Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PADA Tn. G DENGAN


DIAGNOSA HEMOROID TEKNIK REGIONAL ANESTESI
DI RUMAH SAKIT LARASATI PAMEKASAN

Disusun Oleh :
Nama : AKHMAD JAKFAR TAUFIK
NIM : 210106215

Mengetahui,
Pembimbing klinik

(Syamsul Arifin, S.Kep.Ns)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi Hemoroid
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid
eksterna dan hemoroid interna. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di
bawah kulit (sub kutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah
pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa) di atas atau dibawah linea
dentate (NANDA NIC NOC 2013)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat
umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat
adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal
yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal
disebut hemoroid eksternal. ( Suzanne C. Smeltzer, 2006 )
Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah
(trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir yang tetap berada
di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut
hemoroid eksterna (wasir luar). (http://www.medicastore.com)
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh
darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah
pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah
vena hemoroidalis di daerah anorektal. (Keperawatan delken kuswanto. 1999)

2. Klasifikasi
a. Hemoroid Interna
Hemorid interna terbagi menjadi 4 derajat :
1) Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan
hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
2) Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,
tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
3) Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong.
4) Derajat IV
Suatu saat ada timbul keadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi
tidak dapat di masukan lagi (permanen). Biasanya pada derajat ini timbul thrombus
yang di ikuti infeksi.

b. Hemoroid eksterna.
Varices pada vena pleksus hemoroid inferior (hemoroid terjadi didalam otot sfingter
ani)

3. Penyebab
a. Mengedan pada buang air besar yang sulit
b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu lama
duduk di jamban sambil membaca)
c. Peningkatan tekanan intra abdomen kerena tumor (tumor usus, tumor abdomen)
d. Kehamilan (tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal)
e. Usia tua
f. Konstipasi kronik
g. Diare kronik
h. Diare akut yang berlebihan
i. Hubungan seks peranal
j. Kurang minum air
k. Kurang makan makanan berserat
l. Kurang olahraga/ imobilisasi
m. Keturunan/genetik

4. Epidemiologi
Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% pendudukan berusia lebih dari
25 tahun. Keadaan ini tidak mengancam jiwa tapi dapat menimbulkan perasaan yang sangat
tidak nyaman.

5. Pathofisiologi
Hemoroid disebabkan akibat bendungan didalam vena pada plexus hemoroidalis
yang disebabkan oleh faktor penyebab dan pencetus seperti : kongesti vena pleksus
hemoroidalis, tekanan abdomen yang berlebihan (konstipasi, sering mengedan, kehamilan)
duduk terlalu lama, tumor rektur, obesitas, hubungan seksualitas melalui anus, tidak
adanya katup secara struktural didalam vena-vena hemoroidalis. Sehingga drainage dari
daerah anorektal terganggu akibat peningkatan tekanan intra abdomen juga akan
meningkatkan tekanan pada vena hemoroidalis yang menimbulkan varices yang berisiko
pecah dan menimbulkan perdarahan pasien akan mengeluh keluar darah dari anus, kadang-
kadang disertai nyeri dan prolaps yang paling berat kadang-kadang mengeluh sangat nyeri
karena sudah terjadi trombus dan strangulasi.

6. Gejala Klinis
a. Perdarahan melalui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan
feses.
b. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya
Hemoroid yag membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu
defekasi dan disusul reduksi spontan saat defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut,
hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke
dalam anus.
c. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema yang
meradang.
d. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus
dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
e. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
b. Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan
sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih
nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus
seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
c. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap
adanya darah samar.
d. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
e. Laboratorium : Eritrosit, Leukosit, Hb

8. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologis
 Untuk melunakkan feces/psilium yang dapat mengurangi sembelit diberikan obat
golongan laksansia.
 Untuk mengurangi/menghilangkan rasa sakit pada daerah anus digunakan
analgetik atau golongan suposituria untuk hemoroid interna.
 Untuk menghentikan perdarahan diberikan anti koagulan.
b. Non Farmakologis
 Perbaikan pola hidup dengan menyarankan perbanyak konsumsi makanan yang
mengandung serat yang dapat melunakkan feces.
 Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau asam dan beralkohol.
 Perbaiki pola buang air besar mengganti closet jongkok menjadi duduk
 Menjaga kebersihan lokal daerah anal misalnya dengan merendam anus
disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk/tidur lelah banyak berjalan.
c. Tindakan
Jika pengobatan farmakologi dan non farmokologi tidak berhasil, dilakukan tindakan :
 Skleroskopi hemoroid dengan menyuntikkan obat langsung pada benjolan/prolaps
hemoroidnya.
 Irigasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid, prolaps akan
menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
 Penyinaran sinar laser
 Disinari sinar infra merah
 Dialiri arus listrik
 Hemoroideolysis

B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa
takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan
pembedahan.
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik
yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan
general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan
teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi
dan intravena).
b. Regional Anestesi
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.
Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar.
Oleh sebab itu, teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya menghilangkan
persepsi nyeri saja.
c. Lokal Anestesi
Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya
sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh secara sementara yang disebabkan adanya
depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf perifer.
Anestesi lokal menghilangkan sensasi rasa nyeri tanpa hilangnya kesadaran, keadaan
ini menyebabkan anestesi lokal sangat berbeda dari anestesi umum.
3. Teknik Anestesi
Teknik Spinal Anestesi
Posisi duduk atau posisi lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah
posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa
dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi
berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat. Adapun
langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal menurut (Mangku & Tjokorda, 2010)
sebagai berikut:
a. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekibitus. Beri bantal
kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien
membungkuk maksimal agar processus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.
b. Penusukan jarum spinal dapat dilakukan antara Lumbal 2 dan Lumbal 3, Lumbal 3 dan
Lumbal 4, Lumbal 4 dan Lumbal 5. Tusukan antara Lumbal 1 dan Lumbal 2 atau
diatasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.
c. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol.
d. Beri anestesi lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 cc
e. Cara penusukan teknik median dan paramedian. Jarum spinal besar 22G, 23G, 25G
dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan
menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan
introduser sedalam kira- kira 2 cm agak sedikit ke arah sefal, kemudian masukkan jarum
spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam
(Quincke-Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat durameter, yaitu pada
posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran
likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala paska spinal. Setelah resensi
menghilang, mandrin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat
dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5cc/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya
untuk menyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada
posisi yang benar dan liquor tidak keluar, putar arah jarum 900 biasanya liquor keluar.
Untuk analgesia spinal kontinyu dapat dimasukkan kateter.
f. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid dengan
anestetik hiperbarik. Jarak kulit- ligamentum flavum dewasa ± 6 cm.

4. Resiko
Resiko Seperti juga prosedur medis lainnya, anastesi spinal berisiko menimbulkan efek
samping, baik ringan maupun berat. Berikut ini adalah komplikasi yang bisa terjadi akibat
pemberian anestesi spnal, berdasarkan jenis anestesinya meliputi:
a. Komplikasi intra operasi
Beberapa komplikasi dari anestesi spinal adalah : hipotensi berat, bradikardi,
hipoventilasi, trauma pembuluh darah, trauma saraf, mual muntah, gangguan
pendengaran, blok spinal tinggi.

b. Komplikasi post operasi


Komplikasi post operasi yaitu nyeri tempat tusukan, nyeri punggung, nyeri
kepala karena kebocoran likuor, retensi urine, meningitis.
Menurut Pramono (2017), komplikasi paska anestesi spinal umumnya terkait
dengan adanya blockade saraf simpatis, yaitu hipotensi, bradikardi, mual dan muntah,
nyeri punggung akibat robekan jaringan yang dilewati jarum spinal, total spinal,
hematom di tempat penyuntikan, PDPH, meningitis dan abses epidural.
C. Web of coution (WOC)

Kehamilan

Penurunan relative venous


Konstipasi dan
mengejan dalam jangka return di daerah perianal
waktu yg lama

Aliran vena balik terganggu

Duduk terlalu lama


Tekanan periver meningkat –
pelebaran vena anus
Kondisi Penuaan (hemoroid)

Peradangan pada pleksus


hemoroidalis

Prolaps vena hemoroidalis

Membesar di spinchter Membersar di luar rectum

Ruptur vena Vena menegang

Perdarahan

Operasi
(hemoroidektomi)

Kontinuitas jaringan rusak

Ujung saraf rusak

Nyeri dipersepsikan Pelepasan prostaglandin

Gangguan rasa Gangguan defekasi Konstipasi


nyaman (nyeri)
D. Tinjauan Teori ASKAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebebutuhan serta masalahnya.
Pengkajian meliputi :
a. Data subjektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
b. Data objektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
2. Masalah Kesehatan Anestesi
a. Pre Anestesi
1) Ansietas b.d pengalaman operasi, kehilangan kendali, pengetahuan yang tidak
memadai tentang rutinitas pra operasi
2) Nyeri akut b.d agen injuri biologi
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
b. Intra Anestesi
1) Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.dvasodilatasi
pembuluh darah dampak obat anestesi
2) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek pemberian
obat anestesi spinal
3) Risiko hipotermi b.d berada atau terpapar di lingkungan dingin
c. Pasca Anestesi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan)
3) Risiko hipotermi b.d berada atau terpapar di lingkungan dingin
4) Resiko jatuh akibat kesadaran karena efek obat anestesi
3. Rencana Intervesi

Pre Operasi

No. Masalah Kesehatan Tujuan Intervensi Rasional


Anestesi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan a. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan a. Untuk mengetahui sejauh
dengan agen injuri kepenataan Anestesi, diharapkan karasteristik nyeri. mana tingkat nyeri
biologi nyeri klien berkurang dengan b. Jelaskan pada pasien tentang b. Merupakan indikator secara
kriteria hasil : penyebab nyeri dini untuk dapat memberikan
a. Klien mampu mengontrol c. Ajarkan tehnik untuk tindakan selanjutnya serta
nyeri (tahu penyebab nyeri, pernafasan diafragmatik mendapat infor masi yang
mampu menggunakan tehnik lambat / napas dalam tepat dapat menurunkan
nonfarmakologi untuk d. Berikan aktivitas hiburan tingkat kecemasan dan
mengurangi nyeri, mencari (ngobrol dengan anggota menambah pengetahuann
bantuan) keluarga) tentang nyeri.
b. Melaporkan bahwa nyeri e. Observasi tanda-tanda vital c. Aktivitas dalam dapat
berkurang dengan f. Kolaborasi dengan tim medis menghirup udara secara
menggunakan dalam pemberian analgetik adequate sehingga otot-otot
manajemenNyeri
c. Tanda vital dalam rentang menjadi relaksasi sehingga dapat
normal : TD (systole 110- mengurangi rasa nyeri.
130mmHg, diastole 70- d. Meningkatkan relaksasi dan
90mmHg), HR(60- dapat meningkatkan
100x/menit), RR (16- kemampuan kooping.
24x/menit), suhu (36,5- e. Deteksi dini terhadap
37,50C) d. Klien tampak perkembangan kesehatan
rileks mampu tidur/istiraha pasien.
f. Sebagai profilaksis untuk
dapat menghilangkan rasa
nyeri.

2. Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan a. Awasi masukan dan haluaran, a. Tanda yang membantu
cairan berhubungan kepenataan Anestesi diharapkan catat warna urine/konsentrasi, mengidentifikasikan
dengan mual muntah. keseimbangan cairan dapat berat jenis. fluktuasi volume
dipertahankan dengan kriteria b. Kaji membrane mukosa, kaji intravaskuler.
hasil: tugor kulit dan pengisian b. Indicator keadekuatan
a. Kelembaban membrane kapiler. sirkulasi perifer dan hidrasi
mukosa turgor kulit baik c. Monitor tanda-tanda vital seluler.
b. Haluaran urin adekuat: 1 d. Auskultasi bising usus, catat c. Penurunan haluaran urin
cc/kg BB/jam kelancaran flatus, gerakan pekat dengan peningkatan
c. Tanda-tanda vital dalam usus. berat jenis diduga
batas normal : TD (systole e. Berikan perawatan mulut dehidrasi/kebutuhan
110-130mmHg, diastole 70- sering dengan perhatian peningkatan cairan.
90mmHg), HR(60- khusus pada perlindungan d. Indicator kembalinya

100x/menit), RR (16- bibir. peristaltic, kesiapan untuk


24x/menit), suhu (36,5- f. Pertahankan penghisapan pemasukan per oral.
37,50C) gaster/usus. e. Dehidrasi mengakibatkan
g. Kolaborasi pemberian cairan bibir dan mulut kering dan
IV dan elektrolit pecah-pecah
f. Selang NG biasanya
dimasukkan pada
praoperasi dan
dipertahankan pada fase
segera pascaoperasi untuk
dekompresi usus,
meningkatkan istirahat
usus, mencegah mentah.
g. Peritoneum bereaksi
terhadap iritasi/infeksi
dengan menghasilkan
sejumlah besar cairan yang
dapat menurunkan volume
sirkulasi darah,
mengakibatkan
hipovolemia.
h. Dehidrasi dapat terjadi
ketidakseimbangan
elektrolit

3. Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan a. Evaluasi tingkat ansietas, catat a. Ketakutan dapat terjadi
pengalaman operasi, kepenataan Anestesi, diharapkan verbal dan non verbal pasien. karena nyeri hebat, penting
kehilangan kendali, kecemasan klien berkurang b. Jelaskan dan persiapkan untuk pada prosedur diagnostik
pengetahuan yang tidak dengan kriteria hasil : tindakan prosedur sebelum dan pembedahan.
memadai tentang a. Melaporkan ansietas dilakukan b. Dapat meringankan ansietas
rutinitas pra operasi menurun sampai tingkat c. Jadwalkan istirahat adekuat terutama ketika pemeriksaan
teratasi dan periode menghentikan tersebut melibatkan
b. Tampak rileks tidur. pembedahan.
d. Anjurkan keluarga untuk c. Membatasi kelemahan,
menemani disamping klien menghemat energi dan
meningkatkan kemampuan
koping.
d. Mengurangi kecemasan
klien

Intra Operasi
1. Resiko penurunan Setelah dilakukan ASKAN 1. Monitor TTV setiap 5 menit 1. Untuk mengetahui TTV
Curah jantung Hemodinamik stabil 2. Monitor balance cairan apakah dalam batas normal
berhubungan dengan -TD, Nadi, Suhu, RR dalam 3. Monitor kualitas nadi 2. untuk mengetahui
Efek pemberian obat batas normal 4. Identifikasi penyebab keseimbangan cairan
anestesi terjadinya penurunan TTV 3. Untuk mengetahui kuat
5. Kolaborasi dalam penambahan tidaknya nadi
cairan jika diperlukan 4. untuk mengetahui penyebab
6. Kolaborasi dalam pemberian terjadinya penurunan TTV
obat. 5. kolaborasi sangat di
perlukan
2. Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan, a. Kaji tingkat kekurangan a. Untuk mengetahui adanya
keseimbangan cairan keseimbangan cairan dalam volume cairan tanda tanda dehidrasi dan
dan elektrolit b.d akibat ruang intrasel dan ekstrasel b. Kolaborasi untuk pemberian mencegah syok hipovolemik
lama operasi dan jenis tubuh tercukupi cairan dan elektrolit b. Untuk memberikan hidrasi
operasinya a. Pasien menyatakan tidak c. Monitor masukan dan cairan tubuh secara parenteral
haus/tidak lemas keluaran cairan dan elektrolit c. Untuk mengumpulkan dan
d. Monitor hemodinamik menganalisis data pasien
b. Akral kulit hangat
e. Monitor perdarahan
c. Hemodinamik normal
untuk mengatur
d. Masukan cairan dan
keseimbangan cairan
keluaran cairan imbang
d. Hipovolemia dapat
e. Urine output 1-2
dimanifestasikan hipotensi
cc/kgBB/jam Hasil lab
dan takikardi
elektrolit darah normal e. Perdarahan dapat disebabkan
oleh hemostasis bedah yang
tidak memadai, pembalikan
heparin yang tidak memadai
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji skala nyeri lokasi, a. Berguna dalam pengawasan
dengan agen injuri fisik kepenataan anestesi, diharapkan karakteristik dan laporkan dan keefesien obat,
(luka insisi post operasi) nyeri berkurang dengan kriteria perubahan nyeri dengan tepat. kemajuan
hasil : 2. Monitor tanda-tanda vital - penyembuhan,perubahan
1. Melaporkan nyeri berkurang Pertahankan istirahat dengan dan karakteristik nyeri.
2. Klien tampak rileks
posisi semi powler. b. Deteksi dini terhadap
3. Dapat tidur dengan tepat
4. Tanda-tanda vital dalam 3. Dorong ambulasi dini. perkembangan kesehatan
4. Berikan aktivitas hiburan.
batas normal : TD (systole pasien.
5. Kolaborasi tim dokter dalam
110-130mmHg, diastole 70- c. Menghilangkan tegangan
pemberian analgetika.
90mmHg), HR(60- abdomen yang bertambah
100x/menit), RR (16- dengan posisi terlentang.
24x/menit), suhu (36,5- d. Meningkatkan kormolisasi
0
37,5 C) fungsi organ.

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan a. Kaji adanya tanda-tanda a. Dugaan adanya infeksi -
berhubungan dengan kepenataan diharapkan infeksi Dugaan adanya
infeksi pada area insisi
tindakan invasif (insisi dapat diatasi dengan kriteria infeksi/terjadinya sepsis,
b. Monitor tanda-tanda vital.
post pembedahan) hasil : abses, peritonitis
Perhatikan demam,
a. Klien bebas dari tanda-tanda menggigil, berkeringat, b. Mencegah transmisi
infeksi perubahan mental penyakit virus ke orang lain.
b. Menunjukkan kemampuan c. Lakukan teknik isolasi untuk c. Mencegah meluas dan
untuk mencegah timbulnya membatasi penyebaran
infeksi enterik,termasuk cuci
infeksi organisme infektif /
tangan efektif.
c. Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul) kontaminasi silang.
d. Pertahankan teknik aseptik
d. Menurunkan resiko terpajan.
ketat pada perawatan luka e. Terapi ditunjukkan pada
bakteri anaerob dan hasil
insisi / terbuka, bersihkan
aerob gra negatif.
dengan betadine.
e. Awasi / batasi pengunjung
dan siap kebutuhan.
d. Kolaborasi tim medis dalam
pemberian antibiotik

3. Risiko hipotermi b.d Setelah dilakukan tindakan a. Monitor suhu a. Suhu di bawah normal dapat
b. Monitor warna kulit
berada atau Terpapar di kepenataan Anestesi, risiko berakibat fatal b
c. Monitor tekanan darah, nadi
lingkungan dingin hipotermi tidak terjadi/ berkurang b. Menjaga suhu dan
dan RR Selimuti pasien
dengan kriteria hasil: menghindari dingin yang
a. Suhu tubuh dalam rentang berkaitan
normal
b. Nadi dan RR dalam rentang c. Peningkatan denyut nadi,
normal penurunan tekanan vena,
c. Tidak ada perubahan warna dan penurunan TD dapat
kulit dan tidak ada pusing mengindikasi hipovolemi
yang mengarah pada
penurunan perfusi jaringan
d. Memberi kehangat dan
menghindari hipotermi yang
lebih parah
4. Resiko jatuh akibat Setelah dilakukan asuhan a. berikan pendampingan kepada a. agar pasien tidak jatuh dan
kesadaaran karena efek kepenataan Anestesi diharapkan pasien agar pencegahan resiko mendampangan cidera fisik
obat anestes kebersihan klien dapat jatuh akibat kurangnya kesadaran
dipertahankan dengan kriteria b. kesadaran pasien dibangunkan pasien
hasil : lagi dengan cara di panggil
a. peningkatan kesadaran ke dan pemberian rasa nyeri
composmentis c. identifikasi resiko jatuh pasien
dengan morse score
b. klien tidak terkena cidera
2. Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan, f. Kaji tingkat kekurangan f. Untuk mengetahui adanya
keseimbangan cairan keseimbangan cairan dalam volume cairan tanda tanda dehidrasi dan
dan elektrolit b.d akibat ruang intrasel dan ekstrasel g. Kolaborasi untuk pemberian mencegah syok hipovolemik
lama operasi dan jenis tubuh tercukupi cairan dan elektrolit g. Untuk memberikan hidrasi
operasinya f. Pasien menyatakan tidak h. Monitor masukan dan cairan tubuh secara parenteral
haus/tidak lemas keluaran cairan dan elektrolit h. Untuk mengumpulkan dan
i. Monitor hemodinamik menganalisis data pasien
g. Akral kulit hangat
j. Monitor perdarahan
h. Hemodinamik normal
untuk mengatur
i. Masukan cairan dan
keseimbangan cairan
keluaran cairan imbang
i. Hipovolemia dapat
j. Urine output 1-2
dimanifestasikan hipotensi
cc/kgBB/jam Hasil lab
dan takikardi
elektrolit darah normal j. Perdarahan dapat disebabkan
oleh hemostasis bedah yang
tidak memadai, pembalikan
heparin yang tidak memadai
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : Med Action Publishing.

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of Nursing
Diagnosis). Jakarta : EGC

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.

Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta


ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PASIEN Tn. G YANG DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI
HEMOROID DENGAN TINDAKAN SPINAL ANESTESI DI RUANG
OPERASI RS LARASATI PAMEKASAN PADA TANGGAL
21 APRIL 2022
II. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. G
Umur : 30 Tahun
Jeniskelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan :S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Menikah
Golongan darah :-
Alamat : Galis Pamekasan
No. RM : 503429
Diagnosa medis : Hemoroid
Tindakan Operasi : Hemoroidectomy
Tanggal MRS : 21-04-2022 Jam MRS : 07.00 WIB
Tanggal pengkajian : 21-04-2022 Jam Pengkajian: 14.00 WIB
Jaminan : BPJS
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. H
Umur : 28 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :S1
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Pasien : Istri
Alamat : Galis Pamekasan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a) Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan ada benjolan pada bagian dubur sejak 2 bulan yang lalu dan
merasa nyeri, pasien mengatakan tidak pernah berobat sebelumnya tentang penyakit
yang dideritanya.
b) Saat Pengkajian
Pasien mengatakan terasa nyeri di bagian penyakitnya.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di diagnosis Hemoroid dan akan dilakukan tindakan hemoroidectomy.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah berobat ke rumah sakit dan tidak pernah
menderita penyakit sebelumnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti yang di deritanya saat ini.
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
- Riwayat operasi sebelumnya : Tidak
- Riwayat anestesi sebelumnya : Tidak
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? Tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Tidak
- Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan :- Jumlah anak :-
Mensturasi terakhir :- Menyusui :-
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi : Obat anti nyeri
b) Obat yang sedang dikonsumsi : Anti Nyeri
7) Riwayat Alergi : Tidak
8) Kebiasaan :
a) Merokok : Tidak
b) Alkohol : Tidak
c) Kopi/teh/soda : tidak

c. Pola Kebutuhan Dasar


1) Udara atau oksigenasi
Sebelum Sakit
- Gangguan pernafasan : Tidak ada
- Alat bantu pernafasan : Tidak ada
- Sirkulasi udara : Baik
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
Saat Ini
- Gangguan pernafasan : Tidak ada
- Alat bantu pernafasan : Tidak ada
- Sirkulasi udara : Baik
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
2) Air / Minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 2 liter/hari
- Jenis : Air mineral
- Cara : Oral
- Minum Terakhir :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat Ini
- Frekuensi : 2 liter/hari
- Jenis : Air mineral
- Cara : Oral
- Minum Terakhir : Jam 07.00 wib
- Keluhan :-
- Lainnya :-
3) Nutrisi/ makananSebelum Sakit
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : Nasi, lauk, sayur
- Porsi : 1 piring
- Diet khusus :-
- Makanan yang disukai : -
- Napsu makan : Baik
- Puasa terakhir :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini : Pasien berpuasa preoperasi
- Frekuensi :-
- Jenis :-
- Porsi :-
- Diet khusus :-
- Makanan yang disukai : -
- Napsu makan :-
- Puasa terakhir :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
4) Eliminasi
BAB Sebelum sakit
- Frekuensi : 1x/hari
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kuning Khas
- Bau : Khas feces
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
BAB Saat ini
- Frekuensi : 1x/hari
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kuning Khas
- Bau : Khas feces
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan : Nyeri dengan sekala 5
- Lainnya :-
BAK Sebelum sakit
- Frekuensi : 8-10x/hari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning jernih
- Bau : Khas amoniak
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : 8-10x/hari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning jernih
- Bau : Khas amoniak
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
5) Pola aktivitas dan istirahat
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantungtotal
b) Istirahat Dan Tidur Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
- Berapa jam anda tidur : malam 6-8 jam, siang Tidak tidur
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? iya
- Berapa jam anda tidur: malam 3-5 jam, siang Tidak Tidur
6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman: Baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : Baik
- Rasa Nyaman : Kurang Baik
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Baik
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai
denganpotensinya.
- Konsumsi vitamin :-
- Imunisasi :-
- Olahraga : Seminggu sekali
- Upaya keharmonisan keluarga : Baik dan harmonis
- Stres dan adaptasi : Baik

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmetis
GCS : Mata : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Penampilan : Tampak meringis kesakitan
Tanda-tanda Vital :
Nadi = 90 x/menit, Suhu = 360C, TD = 135/92 mmHg,
RR = 18x/menit, Skala Nyeri: 5, BB : 60 Kg, TB : 170 cm

b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATH)
- Wajah:
√ Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu□ Gigi goyang □ Gigi maju
Kumis/ jenggot □ mikrognathia Hilangnya gigi
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm □Ya √Tidak
- Jarak Thyro - Mental < 6 cm □Ya √Tidak
- Cuping hidung □Ya √Tidak
- Mallampati Skor : √□ I □ II □ III □ IV
- Tonsil : √ T0 □ T1 □ T2 □ T3 □ T4
- Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Obstruksi Jalan Napas
√Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor
- Bentuk Leher : √Simetris □ Asimetris
 Mobilitas Leher :-
 Leher pendek : □Ya √Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
√Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
√Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan collar?
□ Ya √Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax : bentuk normal chest simetris
 Pola napas : Spontan
 Retraksi otot bantu napas : tidak ada
 Perkusi paru : √sonor □ hipersonor □ dullness
 Suara napas: □ ronchi □ wheezing √vesikuler □ bronchial □ bronkovesikular

2) B2 (BOOD)
- Konjungtiva : □ anemis √ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya √ tidak
- BJ I : √ tunggal □ ganda √ regular □ irreguler
- BJ II : √ tunggal □ ganda √ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan : BJ III □ murmur

3) B3 (BRAIN)
- Kesadaran : √kompomentis □apatis □delirium □somnolen □sopor □ koma
- GCS : Mata : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep (+)
b. Reflek trisep (+)
c. Reflek brachiradialis ( + )
d. Reflek patella ( + )
e. Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( -)
b. Reflek chaddok ( -)
c. Reflek schaeffer ( -)
d. Reflek oppenheim ( -)
e. Reflek gordon ( -)
4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 5-30 x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas □ nyeri menjalar
- Borborygmi : □Ya √Tidak
- Pembesaran hepar : □Ya √Tidak
- Distensi : □Ya √Tidak
- Asites : □ shiffing dullness □ undulasi

5) B5 (BLADER)
- Buang air kecil : √Spontan □Tidak
- Terpasang kateter : □Ya √Tidak
- Gagal ginjal : □Ya √Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya √Tidak
- Produksi urine :-
- Retensi urine : □Ya √Tidak

6) B6 (BONE)
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-), Perlukaan(-),
infeksi (-), mobilitas (leluasa), Fibrosis (-), HNP (-)
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
Fraktur (-), lokasi fraktur ……….., jenis fraktur ………… kebersihan
luka…………., terpasang gips(-), Traksi (-), atropi otot (-)
IV line: terpasang di : tangan kiri, ukuran abocatch 20 G, tetesan: 20
tetes/menit
ROM: dalam batas normal
 Palpasi Perfusi:…….
CRT ≤ 2 detik
Edema : Tidak
Lakukan uji kekuatan otat : ( 5 )
- Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-) Fraktur (-), lokasi
fraktur……….., jenis fraktur……kebersihan luka… , terpasang gips (-), Traksi
(-), atropi otot (-)
IV line: terpasang di.........., ukuran abocatch............., tetesan:..................
ROM: dalam batas normal
 Palpasi Perfusi:
CRT :≤ 2 detik
Edema : Tidak
Kekuatan otot : ( 5 )
Kesimpulan palpasi ekstermitas :
Edema : - -
- -

Uji kekuatan otot : 5 5


5 5
3. Data Penunjang Diagnostik
• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
 Gula darah acak 102 < 160 mg/dl
 SGOT 16 < 37 U/L
 SGPT 19 < 40 U/L
 BUN 20/10 5 – 25 mg/dl
 Kreatinin serum 0.97 P: < 1.1 L: < 1.5 mg/dl
 Hemoglobin 15.8 L: 13.5-18 P: 12-16 g/dl
 Leokosit 11.170 4.500 – 11.000/cmm
 Limfosit 38.00 20 - 45%
 Monosit 8 2 – 10 %
 Netrofil 48.65 52 – 62 %
 Eosinofil 6 1–6%
 Basofil 0.47 0–1%
 Eritrosit 4.9 L: 4.5-6.2 P: 4.2-5.4
 Hematrokit 42.6 L:40-54 P: 38-47%
 Trombosit 375.000 150 – 450 ribu/cmm
 NLR 1.23
• Pemeriksaan Radiologi : Foto Thorax
Hasil Pemeriksaan radiologi : Tidak tampak kelainan

4. Therapi Saat ini :


Ceftriaxone 1 x 1000mg
RL 500 ml 20tts/Menit
Cairan pengganti puasa :
50 cc x 60 kg BB = 3000 cc/24 jam
Kebutuhan / Jam adalah : 125 x 7 jam puasa = 875 cc/7 jam.

5. Kesimpulan status fisik (ASA): II


6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit: Tidak ditemukan
b. Jenis Anestesi: Regional anestesi
Indikasi : Operasi sedang pada tubuh bagian bawah
c. Teknik Anestesi: RA SAB
Indikasi : Operasi sedang pada tubuh bagian bawah dengan keadaan umum baik.

B. Analisa Data

I. PRE ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: Pasien mengatakan agen injuri biologi Nyeri akut agen injuri
nyeri di bagian biologi
penyakitnya
DO: Sekala nyeri : 5
TTV : Nadi = 90 x/menit,
Suhu = 360C,
TD = 135/92 mmHg,
RR = 18x/menit,

II. INTRA ANESTESI


No Symptom Etiologi Problem
1 DS:- Efek pemberian obat spinal Resiko penurunan Curah
DO: pasien terspinal anestesi jantung
anestesi dengan Bupivicain
TTV dalam batas normal
Nadi = 80 x/menit, Suhu =
360C,
TD = 126/64 mmHg,
RR = 18x/menit,
II. PASCA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem

1 DS: Masih dalam pengaruh obat Resiko Jatuh


DO: pemberian obat anestesi
anestesi intra anestesi
Ekstremitas bawah lemah

II. Problem ( Masalah )


A. PRE ANESTESI
1. Prioritas Sedang: Nyeri akut agen injuri biologi b.d Agen injuri bialogis
Alasan prioritas : Mengancan status kesehatan
B. INTRA ANESTESI
1. Prioritas tinggi : Resiko penurunan Curah jantung b.d efek pemberin obat spinal
anestesi
Alasan prioritas : mengancam nyawa
C. PASCA ANESTESI
1. Prioritas sedang : Resiko Jatuh b.d pengaruh obat spinal anestesi
Alasan prioritas : mengancam status kesehatan
III. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
A. Pra Anestesi
Nama : Tn. G No. RM : 503429
Umur : 30 Tahun Dx : Hemoroid
Jenis kelamin : Laki laki Ruang : Premidikasi

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


(Masalah) Tujuan Intervensi Paraf
1 Nyeri akut agen Kamis, 21-04-2022 Kamis, 21-04-2022 Kamis, 21-04-2022 Kamis, 21-04-2022 Jakfar
Setelah dilakukan 1. Mengkaji skala nyeri S: Pasien
injuri biologi b.d
ASKAN diharapkan 1. Kaji skala nyeri lokasi, lokasi nyeri daerah Mengatakan
Agen injuri nyeri berkurang dengan karakteristik dan dubur nyerinya
kriteria hasil : laporkan perubahan nyeri 2. Memonitor tanda- berkurang
bialogis
1. Melaporkan nyeri dengan tepat. tanda vital O: Meringis
berkurang 2. Monitor tanda-tanda 3. Mempertahankan kesakitan
2. Klien tampak rileks vital - Pertahankan istirahat denganposisi berkurang
3. Dapat tidur dengan istirahat denganposisi semi powler. TTV : Nadi = 90
tepat semi powler. 4. Menorong ambulasi dini. x/menit, Suhu =
4. Tanda-tanda vital 3. Dorong ambulasi dini. 5. Memberikan aktivitas 360C,
dalam batas normal 4. Berikan aktivitas hiburan. hiburan. TD = 135/92
: TD (systole 110- 5. Kolaborasi tim dokter mmHg,
130mmHg, diastole dalampemberian RR = 18x/menit,
70-90mmHg), analgetika. Nyeri : 4
HR(60- A: Masalah teratasi
100x/menit), RR sebagian
(16- 24x/menit), P: Lanjutkan
suhu (36,5- Intervensi
37,50C)
ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE- ASSESMEN
Tanggal : 21 – 04 – 2022 jam 14.00
Kesadaran : Composmentis Pemasangan IV line : √1 buah □ 2 buah □ ……….
Tekanan darah: 135/92 mmHg, Nadi 90x/mnt. Kesiapan mesin anestesi : √Siap/baik □ ………
RR : 18x/mnt Suhu :360C Kesiapan Sumber gas medik : √Siap/baik □ ………
Saturasi O2 99% Kesiapan volatile agent : √Siap/baik □ ………
Gambaran EKG : Dalam batas normal Kesiapan obat anestesi parenteral : √Siap/baik □ ………
Kesiapan obat emergensi : √Siap/baik □ ………
Penyakit yang diderita : √Tidak ada □ Ada, sebutkan……………
Penggunaan obat sebelumnya: □Tidak ada √ Ada, sebutkan : dari mantri desa
Gigi palsu : √Tidak ada □ Ada , permanen □ Ada,sudah dilepas
Alergi : √Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Kontak lensa : √Tidak ada □ Ada , sudah dilepas.
Asesoris : √Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
CATATAN LAINNYA: -
B. Intra Anestesi
Nama : Tn. G No. RM : 503429
Umur : 30 Tahun Dx : Hemoroid
Jenis kelamin : Laki laki Ruang :OK

No Problem(Mas Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


alah) Tujuan Intervensi Paraf
1 Resiko Kamis, 21-04- Kamis, 21-04-2022 Kamis, 21-04-2022 Kamis, 21-04-2022 Jakfar
2022 1. Monitor TTV setiap 5 1. Memonitor TTV setiap S: -
penurunan
Setelah dilakukan
menit 5 menit O:
Curah jantung
ASKAN
2. Monitor balance 2. Memonitor balance - TTV stabil dalam batas
b.d efek
Hemodinamik stabil
cairan cairan 20TPM normal
pemberin obat
-TD, Nadi, Suhu,
3. Monitor kualitas nadi 3. Memonitor kualitas nadi - N = 88 x/menit, S = 360C, TD
spinal anestesi
RR dalam batas
4. Identifikasi penyebab 4. Mengidentifikasi = 112/64 mmHg, RR =
normal.
terjadinya penurunan penyebab terjadinya 18x/menit
TTV penurunan TTV A: Masalah Teratasi
5. Kolaborasi dalam 5. Mengkolaborasikan P: Intervensi Lanjutkan sampai
operasi selesai
penambahan cairan dalam penambahan
jika diperlukan cairan
6. Kolaborasi dalam 6. Mengkolaborasikan
pemberian obat. dalam pemberian obat.
INTRA ANESTESI

Infus perifer : Tempat dan ukuran Obat-obatan / Infus


1. Tangan kiri dengan jarum No 20 G
2.
CVC :
Posisi Obat Spinal Bupivicain

Terlentang √ Lithotomi □ Perlindungan mata
□ Prone □ Lateral □ Ka □ Ki □ Lain-lain Ketorolac 30mg

Premedikasi
□ Oral :
□ I.M :
Infus RL 20TPM √√ √ √√ √ √√ √
√ I.V: Ondancentron 4mg,
Induksi
Intravena : O2 2 Liter √ √ √√ √ √√ √
□ Inhalasi :
Tata Laksana Jalan nafas X O→ ←OX
Face mask No Oro/Nasopharing RR N TD
ETT No ............... 28 220
LMA No Jenis
20 200
Trakhesotomi
Bronkoskopi fiberoptik 16 180 + + + + + + + + + + + +
Glidescope N 12 160
 Sis 8 180 140
Lain-lain kanul 2lpm
 Dis 160 120       
Intubasi
□ Sesudah tidur □ Blind □ Oral □Nasal □ Ka □ Ki + RR 140 100     
□ Trakheostomi 120 80     
□ Sulit ventilasi : 100 60       
□ Sulit intubasi : 80 40
□ Dengan stilet □ Cuff □ Level ETT □ Pack 60 20
Ventilasi 0
□ Spontan □ Kendali □ Ventilator: TV 500liter RR 18x/menit PEEP
□ Konversi :
Mulai anestesia X Selesai anestesia ←X Mulai pembedahan O→ Selesai pembedahan ←O
Tindakan Anestesi Intubasi ↑ Ekstubasi ↓ Pemantauan
SpO2 %
Teknik Regional/Blok Perifer PE CO2 mm Hg
Jenis : SAB dengan Bupivicain FiO2
Lokasi : L3 L4 Lain-lain :
Jenis Jarum / No : 26G Cairan infus ml
Kateter : √Ya □ Tidak Fiksasi cm Darah ml
Obat-obat: Urin ml
Komplikasi : Perdarahan ml
Hasil : □ Total Blok □Partial Lama pembiusan : 14.30 – 14.45 Se1ama 15 menit
□ Gagal Lama pembedahan : 14. 45 – 15.15 Selama 30 menit
Masalah Intra Anesstesi:
C. Pasca Anestesi
Nama : Tn. G No. RM : 503429
Umur : 30 Tahun Dx : Hemoroid
Jenis kelamin : Laki laki Ruang : RR

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


(Masalah) Tujuan Intervensi Paraf
1 Resiko Jatuh Kamis, 21-04-2022 Kamis, 21-04-2022 Kamis, 21-04-2022 Kamis,21-04-2022 Jakfar
b.d pengaruh Setelah dilakukan 1. Pastikan pengaman 1. Memastikan S:-
obat spinal ASKAN pasien tidak tempat tidur pengamantempat O : pasien tidak
anestesi mengalami kejadian terpasang tidur terpasang jatuh, pasien tidak
jatuh dengan kriteria: 2. Monitor keadaan 2. Memonitor keadaan mengalami cidera
1. Pasien tidak jatuh dari pasien pasien Keadaan umum:
tempat tidur 3. Terpasang gelang fall 3. Terpasang gelang fall cukup
2. Pasien tidak risk risk A : Masalah
mengalamicidera 4. Monitor keadaan 4. Memonitor keadaan Teratasi sebagian
pasien pasien P : Pantau sampai
pasien pindah dari
ruang RR ke Zal
PASCA ANESTESI

CATATAN PASIEN DI KAMAR PEMULIHAN :


Waktu masuk RR: Pk 15.20 WIB
Penata anestesi pengirim : Jakfar
Penata anestesi penerima : Jakfar
Tanda Vital : □TD:112/64mmHg□Nadi: 65x/menit□RR: 18x/menit □Temperatur :360C Kesadaran :
√Sadar betul □Belum sadar □Tidur dalam
Pernafasan : √ Spontan □Dibantu □VAS
Penyulit Intra operatif :
Instruksi Khusus : Pasang O2 nasal 2lpm

S S S
C C C
Frekuensi

Frekuensi

Tekanan

SKALA STEWARD
darah
napas

O O O
nadi

ALDRETTE BROMAGE SCORE


NYERI SCORE R SCORE R R
(Lingkar) E E E

28 220 Pergerakan Gerakan penuh dari


20 200 0 Saturasi O2 tungkai
26 180 1
12 160 2 Pernafasan Tak mampu 1
8 180 140 3 Pernapasan ekstensi tungkai
160 120             4
140 100 5 Kesadaran Tak mampu fleksi
120 80 6 Sirkulasi lutut
100 60             7
80 40 8 Aktifitas Tak mampu fleksi
60 20 9 motorik pergelangn kaki
0 10
Kesadaran

Lama Masa Pulih : 30menit


Menginformasikan keruangan untuk menjemput pasien :
1. Jam :16.00 Penerima : Perawat zal 2. Jam : Penerima : 3. Jam :
Penerima :

KELUAR KAMAR PEMULIHAN


Pukul keluar dar RR : Pk.16.15 ke ruang: √ rawat inap □ ICU □ Pulang □ lain-lain:
SCORE ALDRETTE :
SCORE STEWARD:
SCORE BROMAGE: 1
SCORE PADSS (untuk rawat jalan): □ not applicable
SCORE SKALA NYERI: □ Wong Baker:
Nyeri : □ tidak □ ada
Risiko jatuh : □ tidak beresiko √ resiko rendah resiko tinggi
Risiko komplikasi respirasi : √tidak □ ada
Rsiko komplikasi kardiosirkulasi √ tidak □ ada
Rsiko komplikasi neurolgi : √tidak □ ada
Lainya

INSTRUKSI PASCA BEDAH:


Pengelolaan nyeri : Sekala nyeri lebih dari 3 konsul Sp.An
Penanganan mual/ muntah : Jika muntah posisikan miring
Antibiotika : Sesuia Dokter bedah
Obat-obatan lain : Sesuai dokter bedah
Infus : RL 20TPM Drip Fentanyl 100mcg
Diet dan nutrisi : Sadar penuh MMB
Pemantauan tanda vital : Setiap15 menit Selama di RR
Lain-lain :
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien) yang diserahkan melalui perawat ruangan/ICU :
1)Foto Thorax 2) 3)

Anda mungkin juga menyukai