Anda di halaman 1dari 20

NEGARA DAN

MASYARAKAT MADANI
KELOMPOK 8

JULIA CAESAREINA - 052002100064


RIFQA SAYYIDAH IMANUDDIN - 052002100065
TINTIN KURNIAWATI - 010001904039

A. PENGERTIAN NEGARA DAN MASYARAKAT MADANI

KERANGAN
B. TELAAH ASAL MULA TERBENTUKNYA NEGARA
C. VISI, MISI DAN TUJUAN NEGARA DAN

PRESENTASI
MASYARAKAT MADANI
D. TINJAUAN TENTANG PLURALISME DALAM

MASYARAKAT MADANI
E. TINJAUAN TENTANG SISTEM POLITIK DALAM

MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI


A. PENGERTIAN NEGARA DAN MASYARAKAT MADANI

Negara ialah suatu wilayah teritorial kekuasaan darat dan laut yang berkedaulatan,
mempunyai sistem pemerintahan, sistem hukum dan nama wilayah secara dejure diakui dunia.
Sedangkan,
Masyarakat merupakan komunitas manusia yang menetap di dalam negara dan yang menjadi
sasaran tujuan pemerintahan negara yaitu menciptakan kebaikan, ketertiban dan kesejahteraan
bersamaan dan merdeka dari penjajah dunia.

Tinjauan Islam mengenai negara ialah tetap mengacu pada definisi di atas, terkecuali Islam
menekankan kepada perilaku penduduk suatu negeri itu harus menyadari segala kenikmatan
yang ada di negara itu merupakan pemberian Allah SWT. yang harus disyukuri.

Jika negara merupakan wadah masyarakat, maka masyarakat madani merupakan isi
negara itu. Masyarakat madani ialah masyarakat yang membawa nama baik negara itu
atau warga suatu negeri mewujudkan kesalehan sosial yang taat beribadah atas
dasar kesadaran imani untuk mensyukuri nikmat.

Digunakannya istilah ‘masyarakat madani’ karena identik dengan kondisi masyarakat


Madinah yang telah memiliki modal keimanan untuk taslimun (berpasrah) kepada
hukum Tuhan. Adapun bila kata ‘madani’ dihubungkan dengan kebahasaan Arab, maka berarti
‘kota’.

Jadi masyarakat madani ialah masyarakat kota.


B. TELAAH ASAL MULA TERBENTUKNYA NEGARA

Bermula dari manusia sebagai makhluk sosial yang diciptakan Allah dalam keadaan lemah,
manusia tidak dapat memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa bantuan orang lain. Watak dasar
yang serba terbatas inilah yang mendorong manusia untuk bekerja sama. Dari interaksi sosial itu
secara evolusi membentuk komunitas hidup bermasyarakat dan akhirnya membuatkontrak politik
untuk mendirikan negara.

Negara merupakan persekutuan hidup dimana memerlukan musyawarah untuk menyepakati


aturan-aturan hukum agar tercipta kemaslahatan bersama. Atas dasar pertimbangan maslahat
maka diperlukan lembaga musyawara dalam berbagai tingkatan kepemimpinan. Menurut Al-
Mawardi “Lembaga Negara dan Pemerintahan adalah sebagai pengganti fungsi kenabian dalam
menjaga agama dan mengatur urusan dunia.”
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa negara sebagai lembaga politik atau organisasi
pemerintahan sebagai manifestasi keberserikatan hidup di dalam wilayah suatu
masyarakat untuk mewujudkan ketertiban umum dan kesejahteraan bersama dengan
berdasarkan sistem hukum.

Domisili suatu negara tentu saja di atas tanah atau bumi yang menjadi tempat kelahiran dang tempat
mencari penghidupannya sendiri (sebagai mana Q.S. Hud [61]). Atas dasar konteks ini bumi
jajahan bukanlah hak kedaulatan penjajah. Penjajah itu merupakan warga asing yang
ingin berdaulat bukan di buminya sendiri, sehingga tidak memiliki rasa cinta Tanah
Air pada bumi jajahannya.

Rasa cinta Tanah Air merupakan modal untuk ‘mustakhlafin’, yaitu menguasai dan mengelola
bumi untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk memperkaya diri secara opportunis
(peringatan Allah dan Q.S. At-Takatsur).
C. VISI, MISI DAN TUJUAN NEGARA DAN MASYARAKAT MADANI

1. Visi Negara dan Masyarakat Madani


Visi negara dan masyarakat madani ialah menjadi negara dengan sejumlah penduduk yang
mendiaminya secara efektif menjalankan kekhalifahan, Qs. Al-Baqarah (2) Ayat 30 atau
memakmurkan (i'marah fil ardhi) dengan interaksi kebaikan, QS. Al-Maidah (5) Ayat 2 dan Hud (11)
Ayat 61, di samping mewujudkan kehambaan Tuhan (Allah SWT) yang terbit dari kesadaran
keimanan yang penuh, QS. Adz-Dzariar (51) Ayat 56.

2. Misi Negara dan Masyarakat Madani


Berdasarkan visi diatas, maka misi yang harus dilakukan dari waktu ke waktu oleh negara dan
masyarakat dapat memetik pelajaran (i'tibar) dari kisah-kisah Al-Quran dan sejarah Rasulullah SAW
bagaimana beliau mengubah kejahiliahan menjadi kesalehan di antara dua kelompok masyarakat
yang berbeda bentuk dan karakter problem krisis yaitu masyarakat Mekah dan Madinah.
I'tibar Prof. Dr. Ahmad Syalabi dari misi Rasulullah ditekankan kepada peletakan dasar-dasar
Masyarakat Islam (masyarakat madani) di Madinah setelah kafir Quraisy Mekah berbondong datang
untuk masuk Islam, sebagai berikut :

a. Mendirikan Masjid
sebelum agama islam datang telah menjadi kebiasaan bagi suku-suku Arab untuk pertemuan.
setelah agama Islam datang, Rasulullah bermaksud mempersatukan suku-suku bangsa ini dengan
jalan menyediakan suatu tempat pertemuan untuk mengerjakan ibadat dan pekerjaan-pekerjaan
atau upacara-upacara lain. Maka Nabi mendirikan Masjid dan diberi nama "Baitullah"

b. Mempersaudarakan antara Anshar dan Muihajirin


Ali bin Abi Thalib dipilih menjadi saudara Nabi sendiri. Lalu, Abu Bakar beliau persaudarakan
dengan Kharijah ibnu Zaubair. Persaudaraan ini pada awalnya kekurangan dan kelebihan sebagai
seseorang yang mempunyai persaudaraan nasab, termasuk diantaranya hal pusaka, hal tolong
menolong dan lain-lain.
c. Perjanjian bantu-membantu antarsesama kaum Muslimin dan bukan kaum Muslimin.

Setelah peristiwa berhijrah, penduduk madinah terdiri atas tiga golongan, yaitu : kaum Muslimin,
bangsa Yahudi, dan bangsa Arab yang belum menganut agama islam. Lalu Rasulullah SAW hendak
menciptakan suasana bantu-membantu dan sifat toleransi antar golongan-golongan tersebut,
karena itu beliau membuat perjanjian sebagai berikut :

-- Memiliki pribadi keagamaan dan politik, menghukum orang yang membuat kerusakan dan
memberi keamanan kepada orang yang patuh adalah hak tiap golongan
- Kebebasan beragama adalah hak setiap orang
- Wajib bagi seluruh penduduk Madinah untuk saling membantu, baik secara moril maupun materil.
- Rasulullah adalah pemimpin bagi penduduk Madinah, jadi kepada beliau lah segala perkara dan
perselisihan dibawa untuk diselesaikan.
d. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru.

Islam adalah agama dan negara. Karena Masyarakat Islam itu telah terwujud, maka menjadi suatu
keharusan bagi Islam untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru terwujud
itu. oleh karena itu ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan pada periode ini terutama ditunjukan kepada
pembinaan hukum.

maka timbullah dari dua buah sumber yang jadi pokok hukum ini (Al-quran dan Hadits) suatu sistem
di bidang politik, yaitu sistem musyawarah.

dan pada bidang ekonomi terdapat suatu sistem yang menjamin keadilan sosial, yaitu terdapat pada
hadits berikut :
"bukan orang yang beriman yaitu orang yang merasa kenyang dan tetangganya kelaparan"

Menurut Al-Umari terdapat beberapa prinsip dasar yang dapat diidentifikasikan dalam pembentukan
masyarakat madani, diantaranya : 1). adanya sistem muakhkhah (persaudaraan) 2). Ikatan iman 3).
Ikatan cinta 4). persamaan si kaya dan si miskin 5). Toleransi umat beragama
Misi negara dan masyarakat madani yang mengambil pelajaran dari Rasulullah SAW
adalah sebagai berikut :

a. Membantu keimanan (ketauhidan) masyarakat. Dimulai dari dakwah atau penyampaian ajaran-
ajaran yang membimbing kesadaran hati dan pemikiran sehat ke arah keimanan

b. membangun jamaah dan rumah ibadah untuk pembinaan ketaatan dan pembangunan kekuatan
spiritual. Rasulullah sebelum sampai di Yastrib (Madinah) ketika hijrah beliau bersama sahabatnya
membangun "Masjid Quba".

c. Membangun Lembaga Musyawarah masyarakat (jamaah). Rasulullah melanjutkan fungsi "Darun


Nadwah" sebagai sarana bermusyawarah.

d. Membangun persaudaraan se-Tanah Air (ukhwah wathaniyah).

e. mengangkat pemimpin yang memiliki kriteria "sulthan" kekhalifahan, dan taat ibadah dengan
kepribadian yang sidiq, amanat, tabligh, dan fathanah.

f. Menertibkan perilaku masyarakat dengan kekuatan norma-norma kitab suci agama yang
dirumuskan dalam sistem dan dilakukan oleh efektivitas kepemimpinan yang disebut "'ulil-amri"
g. Membentuk kesejahteraan sosial melalui pengupayaan zakat, infak, sedekah, wakaf, pajak,
penampungan harta waris yang tidak ada ahli warisnya, dan mengupayakan "imarah pengembangan
penghasilan" oleh "baitul-mal"

h. Membentuk sistem pertahanan dan keamanan haluan dalam dan


luar negeri

i. Mengefektifkan peranan kalangan masyarakat antara lain kaum cerdik-cendekia/ilmuwan, ahli-ahli


ilmu agama/mubaligh, aghniya (hartawan / pengusaha), dan masyarakat luas bisa efektif
berinteraksi dalam disiplin kesalehan sosial.

j. Membangun pengembangan kelestarian alam QS Ar-Rum (30) Ayat 41-42. Yang dimaksud
kelestarian alam dalam ayat Alquran tersebut ialah harmoni lingkungan perilaku manusia dan
lingkungan hewan, tumbuhan (flora dan fauna) serta laut yang tidak tercemar baik oleh benda yang
merusak lingkungan air maupun oleh pertumpahan darah manusia;

k. Melakukan pembaharuan dan perbaikan (tajdid dan islah) melalui pemberdayaan pengembangan
IPTEK dan IMTAQ melalui sistem yang dipacu oleh "ulil amri" (pemerintah).
3. Tujuan Negara dan Masyarakat Islam
Tujuan bermasyarakat dan bernegara ialah untuk mewujudkan kebaikan dan melindungi kepentingan
bersama untuk kesejahteraan yang mereka harapkan. Negara dalam usahanya mencapai tujuan dan
cita-citanya diperlukan landasan moral dengan menjaga terpeliharanya kehidupan beragama,
solidaritas sosial dan akhlak yang luhur sebagai proses penataan terbentuknya masyarakat yang
sejahtera. Di samping itu suasana yang nyaman, aman dan tertib. Sebagai tujuan asasi bernegara
diperlukan pemimpin yang adil dan berwibawa serta pemerintahan yang bersih dari penyimpangan
dan kezaliman.
D. TINJAUAN TENTANG PLURALISME DALAM MASYARAKAT MADANI

Sistem Rasulullah SAW dalam suatu negara ialah mengayomi dan memberi hak kepada
anggota masyarakat untuk menaati kitab suci dan agama yang dianut mereka
sendiri, meskipun dakwah Islam tetap harus dijalankan tetapi kalomat “la ikraha
fid-Din” (tidak ada paksaan dalam menganut agama) konsekuen diaplikasikan.
Seperti dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah (5) Ayat 43-50, dan Al-Baqarah (2) Ayat 256.

Nabi tidak menghendaki warga nonmuslim dipaksa mengikuti ajaran Islam apalagi sampai terjadi
ketakutan/kebencian terhadap Agama Islam dan/atau Umat Muslim (Islamophobia). Seperti
yang beliau ucapkan : “Barangsiapa mengganggu seorang dzimmi (nonmuslim yang
menjadi warga negara Daulah Islamiyah), sungguh (berarti) ia telah
menggangguku. Dan barangsiapa yang menggangguku, sungguh ia telah
mengganggu Allah.” (HR. Tabrani).
Rasulullah pernah mengadili seorang Yahudi yang berzina muhshan dengan
hukum yang terdapat pada kitab suci Taurat yang ia, yakini seorang Yahudi
tersebut sudah meminta dihukum dengan mengikuti hukum Al-Qur’an
yaitu cambuk 100x, namun Rasulullah tegas menerapkan hukum yang
terdapat pada kitab suci Taurat untuk perbuatan zina mushan yaitu hukuman
Rajam.
E. TINJAUAN TENTANG SISTEM POLITIK DALAM MEWUJUDKAN
MASYARAKAT MADANI

1. Sistem Pengangkatan Pemimpin

Dalam sistem pemerintahan eksitensi seorang pemimpin dan proses pemilihannya


adalah bagian yang sangat penting dan banyak menarik perhatian. Dalam proses
pemilihan pemimpin memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup
banyak. keberdaan seorang pemimpin merupakan suatu yang wajib dan urgent.
Bahkan dalam hadist Rosulullah yang diriwayatkan Abu Daud dinyatakan bahwa jika
tiga orang berpergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang dari mereka
menjadi pemimpin. Namun bukan berarti manusia berhak menentukan sendiri metode
pengangkatan pemimpin. Alloh melalui Rasul-Nya telah memberikan tuntunan untuk
memilih seorang pemimpin. Mengingat pentingnya pemimpin, umat islam tidak boleh
sembarangan memilih pemimpin yang menjadi ulil amri bagi mereka.

Kriteria Pemimpin Ideal Menurut Islam


1. Memilih Pemimpin yang Seakidah
2. Memilih Pemimpin yang Menyeru kepada Takwa
Menyeru Takwa kepada Allah SWT
Bertindak Adil kepada Semua Pihak
Pelopor Penegakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Menjadi Suri Teladan yang Baik bagi Masyarakat
Mendorong Kerja Sama dalam Memperjuangkan Kesejahteraan bersama
Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan
Akomodatif, Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan Mengedepankan Musyawarah
dalam Setiap Mengambil Keputusan Penting untuk Masyarakat
Jujur dan Amanah
Berwawasan dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu Pengetahuan
Teguh Pendirian, Tegar dan Sabar dalam menghadapi Ujian

Ibnu Taimiyah menambahkan:


Agar pemimpin berjiwa amanah dan memiliki kekuatan, sehingga ia mampu
melaksanakan kegiatan pemerintah dengan baik.
Ibnu Khaldun menysratkan:
Memiliki Ilmu Pengetahuan
Adil
mampu melaksanakan tugas, termasuk kearifan
Sehat jasmani
2. Paradigma Kedaulatan dalam Telaah Islam

PEMIKIRAN
KONSERVATIF AKOMODATIF PEMIKIRAN SEKULARIS

Dikemukakan oleh ulama Dikemukakan oleh Al-Mawardi Dikemukakan oleh Abi Abd
Syia'ah dan Kelompok memandang bahwa agama dan Raziq dan Ahmad Luthi Sayyid.
Fundamental seperti M. Rasyid negara mempunyai hubungan Keduanya memandang ada
Ridha, Sayid Qutub dan Al- komplementer , dengan agama pemisahan antara agama dan
Maudidi memadang sebagai negara berkembang dan politik. Agama hanya mengatur
kedaulatan Tuhan (Teokrasi). dengan agama, negara dapat hubungan manusia dengan
Karena agama dan kekuasaan bimbingan etika dan moral . tuhan, sedangkan urusan politik
politik merupakan satu Agama dan Negara mempunyai dan negara terserah
kesatuan, sebagai yang hubungan simbolik dan sepenuhnya kepada umat baik
dicontohkan pada dinasti keduanya merupakan dimensi pola maupun pengaturanya
Rasulullah yang berdaulat dari misi kenabian apakah bebrbentuk khalifah,
dengan bimbingan wahyu, Al- atau teokrasi atu bentuk lainya.
Qur"an
3. Unsur-Unsur yang Menunjang Pembinaan Masyarakat Madani

1. Penguasa Formal : orang yang secara legal mendapat kedudukan sebagai


penguasa. karena mereka memperoleh legitimasi massa untuk kedudukan
tersebut. mereka mempunyai garis komando untuk mengemban misi membangun
dan membimbing masyarakat islam sesuai kedudukan masing-masing.
2. Kaum Intelektual : melalui kaum intelektual proses pencerah dapat dilakukan
untuk membidik dan membibing masyarakat islam menetukan pilihan hidup yang
lebih baik.
3. Kaum Aghinya yang Dermawan : Dalam harta kaum Aghniya ada hak sosial untuk
kepentingan kemanusiaan dan keagamaan.
4. Para Mubaligh : memilki misi Amar Ma'ruf Nahi Mungkar, dan merupakan ujung
tombak dalam mempengaruhi publik untuk mengimplementasikan nilai-nilai
islam dalam kehidupan masyarakat.
5. Kaum Dhua'fa : mereka dalam berjuang di jalan Allah untuk masyarakat islam
melalui doa-doa mereka yang diperhatikan Allah SWT.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai