Jelaskan pentingnya posisi psikologi olahraga dalam sistem pembinaan
olahraga terkait dengan iptek olahraga Jawab : Weinberg dan Gould (1995) memberikan pandangan yang hampir serupa atas psikologi olahraga dan psikologi latihan (exercise psychology), karena banyak kesamaan dalam pendekatannya, beberapa peneliti lain (Anshel, 1997; Seraganian, 1993; Willis & Campbell, 1992) secara lebih tegas membedakan psikologi olahraga dengan psikologi latihan. Weinberg dan Gould, (1995) mengemukakan bahwa psikologi olahraga dan psikologi latihan memiliki dua tujuan dasar, yaitu: a. Mempelajari bagaimana faktor psikologi mempengaruhi performance fisik individu b.Memahami bagaimana partisipasi dalam olahraga dan latihan mempengaruhi perkembangan individu termasuk kesehatan dan kesejahteraan hidupnya Di samping itu mereka mengemukakan bahwa psikologi olahraga secara spesifik diarahkan untuk: 1.Membantu para professional dalam membantu atlet bintang mencapai prestasipuncak 2.Membantu anak-anak, penderita cacat dan orang tua untuk bisa hidup lebihbugar. 3.Meneliti faktor psikologis dalam kegiatan latihan 4.Memanfaatkan kegiatan latihan sebagai alat terapi, misalnya untuk terapi depressi (Weinberg & Gould,1995). Pembinaan olahraga prestasi merupakan proses yang panjang dan rumit. Banyak ilmu yang mendukung untuk pencapaian prestasi optimal seoarang atlet. Salah satunya adalah psikologi, karena manusia adalah makhluk dwi tunggal yaitu terdiri dari jasmani dan rohani yang menjadi satu. Psikologi diperlukan dalam olahraga guna menjelaskan/explanatif, memprediksi/prediktif, mengendalikan/krontrol perilakudalam aktifitas olahraga.
2. Jelaskan bagaimana pentingnya peran psikolog dalam mendampingi pelaku
olahraga dalam sistem pembinaan olahraga Jawab : Peranan Psikologi Olahraga pada hakekatnya tidak berbeda dengan peranan ilmu pengetahuan pada umumnya, yaitu menurut Kerlinger (1975; dalam KONI Pusat, 1995) bahwa ilmu pengetahuan berperan dan berfungsi untuk : (1) dapat menjelaskan dan memahami gejala (explanation and understanding), (2) dapat membuat perkiraan (prediction) dengan secara tepat, dan (3) untuk dapat mengawasi (control) dan mengendalikan gejala. Sesuai dengan pendapat Kerlinger tersebut maka manfaat mempelajari Psikologi Olahraga adalah sebagai berikut (KONI Pusat, 1995) : 1.Untuk dapat menjelaskan dan memahami tingkah laku atlet dan gejala-gejala psikologi yang terjadi dalam olahraga pada umumnya. Ini sangat perlu dilakukan karena tingkah laku manusia yang tampak (dapat dilihat) pada hakekatnya tidak terlepas dari sikap (attitude) yang tidak tampak. Sikap individu dipengaruhi oleh banyak faktor psikologis, seperti : sifat-sifat pribadi, motif-motif, pemikiran, perasaan, pengalaman, pengetahuan, hambatan yang dialami hidup, dan pengaruh- pengaruh lingkungan lainnya. 2.Untuk dapat meramalkan atau dapat membuat prediksi dengan tepat kemungkinan- kemungkinan yang dapat terjadi pada atlet, berkaitan dengan permasalahan psikologis. Dengan membuat prediksi secara tepat, dapat ditentukan program-program dan target-target sesuai keadaan dan kemampuan atlet yang bersangkutan serta dapat dihindarkan hal-hal yang kurang menguntungkan perkembangan atlet. Misalnya dengan memahami sifat-sifat dan kemampuan atlet dapat diramalkan kemungkinan bakat yang ada pada diri atlet tersebut, sehingga dapat diarahkan untuk menekuni cabang olahraga yang sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya. 3.Untuk dapat mengontrol dan mengendalikan gejala tingkah laku dalam olahraga. Dengan perlakuan-perlakuan untuk menanggulangi hal-hal yang kurang menguntungkan, juga dapat memberi perlakuan-perlakuan untuk mengembangkan kemampuan dan segi-segi positif yang dimiliki atlet. Misalnya atlet yang dihinggapi rasa jemu berlatih (boredom) harus diberi perlakuan khusus dengan variasi latihan yang menarik, bila atlet tersebut memiliki motif berprestasi tinggi maka perlu sering diberi kesempatan untuk berlomba, dsbnya. 3. Jelaskan bagaimana pentingnya motivasi pada pelaku olahraga dalam sistem pembinaan olahraga Jawab : Peranan motivasi terhadap prestasi olahraga banyak dibicarakan dan diperhatikan oleh ahli-ahli psikologi olahraga. Menurut Singgih Gunarsa, prestasi seseorang dihasilkan dari motivasi ditambah latihan. Straub menyatakan bahwa prestasi seseorang adalah motivasi ditambah ketrampilan. Sedangkan menurut R.N Singer, prestasi dalam olahraga itu sama dengan keterampilan yang diperoleh melalui motivasi yang menyebabkan atlet bertahan dalam latihan, ditambah dengan motivasi yang menyebabkan atlet bergairah berlatih keras. Memang tidak dapat disangkal bahwa motivasi tidak dapat dipisahkan dengan keberhasilan atlet dalam aktifitas olahraga. Motivasi Olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif – motif) didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Melalui olahraga para pemuda mendaptakan kesempatan yang luas untuk mengembangkan kemampuan, mendapatkan pengakuan dan popularitas, menemukan teman – teman baru serta pengalaman bepergian dan bertanding yang mendatangkan kegembiraan dan kepuasan. Olahraga merupakan aktivitas yang unik, dimana sermua memerlukan hubungan yang harmonis dan ideal antara proses berfikir, emosi dan gerakan. Peran motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat kita lihat dalam pertandingan. Dalam pertandingan atlet atau tim akan bermain dilapangan yang baru, menghadapi penonton yang banyak. Sebelum dan selama pertandingan mereka selalu mendapat petunjuk- petunjuk dari pelatih baik teknik, strategi maupun dorongan semangat, agar mereka dapat bermain sebaik mungkin dan memenangkan pertandingan. Situasi penonton, lapangan yang baru, petunjuk pelatih, menyebabkan tingkah laku mereka dalam kendali lingkungan. Artinya, motivasi ekstrinsik berfungsi. Dengan demikin dalam diri atlet atau tim berfungsi motivasi intrisik karena adanya kebutuhan-kebutuhannya sendiri, dan motivasi ekstrisik karena dipengaruhi keadaan dari luar. Saran 4. Jelaskan model-model kepribadian dalam olahraga Jawab : 1. Terdapat tujuh ciri kepribadian yang menunjang prestasi atlet, yakni: ambisi prestatif, kerja keras, gigih, mandiri, komitmen, cerdas dan swakendali. 2. Ketujuh ciri kepribadian tersebut juga telah diuji secara empirik dan terbukti merupakan prediktor keberhasilan atlet meraih prestasi tinggi. Secara berturut-turut, peringkat kontribusi dari sangat menentukan ke kurang menentukan adalah komitmen, ambisi prestatif, gigih, kerja keras, mandiri, cerdas dan swakendali. 3. Lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga memiliki pengaruh besar pada terbentuknya ciri kepribadian dan munculnya prestasi atlet. Di lingkungan keluarga, individu yang memiliki pengaruh besar adalah orang tua, terutama ayah. Sementara itu, di lingkungan olahraga, individu yang berpengaruh besar adalah pelatih dan sesama atlet. 4. Pengaruh orang tua dilakukan melalui pembudayaan olahraga di lingkungan keluarga, pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, dukungan finansial dan model. Pengaruh pelatih dilakukan melalui pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, model dan pemberian kesempatan. Sementara itu pengaruh sesama atlet dilakukan melalui dukungan sosial, model dan sparring partner. 5. Jelaskan model-model kepemimpinan pelatih Jawab : 1.Gaya Authoriter Gaya kepeimpinan authoriter pada umumnya memiliki ciri-ciri: a.Menggunakan otoritas atau kewenangan untuk mengendalikan atletnya b.Bersifat memerintah kepada atletnya c.Bertindak dengan cara yang dipengaruhi oleh perasaan tidak manusiawi (impersonal) d.Berusaha melakukan hal-hal menurut kepercayaan atau kehendaknyasaja. e.Memberi sanksi (hukuman) pada atlet yang tidak menuruti perintahnya f.Menentukan pembagian tugas/kerja yang seharusnya dilakukan Menilai kekuatan atau kondisi gagasannya Penelitian yang ada menunjukkan bahwa gaya kepeimpinan authoriter adalah menguntungkan dalam keadaan-keadaan tertentu. Selain itu, juga menunjukkan bahwa gaya ini dilakukan terutama jika kecepatan dan tindakan diperlukan secara mendesak. Dengan kata lain, jika dalam kelompok besar yang melibatkan tugas-tugas yang kompleks, memerlukan tindakan dan pengambilan keputusan yang cepat maka gaya kepemimpinan authoriter dapat juga digunakan agar membuat atlet merasa lebih aman dan terlindungi dalam situasi-situasi tertekan. Namun demikian, gaya kepemimpinan authoriter ini mempunyai kelemahan,yaitu: - Lebih banyak pekerjaan yang dilakukan tetapi kualitasnyakurang. - Anggota tim cenderung memperlihatkan kurangnya kepuasan anggota. 2.Gaya Demokratis Pelatih yang memiliki gaya ini pada umumnya memiliki ciri-ciri: a.Bertindak dengan cara yang ramah dan akrab b.Membuka kesempatan tim sebagai suatu keutuhan dalam menyusun rencana c.Memperbolehkan anggota kelompok atau tim untuk saling berhubungan/berinteraksi dengan anggota tim yang lain tanpa harus meminta izin kepada pelatih. d.Menerima saran-saran e.Tidak banyak memberikan instruksi atau perintah pada anggotatim. Pelatih yang menggunakan gaya kepemimpinan demokratis secara khusus percaya atau yakin bahwa dengan gaya ini akan memberikan sesuatu yang sangat efektif untuk pengembangan atlet dalam hal memberikan kemandirian berfikir dan transfer/pengalihan nilai-nilai olahraga. Kelemahan gaya ini yaitu dalam hal penggunaan waktu secara efektif dan kurang efektif dalam pengambilan suatu keputusan yang cepat. 3.Gaya yang Lebih Memperhatikan Atlet (People Centered) Pelatih yang lebih menitik beratkan pada penemuan kebutuhan personal atlet. Dalam situasi yang menyenangkan, akan lebih efektif jika seorang pelatih menerapkan gaya kepemimpinan yang lebih memperhatikan atlet. Jika posisi kekuasaan pemimpin cukup kuat, maka pemimpin yang lebih memperhatikan atlet akan lebih sesuai, yaitu dalam upaya mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan atletnya. Keuntungan gaya kepemimpinan people centered adalah: a.Dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan, meskipun tugas tidak dijalankan dengan baik atau kalah dalambertanding b.Dapat berkomunikasi lebih baik dengan atlet-atlet yang bimbang, gelisah, dan merasa tidak pasti c.Lebih efektif dalam situasi yang menyenangkan baginya, yaitu dimana paraatlet membutuhkan bimbingan dalam membuatkeputusan 4.Gaya yang Lebih Menekankan pada Tugas (Task-Oriented) Pelatih yang lebih menekankan pada tugas dalam gaya kepemimpinannya, cenderung menitik beratkan pada pencapaian kemenangan dalam kompetisi. Jika pemimpin memiliki dukungan kelompok, tugasnya jelas, dan memiliki banyak kekuasaan maka gaya kepemimpinan task oriented lebih cocok. Demikian pula halnya dalam situasi ang sangat tidak menguntungkan, seperti halnya seorang pemimpin yang memiliki hubungan yang jelek dengan anggotanya, tugasnya tidak jelas, dan pemimpin tersebut memiliki kekuasaan resmi yang sedikit, maka gaya kepemimpinan task-oriented dapat juga dilakukan. Kelebihan penerapan gaya kepemimpinan task-orientedadalah: a.Lebih efisien, segala usaha ditujukan kepada tugas yang harus dilaksanakan b.Tidak banyak membuang waktu untuk komunikasi pribadi dengan atlet dan antara atlet c.Pemberian instruksi yang cepat, tegas, dan langsung pada tugas yang harus dijalankan d. Efektif dalam situasi yang menguntungkan atau tidak bagi pemimpin, misalnya banyak atlet yang bandel, kurang disiplin, dan butuh kepemimpinan yang tegas.