Oleh: Kelompok V
Page 1
Oleh: Kelompok V
Page 2
Oleh: Kelompok V
Page 3
Kriteria
Langkah-langkah
1. Berdasarkan fakta. 2. Bebas dari prasangka 3. menggunakan prinsip-prinsip analisis 4. menggunaksn hipotesis 5. menggunakan obyektif 6. menggunakan kuantifikasi teknik ukuran
1. memilih dan mendefinisikan masalah 2. surevi terhadap data yang tersedia 3. memformulasikan hipotesis 4. membangun kerangka analisis serta alat-alat dalam menguji hipotesis 5. mengumpulkan data primer 6. mengolah, menganalisis serta membuat interpretasi. 7. membuat kesimpulan generalisasi dan
Sistematika
dalam
metode
ilmiah
sesungguhnya
merupakan
manifestasi dari alur berpikir yang dipergunakan untuk menganalisis suatu permasalahan. Alur berpikir dalam metode ilmiah memberi pedoman kepada para ilmuwan dalam memecahkan persoalan menurut integritas berpikir deduksi dan induksi.
Oleh: Kelompok V
Page 4
Oleh: Kelompok V
Page 5
Oleh: Kelompok V
Page 6
Oleh: Kelompok V
Page 7
percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan bersarkan sejumlah premis-premis ilmiah. 3. Kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Dikatakan, bahwa Pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat konkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara ontologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang memisahkan antara ilmu dan agamaperbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan berbedanya metode dalam memecahkan masalah tersebut. Dikatakan pula, proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang berdasarkan kepada tangkapan pancaindra, sebab pengujian kebenaran agama harus dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi, imajinasi di samping pengalaman. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk ke dalam kelompok ilmudemikian juga halnya dengan bidang sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuaannya. Muhammad Abdurrahman dalam bukunya at-Tafkeer juga mengatakan hal senada dengan yang telah disebutkan di atas. Ia mengatakan, bahwa metode ilmiah tidak bisa diterapkan pada ilmu yang termasuk dalam humaniora, hal ini dikarenakan bidang-bidang yang termasuk ke dalam humaniora tidak membahas perkara-perkara fisik yang dapat diukur dan diujicobakan. Meskipun demikian, beberapa aspek pengetahuan tersebut
Oleh: Kelompok V
Page 8
Oleh: Kelompok V
Page 9
diperhadapkandengan suatu masalah atau obyek. Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :Sikap ilmiah pada daadasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam
memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain : Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan
pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah;
Oleh: Kelompok V
Page 10
Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti. Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya. Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan 20 komponen sikap ilmiah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Selalu meragukan sesuatu. Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah. Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental. T e k u n.
Oleh: Kelompok V
Page 11
10. Menyukai penjelasan ilmiah. 11. Selalu berusaha melengkapi penegathuan yang dimilikinya. 12. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. 13. Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi. 14. Menyadari perlunya asumsi. 15. Pendapatnya bersifat fundamental. 16. Menghargai struktur teoritis 17. Menghargai kuantifikasi 18. Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan, 19. Dapat menerima pengertian generalisasi
Oleh: Kelompok V
Page 12
Abdurrahman, M. 2005. At-Tafkeer, Alih bahasa oleh Abu Faiz. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah An-Nabhani, Taqiyuddin. 2003. At-Tafkir, alih bahasa oleh Taqiyuddin asSibaI. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah Abdullah, Muhammad Husain. 2003. Mafahim Islamiyah; Menajamkan Pemahaman Islam. Bangil: Al-Izzah Athiyat, Ahmad. 2004. At-Thariq, alih bahasa oleh Dede Koswara. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah Departemen Pendidikaan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka. 1985. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V Gie, Liang. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta Ismail, Muhammad Muhammad. 2004. Al-fikru al- Islamy, alih bahasa oleh A. Haidar. Bangil: Al- Izzah Unal, Ali. 1998. Islam Addresses Contemporary Issues. Turkey: Caglayan A.S
Oleh: Kelompok V
Page 13