Anda di halaman 1dari 4

LINGKUNGAN EKSTERNAL PERUSAHAAN : LINGKUNGAN KERJA TERHADAP

PERUSAHAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Di dalam perkembangan organisasi sebuah perusahaan pastinya tidak lepas dari pengaruh
internal dan eksternal dari perusahaan. Secara umum kebijakan manajemen dalam menentukan
arah perusahaan juga akan sangat ditentukan oleh lingkungan perusahaan. Kondisi lingkungan
perusahaan ini akan secara tidak langsung membantu manajemen untuk mengindentifikasi
langkah apa yang akan ditempuh untuk menjalankan strategi perusahaan. Secara garis besar
sebuah perusahaan akan dipengaruhi oleh lingkungan perusahaan dimana lingkungan tersebut
dapat dibagi kedalam dua bagian besar, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal
perusahaan.
Agar analisis pada lingkungan ini lebih dalam, kita kadang-kadang perlu melakukan Analis
Industri. Isltilah “industry” di sini, bukanlah istilah yang lazimnya kita dengar dalam kehidupan
sehari-hari. “Industri” disini diartikan sebagai perusahaan-perusahaan yang memiliki produk
relatif serupa. Jadi industry di sini bukan “perusahaan manufaktur”.
Dalam lingkungan kerja, kita akan sering bersigungan dengan pembahasan tentang
persaingan. Persaingan dalam manajemen strategic, selain berkaitan dengan pelaku yang saling
bersaing dan pelanggan, juga diartikan lebih luas yakni terkait dengan pelanggan, pemasok,
pemain lain yang akan masuk, dan produk subtitusi.

B.     Manfaat dan Tujuan


Tujuan dari penuisan makalah ini adalah membantu para pembaca untuk mengetahui
lebih dalam lagi tentang analisis eksternal : lingkungan kerja terhadap perusahaan, sehingga para
pembaca tidak hanya membaca saja tetapi berharap untuk lebih mengetahui lagi apa itu yang
dimaksud dengan analisis eksternal : lingkungan kerja terhadap perusahaan. Dan mengetahui
bagaimana cara bekerja analisis eksternal : lingkungan kerja terhadap perusahaan di Indonesia.
Maksud dari penulisan makalah ini untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah
manajemen strategi dengan Dosen Pengampu yaitu Asmara Yudha, ST, MM

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Analisis Industri
Industri dalam istilah manajemen strategic dalah kelompok perusahaan-perusahaan yang
memproduksi barang atau jasa yang serupa. Dalam menganalisis industri, kita juga menganalisis
kelompok stakeholder  terdekat, seperti pemasok dan pelanggan.
Setelah analisis ini lita lakukan, kita akan dapat menyimpulkan sejauh mana satu industri
masih menarik untuk menjalankan bisinis atau dimasuki oleh sebuah perusahaan baru. Ditinjau
dari sisi perusahaan yang mempertimbangkan akan masuk ke dalam suatu industri, senakin kuat
ancaman pelaku baru, ancaman produk sibtitusi, daya tawar pembeli dan daya tawar pemasok,
intensitas persaingan, semakin kurang menarik industriny untuk dimasuki.
Berikut adalah hal-hal yang harus dilihat atau menjadi dasar analisis kekuatan lima factor
menurut konsep Michael E. Porter :

1.             Ancaman Pelaku Bisnis Baru


Bila sebuah perusahaan masuk kedalam sebuah industry, maka secara otomatis perusahaan
yang sudah akan terancam, karena: ada kapasitas baru yang bertambah, serta kemungkinan
digerogotinya pangsa pasar yang ada, dan akan membuat tambahan permintaan passokan atas
sumber daya seperti SDM, ataupun bahan baku. Semua ini akan mengganggu perusahaan-
perusahaan yang sudah ada terlebih duludi dalam industry. Karena itu, semakin tinggi potensi
pelaku baru masuk, semakin tinggi potensi ancaman yang akan dihadapi oleh pelaku yang ada
didalamnya.
Pemain baru dari sebuah industry selalu membawa kapasitas baru dan harapan untuk
mengambil pangsa pasar dengan menekan harga, biaya, dan tingkat investasi yang diperlukan.
Biasanya, mereka yang sudah punya kapasitas dipasar yang lain, punya daya ungkit untuk
menggoyankan persaingan.
Menurut Michael Porter, anacaman pendatang baru dapat ditentukan paling tidak oleh hal-
hal sebagai berikut.
a.    Skala ekonomis. Artinya, skala ekonomis yang dituntut untuk pelaku yang ingin berkiprah bias
penyurutkan pihak yang akan masuk. Untuk mendirikan sebuah maskapai penerbangan,
misalnya, skala ekonomis yang terjadi adalah pada tingkat setiap perusahaan memiliki minimal 5
pesawat dengan 10 tujuan penerbangan. Bagi perusahaan dengan kemampuan dibawah itu, tentu
harus mengurungkan niatnya menjadi pelaku maskapai.
b.    Diferensiasi produk. Hal berikutnya yang sangat menentukan potensi adanya pelaku baru adalah
diferensiasi. Diferensiasi ini adalah bagaimana strategi perusahaan untuk dapat dianggap berbeda
oleh konsumennya dari pelaku yang lain. Kaitannya dengan potensi masuknya pelaku baru
adalah pelaku baru dituntut untuk kekhasan yang membuat dirinya berbeda. Kekhasan ini bias
dari segi pilihan produk, strategi pemasaran, strategi operasi, dan lain sebagainya.

2.             Ancaman Produk Subtitusi


Pada dasarnya, persaingan yang harus didapi oleh sebuah perusahaan, bukanlah kepada
perusahaan yang memiliki produk yang persis sama. Sering kali perusahaan harus berhadapan
dengan perusahaan-perusahaan yang produknya merupakan subtitusi dari produk prusahaan
pertama. Misalnya saja, untuk menbuat minyak goreng, bahan baku subtitusi selain dengan
minyak sawit, sering digunakan minyak matahari. Selain minum susu yang berasal dari sapi,
orang minum susu yang berasal dari kacang kedelai.
Seperti juga kita lihat pada ancaman produk baru, ancaman produk subtitusi juga memiliki
beberapa kondisi, misalnya:

a.       Skala ekonomis. Penjelasanya sama dengan penjelasan ancaman pendatang baru diatas.
b.      Akses ke saluran distribusi. Biasanya, produk yang sudah ada telah memiliki akses distribusi.
Para penyalur begitu loyal dan kuat hubunganya dengan perusahaan yang sudah ada sehingga
tidak begitu mudah untuk ditembus oleh produk yang menjadi subtitusi.

3.             Daya Tawar-Menawar Pembeli


Pembeli yang memiliki daya tawar-menawar yang tinggi, dapat mengancam daya saing
perusahaan. Pembeli ini biasyanya bias memaksa perusahaan untuk menurunkan harga untuk
menuntut meningkatkan kualitas/jasa, dan lain. Pembeli/kelompok pembeli, biasanya Pembeli
yang membeli dalam jumlah yang besar, alternatif pemasok yang banyak, biaya perubahan saat
pindah pemasok kecil, dan lain-lain.

4.             Daya Tawar-Menawar Pemasok


Kebalikan dari daya tawar-menawar pembeli, adalah daya tawar pemasok. Bila pemassok
memiliki daya tawar yang semakin kuat, maka dapat dikatakan semakin kurang menarik industri
nya. Ini biasanya, terjadi pada industri yang pemasoknya tergolong sedikit, yaitu hanya beberapa
perusahaan yang ada dalam industri, relatif tidak banyak alternatif untk mendapatkan pasokan
tertentu. Untuk kasus Indonesia, kita bisa katakan dominasi PLN terhadap perusahaan-
perusahaan di Indonesia sangat kuat, sehingga dalam hal ini bisa dikatakan daya tawar PLN
tinggi terhadap perusahaan-perusahaan yang ada dalam berbagai industri. Dengan kekuatan daya
tawarnya, pemasok bisa saj membatasi layanan atau mengganti biaya kepartisipan dalam
industri. Biasanya daya tawar kelompok pemasok kuat jika:

a.    Hanya didominasi oleh sedikit perusahaan, sementara industri pembelinya beragam.


b.    Industri pembeli bukan merupakan pelanggan penting dari kelompok pemasok.
c.    Produk pemaok merupakan input penting bagi pembeli.
Semakin tinggi daya tawar pemasok, maka semakin rendah daya tarik sebuah industri.

5.             Tingkat Persaingan dalam Industri


Tindakan-tindakan perusahaan dalam sebuah industri selalu saling terkait. Strategi-strategi
yang dijalankan oleh suatu perusahaan selalu membawa pengaruh kepada intesitas persaingan.
Semakin tinggi intinsitas persaingan, tentu saja semakin kurang menarik satu industri. Kurang
menarik bagi mereka yang ada di dalamnya, juga yang ada diluarnya bila ingi berpikiran masuk
di dalamnya.
Daya tarik industri, adalah kesimpulan yang dapat kita lakukan analisis lima Kekuatn
Porter. Dari sisi pelaku yang sudah ada dalam industri, analisis menyimpulkan “industri masih
menarik” harus menjadi dasar bagi perusahaan untuk meningkatan pendapatan, mempertinggi
profitabilitas, atau alasan untuk tumbuh lainnya (misalnya membuka cabang baru, menambah
kapasitas, membuka bisnis baru dan lain-lain).

B.            Key Success Factor dalam Industri


Saat melakukan analisis kita juga harus memahami apa sesungguhnya yang menjadi faktor
sukses kunci (Key Success Factor). KSF adalah variabel yang sangat mempengaruhi posisi
bersaing perusahaan secara keseluruhan dalam satu industri tertentu. Misalnya, dalam bisnis
perbankan, unsur layanan adalah KSF-nya. Layanan dan kramahan menjadi kunci sukses sebuah
bank. Begitu pula unsur teknologi perbankan. Bank-bank yang tidak kuat dalam teknologi
informasinya akan terbatas dengan layanannya. Dalam dunia pendidikan tinggi, kualitas
mahsiswa yang masuk sangat menjadi kunci sukses, begitu pula dengan mutu dosen yang
mengajar. KSF bagi perusahaan ritel modern adalah jaringan distribusi yang kua dan teknologo
distribusi. Begitu pula skala ekonomis. Semakin banyak cabangnya, semua minimarket akan
dapat beroperasi lebih efesien. Biasanya, perusahaan-perusahaan yang terkemuka dalam industri
nya, selalu menguasai hal-hal yang menjadi fakto sukses ini.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Definisi yang populer mengidentifikasi lingkungan sebagai segala sesuatu yang berada di
luar batas organisasi. Secara garis besar sebuah perusahaan akan dipengaruhi oleh lingkungan
perusahaan dimana lingkungan tersebut dapat dibagi kedalam dua bagian besar, yaitu lingkungan
eksternal dan lingkungan internal.Lingkungan eksternal itu kemudian dapat dibagi juga kepada
dua bagian besar yaitu lingkungan eksternal umum dan lingkungan eksternal khusus
(industri).Pembagian ini terletak dari jauh dekatnya pengaruh yang ditimbulkan kepada
organisasi perusahaan. Pada lingkungan eksternal umum mencakup beberapa aspek seperti:
ekonomi, sosial, politik, hukum dan demografi. Seluruhnya merupakan kebijakan ekonomi
makro yang nantinya akan mengerucut menjadi ekonomi mikro.
Pengaruh hal-hal tersebut terhadap organisasi perusahaan akan sangat signifikan terutama
dalam menjalankan arah perusahaan guna mengatasi masalah yang mungkin timbul dari faktor
eksternal tersebut. Sementara faktor lingkungan eksternal industri, lebih ditekankan pada aspek
yang lahir dari hubungan antara perusahaan dengan kompetitor yang mengakibatkan
perkembangan pasar akan terus bergerak dinamis dan pergerakan ini akan mau tak mau diikuti
perusahaan dalam rangka menguasai dan mempertahankan pasar yang dimilikinya. Faktor
eksternal industri ini akan melahirkan kebijakan perusahaan dalam menyiasati perkembangan
pasar dan keinginan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai