Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I Pendahuluan 2
1.1. Latar belakang penelitian 1.2. Perumusan masalah 1.3. Tujuan penelitian 4 2 3

1.4. Manfaat penelitian 4 1.5. Hipotesis 4 4 4

1.6. Metodologi Penelitian A. Metoda Penelitian

B. Teknik Perolehan Data 5 C. Kajian Pustaka 6 D. Analisis 1.7. Kerangka Penelitian 1.8. Sistematika Penelitian 7 9 10

BAB II Landasan Teori


2.1. Tinjauan Pustaka

11
11 11

2.1.1. Ruang Publik

2.1.2. Tempat Studi Kasus 12-16 2.2. Teori yang digunakan dalam Penelitian 17 17

A. Jenis-jenis Sarana Duduk & Sikap Duduk B. Studi Environmental Behavior 17 2.2.1. Senarai Istilah 2.2.2. Pengertian 19 2.2.3. Perbedaan 2.2.4. Fungsi 2.2.5. Unsur 2.3. Teori Pendukung 19 19 20 20 18

A. Material yang digunakan untuk Sarana Duduk di Ruang Publik 20 B. Teori Proxemics C. Teori Sistem Ergatik 20 21 22

2.3.1. Kaitan Teori Pendukung dengan Teori yang digunakan dalam Penelitian 2.3.2. Penggunaan Teori Pendukung dalam Penelitian 2.4. Rangkuman 22 22

BAB I 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, kota Bandung dikenal sebagai kota tujuan wisata yang menyenangkan, khususnya di pulau Jawa. Selain memiliki udara yang sejuk, kota Bandung juga menyediakan fasilitas dan hiburan yang berbeda denga kota lainnya. n Pembangunan yang bersifat modern seperti pembangunan mall, factory outlet dan sarana perbelanjaan lainnya semakin mengundang banyaknya wisatawan yang datang. Dengan kata lain, Bandung masih menjadi tujuan kota wisata yang diminati wisatawan mancanegara dan dalam negeri. Hal ini juga didukung dengan penghargaan yang telah diterima oleh kota Bandung sebagai The Best Most Favourite City dan The Best Service City dari Indonesia Tourism Award (ITA) pada tanggal 2 Desember 2010 lalu (sumber: website resmi pemerintah kota Bandung). Saat ini, kota Bandung menjadi tujuan pariwisata dan pendidikan.

Akses yang tersedia menuju kota Bandung sangat banyak, mulai dari jalan tol, bandara, terminal bus hingga stasiun kereta api kota Bandung. Sebagai jalur angkutan modern pertama dan tertua di Bandung, stasiun kereta api yang diresmikan pada 17 Mei 1884 awalnya ditujukan untuk kepentingan perkebunan di Bandung. Namun kini, stasiun menjadi sarana transportasi modern yang menghubungkan wisatawan dari kota ke kota. Untuk tetap mempertahankan citra Bandung sebagai kota wisata yang menarik, maka ketertiban, keindahan, kenyamanan, kebersihan harus dijaga. Sebagai ruang publik yang menyambut para wisatawan, maka sebaiknya fasilitas yang ada di tiap jalur angkutan (bandara, terminal, dan stasiun kereta api) tersedia dengan baik. Sarana dan prasarana pada tiap jalur angkutan sebaiknya dirancang dengan desain yang menarik dan dijaga keutuhannya agar para wisatawan yang datang disambut dengan citra kota yang baik sejak awal mereka menginjak kota Bandung.Stasiun kereta api kotaBandung adalah salah satu warisan heritage yang ada di Bandung dengan kondisi yang kurang mendukung. Padahal, stasiun adalah tempat di mana orang -orang dari luar kota masuk dan melihat image Bandung pada stasiun. Akan sulit membuat para turis menumbuhkan rasa kagum pada Bandung, apabila stasiunnya pun tidak terrawat.

Stasiun kereta api kota Bandung adalah salah satu fasilitas umum yang juga berfungsi sebagai ruang publik. Ruang publik merupakan ruang yang dapat mewadahi kepentingan publik atau masyarakat umum, misalnya melakukan komunikasi dengan kolega, pertemuan informal komunita tertentu, s bermain, jalan-jalan, melepas lelah, melihat-lihat taman dan penghijauan, sekedar melihat orang

lewat atau memperhatikan kegiatan orang di sekitar ruang tersebut 1.Untuk dapat melengkapi ruang publik tersebut, maka di dalamnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat mewadahi kebutuhan pengunjung. Fasilitas tersebut antara lain adalah area duduk sebagai sarana tunggu dan beristirahat sejenak oleh para wisatawan. Area duduk yang tersedia pun tidak dibatasi hanya satu area, namun beberapa area untuk memenuhi kebutuhan banyaknya pengunjung stasiun kereta api kota Bandung.Untuk dapat mewujudkan fasilitas yang baik khususnya sarana duduk sebagai penunjang aktivitas, maka diperlukan kajian-kajian terhadap perilaku duduk dan pola duduk dari para wisatawan.Perubahan gaya hidup tradisional ke modern saat ini menarik untuk dikaji sebagai dasar patokan karakteristik masyarakat urban kota Bandung. Transformasi budaya tersebut mencakup berbagai aktivitas yang dapat dikaji lebih lanjut untuk menjadi acuan agar sarana-sarana di dalam ruang publik dapat dimanfaatkan dan menjadi tepat guna. Sesuai dengan pernyataan dari Yori Antar (2009, hal.26) bahwa ketidakamanan, ketidaknyamanan, dan tidak berfungsinya ruang publik adalah cerminan demoralitas budaya berkota. Karena itu, desain terhadap fasilitas juga mempunyai peran yang sangat penting untuk dapat mempengaruhi kualitas lingkungan perkotaan itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


Tiap area duduk di stasiun kereta api kota Bandung memiliki bentuk sarana duduk yang berbeda-beda dan tidak semua sarana duduk dapat berfungsi karena tidak sesuainya karakter, bentuk fungsi dan , material dari sarana. Hal-hal yang menjadi pokok permasalahan adalah: 1. Aktivitas apa saja yang dilakukan oleh pengunjung di stasiun kereta api? 2. Bagaimana tingkat kebutuhan akan sarana duduk di stasiun kereta api? 3. Sarana duduk seperti apa yang paling banyak diminati dan sesuai dengan karakteristik pengunjung stasiun kereta api? 4. Bagaimana efektivitas penggunaan berbagai sarana duduk di stasiun kereta api? 5. Apakah hubungan antara perilaku duduk dan pola interaksi tersebut dengan sarana duduk yang ada? 6. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan nantinya, desain sarana duduk seperti apa yang dapat mewadahi berbagai aktivitas dan interaksi pengunjung stasiun kereta api kota Bandung untuk dapat diterapkan di stasiun kereta api kota besar lainnya di Indonesia?

Faktor pengguna merupakan faktor penting sebagai hasil sample, persepsi dan preferensi pengguna pada sarana duduk stasiun kereta api untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap kondisi dan desain sarana duduk yang ada.

Edy Darmawan, Ruang Publik dan Kualitas Ruang Kota dalam Seminar Nasional PESAT 2005, Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan berbagai unsur dari aktivitas pengunjung ketika berada di stasiun kereta api kota Bandung dan menyusun kajian mengenai ketepatan fungsi desain sarana duduk dan hubungannya dengan aktivitas pengunjung stasiun kereta api. Aktivitas-aktivitas yang ada akan memperlihatkan berbagai kecenderungan dari pengunjung dalam menggunakan berbagai sarana umum yang ada, misalkan sarana duduk, tempat sampah, dan public art. Penelitian ini diharapkan dapat memberi hasil berupa perkiraan terhadap desain sarana duduk yang dapat diterima dengan baik di stasiun kereta api kota Bandung dan dapat menjadi salah satu bagian yang dapat melengkapi ciri khas dan meningkatkan kualitas tampilan stasiun kereta api kota Bandung. Desain juga diharapkan dapat mengajak dan mempengaruhi masyarakat untuk semakin memelihara sarana duduk yang tersedia. Untuk menciptakan kebutuhan fasilitas yang tepat bagi penggunanya, perlu dikaji dulu kebutuhan dasar apa yang diinginkan pengguna itu sendiri.

1.4. Manfaat Penelitian


Sejalan dengan semakin berkembangnya fasilitas kota yang berhubungan dengan pariwisata dan banyaknya wisatawan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam membuat desain fasilitas sarana duduk yang lebih baik, khususnya pada fasilitas di stasiun kereta apiagar memberikan tampilan yang baik kepada para pengunjung kota Bandung. Dengan mengkaji kekurangan-kekurangan dari berbagai desain sarana duduk, diharapkan selanjutnya dapat dibuat desain dengan dasar budaya masyarakat setempat sehingga diterima dengan mudah dan dapat menambah tampilan stasiun menjadi lebih baik.

1.5. Hipotesis
Rekomendasi desain berdasarkan pemetaan dari pola duduk dengan aktivitas dan kebutuhanpenggunanya. Diharapkan dapat memberikan saran dan acuan terhadap penyediaan sarana duduk yang sesuai dengan karakteristik umum pengunjung stasiun kepada pihak stasiun kereta api.

1.6. Metodologi Penelitian A. Metoda Penelitian


Penelitian ini difokuskan pada objek berupa seating facilities (sarana duduk) yang ada di stasiun kereta api kota Bandung dan hubungannya dengan perilaku pengguna. Tujuannya adalah untuk menyusun kajian mengenai ketepatan fungsi desain sarana duduk dan hubungannya dengan aktivitas pengunjung stasiun kereta api. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengamati perilaku pengunjung yang ada di sekitar sarana duduk di ruang publik khususnya stasiun kereta. Sedangkan untuk mendapatkan preferensi pengunjung terhadap tingkat kenyamanan sarana duduk yang ada di stasiun kereta api, dilakukan pendekatan kuant tatif. Penelitian ini diperdalam melalui i

suatu fenomena yang terjadi di ruang publik, yang terdiri atas; pelaku, kejadian, tempat dan waktu. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengetahui kebiasaan duduk dan pola interaksi di sarana duduk ruang publik tertentu dengan juga mengeksplorasi tingkah laku dan ciri khas masyarakat pengguna ruang publik. Seperti pernyataan dari Berg (2007:3) bahwa: Qualitative research thus refers to the meaning, concepts, definitions, characteristics, methapors, simbols, and descriptions of things.

Tahapan penelitian terbagi menjadi empat tahap. Setelah penentuan topik mengenai sarana duduk di stasiun kereta api Bandung sebagai pokok bahasan ditentukan maka tahap pertama adalah pengumpulan data literatur mengenai jenis-jenis sarana duduk, perilaku duduk dan metode penelitian untuk menghasilkan parameter yang sifatnya ideal. Data-data tersebut diatur untuk dikodefikasikan hasilnya sebagai suatu acuan untuk mengevaluasi data. Tahap kedua adalah melakukan studi lapangan melalui tiga hal, yaitu observasi, menyebarkan kuesioner dan wawancara.Tahap

ketigamengidentifikasi data yang telah didapat melalui studi lapangan untuk kemudian dievaluasi. Terakhir adalah tahap ke empat yaitu menyusun kajian mengenai ketepatan fungsi desain saran a duduk dan hubungannya dengan aktivitas pengunjung stasiun kereta api.

Data yang akan dihimpun adalah: 1. data mengenai jumlah pengunjung yang menggunakan tiap -tiap jenis sarana duduk pada jangka waktu tertentu; 2. Aktivitas pengunjung pada beberapa titik; 3. Jenis-jenis sarana duduk yang ada pada tiap stasiun berikut jumlah, dan materialnya; 4. Pola duduk pengunjung; 5. Tingkat kenyamanan pengunjung; 6. Aktivitas khusus pada tiap sarana duduk.

B.

Teknik Perolehan Data


1. Literatur Berbagai sumber yang terkait mengenai sarana duduk, perilaku duduk dan studi environmental behavior baik dari buku, ensiklopedia, jurnal dan penelitian lainnya.

Pengambilan data dilakukan melalui:

2. Observasi Mengamati aktivitas, perilaku dan pola duduk pengunjung di stasiun kereta api, khusu snya area ruang tunggu. Area penelitian adalah tempat dengan setting yang memiliki kondisi normal aktivitas sehari-hari pengunjung yang transit di stasiun kereta.Pengamatan akan dibagi menjadi beberapa rentan waktu tertentu melalui dokumentasi foto ataupun video.

3. Kuesioner Responden yang diambil memiliki kriteria-kriteria tertentu, terutama mengenai kondisi kesehatan tubuh fisik dan psikis yang nomal sebagai preferensi kenyamanan terhadap beberapa sarana duduk. Data kuesioner yang akan diambil adalah mengenai: a. Jenis sarana duduk seperti apa yang disukai b. Area duduk yang diminati c. Tanggapan pengunjung mengenai cukup/tidaknya jumlah ketersediaan sarana duduk. d. Apakah pengunjung biasa meletakkan barang di atas kursi atau tidak. e. Tingkat kenyamanan pengunjung terhadap sarana duduk yang tersedia.

4. Wawancara Wawancara kepada kepala stasiun kereta api untuk mengumpulkan data historis mengenai penyediaan sarana duduk di stasiun kereta api.

C.

Kajian Pustaka

Dalam penelitian kualitatif dikenal dua strategi analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau secara terpisah yaitu: (1) model strategi analisis deskriptif kualitatif dan (2) model strategi analisis verifikatif kualitatif. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif melalui 3 (tiga) tahapan teknik analisis sebagai berikut: a. Analisis domain, yaitu analisis tentang gambaran objek penelitian secara umum atau di tingkat permukaan, namun relatif utuh. b. Analisis taksonomi melalui pemilihan domain dan merincinya menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan terperinci yang umumnya memiliki kesamaan. Hasilnya adalah berupa analisis yang terbatas pada satu domain tertentu dan hanya berlaku pada satu domain tersebut. c. Analisis komparatif konstan dengan cara mengumpulkan data, mengobservasi, dan melakukan survey sarana duduk di beberapa jenis stasiun kereta di Bandung. Hasil pengamatan akan dikategorikan berdasarkan jenis -jenisnya sehingga dapat diformulasikan menjadi kesimpulan. Studi kasus yang diambil adalah studi kasus ganda yaitu dengan meneliti sarana duduk di Stasiun kereta api kota Bandung dan Stasiun Kiaracondong sebagai perbandingan. Stasiun Kiaracondong adalah stasiun kecil dengan aktivitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun kere api kota ta Bandung. Situasi yang dimaksud adalah situasi pada hari-hari biasa dan hari libur untuk mengetahui hubungan perilaku pengunjung dan aktivitasnya di area duduk stasiun kereta Metode penelitian juga . dilakukan dengan pendekatan melalui elemen-elemen yang ada pada Environmental Behavior

Observation (John Zeisel, Inquiry by Design: Tools for Environment-Behavior Research), yaitu: who, doing what, with whom, in what relationship, and where?. Berikut merupakan elemen-elemen pada penelitian mengenai pola duduk dan interaksi pada sarana duduk di Stasiun kereta api Bandung:

Who

Pengunjung Stasiun

Doing what

Aktivitas umum (Berjalan, menunggu, dan duduk) Aktivitas khusus (Interaksi dengan orang lain ataupun interaksi dengan sarana duduk)

With whom

Keluarga, teman dan orang lain (tak dikenal)

In what relationship

Relationships Jarak, keributan, pola duduk, tingkah laku

And where?

Physical setting Stasiun kota Bandung dan sarana duduknya Stasiun kereta Kiaracondong dan sarana duduknya

D.

Analisis
1. Analisis Kualitatif Analisis yang dilakukan pada pendekatan kualitatif adalah mengidentifikasi sikap duduk dan perilaku pada tiap beberapa area sarana duduk yang berbeda di stasiun kereta api. Area dominasi pengunjung untuk beristirahat juga akan menjadi objek yang dapat diamati.

2.

Analisis Kuantitatif Melakukan pendataan dan diolah dalam bentuk statistik differensial, dengan tujuan untuk mendapatkan preferensi pengunjung terhadap tingkat kenyamanan sarana duduk yang ada di stasiun kereta api. Sample yang diambil adalah: a. Para pengguna kereta, baik yang akan pergi maupun yang baru datang dan

menggunakan sarana duduk. b. Para pengunjung yang datang menjemput atau mengantar para pengguna

kereta dan menggunakan sarana duduk.

Hasil analisa diatas akan dievaluasi dengan pertimbangan berbagai literatur,sehingga dapat diarahkan menjadi rekomendasi desain sarana duduk dan pemetaan kecenderungan karakteristik pola duduk kepada pihak stasiun kereta api.

1.7. Kerangka Penelitian

Latar Belakang Masalah Minat aktivitas yg berbeda pada tiap sarana duduk Terbengkalainya beberapa sarana duduk

Literatur Metode environmental behaviour Jenis-jenis sarana duduk publik

Observasi
Aktivitas umum pengunjung
(berjalan, menunggu, & duduk)

Aktivitas khusus pengunjung


(berinteraksi dgn produk atau dgn orang lain)

Mengkaji karakteristik pola duduk dan aktivitasnya

Evaluasi mengenai karakteristik pola duduk & aktivitasnya pada tiap area Rekomendasi desain dikaitkan dengan perkembangan penyediaan sarana duduk kepada kepala stasiun kereta api.

Pola duduk pengunjung

Kuesioner
pengunjung stasiun

Mengidentifikasi tingkat kenyamanan pengunjung

Preferensi pengunjung terhadap berbagai jenis sarana duduk

Wawancara
kepala stasiun kereta api pengunjung stasiun Mengumpulkan data historis mengenai sarana duduk di stasiun Perkembangan penyediaan sarana duduk & pengaruhnya di stasiun kereta

1.8. Sistematika Penelitian Bab 1:


Sebagai bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, asumsi, kerangka berpikir, dan metode penelitian. Pada bab ini dijelaskan sekilas mengenai definisi ruang publik dan elemen fisik yang ada di dalamnya termasuk sarana duduk. Selain itu, dijelaskan secara umum kelebihan kota Bandung sebagai tujuan pariwisata. Masyarakat yang tinggal di dalamnya juga turut membangun sebuah kota melalui perilaku dan budaya yang berkembang di dalamnya. Maka dari itu latar belakang ketertarikan akan budaya dan identitas sebuah kota untuk dapat dikembangkan menjadi fasilitas umum dijelaskan lebih lanjut. Tinjauan lebih khusus akan dijelaskan pada bagian bab 1 ini mengenai studi kasus ruang publik atau stasiun kereta api yang akan dijadikan kajian. Selain latar belakang permasalahan, akan diuraikan mengenai permasalahan yang muncul sebagai studi kasus dari kajian penelitian.

Bab 2:
Merupakan tinjauan pustaka mengenai sejarah perkembangan stasiun kereta api kota Bandung, jenisjenis sarana duduk sekaligus sikap duduk, dan teori-teori yang membahas metode pengukuran kualitas dari sarana duduk di kota. Wawasan mengenai pentingnya sarana duduk yang sesuai dengan postur tubuh dan hubungannya dengan ergonomi akan menjadi data pendukung di dalam bab 2. Selain itu, dibahas pula mengenai isu kota kreatif sebagai identitas Bandung berkaitan dengan aktivitas masyarakat di dalamnya. Hal ini penting sebagai faktor yang Bandung. turut membangun identitas kota

Bab 3:
Bab ini berisi paparan penelitian yang menggunakan pendekatan secara kualitatif dengan konsep pengukuran kualitas dari sarana duduk. Hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif akan diwujudkan dalam bentuk data statistik. Berbagai macam sarana duduk di area yang berbeda diidentifikasi sehingga memunculkan karakteristik tertentu berdasarkan survey dan wawancara terhadap pengguna dan pihak penting yang terkait.

Bab 4:
Bab ini berisi hasil kesimpulan dari hasil penelitian sebagai jawaban dari asumsi dasar yang diajukan, pada bab ini diajukan beberapa rumusan proyeksi bagi pengembangan desain sarana duduk dan pemetaannya di stasiun kereta api kota Bandung agar menjadi tepat guna, serta diajukan saran-saran serta rekomendasi melalui tulisan ini.

10

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Ruang Publik


Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dari itu terjadilah interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain. Kehidupan sehari hari diisi dengan melakukan berbagai aktivitas baik itu di dalam rumah maupun di luar. Tidak hanya sendirian, ada pula yang suka melakukan kegiatan dengan berkelompok. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sehari hari, di samping itu terdapat kegiatan lain yang termasuk berlibur dan berekreasi untuk mengatasi perasaan suntuk dan lelah setelah bekerja seharian. Terlebih lagi pada kondisi masyarakat urban saat ini yang merupakan kombinasi antara pencampuran budaya dan teknologi. Kegiatan masyarakat yang semakin berragam juga diiringi dengan lintas teknologi yang dapat menyingkat waktu dan men jadikan waktu harus semakin cepat berjalan. Masyarakat yang sudah menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi umumnya akan semakin terfokus pada kehidupan digital yang dapat menghilangkan kebiasaan bersosialisasi.

Di kota Bandung, terdapat profesi yang berbeda-beda; mahasiswa, karyawan, wirausahawan, ibu rumah tangga dan sebagainya berbaur dari segala kebudayaan dan sudah membentuk masyarakat kontemporer. Maka dari itu, pola kehidupan masyarakatnya sudah semakin meluas, begitu pula kebiasaannya. Sebuah kota dibentuk dari masyarakat yang hidup di dalamnya melalui tingkah laku, kebiasaan dan warisan sejarahnya. Untuk membangun sebuah kota, tidak harus menghilangkan identitas masa lalunya namun terus mempertahankannya agar kota tetap mempunyai ciri khas sendiri, tidak hanya mengikuti trend perkembangan kota yang terjadi di negara lain.

Pada buku yang berjudul Ruang Publik dalam Arsitektur Kota karya Edy Dharmawan (2003) disebutkan pentingnya ruang publik dalam kota: 1. Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat, baik formal maupun informal seperti upacara bendera, Sholat Ied pada hari Raya Idul Fitri, dan peringatan-peringatan yang lain; kegiatan informal seperti pertemuan-pertemuan individual, kelompok masyarakat dalam acara santai dan rekreatif seperti konser musik yang diselenggarakan berbagai televisi swasta atau demo mahasiswa yang menjadi pemandangan sehari-hari akhir-akhir ini dengan tujuan untuk menyampaikan aspirasi, ide-ide atau protes terhadap keputusan-keputusan pihak penguasa, instansi atau lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang lain. 2. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor, jalan yang menuju ke arah ruang terbuka publik tersebut dan ruang pengikat dilihat dari struktur kota, sekaligus sebagai

11

pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di sekitarnya serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan pindah ke arah tujuan lain. 3. Sebagai tempat pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertainment seperti tukang sulap, dan sebagainya. 4. Sebagai paru-paru kota yang dapat menyegarkan kawasan tersebut, sekaligus sebagai ruang evakuasi untuk menyelamatkan masyarakat apabila terjadi bencana gempa atau yang lain.

Disebutkan pula pada halaman ke 3 (Edy Dharmawan, 2003) kriteria ruang publik secara esensial ada tiga macam sebagai berikut: 1. Dapat memberikan makna atau arti bagi masyarakat setempat secara individual mapun kelompok (meaningful). 2. Tanggap terhadap semua keinginan pengguna dan dapat mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut (responsive). 3. Dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa diskriminasi (democratic).

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka jelas terpaparkan bahwa ruang publik dan unsur-unsur di dalamnya termasuk sarana duduk harus dapat memenuhi keinginan pengguna, bermanfaat dan tepat guna sesuai dengan budaya dan aktivitas masyarakat yang ada di sekitar ruang publik tersebut. Syarat syarat tersebut penting untuk mewujudkan ruang publik yang disukai dan selalu digunakan oleh masyarakat. Maka dari itu, diperlukan kajian data untuk mengetahui jenis ruang publik, beserta unsurunsur di dalamnya yaitu public furniture khususnya sarana duduk.

2.1.2. Tempat Studi Kasus A. Stasiun Kereta Api kota Bandung


Stasiun yang dijadikan tempat studi kasus utama adalah stasiun kereta api kota Bandung. Karena, stasiun tersebut adalah tempat dimana para wisatawan masuk dan keluar dari kota Bandung. Untuk lebih dalam mengetahui sejarah dan keadaan stasiun kereta api Bandung saat ini, penulis melakukan observasi data dan survey di stasiun. Riwayat stasiun diperlukan agar penulis dapat mengetahui profil dari stasiun. Profil stasiun kereta api Bandung: Stasiun kereta api dibangun pada tanggal 16 Juni 1884. Namun transporta berupa kereta api sudah si ada di Bandung semenjak 17 Mei 1884. Pada tahun 1928, stasiun mengalami pelebaran dan renovasi. Arsitektur F.J.A Cousin yang menangani pada saat itu menampilkan garis -garis geometris yang dipadu dengan sempurna dan memperkuat unsur Art Deco dengan menambahkan kaca patri.

12

Untuk mengetahui keterangan arah dan lokasi suatu ruangan, maka penulis membuat peta sederhana mengenai lokasi berbagai ruangan di stasiun utara kereta api Bandung.

Gambar 1. Denah stasiun utara kota Bandung (sumber: data pribadi)

13

Pada denah tersebut disertakan pula keterangan dokumentasi dari penulis.

Gambar 2. Keterangan denah stasiun kereta api kota Bandung (sumber: data pribadi)

Selain untuk mengetahui mengenai seluk beluk ruangan di stasiun, observasi yang dilakukan juga untuk menganalisa keadaan stasiun. Berikut merupakan analisa stasiun secara umum. Kelebihan: Memiliki 2 pintu utama stasiun, yaitu stasiun utara dan selatan. Stasiun dibangun dengan alur masuk dan keluar yang tepat sehingga mempermudah mobilitas. Fasilitas dasar sudah terpenuhi (parkir, cafetaria, toilet, ATM dan sebagainya). Kebersihan cukup terjaga.

14

Kekurangan: Bangunan stasiun kurang terjaga Akses untuk penyandang cacat kurang terpenuhi, misalnya tinggi selasar jalur kere ta lebih rendah dari tinggi pintu kereta api, sehingga mempersulit penyandang cacat . kemudian fasilitas juga tidak menyediakan akses bagi penyandang cacat. Pencahayaan di beberapa tempat kurang nyaman, seperti di ruang tunggu. Kurangnya fasilitas tempat duduk yang sesuai. Keamanan kurang terjaga.

Berikut adalah beberapa sarana duduk yang sudah tersedia di stasiun kereta api kota Bandung:

Gambar 3. Berbagai jenis sarana duduk yang tersedia di stasiun kereta api kota Bandung (sumber: data pribadi)

15

B. Stasiun Kereta Api Kiaracondong


Stasiun Kiaracondong adalah stasiun besar kedua di Bandung. erletak di batas antara Kelurahan T Babakansari dan Kelurahan Kebunjayanti, Stasiun Kiaracondong hanya melayani keberangkatan kereta api kelas ekonomi. Studi kasus di Stasiun Kiaracondong adalah sebagai perbandingan antara sarana duduk yang tersedia di stasiun besar (stasiun kereta api kota Bandung) dengan stasiun dengan skala yang lebih kecil (stasiun Kiaracondong).

Gambar 4. Stasiun Kiaracondong (sumber: situs foto.detik.com, diakses 9 Desember 2010)

Gambar 5. Kebutuhan akan sarana duduk di stasiun Kiaracondong (sumber: situs bandung.detik.com, diakses 9 Desember 2010)

16

2.2. Teori yang digunakan dalam Penelitian A. Jenis-jenis Sarana Duduk dan Sikap Duduk
Data mengenai berbagai jenis sarana duduk berikut sikap duduknya sangat penting sebagai ukuran parameter ideal dalam penelitian ini.Berbagai jenis sarana duduk dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang, kadangkala dapat mempengaruhi faktor kesehatan tubuh.Berikut merupakan jenisjenis sarana duduk dan sikap duduk yang mengikutinya.

Gambar 6. Macam-macam sarana duduk dan sikap duduk (sumber: The Illustrated Encyclopedia of Chairs)

B. Studi Environmental Behavior


Environmental behaviormerupakan salah satu teori utama yang digunakan dalam penelitian ini.Studi ini telah dilakukan beberapa kali dalam kasus mengamati perilaku orang dengan lingkungan sekitarnya. Misalkan perilaku pengunjung di rumah sakit ruang tunggu, atau perilaku seorang ayah yang mengamati anaknya ketika bermain di sebuah taman dan sebagainya. Metoda ini merupakan

17

metoda yang sifatnya sensitif karena berkaitan dengan hubungan antar manusia, yang mengharuskan penelitinya untuk berhati-hati dalam menjaga kepercayaan dari respondennya agar data yang diberikan dapat sesuai dan akurat.

Penelitian mengenai bagaimana orang menggunakan ruang juga dilakukan oleh Hall (1966) dengan judul The Hidden Dimension. Ia melakukan pengamatan yang sifatnya sangat sensitif, yaitu bagaimana pengaruh jarak terhadap komunikasi yang diterima oleh masing-masing orang. Observasinya adalah ukuran jarak jauh-dekat antara manusia dengan manusia lainnya sehingga dapat menginterpretasikan hubungan sosial bahwa menjaga jarak adalah coldness, sedangkan semakin dekat jarak maka itu berarti friendliness.Lebih jauh lagi, observasi yang dilakukan membawanya pada kesimpulan bahwa budaya juga mempengaruhi definisi suatu jarak antar individ Observasi u. environmental behavior yaitu: Qualities of the Method Observer Vantage Point Empathetic/ Direct/ Dynamic/ Variable Intrusive Secret outsider/ Recognized Outsider/ Marginal Participant/ Full Participant Recording Devices What to Observe Notes/Precoded Checklist/ Maps/ Photographs/ Videotapes Who (actor)/ Doing what (act)/ With whom (significant other relationship)/ Context/Setting

2.2.1. Senarai Istilah


1. Seating Facilities (sarana duduk), Sarana duduk yang tersedia di ruang publik. 2. Sikap duduk, Postur tubuh yang terbentuk akibat desain sarana duduk. 3. Duduk, Sikap istirahat ketika kedua pelvis tersangga. 4. Perilaku duduk, Aktivitas yang dilakukan di sekitar sarana duduk ketika pengguna duduk. 5. Personal space, Area privasi manusia dan terdapat jarak di dalamnya. 6. Empathetic, Turut merasa simpati. 7. Variable Intrusive, Perubahan-perubahan peran observasi yang cukup mengganggu para responden. 8. Vantage point, Daerah yang menguntungkan.

18

2.2.2. Pengertian
Seating facilities (sarana duduk) adalah fasilitas umum yang tujuannya untuk tempat beristirahat setelah berjalan kaki dan sebagai tempat dimana orang dapat menikmati keindahan pemandangan dan berinteraksi (8 Technical Guidance :street furniture (referensi: Making London a Walkable City The Walking Plan for London, 2004)). Sikap duduk adalah postur tubuh yang terbentuk sesuai dengan desain dari sarana duduk tersebut.

Studi Environmental behavioradalah ilmu dalam mengamati perilaku orang terhadap lingkungannya; baik secara individual, sekelompok kecil orang hingga banyak orang. Apa yang mereka lakukan? Bagaimana ruang mempengaruhi aktivitas didalamnya begitu pula sebaliknya? Mengamati perilaku seseorang berarti mengkaji apa saja aktivitas di dalamnya serta faktor-faktor yang mendukung, kebiasaan-kebiasaan, perilaku baru, perilaku diluar kebiasaan, penyalahgunaan ruang, dan kekurangan dari ruang yang tersedia.

2.2.3. Perbedaan
Data mengenai jenis-jenis sarana duduk dan sikap duduk adalah literatur mengenai objek utama penelitian yaitu sarana duduk.. literaturtersebut penting untuk dapat memperluas wawasan karena objek kajian merupakan fasilitas umum. Pengumpulan data tersebut penting sebagai panduan untuk mengkategorisasikan sarana duduk yang ada di tempat studi kasus.Sedangkan studi environmental behavior adalah acuan/panduan dalam melaksanakan penelitian terhadap sarana duduk dan penggunanya.Studi ini memberikan poin-poin penting terhadap batasan penelitian.Selain itu, studi environmental behaviorberkaitan erat dengan hasil olahan yang diharapkan, yaitu rincian mengenai tingkah laku manusia terhadap produk dan lingkungannya. Konsep ini juga masih belum banyak dikaji lebih lanjut sehingga menjadi bahasan yang menarik untuk diteliti.

2.2.4. Fungsi
Jenis-jenis sarana duduk yang digunakan sebagai sarana umum sangat banyak, maka dari itu diperlukan pengumpulan data yang mendalam. Data tersebut dapat digunakan untuk membuat parameter awal yang ideal dalam penelitian. Selain itu, dapat digunakan untuk mencari patokan batas lingkup penelitian yang akan dilakukan. Metode environmental behaviour diterapkan untuk merinci hasil data sebagai parameter ketepatan fungsi dengan aktivitas pengunjung berdasarkan dari kebutuhan dan keinginan pengunjung stasiun kereta api .

19

2.2.5. Unsur A. Sarana duduk


1. seat stick 2. high stool 3. stool 4. chair 5. high back chair 6. cantilever chair 7. rocking chair 8. armchair 9. easy chair 10. lounge chair

B. Studi Environmental Behavior


1. observasi dalam rentan waktu tertentu 2. dokumentasi foto 3. menghasilkan analisis kualitatif

2.3. Teori Pendukung A. Material yang digunakan untuk Sarana Duduk di Ruang Publik
Terdapat beberapa jenis material tertentu yang biasanya digunakan di ruang publik dan disesuaikan dengan lingkungannya, luas area, dan cuaca. Berdasarkan hasil pengamatan, maka material yang biasanya digunakan untuk membuat sarana duduk di ruang publik adalah: 1. Besi 2. Kayu 3. Plastik 4. Semen 5. Kombinasi besi dan kayu

B. Teori Proxemics
Teori proxemics adalah ilmu mengenai hubungan sosial antar manusia mengenai jarak antar individu di suatu ruang,hal ini berkaitan erat dengan personal space dan jarak.Personal space adalah suatu pergerakan dinamis seseorang yang bergerak aktif mendekat dan menjauh yang tujuannya agar sulit

20

atau l i mudah didekati Dalam teori i i terdapat ukuran-ukuran jarak tertentu batas sebuah area

pri asi hingga area yang bukan pri asi

Terdapat 4 kriteria zona proximetri dan ukuran yang membatasinya,yaitu:

Si i i l i Busi ss/soci l

i i

0,40 m 1,50 m 1,50 m 2,00 m 2,00 m 4,00 m

istance Public speaking distance


dari 4,00 m dari 3,00 m dari 3,00 m

. Teori Sistem Ergatik


Teori ini berhubungan dengan manusia dan produk yang digunakannya.Biasanya, berkaitandengan sistem kerja dan fisik manusia.Dalam sistem ergatik, terdapat 4 poin utama yaitu nyaman, aman, sehat dan efisien.Teori mengenai sistem ergatik dipilih karena subjek penelitian adalah manusia yang menggunakan suatu desain, dan berbagai elemen-elemen yang ada pada hubungan antara manusia dengan lingkungan dipelajari pada sistem ergatik. elain itu, dapat diterapkan sebagai indikator S kesesuaian desain dengan postur-postur dan perilaku gerak tubuh sehingga dapat bermanfaat bagi pengunjung.

Mika Igarashi-Mi hiel Stade-Syl ail Vriens, Proxemi s in Publi Space: Media Technology Project , eiden Institute for Advanced Computer Science, eiden University, the Netherlands
 

Si
0,30 m 0,50 m 0,40 m 1,50 m 1,50 m 3,00 m

i
Hingga 0,50 m 0,50 m 1,50 m 1,50 m 3,00 m

21

2.3.1. Kaitan Teori Pendukung dengan Teori yang digunakan dalam Penelitian
Desain pada sebuah sarana duduk mencakup bentuk, dimensi dan material yang digunakan.Lingkungan sekitar penempatan sarana duduk sangat mempengaruhi pemilihan dari material yang digunakan.misalkan apabila lingkungannya semakin terkena udara terbuka, maka material yang dipilih sebaiknya adalah material yang kokoh agar tahan lama dengan desain yang lebih simpel. Maka dari itu, wawasan mengenai material bahan untuk membuat sarana duduk diperlukan sebagai data pendukung dari penelitian.

Teori proxemic merupakan salah satu data pendukung dalam metodeenvironmental behavior, karena keduanya merupakan ilmu yang sama-sama mempelajari perilaku manusia. Teori ini juga dapat dijadikan parameter ideal pada awal penelitian sebagai perbandingan dalam proses meneliti. Teori sistem ergatik berkaitan dengan ergonomi dan faktor kenyamanan sarana duduk pada pengguna.

2.3.2. Penggunaan Teori Pendukung dalam Penelitian


Sebagai parameter awal yang ideal dan literatur yang membantu dalam proses penyusunan rekomendasi desain sarana duduk kepada pihak stasiun. Selain itu, analisis pada metode environmental behavior dan penggunaan teori proxemics dapat membantu untuk menyusun pemetaan kecenderungan karakteristik pola duduk pengunjung stasiun kereta api kota Bandung.

2.4. Rangkuman
Pada setiap ruang publik, dapat ditemukan pola duduk dan interaksi yang berbeda dari pengunjung. Hal ini dikarenakan berbagai aktivitas dan kebiasaan yang berbeda pula. Karena itu, penelitian terhadap sarana duduk yang berkaitan dengan aktivitas pada ruang publik menarik untuk dikaji agar penggunaan sarana duduk menjadi lebih efektif dan memperindah tampilan ruang publik. Ruang publik yang menjadi tempat studi kasus adalah dua stasiun, yaitu stasiun kereta api kota Bandung dan stasiun Kiaracondong. Penelitian akan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan hasil analisa yang sifatnya berbeda. Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, ditemukan bahwa:
y y y

Terdapat berbagai pola duduk dan interaksi yang beraneka ragam oleh pengunjun g. Jumlah pengunjung stasiun kereta api pada hari libur lebih banyak dari hari biasa. Terdapat berbagai sarana duduk dengan desain, ukuran dan material yang berbeda pada tiap area duduk.

Tidak semua pengunjung dapat duduk di sarana duduk yang telah disediakan, sehingga banyak pengunjung yang duduk dan beristirahat di tempat yang tidak seharusnya.

Terdapat beberapa sarana duduk yang tidak terawat dengan baik.

22

23

24

25

Anda mungkin juga menyukai