haruslah
’memberikan manfaat terbesar untuk jumlah orang terbesar’. Pandangan demikian
menekankan pada kinerja kelompok (kinerjaorganisasi). Dengan kata lain, suatu
pengambilan  keputusan adalah dalam rangka efisiensi dan produktivitas organisasi,
bukan untuk mengambil keuntungan sepihak. Prinsip ’hak’ menekankan bahwa
setiap individu mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan
berbicara,
Sebagaimana diatur dalam Piagam Hak Asasi Manusia. Prinsip ’keadilan’
mengisyaratkan individu untuk memberlakukan dan menegakkan aturan-aturan
secara adil dan tidak berat sebelah atau pilih kasih sehingga terdapat distribusi
manfaat dan biaya yang pantas.
Dalam melakukan tindakan politik, siapapun aktornya (bisa manajer atau
staf) haruslah mempunyai pedoman pada tiga kriteria etis tadi.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kekuasaan (Power) biasanya mengacu pada kemampuan yang dimiliki A
untuk memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A.
Definisi tersebut mengimplikasikan sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar
efektif dan sebuah hubungan ketergantungan. Kemungkinan aspek terpenting dari
kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi ketergantungan (dependency).
apabila Semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar pula kekuasaan A
dalam hubungan tersebut.
Kekuasaan formal biasanya didasarkan pada posisis seorang individu dalam
sebuah organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan diri sendiri
untuk memaksa atau memberi imabalan, atau dari wewenang formal. Sedangkan
kekuasaan pribadi merupakan kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual
mereka yang unik terdapat dua basis kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan karena
keahlian dan juga kekuasaan rujukan.
Taktik Kekuasaan merupakan cara-cara individu menerjemahkan landasan
kekuasaan kedalam tindakan-tindakan tertentu. Ada Terdapat Sembilan taktik
pengaruh diantaranya legitimasi, persuasi rasional, seruan inspirasional, konsultasi,
tukar pendapat, seruan pribadi, menyenangkan orang lain, tekanan, dan koalisi.
            Ketergantungan akan meningkat apabila sumber-sumber daya yang
dikendalikan itu penting, langka, dan tidak tergantikan. Koalisi merupakan sebuah
kelompok informal yang diikat bersama dengan sebuah isu yang diperjuangkan
bersama. Koalisi yang berhasil terdiri dari anggota-anggota yang sifatnya cair dan
bisa berbentuk secara cepat, menjangkau isu yang menjadi sasaran mereka, dan
cepat pula bubarnya. 
Perilaku Politik merupakan kegiatan yang tidak hanya dipandang sebagai
bagian dari peran formal seseorang didalam organisasi, tetapi yang memengaruhi,
atau berusaha memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam
organisasi. Serta terdapat faktor-faktor yang berpengaruh atau berkontribusi
terhadap perilaku politik yaitu faktor individu dan faktor organisasi

Anda mungkin juga menyukai