Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahmad Somarlin

NIM : E.1810017

MATA AJAR : HUKUM ACARA PERDATA

UJIAN TENGAH SEMISTER

1. Hukum perdata materil


Adalah suatu kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan
hukum tentang hak dan kewajiban keperdataan antara satu pihak dengan pihak
lainnya.
Contoh:
Dalam sewa menyewa, hutang piutang, jual beli diatur dalam KUHPerdata, dalam
perjanjian jaminan yang diatur dalam pasal 1150-1160 KUHPerdata tentang gadai, UU
no 42 Tahun 1999 tentang Fidusia, UU No 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan dll.
Hukum perdata formil
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan sanksi hukuman
apabila terjadi pelangaran terhadap hak-hak keperdataan seseorang sesuai dengan
hukum perdata materiil yang menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Peraturan
perundang-undangan yang berfungsi untuk menjamin tegaknya hukum perdata
materiil.
Contoh : HIR dan RBG.
2. Kompetensi badan peradilan adalah kekuasaan atau kewenangan dari suatu badan
peradilan untuk mengadili atau memeriksa suatu perkara. Kewenangan atau kompetensi
badan-badan peradilan berdasarkan pada doktrin di Indonesia dibedakan menjadi 2
macam yaitu :
a. Kewenangan mengadili secara absolut (Atribusi kekuasaan).
b. Kewenangan mengadili secara relatif (Distribusi kekuasaan).

3. Ruang lingkup perkara perdata umum, yaitu:


a. Hukum Perdata Dalam Arti Luas
Hukum Perdata dalam arti luas pada hakekatnya meliputi semua hukum privat
meteriil, yaitu segala hukum pokok (hukum materiil) yang mengatur kepentingan-
kepentingan perseorangan, termasuk hukum yang tertera dalam KUHPerdata (BW),
KUHD, serta yang diatur dalam sejumlah peraturan (undang-undang) lainnya,
seperti mengenai koperasi, perniagaan, kepailitan, dll.

b. Hukum Perdata Dalam Arti Sempit


Hukum Perdata dalam arti sempit, adakalanya diartikan sebagai lawan dari hukum
dagang. Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum perdata sebagaimana
terdapat di dalam KUHPerdata.
Jadi hukum perdata tertulis sebagaimana diatur di dalam KUHPerdata merupakan
Hukum Perdata dalam arti sempit. Sedangkan Hukum Perdata dalam arti luas
termasuk di dalamnya Hukum Perdata yang terdapat dalam KUHPerdata dan
Hukum Dagang yang terdapat dalam KUHD.
Hukum Perdata juga meliputi Hukum Acara Perdata, yaitu ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang cara seseorang mendapatkan keadilan di muka hakim
berdasarkan Hukum Perdata, mengatur mengenai bagaimana aturan menjalankan
gugutan terhadap seseorang, kekuasaan pengadilan mana yang berwenang untuk
menjalankan gugatan dan lain sebagainya.
Hukum Perdata juga terdapat di dalam Undang-Undang Hak Cipta, UU Tentang
Merk dan Paten, keseluruhannya termasuk dalam Hukum Perdata dalam arti luas.

4. Pengertian
a. Verstek, adalah apabila tergugat tidak hadir pada hari perkara itu akan diperiksa,
ataupun tidak pula menghadiri orang lain menghadap untuk mewakilinya, tanpa
alasan yang sah dan dapat dibenarkan, sedangkan ia telah dipanggil secara patut,
dan Penggugat hadir serta mohon putusan, maka hakim dapat memutuskan gugatan
penggugat tersebut dapat diterima dengan putusan Verstek, kecuali jika gugatan
penggugat tersebut melawan hukum atau tidak beralasan.
Verzet, atau Perlawanan adalah upaya hukum terhadapan putusan yang dijatuhkan
pengadilan karena tergugat tidak hadir pada waktu perkara tersebut diperiksa atau
perkara yang diputus secara verstek.
b. Actor Sequitur Forum Rei” adalah asas dalam Hukum Acara Perdata yang
menerangkan tentang dimanakah seharusnya gugatan itu diajukan. Berdasarkan
pada asas ini, maka pada prinsipnya gugatan Hukum Acara Perdata itu diajukan di
pengadilan negeri tempat tinggal tergugat (Pasal 118 H. I. R. (1)).
c. Fundamentum petendi adalah sebutan lain dari posita dalam sebuah gugatan. Ia
merupakan dalil yang menggambarkan adanya hubungan yang menjadi dasar atau
uraian dari suatu tuntutan. Untuk mengajukan suatu tuntutan, seseorang harus
menguraikan dulu alasan-alasan atau dalil sehingga ia bisa mengajukan tuntutan
seperti itu. Karenanya, fundamentum petendi berisi uraian tentang kejadian perkara
atau duduk persoalan suatu kasus. Menurut M. Yahya Harahap di dalam buku
Hukum Acara Perdata (hal. 58), Posita/Fundamentum Petendi yang yang dianggap
lengkap memenuhi syarat, memenuhi dua unsur yaitu dasar hukum (rechtelijke
grond) dan dasar fakta (feitelijke grond).
Petitum berisi tuntutan apa saja yang dimintakan oleh penggugat kepada hakim
untuk dikabulkan. Selain tuntutan utama, penggugat juga biasanya menambahkan
dengan tuntutan subside atau pengganti seperti menuntut membayar denda atau
menuntut agar putusan hakim dapat dieksekusi walaupun akan ada perlawanan di
kemudian hari yang disebut dengan uitvoerbar bij voorrad. Sebagai tambahan
informasi, Mahkamah Agung dalam SEMA No. 6 Tahun 1975 perihal
Uitvoerbaar bij voorraad tanggal 1 Desember 1975 menginstruksikan agar hakim
jangan secara mudah mengabulkan putusan yang demikian. Masih menurut Yahya
Harahap (hal. 63), Supaya gugatan sah, dalam arti tidak mengandung cacat formil,
harus mencantumkan petitum gugatan yang berisi pokok tuntutan penggugat,
berupa deskripsi yang jelas menyebut satu per satu dalam akhir gugatan tentang hal-
hal apa saja yang menjadi pokok tuntutan penggugat yang harus dinyatakan dan
dibebankan kepada tergugat.

Anda mungkin juga menyukai