Halaman
BAB I Pendahuluan 2
1.1. Latar belakang penelitian 1.2. Perumusan masalah 1.3. Tujuan penelitian 4 2 3
B. Teknik Perolehan Data 5 C. Kajian Pustaka 6 D. Analisis 1.7. Kerangka Penelitian 1.8. Sistematika Penelitian 7 9 10
11
11 11
2.1.2. Tempat Studi Kasus 12-16 2.2. Teori yang digunakan dalam Penelitian 17 17
A. Jenis-jenis Sarana Duduk & Sikap Duduk B. Studi Environmental Behavior 17 2.2.1. Senarai Istilah 2.2.2. Pengertian 19 2.2.3. Perbedaan 2.2.4. Fungsi 2.2.5. Unsur 2.3. Teori Pendukung 19 19 20 20 18
A. Material yang digunakan untuk Sarana Duduk di Ruang Publik 20 B. Teori Proxemics C. Teori Sistem Ergatik 20 21 22
2.3.1. Kaitan Teori Pendukung dengan Teori yang digunakan dalam Penelitian 2.3.2. Penggunaan Teori Pendukung dalam Penelitian 2.4. Rangkuman 22 22
BAB I 1
PENDAHULUAN
Akses yang tersedia menuju kota Bandung sangat banyak, mulai dari jalan tol, bandara, terminal bus hingga stasiun kereta api kota Bandung. Sebagai jalur angkutan modern pertama dan tertua di Bandung, stasiun kereta api yang diresmikan pada 17 Mei 1884 awalnya ditujukan untuk kepentingan perkebunan di Bandung. Namun kini, stasiun menjadi sarana transportasi modern yang menghubungkan wisatawan dari kota ke kota. Untuk tetap mempertahankan citra Bandung sebagai kota wisata yang menarik, maka ketertiban, keindahan, kenyamanan, kebersihan harus dijaga. Sebagai ruang publik yang menyambut para wisatawan, maka sebaiknya fasilitas yang ada di tiap jalur angkutan (bandara, terminal, dan stasiun kereta api) tersedia dengan baik. Sarana dan prasarana pada tiap jalur angkutan sebaiknya dirancang dengan desain yang menarik dan dijaga keutuhannya agar para wisatawan yang datang disambut dengan citra kota yang baik sejak awal mereka menginjak kota Bandung.Stasiun kereta api kotaBandung adalah salah satu warisan heritage yang ada di Bandung dengan kondisi yang kurang mendukung. Padahal, stasiun adalah tempat di mana orang -orang dari luar kota masuk dan melihat image Bandung pada stasiun. Akan sulit membuat para turis menumbuhkan rasa kagum pada Bandung, apabila stasiunnya pun tidak terrawat.
Stasiun kereta api kota Bandung adalah salah satu fasilitas umum yang juga berfungsi sebagai ruang publik. Ruang publik merupakan ruang yang dapat mewadahi kepentingan publik atau masyarakat umum, misalnya melakukan komunikasi dengan kolega, pertemuan informal komunita tertentu, s bermain, jalan-jalan, melepas lelah, melihat-lihat taman dan penghijauan, sekedar melihat orang
lewat atau memperhatikan kegiatan orang di sekitar ruang tersebut 1.Untuk dapat melengkapi ruang publik tersebut, maka di dalamnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat mewadahi kebutuhan pengunjung. Fasilitas tersebut antara lain adalah area duduk sebagai sarana tunggu dan beristirahat sejenak oleh para wisatawan. Area duduk yang tersedia pun tidak dibatasi hanya satu area, namun beberapa area untuk memenuhi kebutuhan banyaknya pengunjung stasiun kereta api kota Bandung.Untuk dapat mewujudkan fasilitas yang baik khususnya sarana duduk sebagai penunjang aktivitas, maka diperlukan kajian-kajian terhadap perilaku duduk dan pola duduk dari para wisatawan.Perubahan gaya hidup tradisional ke modern saat ini menarik untuk dikaji sebagai dasar patokan karakteristik masyarakat urban kota Bandung. Transformasi budaya tersebut mencakup berbagai aktivitas yang dapat dikaji lebih lanjut untuk menjadi acuan agar sarana-sarana di dalam ruang publik dapat dimanfaatkan dan menjadi tepat guna. Sesuai dengan pernyataan dari Yori Antar (2009, hal.26) bahwa ketidakamanan, ketidaknyamanan, dan tidak berfungsinya ruang publik adalah cerminan demoralitas budaya berkota. Karena itu, desain terhadap fasilitas juga mempunyai peran yang sangat penting untuk dapat mempengaruhi kualitas lingkungan perkotaan itu sendiri.
Faktor pengguna merupakan faktor penting sebagai hasil sample, persepsi dan preferensi pengguna pada sarana duduk stasiun kereta api untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap kondisi dan desain sarana duduk yang ada.
Edy Darmawan, Ruang Publik dan Kualitas Ruang Kota dalam Seminar Nasional PESAT 2005, Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
1.5. Hipotesis
Rekomendasi desain berdasarkan pemetaan dari pola duduk dengan aktivitas dan kebutuhanpenggunanya. Diharapkan dapat memberikan saran dan acuan terhadap penyediaan sarana duduk yang sesuai dengan karakteristik umum pengunjung stasiun kepada pihak stasiun kereta api.
suatu fenomena yang terjadi di ruang publik, yang terdiri atas; pelaku, kejadian, tempat dan waktu. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengetahui kebiasaan duduk dan pola interaksi di sarana duduk ruang publik tertentu dengan juga mengeksplorasi tingkah laku dan ciri khas masyarakat pengguna ruang publik. Seperti pernyataan dari Berg (2007:3) bahwa: Qualitative research thus refers to the meaning, concepts, definitions, characteristics, methapors, simbols, and descriptions of things.
Tahapan penelitian terbagi menjadi empat tahap. Setelah penentuan topik mengenai sarana duduk di stasiun kereta api Bandung sebagai pokok bahasan ditentukan maka tahap pertama adalah pengumpulan data literatur mengenai jenis-jenis sarana duduk, perilaku duduk dan metode penelitian untuk menghasilkan parameter yang sifatnya ideal. Data-data tersebut diatur untuk dikodefikasikan hasilnya sebagai suatu acuan untuk mengevaluasi data. Tahap kedua adalah melakukan studi lapangan melalui tiga hal, yaitu observasi, menyebarkan kuesioner dan wawancara.Tahap
ketigamengidentifikasi data yang telah didapat melalui studi lapangan untuk kemudian dievaluasi. Terakhir adalah tahap ke empat yaitu menyusun kajian mengenai ketepatan fungsi desain saran a duduk dan hubungannya dengan aktivitas pengunjung stasiun kereta api.
Data yang akan dihimpun adalah: 1. data mengenai jumlah pengunjung yang menggunakan tiap -tiap jenis sarana duduk pada jangka waktu tertentu; 2. Aktivitas pengunjung pada beberapa titik; 3. Jenis-jenis sarana duduk yang ada pada tiap stasiun berikut jumlah, dan materialnya; 4. Pola duduk pengunjung; 5. Tingkat kenyamanan pengunjung; 6. Aktivitas khusus pada tiap sarana duduk.
B.
2. Observasi Mengamati aktivitas, perilaku dan pola duduk pengunjung di stasiun kereta api, khusu snya area ruang tunggu. Area penelitian adalah tempat dengan setting yang memiliki kondisi normal aktivitas sehari-hari pengunjung yang transit di stasiun kereta.Pengamatan akan dibagi menjadi beberapa rentan waktu tertentu melalui dokumentasi foto ataupun video.
3. Kuesioner Responden yang diambil memiliki kriteria-kriteria tertentu, terutama mengenai kondisi kesehatan tubuh fisik dan psikis yang nomal sebagai preferensi kenyamanan terhadap beberapa sarana duduk. Data kuesioner yang akan diambil adalah mengenai: a. Jenis sarana duduk seperti apa yang disukai b. Area duduk yang diminati c. Tanggapan pengunjung mengenai cukup/tidaknya jumlah ketersediaan sarana duduk. d. Apakah pengunjung biasa meletakkan barang di atas kursi atau tidak. e. Tingkat kenyamanan pengunjung terhadap sarana duduk yang tersedia.
4. Wawancara Wawancara kepada kepala stasiun kereta api untuk mengumpulkan data historis mengenai penyediaan sarana duduk di stasiun kereta api.
C.
Kajian Pustaka
Dalam penelitian kualitatif dikenal dua strategi analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau secara terpisah yaitu: (1) model strategi analisis deskriptif kualitatif dan (2) model strategi analisis verifikatif kualitatif. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif melalui 3 (tiga) tahapan teknik analisis sebagai berikut: a. Analisis domain, yaitu analisis tentang gambaran objek penelitian secara umum atau di tingkat permukaan, namun relatif utuh. b. Analisis taksonomi melalui pemilihan domain dan merincinya menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan terperinci yang umumnya memiliki kesamaan. Hasilnya adalah berupa analisis yang terbatas pada satu domain tertentu dan hanya berlaku pada satu domain tersebut. c. Analisis komparatif konstan dengan cara mengumpulkan data, mengobservasi, dan melakukan survey sarana duduk di beberapa jenis stasiun kereta di Bandung. Hasil pengamatan akan dikategorikan berdasarkan jenis -jenisnya sehingga dapat diformulasikan menjadi kesimpulan. Studi kasus yang diambil adalah studi kasus ganda yaitu dengan meneliti sarana duduk di Stasiun kereta api kota Bandung dan Stasiun Kiaracondong sebagai perbandingan. Stasiun Kiaracondong adalah stasiun kecil dengan aktivitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun kere api kota ta Bandung. Situasi yang dimaksud adalah situasi pada hari-hari biasa dan hari libur untuk mengetahui hubungan perilaku pengunjung dan aktivitasnya di area duduk stasiun kereta Metode penelitian juga . dilakukan dengan pendekatan melalui elemen-elemen yang ada pada Environmental Behavior
Observation (John Zeisel, Inquiry by Design: Tools for Environment-Behavior Research), yaitu: who, doing what, with whom, in what relationship, and where?. Berikut merupakan elemen-elemen pada penelitian mengenai pola duduk dan interaksi pada sarana duduk di Stasiun kereta api Bandung:
Who
Pengunjung Stasiun
Doing what
Aktivitas umum (Berjalan, menunggu, dan duduk) Aktivitas khusus (Interaksi dengan orang lain ataupun interaksi dengan sarana duduk)
With whom
In what relationship
And where?
Physical setting Stasiun kota Bandung dan sarana duduknya Stasiun kereta Kiaracondong dan sarana duduknya
D.
Analisis
1. Analisis Kualitatif Analisis yang dilakukan pada pendekatan kualitatif adalah mengidentifikasi sikap duduk dan perilaku pada tiap beberapa area sarana duduk yang berbeda di stasiun kereta api. Area dominasi pengunjung untuk beristirahat juga akan menjadi objek yang dapat diamati.
2.
Analisis Kuantitatif Melakukan pendataan dan diolah dalam bentuk statistik differensial, dengan tujuan untuk mendapatkan preferensi pengunjung terhadap tingkat kenyamanan sarana duduk yang ada di stasiun kereta api. Sample yang diambil adalah: a. Para pengguna kereta, baik yang akan pergi maupun yang baru datang dan
menggunakan sarana duduk. b. Para pengunjung yang datang menjemput atau mengantar para pengguna
Hasil analisa diatas akan dievaluasi dengan pertimbangan berbagai literatur,sehingga dapat diarahkan menjadi rekomendasi desain sarana duduk dan pemetaan kecenderungan karakteristik pola duduk kepada pihak stasiun kereta api.
Latar Belakang Masalah Minat aktivitas yg berbeda pada tiap sarana duduk Terbengkalainya beberapa sarana duduk
Observasi
Aktivitas umum pengunjung
(berjalan, menunggu, & duduk)
Evaluasi mengenai karakteristik pola duduk & aktivitasnya pada tiap area Rekomendasi desain dikaitkan dengan perkembangan penyediaan sarana duduk kepada kepala stasiun kereta api.
Kuesioner
pengunjung stasiun
Wawancara
kepala stasiun kereta api pengunjung stasiun Mengumpulkan data historis mengenai sarana duduk di stasiun Perkembangan penyediaan sarana duduk & pengaruhnya di stasiun kereta
Bab 2:
Merupakan tinjauan pustaka mengenai sejarah perkembangan stasiun kereta api kota Bandung, jenisjenis sarana duduk sekaligus sikap duduk, dan teori-teori yang membahas metode pengukuran kualitas dari sarana duduk di kota. Wawasan mengenai pentingnya sarana duduk yang sesuai dengan postur tubuh dan hubungannya dengan ergonomi akan menjadi data pendukung di dalam bab 2. Selain itu, dibahas pula mengenai isu kota kreatif sebagai identitas Bandung berkaitan dengan aktivitas masyarakat di dalamnya. Hal ini penting sebagai faktor yang Bandung. turut membangun identitas kota
Bab 3:
Bab ini berisi paparan penelitian yang menggunakan pendekatan secara kualitatif dengan konsep pengukuran kualitas dari sarana duduk. Hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif akan diwujudkan dalam bentuk data statistik. Berbagai macam sarana duduk di area yang berbeda diidentifikasi sehingga memunculkan karakteristik tertentu berdasarkan survey dan wawancara terhadap pengguna dan pihak penting yang terkait.
Bab 4:
Bab ini berisi hasil kesimpulan dari hasil penelitian sebagai jawaban dari asumsi dasar yang diajukan, pada bab ini diajukan beberapa rumusan proyeksi bagi pengembangan desain sarana duduk dan pemetaannya di stasiun kereta api kota Bandung agar menjadi tepat guna, serta diajukan saran-saran serta rekomendasi melalui tulisan ini.
10
Di kota Bandung, terdapat profesi yang berbeda-beda; mahasiswa, karyawan, wirausahawan, ibu rumah tangga dan sebagainya berbaur dari segala kebudayaan dan sudah membentuk masyarakat kontemporer. Maka dari itu, pola kehidupan masyarakatnya sudah semakin meluas, begitu pula kebiasaannya. Sebuah kota dibentuk dari masyarakat yang hidup di dalamnya melalui tingkah laku, kebiasaan dan warisan sejarahnya. Untuk membangun sebuah kota, tidak harus menghilangkan identitas masa lalunya namun terus mempertahankannya agar kota tetap mempunyai ciri khas sendiri, tidak hanya mengikuti trend perkembangan kota yang terjadi di negara lain.
Pada buku yang berjudul Ruang Publik dalam Arsitektur Kota karya Edy Dharmawan (2003) disebutkan pentingnya ruang publik dalam kota: 1. Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat, baik formal maupun informal seperti upacara bendera, Sholat Ied pada hari Raya Idul Fitri, dan peringatan-peringatan yang lain; kegiatan informal seperti pertemuan-pertemuan individual, kelompok masyarakat dalam acara santai dan rekreatif seperti konser musik yang diselenggarakan berbagai televisi swasta atau demo mahasiswa yang menjadi pemandangan sehari-hari akhir-akhir ini dengan tujuan untuk menyampaikan aspirasi, ide-ide atau protes terhadap keputusan-keputusan pihak penguasa, instansi atau lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang lain. 2. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor, jalan yang menuju ke arah ruang terbuka publik tersebut dan ruang pengikat dilihat dari struktur kota, sekaligus sebagai
11
pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di sekitarnya serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan pindah ke arah tujuan lain. 3. Sebagai tempat pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertainment seperti tukang sulap, dan sebagainya. 4. Sebagai paru-paru kota yang dapat menyegarkan kawasan tersebut, sekaligus sebagai ruang evakuasi untuk menyelamatkan masyarakat apabila terjadi bencana gempa atau yang lain.
Disebutkan pula pada halaman ke 3 (Edy Dharmawan, 2003) kriteria ruang publik secara esensial ada tiga macam sebagai berikut: 1. Dapat memberikan makna atau arti bagi masyarakat setempat secara individual mapun kelompok (meaningful). 2. Tanggap terhadap semua keinginan pengguna dan dapat mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut (responsive). 3. Dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa diskriminasi (democratic).
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka jelas terpaparkan bahwa ruang publik dan unsur-unsur di dalamnya termasuk sarana duduk harus dapat memenuhi keinginan pengguna, bermanfaat dan tepat guna sesuai dengan budaya dan aktivitas masyarakat yang ada di sekitar ruang publik tersebut. Syarat syarat tersebut penting untuk mewujudkan ruang publik yang disukai dan selalu digunakan oleh masyarakat. Maka dari itu, diperlukan kajian data untuk mengetahui jenis ruang publik, beserta unsurunsur di dalamnya yaitu public furniture khususnya sarana duduk.
12
Untuk mengetahui keterangan arah dan lokasi suatu ruangan, maka penulis membuat peta sederhana mengenai lokasi berbagai ruangan di stasiun utara kereta api Bandung.
13
Gambar 2. Keterangan denah stasiun kereta api kota Bandung (sumber: data pribadi)
Selain untuk mengetahui mengenai seluk beluk ruangan di stasiun, observasi yang dilakukan juga untuk menganalisa keadaan stasiun. Berikut merupakan analisa stasiun secara umum. Kelebihan: Memiliki 2 pintu utama stasiun, yaitu stasiun utara dan selatan. Stasiun dibangun dengan alur masuk dan keluar yang tepat sehingga mempermudah mobilitas. Fasilitas dasar sudah terpenuhi (parkir, cafetaria, toilet, ATM dan sebagainya). Kebersihan cukup terjaga.
14
Kekurangan: Bangunan stasiun kurang terjaga Akses untuk penyandang cacat kurang terpenuhi, misalnya tinggi selasar jalur kere ta lebih rendah dari tinggi pintu kereta api, sehingga mempersulit penyandang cacat . kemudian fasilitas juga tidak menyediakan akses bagi penyandang cacat. Pencahayaan di beberapa tempat kurang nyaman, seperti di ruang tunggu. Kurangnya fasilitas tempat duduk yang sesuai. Keamanan kurang terjaga.
Berikut adalah beberapa sarana duduk yang sudah tersedia di stasiun kereta api kota Bandung:
Gambar 3. Berbagai jenis sarana duduk yang tersedia di stasiun kereta api kota Bandung (sumber: data pribadi)
15
Gambar 5. Kebutuhan akan sarana duduk di stasiun Kiaracondong (sumber: situs bandung.detik.com, diakses 9 Desember 2010)
16
2.2. Teori yang digunakan dalam Penelitian A. Jenis-jenis Sarana Duduk dan Sikap Duduk
Data mengenai berbagai jenis sarana duduk berikut sikap duduknya sangat penting sebagai ukuran parameter ideal dalam penelitian ini.Berbagai jenis sarana duduk dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang, kadangkala dapat mempengaruhi faktor kesehatan tubuh.Berikut merupakan jenisjenis sarana duduk dan sikap duduk yang mengikutinya.
Gambar 6. Macam-macam sarana duduk dan sikap duduk (sumber: The Illustrated Encyclopedia of Chairs)
17
metoda yang sifatnya sensitif karena berkaitan dengan hubungan antar manusia, yang mengharuskan penelitinya untuk berhati-hati dalam menjaga kepercayaan dari respondennya agar data yang diberikan dapat sesuai dan akurat.
Penelitian mengenai bagaimana orang menggunakan ruang juga dilakukan oleh Hall (1966) dengan judul The Hidden Dimension. Ia melakukan pengamatan yang sifatnya sangat sensitif, yaitu bagaimana pengaruh jarak terhadap komunikasi yang diterima oleh masing-masing orang. Observasinya adalah ukuran jarak jauh-dekat antara manusia dengan manusia lainnya sehingga dapat menginterpretasikan hubungan sosial bahwa menjaga jarak adalah coldness, sedangkan semakin dekat jarak maka itu berarti friendliness.Lebih jauh lagi, observasi yang dilakukan membawanya pada kesimpulan bahwa budaya juga mempengaruhi definisi suatu jarak antar individ Observasi u. environmental behavior yaitu: Qualities of the Method Observer Vantage Point Empathetic/ Direct/ Dynamic/ Variable Intrusive Secret outsider/ Recognized Outsider/ Marginal Participant/ Full Participant Recording Devices What to Observe Notes/Precoded Checklist/ Maps/ Photographs/ Videotapes Who (actor)/ Doing what (act)/ With whom (significant other relationship)/ Context/Setting
18
2.2.2. Pengertian
Seating facilities (sarana duduk) adalah fasilitas umum yang tujuannya untuk tempat beristirahat setelah berjalan kaki dan sebagai tempat dimana orang dapat menikmati keindahan pemandangan dan berinteraksi (8 Technical Guidance :street furniture (referensi: Making London a Walkable City The Walking Plan for London, 2004)). Sikap duduk adalah postur tubuh yang terbentuk sesuai dengan desain dari sarana duduk tersebut.
Studi Environmental behavioradalah ilmu dalam mengamati perilaku orang terhadap lingkungannya; baik secara individual, sekelompok kecil orang hingga banyak orang. Apa yang mereka lakukan? Bagaimana ruang mempengaruhi aktivitas didalamnya begitu pula sebaliknya? Mengamati perilaku seseorang berarti mengkaji apa saja aktivitas di dalamnya serta faktor-faktor yang mendukung, kebiasaan-kebiasaan, perilaku baru, perilaku diluar kebiasaan, penyalahgunaan ruang, dan kekurangan dari ruang yang tersedia.
2.2.3. Perbedaan
Data mengenai jenis-jenis sarana duduk dan sikap duduk adalah literatur mengenai objek utama penelitian yaitu sarana duduk.. literaturtersebut penting untuk dapat memperluas wawasan karena objek kajian merupakan fasilitas umum. Pengumpulan data tersebut penting sebagai panduan untuk mengkategorisasikan sarana duduk yang ada di tempat studi kasus.Sedangkan studi environmental behavior adalah acuan/panduan dalam melaksanakan penelitian terhadap sarana duduk dan penggunanya.Studi ini memberikan poin-poin penting terhadap batasan penelitian.Selain itu, studi environmental behaviorberkaitan erat dengan hasil olahan yang diharapkan, yaitu rincian mengenai tingkah laku manusia terhadap produk dan lingkungannya. Konsep ini juga masih belum banyak dikaji lebih lanjut sehingga menjadi bahasan yang menarik untuk diteliti.
2.2.4. Fungsi
Jenis-jenis sarana duduk yang digunakan sebagai sarana umum sangat banyak, maka dari itu diperlukan pengumpulan data yang mendalam. Data tersebut dapat digunakan untuk membuat parameter awal yang ideal dalam penelitian. Selain itu, dapat digunakan untuk mencari patokan batas lingkup penelitian yang akan dilakukan. Metode environmental behaviour diterapkan untuk merinci hasil data sebagai parameter ketepatan fungsi dengan aktivitas pengunjung berdasarkan dari kebutuhan dan keinginan pengunjung stasiun kereta api .
19
2.3. Teori Pendukung A. Material yang digunakan untuk Sarana Duduk di Ruang Publik
Terdapat beberapa jenis material tertentu yang biasanya digunakan di ruang publik dan disesuaikan dengan lingkungannya, luas area, dan cuaca. Berdasarkan hasil pengamatan, maka material yang biasanya digunakan untuk membuat sarana duduk di ruang publik adalah: 1. Besi 2. Kayu 3. Plastik 4. Semen 5. Kombinasi besi dan kayu
B. Teori Proxemics
Teori proxemics adalah ilmu mengenai hubungan sosial antar manusia mengenai jarak antar individu di suatu ruang,hal ini berkaitan erat dengan personal space dan jarak.Personal space adalah suatu pergerakan dinamis seseorang yang bergerak aktif mendekat dan menjauh yang tujuannya agar sulit
20
atau l i mudah didekati Dalam teori i i terdapat ukuran-ukuran jarak tertentu batas sebuah area
Si i i l i Busi ss/soci l
i i
Mika Igarashi-Mi hiel Stade-Syl ail Vriens, Proxemi s in Publi Space: Media Technology Project , eiden Institute for Advanced Computer Science, eiden University, the Netherlands
Si
0,30 m 0,50 m 0,40 m 1,50 m 1,50 m 3,00 m
i
Hingga 0,50 m 0,50 m 1,50 m 1,50 m 3,00 m
21
2.3.1. Kaitan Teori Pendukung dengan Teori yang digunakan dalam Penelitian
Desain pada sebuah sarana duduk mencakup bentuk, dimensi dan material yang digunakan.Lingkungan sekitar penempatan sarana duduk sangat mempengaruhi pemilihan dari material yang digunakan.misalkan apabila lingkungannya semakin terkena udara terbuka, maka material yang dipilih sebaiknya adalah material yang kokoh agar tahan lama dengan desain yang lebih simpel. Maka dari itu, wawasan mengenai material bahan untuk membuat sarana duduk diperlukan sebagai data pendukung dari penelitian.
Teori proxemic merupakan salah satu data pendukung dalam metodeenvironmental behavior, karena keduanya merupakan ilmu yang sama-sama mempelajari perilaku manusia. Teori ini juga dapat dijadikan parameter ideal pada awal penelitian sebagai perbandingan dalam proses meneliti. Teori sistem ergatik berkaitan dengan ergonomi dan faktor kenyamanan sarana duduk pada pengguna.
2.4. Rangkuman
Pada setiap ruang publik, dapat ditemukan pola duduk dan interaksi yang berbeda dari pengunjung. Hal ini dikarenakan berbagai aktivitas dan kebiasaan yang berbeda pula. Karena itu, penelitian terhadap sarana duduk yang berkaitan dengan aktivitas pada ruang publik menarik untuk dikaji agar penggunaan sarana duduk menjadi lebih efektif dan memperindah tampilan ruang publik. Ruang publik yang menjadi tempat studi kasus adalah dua stasiun, yaitu stasiun kereta api kota Bandung dan stasiun Kiaracondong. Penelitian akan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan hasil analisa yang sifatnya berbeda. Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, ditemukan bahwa:
y y y
Terdapat berbagai pola duduk dan interaksi yang beraneka ragam oleh pengunjun g. Jumlah pengunjung stasiun kereta api pada hari libur lebih banyak dari hari biasa. Terdapat berbagai sarana duduk dengan desain, ukuran dan material yang berbeda pada tiap area duduk.
Tidak semua pengunjung dapat duduk di sarana duduk yang telah disediakan, sehingga banyak pengunjung yang duduk dan beristirahat di tempat yang tidak seharusnya.
22
23
24
25