Anda di halaman 1dari 14

RATIH AMALIA DEWI

E1A 12 0031
AUDIT INTERNAL

SOAL TEORI

1. Apa yang dimaksud dengan Audit Internal? Jelaskan dengan beberapa definisi yang
relevan dari berbagai sumber!
Jawab: Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan intern) adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan
pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan
pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup,
perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan dari ikatan
profesi misalnya standar akuntansi keuangan.
Audit internal menurut IIA (Institute of Internal auditor) yang dikutip oleh Boynton
(2001:980) yakni: ”Internal auditing is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It
helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined
approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and
governance processes”. (Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif,
dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan
melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan proses tata kelola).

Menurut Hiro Tugiman (2006:11), internal auditing atau pemeriksaan internal adalah
suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

Menurut Mulyadi (2002:29), audit intern adalah auditor yang bekerja dalam
perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen
puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta
menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. IIA
(Institute of Internal auditor) memperkenalkan Standards for the professional Practice
of Internal auditing-SPPIA (Standar) dikutip dari Sawyer (2005:8), audit internal adalah
fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan
mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan.

1
http://yann-achmad.blogspot.co.id/2012/04/auditor.html (download: 3 Januari 2016)

Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif dan


aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa
pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola. [1] Audit internal
adalah katalis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan efisiensi dengan
memberikan wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan penilaian data dan
proses bisnis. Dengan komitmen untuk integritas dan akuntabilitas, audit internal yang
memberikan nilai kepada mengatur badan dan manajemen senior sebagai sumber
tujuan saran independen. https://id.wikipedia.org/wiki/Audit_internal (download: 3
Januari 2016)

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Obyektifitas dalam audit internal?


Jawab: Pengertian objektivitas menurut Lawrence B. Swyer, mortimer A. Dittenhofer
dan James H. Scheiner yang diterjemahkan oleh Desi Anhariani (2006:103) adalah :
“Objektivitas adalah suatu hal yang langka dan hendaknya tidak dikompromikan.
Seorang audior hendaknya tidak pernah menempatkan diri atau ditempatkan dalam
posisi di mana objektivitas mereka dapat dipertanyakan. Kode etik dan standar auditor
internal telah menetapkan aturan-aturan tertentu yang harus diikuti agar terhindar dari
kemungkinan pandangan akan kurangnya objektivitas atau munculnya bias. Pelanggaran
atas aturan-aturan ini akan menyebabkan munculnya kritikan dan pertanyaan mengenai
kurangnya objektivitas yang dimiliki oleh audit internal.”
Selain itu pengertian objektivitas menurut Siti Kurnia Rahayu dann Ely Suhayati
(2009:52) adalah  :
“Harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh 
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang dketahuinya  atau
mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan memprtahankan integritas
auditor akan bertindak jujur,, dan tegas, dengan mempertahankan objektivitasnya,
auditor akan bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanppa
dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi”.
Laporan hasil yang memiliki kriteria objektivitas menurut Hiro Tugiman (2006:191)
adalah :
“Suatu laporan pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan dalam
pemeriksaan, bukan perincian prosedural atau hal-hal lain yang diperlukan dalam proses
pemeriksaan. Objektivitas juga harus dapat memberikan uraian mengenai dunia auditee
dengan tidak menunjuk pada pribadi tertentu dan tidak menyinggung perasaan orang
lain.”

2
Untuk memperoleh sikap seorang auditor yang objektif menurut Lawrence B. Swyer,
mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner yang diterjemahkan oleh Desi Anhariani
(2006:11) adalah: “Objektivitas dipastikan melalui struktur organisasi, pelatihan, dan
penugasan personel dengan pertimbangan yang seksama.”
Objektivitas auditor internal menurut Standar Profesi Audit Internal yang dikutip oleh
Konsersium Organisasi Profesional Audit Internal (2004:8) adalah sebagai:
“Audior internal harus memiliki sikap mental yang obyektif, tidak memihak dan
menghindari kemungkinan timbulnya pertenangan kepentingn (conflict of interest)”.
http://6110111036-helenarizqia.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-objektivitas-
independensi.html (download: 3 Januari 2016)

3. Apa yang menjadi tujuan Audit Internal? Jelaskan jawaban dengan Anda sesuai dengan
IIA!
Jawab: Sesuai dengan definisi dan standar yang telah ditetapkan oleh the Institute
of Internal Auditors maka rumusan tujuan internal audit menurut IIA adalah sebagai
berikut:

 Menyediakan aktivitas assurance dan konsultasi yang objektif dan independen.


 Memberi nilai tambah dan memperbaiki operasional perusahaan atau organisasi

Membantu organisasi untuk meraih tujuannya dengan membawa pendekatan yang


tertib dan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari proses
manajemen risiko, pengendalian dan tata kelola organisasi.
http://www.auditinfo.org/2015/05/tujuan-internal-audit.html (download: 3 Januari
2016)

4. Mengapa independensi sangat penting bagi Audit Internal?


Jawab: Internal auditor harus memiliki independensi dalam melakukan audit dan
mengungkapkan pandangan serta pemikiran sesuai dengan profesinya dan standar audit
yang berlaku. Independensi tersebut sangat penting agar produk yang dihasilkan
memiliki manfaat yang optimal bagi seluruh stakeholder. Dalam hubungan ini auditor
harus independen dari kegiatan yang diperiksa. Independensi merupakan bagian dari
kode etik profesi Internal Auditor terhadap profesinya dan terhadap masyarakan secara
luas. http://internalaudit-karmacon.blogspot.co.id/2010/02/membangun-independensi-
internal-audit.html (download: 3 Januari 2016)

5. Menurut Anda bagaimana status sebuah organisasi mempengaruhi independensi tim


Audit Internal?
Jawab: Untuk mencapai tanggung jawab yang memadai, Unit Internal Audit berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama serta berkoordinasi

3
dengan Komite Audit melalui kegiatan berkala. Unit Internal Audit harus berada pada
level serendah-rendahnya sama dengan level tertinggi dalam organisasi diluar level
Direktorat. Head of Internal Audit (HOIA) adalah jabatan dengan posisi kepangkatan
tertinggi didalam struktur kepangkatan kepegawaian di Perusahaan.
(https://pudjo88.wordpress.com/2008/07/03/standar-profesi-internal-auditor/
(download: 3 Januari 2016)

6. Pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu apa yang diperlukan oleh Audit Internal?
Jawab: Staf audit internal secara keseluruhan atau kolektif haruslah memiliki
pengetahuan dan kecakapan yang penting bagi pelaksanaan praktek profesi di dalam
organisasi. Sifat-sifat ini mencakup kemampuan dalam menerapkan standar
pemeriksaan, prosedur dan teknik-teknik pemeriksaan. Sedangkan bagian audit internal
harus memiliki pegawai atau bila perlu menggunakan jasa konsultan yang memiliki
kualifikasi dalam berbagai disiplin ilmu seperli akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik.
pemrosesan data elektronik, teknik, perpajakan, dan hukum yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan. Walaupun demikian, masing-masing
anggota di bagian audit internal tidak perlu memlliki kualifikasi daiam seiuruh disiplin
tersebut. http://keuanganlsm.com/pemeriksaan-internal-harus-dilaksanakan-secara-
ahli-dan-teliti-15/ (download: 3 Januari 2016)

7. Mengapa hubungan antar karyawan penting bagi penyelidikan yang dilakukan oleh Audit
Internal?
Jawab: Karena penyelidikan yang dilakukan oleh Audit Internal tentu berhubungan
dengan manajemen perusahaan, hubungan antar karyawan merupakan salah satu faktor
yang dapat mempermudah penyeledikan manajemen perusahaan tersebut.

8. Menurut Anda apa peran supervisi dalam audit internal?


Jawab: Supervisi dalam audit internal merupakan salah satu aktivitas manajerial yang
berfungsi untuk melakukan pengawasan, pengontrolan atau penyediaan atas penugasan
audit agar tujuan audit dapat dicapai dengan ekonomis, efektif dan efisien untuk
memberikan rekomendasi perbaikan kinerja auditan.
Supervisi dalam setiap tahapan audit merupakan suatu kewajiban yang disyaratkan
dalam standar audit yang berlaku dalam rangka pencapaian tujuan audit serta menjaga
mutu/kulaitas pekerjaan audit. Dalam penugasan audit, supervise bukan hanya
merupakan aktivitas manajerial berupa pengawasan saja, melainkan juga merupakan
upayape ngendalian dan penjaminan terhadap mutu hasil audit (quality control and
quality assurance). http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafile/468/Supervisi_Audit.pdf
(download: 3 Januari 2016)

4
9. Jelaskan oleh Anda proses Audit Internal?
Jawab:
1. Persiapan Penugasan Audit
Persiapan penugasan audit adalah proses awal yang dilaksanakan pada proses audit.
Dalam tahap ini dimulai dengan penunjukan tim yang akan terlibat dalam suatu
penugasan oleh Satuan Audit Internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tim yang
akan melaksanakan tugas di suatu unit mempunyai payung hukum yang kuat bahwa
tim tersebut melaksanakan audit atas perintah dari atasa dan bukan karena
kehendak pribadi.
2. Survey Audit Pendahuluan
Survey pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa.
Oleh karena itu survey pendahuluan di sini meliputi langkah-langkah analisis
terhadap risiko mikro yang terkait dalam suatu unit yang akan diaudit.
Survey pendahuluan dapat dilakukan dengan sejumlah teknik audit. Penggunaan
berbagai teknik audit tersebut dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal dari
berbagai upaya untuk memperoleh dan menganalisis informasi yang relevan dengan
penilaian risiko secara efisien dan efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-
teknik audit pada tahap survey pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-
langkah survey pendahuluan di kantor unit auditor internal (on desk/off site audit),
dan di lokasi unit yang diaudit (on site audit).
3. Pelaksanaan Pengujian
Setelah melaksanakan survey pendahuluan, maka auditor dapat menentukan
cakupan dan luas audit yang hendak dilaksanakan pengujiannya. Pada tahap survey
pendahuluan auditor baru mengumpulkan informasi informasi awal tentang
kondisi auditee. Pada tahap pelaksanaan pengujian ini auditor perlu mencari bukti
yang akan menguatkan informasi yang diperoleh pada survey pendahuluan tersebut.
Bukti audit yang cukup, kompeten, relevan dan catatan lainnya.
Bukti audit dapat menjadi bukti awal sebagai bukti hukum apabila bukti tersebut
ditemukan secara cermat, akurat dan tepat yang terkait dengan temuan audit atau
kesimpulan audit.
4. Penyelesaian Penugasan Audit
Penyelesaian penugasan audit ini merupakan tahapan terakhir dari proses pekerjaan
lapangan. Dalam tahap ini auditor mematangkan berbagai temuan yang telah
dirangkum selama proses pekerjaan lapangan. Di sini auditor memperoleh keyakinan
yang memadai bahwa temuan yang dirangkumnya telah dijalankan sesuai prosedur,
obyektif dan independen.
Pada saat mengkonfirmasi temuan kepada auditee, auditor telah menyiapkan
berbagai data yang sekiranya dibutuhkan untuk mendukung temuan yang diajukan
beserta rekomendasi yang disarankan kepada auditee. Setelah proses diskusi selesai
maka auditor meminta jawaban dalam bentuk tertulis beserta dengan

5
kesanggupan auditee untuk menindaklanjuti rekomendasi. Dalam hal tanggapan
tertulis tersebut, auditee juga mencantumkan batas tindak lanjut atas rekomendasi
tersebut akan dilaksanakan serta personel yang bertanggungjawab.
Tahapan akhir dari pekerjaan lapangan adalah pertemuan akhir (exit meeting) yang
dihadiri oleh seluruh tim yang terlibat beserta manajemen dari
pihakauditee terutama yang terkait langsung dengan temuan dan rekomendasi
audit. Pada pertemuan akhir Tim Pemeriksa menyampaikan pokok-pokok hasil
pemeriksaan kepada Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang diperiksa/yang mewakili.
Pada kesempatan ini auditor juga membicarakan tentang pemantauan pelaksanaan
rekomendasi yang telah disepakati.
5. Pelaporan hasil audit
Laporan hasil audit ini merupakan media untuk menyampaikan permasalahan serta
temuan berikut dengan rekomendasi yang terdapat dalam suatu unit kepada
manajemen unit tersebut. Manajemen auditee hendaknya mengetahui temuan-
temuan serta rekomendasi yang dihasilkan dari proses audit tersebut. Hal ini karena
laporan hasil audit akan sangat berguna bagi manajemen dalam proses pembuatan
keputusan di masa yang akan datang.
Setelah selesai pelaksanaan pengujian di lapangan, maka berdasarkan dokumentasi
Kertas Kerja Audit (mulai dari perencanaan/persiapan audit sampai dengan temuan
dan rekomendasi yang sudah mendapatkan tanggapan dari auditee) Ketua Tim
bersama anggota Tim kemudian menyusun laporan hasil audit.
6. Pemantauan tindaklanjut
Tindak lanjut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui oleh
auditee terkait dengan pelaksanaan rekomendasi yang telah diberikan.
https://faizzamzami.wordpress.com/2011/02/16/proses-audit-internal/ (download: 3
Januari 2016)

10. Jelaskan oleh Anda hubungan antara Audit Internal dan Audit Eksternal?
Jawab: Hubungan kerjasama antara internal auditor dengan eksternal auditor dapat
membawa keterlibatan internal auditor dalam proses penilaian terhadap (kemungkinan)
terjadinya fraud pada area peran internal auditor yang sangat terbatas. misalnya pada
level terjadinya fraud yang melibatkan manajemen lini menengah dan atas (middle/top
management). Sehingga secara tidak langsung internal auditor akan lebih mampu
berperan dalam memantau kemungkinan terjadinya fraud pada level pembuat
kebijakan. Situasi demikian ini akan memberikan peluang bagi internal auditor untuk
berperan aktif dalam pengujian integritas, kualitas dan keandalan proses pembuatan
hingga impelmentasi kebijakan yang dilakukan oleh top manajemen.
http://nurharyanto58.blogspot.co.id/2008/02/peran-internal-auditor-terhadap.html
(download: 3 Januari 2016)

6
11. Persyaratan apa yang harus dimiliki oleh Audit Internal dalam melaksanakan tugasnya?
Jawab:
1. Kompetensi, kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing
dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya.
Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya seorang
auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan formal atau pendidikan dan
latihan sertifikasi) dibidang auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan
oleh lamanya yang bersangkutan berkarir di bidang audit atau intensitas/sering dan
bervariasinya melakukan audit.
2. Independensi, independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen
yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para
penggunalaporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari
pengaruh subyektifitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan hasil
auditnya dapat diselenggarakan secara obyektif. Independensi yang dimaksud
meliputi independensi dalam kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in
appearance).
3. Cermat dan Seksama, dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan
keahliannya dengan cermat (due professional care), direncanakan dengan baik,
menggunakan pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan
bukti yang cukup dan ditelaah secara mendalam. Di samping itu, institusi audit harus
melakukan pengendalian mutu yang memadai, organisasinya ditata dengan baik,
terhadap sumber daya manusia yang digunakan dilakukan pembinaan, diikut
sertakan dalam pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan, pelaksanaan
kegiatannya disupervisi dengan baik, dan hasil pekerjaannya direview secara
memadai. Kecermatan merupakan hal yang mutlak harus diterapkan auditor dalam
pelaksanaan tugasnya. Karena hasil audit yang dilakukan akan berpengaruh pada
sikap orang yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil audityang
dilakukannya. 
http://zahiraccounting.com/id/blog/syarat-menjadi-auditor-internal-dan-eksternal/
(download: 3 Januari 2016)

12. Apa yang Anda ketahui dengan Sistem Pengendalian Intenal?


Jawab: Sistem Pengendalian Intern merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang
terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang


diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan,
dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang
secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :

7
1. Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan
2. Pelaporan Keuangan yang handal
3. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan

Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan


perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :

1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan


perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk
juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
2. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang
meliputi laporan segmen maupun interim.
3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah taati dan
dipatuhi dengan semestinya.
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.co.id/2007/11/sistem-pengendalian-
intern-spi-basic.html (download: 3 Januari 2016)

13. Jelaskan bagaimana auditor internal melakukan penilaian tingkat kecukupan proses
pengelelolaan resiko!
Jawab: Maka auditor hendaknya menempuh langkah berikut:

1. Mengenali kemungkinan kecurangan terkait dengan kegiatan/ substansi masalah/hal


yang akan diaudit. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan pedoman sebagai
berikut:

a. Kelompokkan kegiatan/substansi masalah/hal yang akan diaudit dalam kategori


sesuai keperluan penaksiran.
b. Rumuskan kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi dari setiap bahasan
dalam kategori yang ditetapkan. Kemungkinan kecurangan tersebut disusun
sebanyak yang dapat didaftar.

2. Menetapkan pengendalian yang seharusnya ada, dalam rangka memastikan bahwa


risiko kecurangan di atas tidak akan terjadi. Langkah tersebut dilakukan dengan
pedoman sebagai berikut:

a. Pengendalian yang seharusnya ada disusun berdasarkan risiko yang diidentifikasi


pada langkah nomor 1.
b. Atas satu risiko kecurangan yang diidentifikasi dapat diidentifikasi lebih dari satu
prosedur pengendalian yang seharusnya tersedia.
c. Demikian pula sebaliknya, satu prosedur pengendalian yang seharusnya ada
mungkin akan efektif mencegah lebih dari satu risiko kecurangan.

8
d. Dasar yang digunakan untuk menilai risiko kecurangan adalah daftar prosedur
pengendalian yang seharusnya tersedia, bukan berdasarkan risiko kecurangan
yang mungkin terjadi. Penilaian didasarkan pada tersedia atau tidaknya prosedur
pengendalian, serta efektif atau tidaknya prosedur pengendalian tersebut.

3. Mengidentifikasi apakah pengendalian yang seharusnya ada tersebut benar-benar


diterapkan atau tidak diterapkan oleh perusahaan. Langkah ini dilakukan dengan
pedoman sebagai berikut:

a. Menilai apakah pengendalian yang seharusnya ada benar-benar diterapkan atau


tidak. Penilaian ini berdasarkan hasil pengamatan atau cara lain atas pelaksanaan
kegiatan.
b. Penilaian ini harus memberikan jawaban “ya” atau “tidak” atas setiap prosedur
pengendalian yang diidentifikasi, bukan atas risiko kecurangan yang mungkin
terjadi.
c. Penekanan dalam penilaian ini adalah pada efektivitas prosedur pengendalian,
bukan pada tersedianya rancangan pengendalian.

a. Menetapkan tingkat kemungkinan terjadinya (likehood) serta dampak


(consequences) kecurangan tersebut, untuk menetapkan ranking risikonya Langkah
ini dilakukan dengan pedoman sebagai berikut:

a. Penaksiran tingkat risiko dilakukan dengan memberikan skor 1 – 5 dengan


ketentuan skor 1 untuk risiko minimum dan skor 5 untuk risiko maksimum.
b. Penaksiran tingkat risiko hendaknya telah menggabungkan antara tingkat
kemungkinan terjadinya dan dampak dari risiko tersebut.
c. Penetapan ranking risiko dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai
risiko dari satu kategori/sub kategori dan kemudian membaginya dengan jumlah
butir prosedur pengendalian yang seharusnya ada sehingga diperoleh nilai rata-
rata risiko kategori/sub kategori yang bersangkutan. Kategori/sub kategori yang
mendapat nilai rata-rata risiko tinggi menunjukkan bahwa kategori/sub kategori
tersebut rawan risiko kecurangan.

5. Memilih risiko kecurangan yang akan di dalami dalam kegiatan audit. Langkah ini
dilakukan dengan memerhatikan hasil perhitungan penetapan ranking risiko yang
dihasilkan dari langkah nomor 4 tersebut di atas.

https://yudistiray.wordpress.com/2010/11/28/%E2%80%9Cperan-auditor-intern-dalam-
menghadapi-resiko-kecurangan-perusahaan%E2%80%9D/ (download: 3 Januari 2016)

14. Apa tanggung jawab auditor Internal dalam melakukan pencegahan kecurangan (Fraud
Deterence)?

9
Jawab: Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan,
pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi (perusahaan).
Sesuai Interpretasi Standar Profesional Audit Internal (SPAI) – standar 120.2 tahun 2004,
tentang pengetahuan mengenai kecurangan, dinyatakan bahwa auditor internal harus
memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti dan menguji
adanya indikasi kecurangan. Selain itu, Statement on Internal Auditing Standards (SIAS)
No. 3, tentang Deterrence, Detection, Investigation, and Reporting of Fraud (1985),
memberikan pedoman bagi auditor internal tentang bagaimana auditor internal
melakukan pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian terhadap fraud. SIAS No. 3
tersebut juga menegaskan tanggung jawab auditor internal untuk membuat laporan
audit tentang fraud. (https://muhariefeffendi.wordpress.com/2008/07/08/tanggung-
jawab-auditor-internal-dalam-pencegahan-pendeteksian-penginvestigasian-kecurangan/
(download: 3 Januari 2016)

15. Jelaskan bagaimana penanggung jawab fungsi Audit Internal menghubungkan dengan
resiko dan potensi resiko!
Jawab: Auditor internal memiliki beberapa fungsi, yaitu pencegahan, pendeteksian dan
penginvestigasian dalam manajemen. Fungsi-fungsi tersebutlah yang
menghubungkannya dengan resiko dan potensi resiko. Fungsi-fungsi tersebut akan
berperan mengelola resiko, jika resiko sudah terdeteksi maka manajemen harus mencari
cara untuk menghadapi resiko serta menginvestigasi potensi resiko tersebut sehingga
perusahaan akan tetap stabil. kemudian untuk fungsi pencegahan, potensi-potensi
resiko akan dikelola agar potensi tersebut tidak akan terjadi.

10
SOAL KASUS

Kasus Olympus Corporation

Olympus, produsen kamera asal Jepang mengaku telah menyembunyikan kerugian


investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini,
Olympus menutupi kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi.

Pengumuman ini merupakan buntut dari tuntutan mantan CEO Olympus Michael
Woodford yang dipecat pada 14 Oktober silam. Woodford meminta perusahaan yang
berumur 92 tahun ini menjelaskan transaksi mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau
sekitar Rp 11 triliun.

Presiden Direktur Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa, yang


mundur dari jabatan Presiden dan Komisaris Olympus pada 26 Oktober lalu, sebagai pihak
yang bertanggung jawab.

Sementara Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada
bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi. Keduanya menyatakan siap jika
dituntut hukuman pidana.

Pihak Olympus menemukan sejumlah dana mencurigakan terkait akuisisi produsen


peralatan medis asal Inggris, Gyrus, pada tahun 2008 lalu senilai US$ 2,2 miliar (Rp 18,7
triliun), yang juga melibatkan biaya penasihat US 687 juta (Rp 5,83 triliun) dan pembayaran
kepada tiga perusahaan investasi lokal US$ 773 juta (Rp 6,57 triliun). 

Dana-dana tersebut ternyata digunakan untuk menutupi kerugian investasi di masa


lalu tersebut. Hal itu terlihat sangat gamblang ketika dalam beberapa bulan kemudian,
pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal itu dihapus dari buku.

Kasus ini dipastikan akan menyeret Olympus, beserta para direksi dan akuntannya
kena tuntutan pidana untuk pasal manipulasi laporan keuangan dari para pemegang
sahamnya. Banyak analis yang kini mempertanyakan masa depan perusahaan yang dibentuk
pada 1919 sebagai produsen mikroskop itu.

Pengumuman yang mengejutkan ini juga membuat saham Olympus jatuh 29% ke
posisi terendahnya dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini sudah kehilangan 70% nilai
pasarnya, setara Rp 5,1 triliun, sejak ditinggal Woodford, yang terus mempertanyakan
investasi bodong tersebut.

Olympus mengaku menyelewengkan sejumlah dana akuisisi tersebut dengan


disalurkan ke banyak perusahaan investasi supaya tidak mudah terdekteksi. Praktik yang
lazim dilakukan perusahaan-perusahaan Jepang setelah krisis ekonomi Jepang tahun 1990
lalu.

11
http://bisnistrategi.blogspot.co.id/2012/02/skandal-penipuan-korporasi-terbesar.html
(download: 3 Januari 2016)

Analisa Kasus

a. Kekuatan pengendalian internal Olympus Corporation menunjukkan pengendalian


internal yang sangat lemah. Bagaimana tidak? Pelaku pelanggaran kode etik pada
perusahaan tersebut dilakukan oleh pihak-pihak internal perusahaan yang tidak
melakukan fungsinya dengan baik.
b. Olympus bekerjasama dengan akuntan publik untuk memanipulasi laporan keuangannya
dengan menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan
tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan
menyelewengkan dana akuisisi.
c. Audit Internal harus meningkatkan mutu dari pengendalian internal, termasuk
penegakan hukum dan perbaikan sistem pengawasan agar masyarakan percaya lagi
terhadap kredibilitas Olympus.

Kasus WorldCom

WorldCom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh.
Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan
telekomunikasi lain yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun
1990 menjadi $392 milyar pada 2001, yang pada akhirnya menempatkan WorldCom pada
posisi ke 42 dari 500 perusahaan lainnya menurut versi majalah fortune.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu terlalu
besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika
mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang
drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan WorldCom yang menurun drastis sehingga
pendapatan ini jauh dari yang diharapkan.
Nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari 2000)
menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan pihak manajemen
berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita buruk tersebut.

Cara Manajemen WorldCom menggelembungkan angka:

 Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak WorldCom kepada pihak ketiga
dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana biaya jaringan yang seharusnya
dibebankan dalam laporan laba rugi, oleh perusahaan dibebankan ke rekening
modal.

12
 Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh perusahaan.
Dengan praktik ini, WorldCom berhasil memanipulasi keuntungannya sebesar $ 2 M. 

Lalu Cynthia Cooper salah satu auditor internal WorldCom merasa ada sesuatu yang tidak
beres dengan pelaporan keuangan yang terjadi pada perusahaan. Pada masa-masa itu
WorldCom menggunakan jasa perusahaan Arthur Andersen sebagai auditor eksternal
independen. Sedangkan Arthur Andersen sendiri terlilit skandal Enron tidak lama yang lalu.
Jadi bisa dibilang kredibilitas perusahaan Arthur Andersen sendiri mulai dipertanyakan. Dan
pada bulan Mei 2002 Cynthia Cooper berhasil menemukan sebuah lubang pada laporan
keuangan perusahaan mereka.
 
Pelanggaran yang dilakukan oleh Manajemen Puncak WorldCom sebegai berikut:

 Penggelembungan tersebut terjadi karena adanya praktik akuntansi yang keliru dan
manipulasi laporan keuangan oleh pihak manajemen puncak perusahaan;
  kuntansi yang keliru ini dapat terealisasi karena dibantu oleh eksternal Arthur
Andersen dan staf akuntansi perusahaan tersebut;
  Selain praktik akuntansi yang keliru, CEO WorldCom (Bernie Ebbers) juga
menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi.

 
Dampak:

 Nilai saham turun dari $64,5 menjadi $2 dan akhirnya turun lagi menjadi kurang 1
sen.
 Pegawai mengalami kerugian dana pensiun.
  Memberhentikan karyawan sebanyak 17.000 orang.
  WorldCom mengalami kebangkrutan dan akhirnya pailit. 

http://mangkok-garpu.blogspot.co.id/2015/09/kasus-pelanggaran-etika-profesi_97.html

13
Analisa Kasus
a. Kekuatan Pengendalian Internal perusahaan WorldCom menunjukkan pengendalian
internal yang sangatlah lemah seperti halnya Olympus Corporation, pelaku
pelanggaran kode etik yang terjadi pada perusahaan tersebut dilakukan oleh pihak-
pihak internal perusahaan dari mulai direksinya hingga para akuntannya. Hal itu
cukup membuktikan bahwa manajemen di WorldCom merupakan manajemen yang
tidak berintegritas dan tidak melakukan fungsinya dengan baik.
b. Akuntan Publik yang memeriksa WorldCom adalah Kantor Akuntan Publik Arthur
Anderson, Arthur Anderson menyetujui tindakan manipulasi karena tidak adanya
integritas dalam praktik audit Arthur Andersen, sehingga kecurangan yang dilakukan
tidak diungkapkan dalam opini auditor. Selain itu, adanya hubungan antara Arthur
Anderson dengan Sullivan dan Myers yang merupakan pekerja di KAP Arthur
Anderson sebelum bergabung dengan WorldCom.
c. Untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat maka Audit Internal harus
menciptakan budaya yang sehat, terbuka dan taat terhadap corporate governance
dan corporate responbility agar perusahaan tidak melakukan kegiatan yang
melanggar etika. Melakukan transparansi dari pihak manajemen baik kepada auditor
eksternal maupun internal. Juga harus mengefektifkan pengendalian internal,
termasuk penegakan hukum, perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian,        
dan paling utama yaitu memperbaiki moral dari setiap elemen perusahaan.

14

Anda mungkin juga menyukai