Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PENYIMPANGAN PANCASIL SEBAGAI DASAR PEMBANGUNAN ILMU

“Tawuran Antar Pelajar”


DOSEN PENGAJAR : Drs. Sumarjono, M.Si

NAMA : DIAH AYUNING TRIAS

NIM : 211252105

SEMESTER : 1

AKADEMI FARMASI JEMBER TAHUN 2021


LATAR BELAKANG

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti dengan
peristiwa – peristiwa tawuran para pelajar yang saat ini sedang maraknya terjadi. Tawuran sudah
tidak lagi menjadi pemberitaan yang asing lagi ditelinga kita. Banyaknya tawuran antar pelajar
yang terjadi di kota – kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk
di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis berasal dari banyak faktor yang mempengaruhi baik
faktor internal ataupun eksternal. Tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta
benda atau korban cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain. Di mata mereka nyawa
tidak ada harganya, bahkan mereka merasa bangga jika berhasil membunuh pelajar sekolah lain
yang mereka anggap musuh mereka. Kekerasan dianggap sebagai solusi yang paling tepat untuk
menyelesaikan suatu masalah tanpa memikirkan akibat-akibat buruk yang ditimbulkan.

Tawuran antar pelajar semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng, Perilaku anarki
ini selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat, mereka sudah tidak merasa kalau
perbuatan mereka itu sangat tidak terpuji dan mengganggu ketenangan masyarakat, sebaliknya
mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng atau kelompoknya, padahal
seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu. Pada saat
bersamaan masyarakat hanya bisa menyaksikan kekerasan demi kekerasan terjadi antara mereka
dan seringkali mencaci perbuatan mereka tanpa berusaha mencari solusi yang bijak akan
permasalahan tersebut. Memojokkan mereka dari sudut pandang negatif yang ada, seolah-olah
seperti seorang terdakwa yang telah mendapat vonis hukum, yang dipastikan sebentar lagi akan
masuk penjara. Padahal sebenarnya tidak bisa dikatakan sepenuhnya bahwa kesalahan itu berasal
dari dalam diri atau faktor internal pelajar itu sendiri.

Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan remaja menjadi sangat penting untuk
menciptakan suasana yang bersahabat dengan mereka. Masyarakat sering tidak peka terhadap
respon yang di timbulkan remaja. Sehingga tidak sedikit remaja mengalami semacam gejolak
jiwa yang berupa agresi guna menunjukkan keberdaan mereka dalam suatu lingkungan.
BAGAIMANA PERISTIWANYA

Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi
yaitu

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang


“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang
harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan
apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita
ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah
genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa
saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup
kelompok teman sebayanya. Menurut Mansoer (dikutip dalam Solikhah, 1999)
“perkelahian pelajar” atau yang biasa disebut dengan tawuran adalah perkelahian
massal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang
ditujukan pada kelompok pelajar dari sekolah lain. Tawuran adalah salah satu bentuk
kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan melanggar
aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya
sendiri maupun orang lain. Umumnya dilakukan oleh remaja di bawah umur 17
tahun. Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari :.
3. Perilaku yang mengakibatkan korban fisik. Tawuran atau Tubir adalah istilah yang
sering digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar sebagai
perkelahian atau tindak kekerasan.Biasanya dilakukan oleh sekelompok atau suatu
rumpun masyarakat. Tawuran merupakan suatu penyimpangan sosial yang berupa
perkelahian. Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan
yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.

Factor Penyebab Terjadinya Tawuran

1. Faktor Internal     


Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses
internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua
pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu
melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang
mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa
berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan
emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya
mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang
disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya
ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.b.       
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu
a. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika
seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka
setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan
karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan
keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar.
Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta
hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi
setiap usia terutama pada masa remaja.
b. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun
juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah
untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran
yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang
tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru
tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh
para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian yang baik.
c. Faktor Lingkungan Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi
perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik
akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering
remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat
remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu
senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
d. Faktor Pacar Masalah pacar seperti berebut pacar, saing-saingan pacar, ada yang
menggoda pacar satu sekolah, juga acapkali menimbulkan tawuran yang kemudian
bereskalasi menjadi tawuran antar sekolah yang melibatkan massa yang besar karena
solidaritas atas sesama.
e. Faktor Geng Hampir setiap sekolah terutama sekolah negeri memiliki geng yang
didirikan oleh kakak-kakak kelas, yang kemudian diwariskan kepada adik-adiknya di
sekolah. Proses pewarisan geng ini kepada adik kelas sekaligus menanamkan budaya
geng yang harus ditaati dan dilaksanakan telah menjadikan sekolah sebagai pusat
tawuran dan bullying. Mereka yang sudah telanjur menjadi anggota geng, tidak
berani mengundurkan diri, karena takut mendapat perlakukan kasar dan
membahayakan jiwa mereka. Pengaruh alumni dari geng suatu sekolah sangat kuat,
sehingga kekerasan seolah menjadi budaya yang sulit dihapus.
f. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya
tawuran. Kesenjangan ekonomi antar pelajar, dan persaingan antar sesama, sering
terjadi tawuran di kalangan pelajar dan masyarakat

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN

1) Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran
akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan
memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa baru dan pindahan.
Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan berbagai hukuman yang akan
diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam dan
senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.
2) Memberikan pendidikan anti tawuran Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara
menghancurkan akar-akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa
kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-
pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika
diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali
terpaksa.
3) Memisahkan pelajar berotak kriminal dari pelajar yang lain Setiap manusia memiliki sifat
bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang sedang dan ada yang kriminil. Daripada
menularkan sifat jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik diidentifikasi dari awal dan
dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat jahat dari
diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap berpotensi tinggi membahayakan yang lain
segera keluarkan dari sekolah.
4) Kolaborasi belajar bersama antar sekolah Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ
saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang
lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang berdekatan secara
lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal
mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan
lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
5) Membuat program ekstrakurikuler tawuran Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul
konsep baru bertema tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran
ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain
sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat
kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa bergabung
dengan ekskul yang sama di sekolah lain.
6) Patroli polisi dan satpol PP Patroli polisi dan satpol PP diintensifkan saat jam pulang
sekolah, karena siswa atau mahasiswa yang berbeda almamater biasanya akan cepat
tersulut emosinya saat mereka berpapasan dengan jumlah yang banyak
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai