Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FILSAFAT PATRISTIK DAN FILSAFAT SKOLASTIK


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliyah Filsafat Umum

Dosen pengampu : Dr. Paiman, M.Pd

Disusun oleh:

Alamul Huda (211220057)

Tasya Aura Jannati (2112200)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “FILSAFAT PATRISTIK DAN
FILSAFAT SKOLASTIK” ini dapat penulis selesaikan. Shalawat serta salam
semoga tecurah limpahkan pada Nabi Muhammad shalallahu’alayhi wa sallam.

Makalah ini dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas Mata


Kuliah Filsafat Umum

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang dalam


kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran
mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya, saran dan kritik pembaca
yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini akan penulis
hargai.

Serang, 8 Mei 2022 M


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya,
manusia senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu
apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari
keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama
atau kepercayaan Ilahiah.
Metode filsafat ialah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah
ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka  menjadi
kiprah filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai  akhirnya
menemukan kebijaksanaan universal.
Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat
sebagai ilmu perihal bertanya atau berpikir perihal segala sesuatu (apa
saja dan bahkan perihal pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang.
Meski bagaimanapun banyaknya citra yang kita dapatkan tentang
filsafat, bergotong-royong masih sulit untuk mendefinisikan
secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga
kita bisa memvonisnya, lantaran filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu.
Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan
pernah habis untuk dikupas. Tapi justru lantaran itulah mengapa fisafat
begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi
kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata Latin p a t e r atau bapak,
yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih
dari golongan atas atau golongan jago pikir. Dari golongan jago pikir
inilah menimbulkan perilaku yang bermacam-macam pemikaranya.
Mereka ada yang menolak filsafat yunani. dan ada yang menerimanya.
Ketika peradaban yunani sudah tersebar di kalangan mereka, para
jago pikir dari pemimpin gereja berbeda pendapat mengenai perlu tidak
nya filsafat yunani di gunakan oleh kalangan pemimpin gereja.
Waktu itu para pemimpin gereja sangat mewarnai corak kehidupan
masyarakat . Karena merekalah yang sanggup mengeluarkan peraturan-
peraturan gereja sebagai pengamalan terhadap pedoman tuhan.

Tokoh-tokoh Terpenting
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang -
orang yang mendapatkan filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang -
orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian,
orang - orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan
tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang - orang yang
menolak filsafat Yunani menyampaikan bahwa dirinyalah yang benar -
benar hidup sejalan dengan tuhan.
Akibatnya muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para
apologis (pembela agama Kristen) dengan kesadarannya membela
iktikad Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iktikad
Katolik diantaranya adalah Justinus Martir, Tertullianus, Aurelius
Augustinus

1.  Justinus Martir
 Nama aslinya ialah justinus, lalu nama martir di ambil dari istilah orang-
orang yang rela mati hanya untuk kepercayaanya. Ia beropini bahwa
filsafat yang digabung dengan ide-ide keagamaan akan menguntungkan
asensi dari pengetahuan ialah pemahaman perihal Tuhan, semakin banyak
kita memikirkan kesempurnaan Tuhan akan semakin bertambah
kemampuan inteleknya.
2. Tertullianus
Di antara para pembela iktikad Katolik ialah Tertullianus
ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi sesudah
melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Katolik secara
fanatik. Ia menulak kehadiran filsafat Yunani, karna filsafat dianggap
sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa whyu yang kuasa
sudahlah cukup, dan tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat,
tidak hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat
fisafat), tidak ada hubungan antara gereja dengan akedemi, tidak ada
hubungan antara Kristen dengan inovasi baru.
Selanjutnya ia mengatakan, bahwa dibanding dengan
cahaya Kristen, maka segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani
dianggap tidak penting. Karna apa yang dikatakan oleh para filosof
Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab
suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci
tersebut dipalsukan.
Akan tetapi usang kelamaan, Tertullianus jadinya mendapatkan
juga filsafat yunani sebagai cara berpikir yang rasional.
Alasannya, bagaimanapun juga berpikir yang rasional dibutuhkan sekali.
Pada ketika itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak
dibakukan. Saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran jago
pikir Yunani saja.
Sehingga, jadinya Tertullianus melihat filsafat hanya
dimensi praktisnya saja, dan ia mendapatkan filsafat sebagai cara atau
metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta
sifat-sifatnya.
3. Augustinus
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam
aliran filsafat, antara lain platonisme dan skeptisisme. Ia telah
diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat kala pertengahan,
sengga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang
tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah ia mempelajari aliran Skeptisisme, ia lalu tidak  menyetujui
atau menyukainya, lantaran di dalamnya terdapat pertentangan  batiniah.
Orang sanggup mewaspadai segalanya, akan tetapi orang tidak
dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu
bergotong-royong ia berpikir dan seseorang yang berpikir sesungguhnya
ia berada (eksis).
Menurut Augustinus, daya pemikiran insan ada batasanya,
tetapi pikiran insan sanggup mencapai kebenaran dan kepastian yang
tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, nalar pikir insan
dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Dan menurutnya lagi, Allah membuat dunia ex nihilo (konsep yang
lalu juga diikuti oleh Thomas Aquinas). Artinya dalam menciptakan
dunia dan isinya, Allah tidak memakai bahan. Jadi,  berbeda dengan
konsep pencitaan yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar
atau materi segala sesuatu. Dunia diciptakan sesuai  dengan ide-ide Allah.
Manusia dan dunia berpatisipasi dengan ide-ide ilahi. Pada insan
partisipasi itu lebih aktif dibanding dunia materi.
Akhirnya, pedoman Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad,
dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para
pemikir patristik itu sebagai pencetus pemikiran skolastik. Mengapa
ajaran Augustinus sebagai nalar dari skolastik sanggup mendominasi
hamper sepuluh abad, lantaran ajarannya lebih bersifat sebagai metode
daripada suatu siste, sehingga ajarannya bisa meresap hingga masa
skolastik.
Filsafat patristik mengalami kemunduran semenjak kala V hungga
abad VIII. Di Barat dan Timur muncul tokoh-tokoh dan pemikir- pemikir
baru dengan corak pemikiran yang mulai berbeda dengan masa patristik.

B. Masa skolastik
Istilah skolastik ialah kata sifat yang berasal dari kata school , yang
berarti sekolah. Makara skolastik berarti aliran atau yang
berkaitan dengan sekolah. perkataan skolastik merupakan corak khas dari
sejarah filsafat kala pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, yaitu:
a. Filsafat Skolastik ialah filsafat yang memiliki corak semata-  mata
agama. Karena skolastik ini sebagai pecahan dari kebudayaan
abad pertengahaan yang religious.
b. Filsafat Skolastik ialah filsafat yang mengabdi kepada teologi, atau
filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan
mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk.
Dari rumusan tersebut lalu muncul istilah: skolastik Yahudi,
skolastik arab dan lain-lainnya.
c. Filsafat Skolastik ialah suatu sistem yang termasuk
jajaran pengatahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk
sintesa yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat Skolastik ialah filsafat Nasrani, lantaran banyak
dipengaruhi oleh pedoman gereja.
Filsafat Skoalistik ini sanggup berkembang dan tumbuh kerena
beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Relegius
2. Faktor Ilmu Pengetahuan

Skoalistik Awal
Sejak kala ke-5 hingga ke-8 Maseh, pemikiran filsafat
Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada kala ke-6 dan 7 dikatakan kala
kacau. Hal ini disebabkan, lantaran pada ketika itu terjadi serangan
terhadap Romawi, sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut
runtuh yang telah di bangun selama berabad-abad dibangun.
Baru pada kala ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah
Karel Agung (742-814) gres sanggup menawarkan suasana ketenangan
dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk
kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang kesemuanya
menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah merupakan
kecemerlangan abad pertengahan,di mana arah pemikirannya berbeda
sekali dengan sebelumnya.
Pada ketika inilah merupakan zaman gres bangsa Eropa yang
ditandai dengan skoalistik yang di dalamnya banyak diupayakan ilmu
pengetahuan yang dikembangkan di sekolah-sekolah . Pada mulanya
skoalistik ini timbul pertama kalinya di biara Italia selatan, dan jadinya
sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya mencakup studi duniawi atau artes
librales meliputi: tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu
hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
Diantara tokoh-tokohnya ialah Aquinas (735-805), Johannes Scotes
Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-
1180), Peter Abaelardus (1079-1180).

Skoalistik Puncak
Masa ini merupakan kejayaan skoalistik yang berlangsung
dari tahun 1200-1300, dan masa ini juga disebut masa berbunga. Karena
pada itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-
ordo, yang secara gotong royong ikut menyelenggarakan atau memajukan
ilmu pengetahuan, disamping juga peranan universitas sebagai sumber
atau pusta ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Terdapat beberapa faktor mengapa pada masa skoalistik mencapai pada
puncaknya, yaitu:
a.Adanya dampak Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina semenjak abad
ke-12, sehingga hingga kala ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu
pengetahuan yang luas.
b.Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis. Universitas
ini merupakan adonan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai
awal (embrio) berdirinya: Universitas di Paris, di Oxford, di Mont
Pellier, di Camridge dan lain-lainya.
c.Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul
karena banyaknya perhatian orangterhadap ilmu pengetahuan,
sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk menawarkan suasana
yang semarak pada kala ke-13. Hal ini akan kuat terhadap  kehidupan
kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang kiprah di
bidang filsafat dan teologi, seperti: Albertus de Grote, Thomas
Aquilanus, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

Skoalistik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala
macam- macam pemikiran filsafat yang menjadi
kiblatnya, sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandengan). Di antara
tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285-1349), Nicolas Cusasu
(1401-1464)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat barat kala pertengahan di awali filsafat eropa (selama 5 abad), muncul
lah filsafat eropa sebagai penjelma filsafat yunani sesudah berintegrasi dengan
agama Katolik sehingga membentuk suatu formulasi baru.
Masa kala pertengahan ini terbagi menjadi 2 masa yaitu;
1. Masa Patristik, masa para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari
golongan atas atau gologan jago pikir.
2. Masa Skolastik, berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. perkataan
skoalistik merupakan corak khas dari sejarah filsafat kala pertengahan.
B. Kata Penutup
Demikianlah makalah yang sangat sederhana ini, penulis berharap
semoga bermanfaat bagi kita. Saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan
selanjutnya, tak lupa di ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Delfgaauw Bernard, Sejarah Ringkas Filsafat Barat-
penerjemah-  soejono soemargono-cet.1-.CV.Tiara Wacana, Yogyakarta,
1992.
Hanafi A. M.A, Filsafat Skolastik, Pustaka Alhusna, Jakarta,1983.
Syadali Ahmad, H. Drs. M.A, Filsafat Umum,CV.Pustaka, Jakarta, 1997.

Anda mungkin juga menyukai