Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

PERAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN NEGARA DAN HUKUM

Disusun Oleh:
Junia Maulina (061930600711)
Kelas: 5 NC

DOSEN PEMBIMBING:
Haris Wilianto, S.H., M.H

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PROGRAM STUDI ADMINISTRSI BISNIS (DIII)
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran pajak dalam
pembangunan Negara dan Hukum”.
Makalah Peran pajak dalam pembanguan Negara dan Hukum disusun guna
memenuhi tugas Bapak Haris Wilianto, S.H., M.H. pada mata kuliah hukum bisnis di
jurusan Administrasi Bisnis. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang jual beli.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Haris
Wilianto, S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah hukum bisnis. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Palembang, Januari 2022

Penulis

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang diandalkan
untuk memenuhi kebutuhan finansialnya, namun pasca kemerdekaan republik
Indonesia pada perpajakan masih menggunakan tata cara kolonial belanda dalam
penerapannya sehingga menyebabkan kebinggungan di masyarakat pada saat itu dan
sistem kolonial ini juga menimbulkan tidak efektifnya pendapatan Negara dari sektor
pajak, maka dari itu diperlukan suatu perubahan dalam mengefektifkan system
perpajakan di Indonesia.
Sebesar 70% lebih penerimaan Negara Republik Indonesia bersumber dari
pajak, baik Pajak Pusat maupun Pajak Daerah. Oleh karena itu pemerintahan terus
berusaha menggenjot dan menaikkan target penerimaan Pajak dari tahun-tahun, hal
ini dimaksudkan agar program-program Pemerintah dalam menjalankan roda
Pemerintah untuk meningkatkan. Kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan juga.
Sebagaimana kita ketahui bersamaa kesadaran dan kepedulian masyarakat Indonesia
terhadap Pajak masih sangat kurang meskipun tahun-tahun terakhir ini terdapat
peningkatan yang sangat baik, tetapi tetap saja sebagian besar masyarakat masih
awan tentang pajak, baik secara melaksanakan kewajiban perpajakan dan yang tidak
kalah pentingnya adalah kurangnya pengetahuan tentang manfaat dan kegunaan
pajak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH Pajak adalah iuran rakyat kepada
Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian

1
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment. Lain hal dengan Leroy Beaulieu Pajak adalah bantuan, baik secara
langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau
dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan
institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi.
Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum,

2
keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan
operasional negara itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang
negara dan bunga atas utang tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak
untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan pelayanan public. Pelayanan in termasuk
pendidikan, kesehatan, pension, bantuan bagi yang belum mendapat pekerjaan dan
transportasi umum.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kita wajib
membayar pajak dan pajak mempunyai peran penting terhadap kehidupan Negara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan dan  untuk membantu rakyat miskin,
cacat, atau pensiun dengan memajaki rakyat yang masih bekerja. Pajak juga
digunakan untuk membiayai bantuan ke negara lain dan ekpedisi militer, untuk
mempengaruhi kondisi ekonomi makro (strategi pemerintah dalam pelaksanaan
kebijakan ini disebut kebijakan fiskal), atau untuk mengubah pola konsumsi dan
tenaga kerja dalam sistem ekonomi, dengan menjadikan beberapa jenis transaksi
kurang menarik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, dalam makalah ini kami akan
membahas tentang “Peran Pajak dalam Pembanguann Negara”. Adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut.

1.2.1 Rumusan Masalah

1. Mengapa pajak diperlukan untuk pembangunan?


2. Apakah kesadaran membayar pajak mempengaruhi kemauan wajib pajak
membayar pajak penghasilan?
3. Bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia?
4. Apakah kualitas pelayanan petugas pajak sudah mempengaruhi kemauan
wajib membayar pajak didalam Negara?
5. Bagaimana hukum yang terapakan saat tidak membayar wajib pajak

3
6. Dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara, apa fungsi pajak
bagi pembangunan.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang akan dibahas didalam makalah ini ialah peran penting
pajak terhadap Negara dan Hukum.

1.4 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini terdiri dari tujuan yaitu:

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui sejauh mana peran pajak dalam pembangunan Negara dan
Hukum.

1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui sejauh mana kurang beperannya pajak terhadap Negara dan
Hukum.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Umum

Agar pihak pajak dapat mengetahui sejauh mana peran penting pajak terhadap
Negara dan Hukum.

1.5.2 Manfaat Khusus

Agar pihak pajak dapat mengetahui sejauh mana peran penting pajak terhadap
Negara dan Hukum.

4
1.6 Metodologi
Metodologi yang akan digunakan dalam makalah ini ialah:

1.6.1 Metedologi Deskriptif

Suatu metode dalam meniliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi ataupun suatu sistem pemikiran. Tujuan dari penelitian deskriptif ialah
untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan, secara sistematis, factual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.

1.6.2 Metodologi Library Research

Suatu metode yang menggunakan cara untuk mendapatkan informasi


dengan menempatkan fasilitas yang ada di perpustakaan, seperti buku,
majalah, dokumen, catatan, kisah-kisah, ensiklopedia, karya ilmiah baik murni
ataupun popular dan laporan penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan


Dalam makalah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang berurutan
dan sistematis. Sehingga memudahkan bagi yang membaca makalah ini, agar
dapat memahami dan mengerti isi dari makalah ini. Adapun susunan yan terdapat
dalam makalah ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Di dalam bab ini, penulis membahas mengenai pokok-pokok permasalahan
yang akan dibahas. Pembahasan pokok-pokk permasalahannya terdiri dari:
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Ruang Lingkup, Tujuan, Manfaat,
Metodologi dan Sistematika Penulisan.

5
BAB II LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai landasan teori yang
digunakan dalam penulisan makalah ini, yang terdiri dari: pengertian pajak,
unsur-unsur pajak, karakteristik pajak, teori pembenaran pungutan pajak,
lembaga pajak, pengertian lembaga, unsur-unsur lembaga, contoh lembaga,
pengertian hukum, bidang-bidang hukum, factor penting pembuatan hukum,
tujuan hukum, unsur-unsur hukum.

BAB III PEMBAHASAN


Di dalam bab ini, penulis membahas masalah yang ada di dalam makalah ini,
pembahasannya terdiri dari:
1. Pembahasan pertama dari rumusan masalah pertama yaitu, Apakah
kesadaran membayar pajak mempengaruhi kemauan wajib pajak
membayar pajak penghasilan.
2. Pembahasan kedua dari rumusan masalah kedua yaitu, apakah kualitas
pelayanan petugas pajak sudah mempengaruhi kemauan wajib
membayar pajak didalam pembangunan negara.
3. Pembahasan ketiga dari rumusan masalah ketiga yaitu, bagaimana
hukum yang terapakan saat tidak membayar wajib pajak.

BAB IV PENUTUP
Di dalam bab ini, penulis membahas mengenai kesimpulan dan saran.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2. 1 Fungsi Pajak bagi Negara

2.1.1. Pengertian Pajak

Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai


pengertian pajak, diantaranya sebagai berikut: Menurut Rochmat
Soemitro (Mardiasmo, 2011) pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Selain itu menurut Dr. Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M. (2016) pajak
adalah suatu pembayaran yang dibayar dan dapat dipaksakan untuk
dibayar oleh orang/badan atau harta bendanya kepada yang berwenang
dari pemerintah biasanya dengan maksud utama dari penggunaan uang

7
tersebut adalah untuk menutup atau membayar belanja-belanja
pemerintah.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pajak
adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen uang
pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara
dari sektor pajak. Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah
pusat maupun daerah demi kesejahteraan masyarakat.

2.1.2 Unsur-unsur Pajak

1. Ada Undang-undang Pajak yang mendasarinya


2. Ada subjek pajak
3. Ada objek pajak
4. Ada pemungutan pajak
5. Ada kepentingan masyarakat untuk mana hasil pajak akan dipakai

2.1.3 Karakteristik pajak yuridis

1. Pajak dapat dipaksakan


2. Pajak dapat dipungut 1 (satu) kali sekaligus atau dipungut secara
berulang-ulang
3. Pajak dapat berupa pajak langsung atau pajak tidak langsung
4. Pajak tidak memberi imbalan secara langsung kepada pembayar
pajak
5. Pajak masuk ke kas Negara
6. Pajak diatur oleh suatu kebijaksanaan, yaitu kebijaksanaan fiscal

8
2.1.4 Teori Pembenaran Pungutan Pajak

1. Teori Asuransi
Teori asuransi merupakan teori tertua tentang pembenaran pungutan
pajak. Teori ini mengajarkan bahwa pembayaran pajak sama dengan
pembayaran premi dalam asuransi. Ini dari teori ini adalah bahwa
Negara menjamin dari melindungi jiwa raga dan harta dari rakyat,
dan karenanya rakyat harus membayar premi berupa pajak kepada
Negara.
2. Teori Daya Pikul
Teori daya pikul (draagkracht) merupakan teori yang mengajarkan
bahwa besarnya pajak yang dipungut dari seorang wajib pajak
haruslah sesuai dengan kemampuan pembayaran (daya pikul) dari
wajib pacak.
3. Teori Keseimbangan
Teori keseimbangan (equivalentie) atau disebut juga dengan teori
kepentingan (belangen theorie) mengajarkan bahwa seorang individu
mempunysi kepentingan atas pekerjaan Negara. Semakin banyak
seseorang mengenyam kepentingannya dari Negara, semakin besar
pula pajak yang diharus dibayarnya.
4. Teori Daya Beli
Teori daya beli ini mengajarkan bahwa pemungutan pajak akan
menyedot daya beli masyarakat, tetapi dapat dibenarkan karena hasil
pajak tersebut akan dikembalikan juga kepada masyarakat dalam
bentuk yang lain.
5. Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori kewajiban pajak mutlak atau yang sering juga disebut dengan
“teori pengorbanan” ini mengajarkan bahwa Negara mempunyai hak

9
mutlak untuk memungut pajak dari warganya, sementara rakyat wajib
patuh dan melakukan pengorbanan untuk membayar pajak tersebut.

2.1.5 Lembaga-lembaga Pajak

Agar pembayaran pajak dapat dilaksanakan secara efektif dan


optimal makan diperlukan beberapa pranata (lembaga) perpajakan.
Pranata perpajakan tersebut adalah sebagai berikut:
Pendekatan pajak dari segi hukum akan meninjau pajak dalam hal-hal
sebagai berikut:
1. Pranata Perundang-undang
2. Pranata Pengumpulan Data Pajak
3. Pranata Pemberitahuan Pajak
4. Pranata Ketetapan Pajak
5. Pranata Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
6. Pranata Surat Pemberitahuan Pajak (SPT)
7. Pranata Keberatan Pajak
8. Pranata Banding
9. Pranata Peradilan Pajak
10. Pranata Paksaan (Parate Eksekusi)
11. Pranata Pengawasan Pajak
12. Pranata Kebijaksanaan Pajak
13. Pranata Administrasi Pajak

2.1.6 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan


benegara, khusunya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran

10
termasuk pengeluaran pembangunan. Bedasarkan hal diatas maka pajak
mempunyai beberap fungsi, yaitu
1. Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, negara pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin
negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya
ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan
untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, balanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang
ini dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negari
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun
harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
Dari fungsi anggaran, terdapat demokrasi, dimana pajak merupakan salah
satu penerjemaan dar sistem kekeluargaan dan kegorongroyongan rakyat
yang sadar akan baktinya kepada negara. Rakyat memberikan sejumlah
penghasilannya dalam bentuk uang untuk membiayai pengeluaran negara
bagi kepentingan umum. Dengan membayar pajak, rakyat berperan serta
Pdalam pelaksanaan kehidupan kenegaraan, termasuk kegiatan pemerintahan
dan pembangunan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintahan bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring pernanaman modal,
baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi produk luar negeri.
Dalam fungsi mengatur, pajak mempunyai peranan yang sangat penting,
yaitu mendorong penyaluran dana dari private saving ke private investment.

11
Sebagai contoh, pemerintahan memberikan fasilitas perpajakan agar dapat
mendorong investor menyalurkan dana yang tersimpan ke dalam bentuk
investasi atau penanaman modal. Bentuk-bentuk fasilitas atau insentif pajak
yang diberikan, antara lain dalam bentuk tax holiday maupun tax allowance.
3. Fungsi Stabilitas
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi, misalnya
dngan menetapkan pajak yang tinggi, pemerintah dapat mengatasi inflasi
karena jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Selain itu, untuk
mengatasi deflasi atau kelesuan ekonomi, pemerintah dapat menurunkan
pajak. Dengan menurunkan pajak, jumlah uang yang beredar dapat
ditambah sehinggah kelesuan ekonomi yang di antaranya ditandai dengan
sulitnya pengusaha memperoleh modal dapat diatasi. Perekonomian
diharapkan senantiasa keadaaan stabil.
Dengan adanya pajak, pemerintahan memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yan berhubungan dengan stabilitas harga inflasi dapat
dikendalikan, hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, pengunaan pejak yang
efektif dan efisien.`
4. Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.1.7 Ciri-ciri Pajak

Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun, pasal 1, ayat 1,


pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

12
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-bersarnya kemakmuran
rakyat. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Pejak Merupakan Kontribusi Wajib Pajak Negara
Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak.
Namun hal tersebut hanya berlaku untuk warga negara yang memiliki
penghasilan melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP). PTKP
yang berlaku saat ini adalah Rp 54 juta setahun atau Rp 4,5 juta
perbulan.
Ini artinya, jika Anda memiliki pendapatan lebih dari Rp 4,5 sebulan
akan kena pajak. Sementara bila Anda adalah soerang pengusaha
atau wirausaha dengan, tarif PPh Final 0,5% berlaku dari total
peredaran bruto (omzet) samapi dengan Rp 4,8 miliar dalam satu
tahun pajak (berdasarkan PP 23 Tahun 2018).
2) Pajak Bersifat Memaksa untuk Setiap Warga Negara
Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjekif dan objektif, maka
wajib untuk membayar pajak yang seharusnya dibayar, maka
ancaman sanksi administratif maupun hukum secara pidana.
3) Warga Negara tidak Mendapat Imbalan Langsung
Pajak berbeda dnean retribusi. Contoh retribusi: ketika
mendapatkan manfaat parkir, maka harus membayar sejumlah uang,
yaitu retribsi parkir, namun tidak seperti itu. Pajak lmeruapakn salah
satu sarana pemeretaan pendapat warga negara. Jadi ketika
membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak lansung
menerima manfaat pajak yang dibayar. Yang akan Anda dapatkan,
misalnya berupa perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas
kesehatan gratis bagi keluarga, beasiswa pendidikan bagai anak adna
dan lainnya.

13
4) Berdasarkan undang-undang
Artinya pajak diataur dalam undang-undang negara adan beberapa
undang-undang yang mengatur tentang mekasnisme perhidtungan,
pembayaran, dan pelaporan pajak.

2.1.8 Manfaat Pajak

Pajak mempunyai fungsi yang sangat penting untuk


pembangunan sebuah negara. Selain memiliki fungsi yang sangat
penting bagi kelasngsungan suatu negera, pajak juga memliki
meanfaaat untuk masyarakat umum dan juga bagi negara tersebut.
Berikut adalah manfaat dari pajak bagi negara maupun masyarakat
umum.
1. Manfaat pajak untuk negara
Berikut ini adalah bebrapa manfaat pajak untuk negara yaitu:
 Pajak digunakan untuk pengeluaran negara yang bersifat self-
liquiditing, misalnya untuk pengeluaran proyek produktif
 Pajak juga digunakan untuk pengeluaran reproduktif seperti
pengeluran yang akan memberikan keuntungan dalam segi
ekonomi bagai masyarakat. Misalnya seperti pertanian dan lain-
lain.
 Pajak digunakan untuk pengeluaran bersifat self-liquiditing dan
tidak produktif seperti pembangunan untuk sebuah monumen
bersajarah dan lain-lain.
 Pajak digunakan untuk pengeluaran yang bersifat tidak produktif
seperti dugunakan untuk membangunan anak yatim dan
pertahanan negara.
2. Manfaat pajak untuk masyarakat
Manfaat pajak untuk mayarakat yaitu:

14
 Pajak digunakan untuk membangun infrastruktur seperti rumah
sakit, jalanan, sekolah, dan fasilitas umum lainnya.
 Pajak digunakan untuk memberi subsidi bahan bakar minyak
dan juga subsidi pangan.
 Pajak digunakan untuk menyediakan palayanan transportasi
umum.
 Pajak digunakan untuk pelaksanaan hal-hal demokrasi, contohya
seperti pemilu
3. Pengolokasian dana pajak
Adapun beberapa rincian pengalokasian dana pajak yang dilansir
dari Kementerian Kuangan Republik Indonesia pada tahun 2018 yaitu:
 Meningktkan akses dan kualitas pelayanan publik lewat
implementsi e-government yang terintegrasi dengan 623 IP.
 Meningkatakan akutanbilitas kinerja birokrasi dengan
megimplementasi Sistem Akuntabilitas kinerja Intansi
Pemeritahan di 581 ip
 Mengelola jumlah pegawai negeri sipil mulai dari perekrutannya
hingga pembayaran upah.
 Modernisasi command center komando Pertahanan Udara
Nasional
 Mengembangkan failitas mantra laut melalui pembangunan pos-
pos pengamanan perbatasan
 Menbangun jalur kereta api sepanjang 639 kolometer.
 Membangun LRT atau Light Rail Transit sepajang 23 kilometer.
 Membangun jalan baru sepanjang 832 kilometer.
 Membangung 92 unit embun baru dan baru.
 Membangun 17 pelabuhan

15
2.2 Peran pajak dalam pembangunan
Hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah selalu di dengungkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari
dana pajak ayngtelah dikumpulkan dari masyarakat. Untuk itu, diharapkan
masyarakat juga menjaga proyek yang ada untuk dapat dipakai untuk
kepentingan bersama. Berkaitan dengan hal tersebut maka sudah selayaknya
apabila setiap individu dalam masyarakat dapat memahami dan mengerti akan
arti dan petingnya peran pajak dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagimana diketahui bahwa APBN yang dibuat oleh pemerintah terdapat
tiga sumber penerimaan yang pokok andalan:
a. Penerimaan dari sektor pajak
b. Penerimaan dari sektor migas (Minyak dan Gas Bumi)
c. Penerimaan dari sektor buka pajak
Dari ketiga sumber penerimaan diatas, penerimaan dari sektor pajak
ternyata merupakan sumber penerimaan terbesar Negara. Dari tahun ke tahun
kita dapat melihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi adil
yang besar dalam penerimaan negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu
dikatakan merupakan primadona dalam membiayai pembangunan Nasional.
Sedangkan penerimaan dari migas yang dahulu selalu jika andalan penerimaan
negara, sekarang ini sudah tidak bisa diharapkan menjadi sumber penerimaan
keuangan negara yang terus menerus karena sifatnya yang tidak dapat
diperbaruhi. Penerimaan migas pada suatu waktu akan habis sedangkan dari
pajak selau dapat diperbaruhi sesuai dengan perkembangan ekonomi dan
masyarakat itu sendiri.
Sedemikian pentingnya pajak dalam pembangunan Negara Indonesia
sehingga Negara membuat suatu Drijen yang khusus mengurusi urusan pajak
yang disebut Direktorat Jenderal pajak yang berkedudukan di Jakarta, dalam
urusan pembayaran pajak oleh wajib pajak sering terjadi suatu proses Restitusi
Pajak dimana Restuti Pajak dimana Restuti adalah menurut penjelasan Pasal 9

16
ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
suatu Ketertapan Lebih Bayar Pajak berbunyi.”Apabila dalam suatu Masa Pajak,
Pajak masulkan yang dapat pajak keluaran, maka selisinya merupakan kelebihan
pajak yang dapat diminkan kembali atau dikompernsasikan ke masa Pajak
berikutnya.
Kesadaran memenuhi membayar pajak sangat tergantung demi kesadaran
hukum masing-masing wajib pajak. Kesadaran hukum yang demikian memang
dibutuhkan dalam reangka pembangunan nasional dan upaya penegakan hukum
yang sejalan dengan salah satu asas dalam pembangunan nasional. Disamping
itu wajib pajak juga telah diberikan kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungan, serta melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri sesuai
dengan self-assessment system yang dianut dalam peraturan perpajakan yang
berlaku di Indonesia. Asas ini berarti bahwa dalam perpajakan para wajib pajak
diberikan kepercayaan sendiri untuk menghitung, memperhitungkan, melaporkan
serta menyetorkan kewajiban perpajakannnya sendiri kepada Dinas Inspeksi
Pajak.

2.3 Negara

2.3.1 Pengertian Negara

Menurut Dr. Wiryono Projodikoro, SH. Pengertian Negara adalah


suatu organisasi di atas kelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami suatu wilayah (teoritori) tertentu, dengan
mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau bebrapa kelompok manusia tadi.

17
Menurut Prof. Miriam Budihardjo Pengertian Negara adalah
organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya
secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan itu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Negara
adalah suatu organisasi yang terdiri dari beberapa kelompok manusia
yang menduduki suatu wilayah. yang di bawah suatu pemerintahan yang
sama dan mempunyai hak dan kewajiban dalam suatu tempat tersebut.

2.3.2 Unsur-unsur Negara.

Unsur untuk melengkapi arti negra perlu kiranya diuraikan unsur-


unsur negara yang ada bagianya untuk menjadi negara itu ada. Unsur-
unsur negara itu dikenal tiga hal yaitu:
1. Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang menjadi penghuni suatu negara.
Tanpa rakyat mustahil negara akan terbentuk. Leacock mengatakan
bahwa “Negara tidak akan berdiri tanpa adanya sekelompok orang
yang mendiami bumi ini”. Banyak yang menimbulkan pertanyaan dari
sebuah penjelasan tersebut. Berapa banyak jumlah penduduk untuk
membuat suatu negara. Plato menjelaskan suatu wilayah
membutuhkan 5040 penduduk atau orang.
Rakyat terdiri dari penduduk dan bukan penduduk. Penduduk
iala semua orang ingin menetap disebuah wilayah atau negara tertentu.
Meraka yang ada dalam wilayah yang bertujuan tidak ingin menetap,
tidak dapat disebut penduduk. Dari hak dan kewajiban maka warga
negara dapat disimpulkan emapat hal:
1. Status Positif

18
Status Positif seorang warga ialah memberi hak kepadanya untuk
menuntut tindakan positif dari pada negara mengenai perlindungan
atas jiwa, raga, milik kemerdekaan dan lain sebagainya.
2. Status Negatif
Status negatif seseorang warga negara akan memberikan jaminan
kepadanya bahwa negara tidak boleh campur tangan terhadap hak-
hak asasi warga negara negarany.
3. Status Aktif
Status aktif ini memberikan hak kepada setiap warga negaranya
untuk ikut serta dalam pemerintahan.
4. Status Passif
Status passif ini merupakan kewajiban bagi setiap warga negara
negara untuk mentaati dan tunduk kepada seluruh perintah warga
negarnya.
2. Wilayah
Wilayah tertentu ialah batas wilayah dimana kekuasaan itu tidak
berlaku diluar batas wilayahnya karena bisa menimbulkan sengketa
internasional, walaupaun sebagian pengecualian dikenal apa yang
disebut daerah eksteritorial yang artinya kekuasaan negara bisa berlaku
diluar daerah kekuasaanya sebagai pengecualian misalnya kediaman
asing berlaku kekuasaan negara asing itu.
Karakteristik wilaya bisa berupa kondisi alam, ekonomi,
demografi, dan sosial-budaya. Beberapa contoh wilayah yang ada di
permukaan bumi antara lainnya:
a. Wilayah hutan hujan tropis (alam alamiah)
b. Amerika latih (Region budaya)
c. Kepulauan Wallacea (region fauna)
d. Corn belt (region pertanian)
e. Zona daratan rendah Jakarta (region fisiografi)

19
3. Pemerintah
Pemerintah merupakan alat bagi negara dalam
menyelenggarakan segala kepentingan warganya dan merupakan alat
dan juga dalam mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan.
Pemerintah harus diartikan luas yang mencakup semua badan-badan
negara. Yang penting adalah pemerintan yang berkuasa harus diakui
oelh rakyatnya kerena pada hakekatnya pemerintah merupakan
pembawa suara rakyat sehingga pemerintah dapat berdiri stabil.
Pemerintah adalah sekelompok orang atau organisasi yang
diberikan kekuasaan untuk memerintah serta memiliki kewenangan
dalam membuat dan menerapkan hukum di suatu wilayah.

2.3.3 Bentuk negara

Negara Kesatuan
Bentuk negara satu ini didalamnya hanya terdapat satu negara atau
tidak ada negara lagi di dalamnya. Jadi yang berwenang untuk mengatur
seluruh daerah adalah pemerintahan pusat. Tidak hanya di dalam negeri,
pemerintah pusat juga memiliki kewenangan untuk hubungan dengan
orang lain. Contoh negara yang mengggunakan bentuk negara keseatuan
adalah Indonesia, Italia, Perancis, Jepang, Belanda, dll.
Negara Serikat
Negara serikat adalah negara yang terdiri dari beberapa negara
bagian. Pemerintahanya dikenal dengan nama pemerintahan federal.
Negara bagian ini tergabung ini tidak memegang kesatuasn kedaulatan
negara, karena pemegang kedaulatan adalah pemerintah federal. Setiap
negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, selama tidak
bertentangan dengan konstitusi federal. Contoh negara yang

20
menggunakan bentuk negara serikat adalah Amerika Serikat, Malaysia,
Jerman, Rusia, dill

2.4 Hukum Pajak

2.4.1 Pengertian Hukum Pajak

Menurut R. Santoso Brotodihardjo menyatakan bahwa hukum


pajak yang juga disebut hukum fiscal adalah keseluruhan dari peraturan-
peraturan yang meliputi wewenang Pemerintah untuk mengambil alih
kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat
dengan melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum
publik yang mengatur hubungan hukum antara negara dan orang-orang
atau badan-badan hukum yang berkewajiban membayar pajak (Wajib
Pajak)
Menurut Rochmat Soemitro menyatakan hukum pajak ialah suatu
kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan hukum antara
Pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat sebagai pembayar
pajak.
1. Dengan kata lain, hukum pajak menerangkan:
2. siapa yang menjadi Wajib Pajak atau subyek pajak
3. apa kewajiban meraka terhadap Pemerintah
4. hak-hak Pemerintah
5. Objek-objek yang dikenakan pajak
6. Timbul dan hapusnya hutang pajak
7. Cara penagihan hutang Pajak
8. Cara mengajukan hutang pajak
9. Cara mengajukan keberatan/banding
10. Dan lain-lain

21
Dari kedua definis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
hukum pajak adalah termasuk hukum publik (mengatur hubungan hukum
antara negara dan orang/bandan termasuk badan hukum).

2.4.2 Kedudukan Hukum Pajak

Di muka telah dikatakan hukum pajak adalah sebagian dari hukum


publik yaitu hukum yang mengatur hubungan antara pengusaha dan
Pemerintah dengan warganya.
Berikut termasuk dalam hukum public yang diantara nya sebagai
berikut:

1. Hukum Pidana

Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum


pidana adalah hukum yang mengatur hubungan antar subjek
hukum dalam hal perbuatan - perbuatan yang diharuskan dan
dilarang oleh peraturan perundang - undangan dan berakibat
diterapkannya sanksi berupa pemidanaan dan/atau denda bagi para
pelanggarnya.

Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan yaitu


kejahatan dan pelanggaran.

 Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan


dengan peraturan perundang - undangan tetapi juga
bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa
keadilan masyarakat. Pelaku pelanggaran berupa kejahatan
mendapatkan sanksi berupa pemidanaan, contohnya mencuri,
membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya.
 Pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh
peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang

22
tidak berpengaruh secara langsung kepada orang lain, seperti
tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk
pengaman dalam berkendaraan, dan sebagainya.

Di Indonesia, hukum pidana diatur secara umum dalam Kitab


Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan
peninggalan dari zaman penjajahan Belanda, sebelumnya
bernama Wetboek van Straafrecht (WvS). KUHP
merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di
Indonesia di mana asas-asas umum termuat dan menjadi dasar
bagi semua ketentuan pidana yang diatur di luar KUHP (lex
specialis)

2. Hukum Tata Negara

Hukum tata negara adalah bentuk hukum yang


mendefinisikan hubungan antara berbagai lembaga di suatu negara
yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hukum hubungan
tertentu yaitu muncul dari perjalanan sejara dan diatur oleh hukum
yang disebut negara. Jadi hukum konstitusinal berkaitan dengan
dokrin negara umum yang bersifat uraian prinsip-prinsip umum
dari berbagai hak negara dan perbandingan hak negara.

Hukum Tata negara memiliki beberapa fungsi:

 Fungsi konstitutif atau kelembagaan: pertama-tama


pemerinta harus didirikan melalui kantor-kantor
 Kekuasaan kemudan di berikan ke kantor-kantor
 Hanya demikian pelaksanaan kekuasaan ini dapat dikenankan
pembatasan/batasan.

3. Hukum Administrasi Negara

23
Hukum administrasi negara adalah hukum yang
memperlajari mengenai tindakan-tindakan dalam
menyelengarakan negara. Yang mengatur hubungan antara
pemerintah dan warga negara dan juga administrasi dalam
penyelenggaran pemerintahan. Dalam negara hukum, seperti di
Indonesia maka kehadiran Hukum Administrasi Negara menjadi
penting karena segala tindakan yang diambil oleh pemerintah
harus berdasarkan pada hukum.

Hukum Administrasi Negara:

 Sarana bagi pengusasa untuk mengaut dan mengendalikan


masyarakat
 Mengatur cara-cara partisipan warga negara dlam proses
pengaturan dan pengendalian tersebut/
 Sebagai pelindungan hukum
 Menetapkan norma-norma fundemental bagi pengusasa untuk
pemerintahan yang baik.

Mengenai kedudukan hukum pajak dalam tata hukum Indonesia,


PJA. Andiriani menyatakan bahwa bagaimanapun juga lebih cepat
memberi tempata sendiri untuk hukum pajak di samping hukum
Administrasi Bisnis

Dasar pertimbangan pendapat untuk menyatakan bahwa hukum


pajak harus ditempatkan sejajar dengna Hukum Administras Negara:

Tugas hukum pajak bersifat lain dari pada Hukum Administrasi


Negara pada umumnya

Hukum paja dapat secara langsung digunakan sebagai sarana


politik perekonomian

24
Hukum pajak memiliki tata tertib dan istilah-istilah yang khas
untuk bidang pekerjaannya.

2.4.3 Pembagian Hukum Pajak

Seperti halnya pada bentuk hukum yang lain seperti perdata,


hukum, pidana, maka Hukum Pajak dapat juga di bagi dalam Hukum
Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil.

1. Hukum Pajak Materil

Hukum Pajak Materil adalah kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan


dari suatu peraturan perundang-undang pajak yang berkenaan dengan
isi dari peraturan perundang-undang yang bersangkutan. Hukum pajak
material menerangkan tentang Subjek, Objek atau tarif pajak.

Dari samping itu juga menerangkan arti dari suatu istilah seperti arti
penghasilan/barang kena pajak, bumi atau bangunan, dokumen, dan
sebagainya.

Contoh bentuk Hukum Pajak Materil

a. Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga


atas Undang-undang Nomor 17 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang
Pajak Pertambangan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.

2. Hukum Pajak Formil

25
Hukum Pajak Formil adalah kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan
dari suatu peraturan perundang-undang pajak yang berkenaan dengan
cara bagaimana Hukum Pajak Materiil dilaksanakan.

Contoh bentuk Hukum Pajak Formil adalah:

a. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Perubahan kedua


atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-Undang nomor 19 tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.

Hukum Pajak Formil menernagnkan tentang hak dan kewajiban wajik


pajak, hak dan kewajiban fiscus dan lain-lain.

Hak wajib Pajak dapat dilihat dalam UUKUP, yaitu:

a. Meminta resitusi
b. Mengajukan keberatan
c. Mengajukan banding, dan lain-lain.

Kewajiban wajib pajak sebagaimana diuraikan dalam UUKUP adalah


sebagi berikut:

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak


(NPWP).
b. Mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) atau
Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) dengan benar, lengkap,
jelas, dan menandatanganinya.
c. Mengadakan pencatatan atau pembukuan
d. Membayar Pajak terhutang wajib membayar pajak yang terutang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan,
dan lain-lain

26
Hak Fiskus diatur dalam UUKUP yaitu sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan
b. Mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak
c. Mengeluarkan Surat Tagihan Pajak
d. Mengeluarkan Surat Paksa, dan lain-lain

Kewajiban Fiskus yang ditetapkan dalam UUKUP adalah sebagai


berikut:

a. Memberikan Keputusan atas keberatan pajak dari wajib pajak


b. Mengambilkan kelebihan pembayaran pajak kepada wajib pajak
c. Merahasiakan wajib pajak

2.4.4 Tugas dan Sasaran Hukum Pajak

Tugas dari hukum pajak adalah menelaah keadaan-keadaan dalam


masyarakat untuk kemudian dibuat/disusun peraturan-peraturan hukum
(pajak), sedangkan yang menjadi sasarannya adalah Tatbestand yaitu
segala perbuatan keadaan atau peristiwa yang dapat menimbulkan utang
pajak. Selanjutnya muncul pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan
utang pajak?

Menurut Hukum Perdata, utang adalah perikatan yang mengandung


kewajiban bagi salah satu pihak untuk melakukan susatu (prestasi) atau
untuk tidak melakukan sesuatu yang menjadi hak pihak lainnya.
Kewajiban Subjek Hukum sebagai salah satu pihak dalam suatu perikatan
akan berhadapan dengan haknya. Kewajiban Subjek Hukum sebagai
salah satu pihak dalam suatu perikatan dan berhadapan dengan haknya.

Utang dalam arti luas adalah segala sesuatu yang harus dilakukan
oleh yang berkewajiban sebagai konsuensi dari perikatan, seperti

27
menyerahkan barang, membuat lukisan, dan sebagainya. Dengan kata
lain pengertian untang dalam arti luas ini adalah sama dengan perikatan.

Utang arti sempit adalah perikatan sebagai akibat dari perjanjian


khusus yaitu utang piutang yang mewajibkan debitur untuk membayar
(kembali) jumlah uang yang telah dipinjamnya dari kreditur.

Pajak atau utang pajak tergolong dalam utang (uang) dalam arti
sempit yang mewajibkan wajib pajak (debitor) untuk membayar suatu
jumlah uang dalam kas negar (kreditor). Jadi utang pajak adalah utang
yang ditimbulnya secara khusus, karena Negara (Kreditor) terikat dan
tidak dapat memilih secara bebas, siapa yang akan dijadikan debiturnya,
seperti dalam hukum perdata. Hal ini terjadi karena utang pajak timbul
karena undang-undang.

2.4.5 Faktor Penting Pembuatan Hukum

1. Diperlukan otoritas atau kewenangan Negara


2. Hanya insitusi tertentu yang dapat membuat hukum termasuk undang-
undang
3. Lembaga yang membuat hukum telah diberi wewenang untuk
melakukannya
4. Terdapat sanksi bagi yang melanggar hokum
5. Sanksi dijatuhkan oleh pihak yang diberi otoritas atau kewenangan
oleh Negara

2.4.6 Tujuan Hukum


1. Mengatur segala tingkah laku manusia agar terarah ke hal yang positif
dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
2. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat dan setiap orang yang
tinggal di negara tersebut.

28
3. Membangun kesadaran dari setiap orang tentang pentingnya sistem
hukum yang berlaku di negara tersebut.

2.4.7 Unsur-unsur Hukum

1. Hukum dibuat untuk mengatur setiap tingkah laku dan tindakan yang
dilakukan oleh manusia.
Hukum dibuat untuk mengatur setiap interaksi seseorang
kepada orang lain agar tidak merugikan untuk diri sendiri dan orang
lain. Hukum berlandaskan atas pasal-pasal yang dibuat dan setiap
pasal berisi fakta tindak penyelewengan dan bobot pidana tersebut.
Jadi apabila seseorang yang melanggar hukum yang telah dibuat maka
alurnya adalah penyidikan lalu gelar perkara.
2. Hukum dibuat oleh pihak atau lembaga yang berwenang
Setiap daerah atau Negara sudah pasti memiliki badan hukum
yang resmi dan fungsi badan hukum tersebut ialah membuat pasal dan
undang-undang agar terciptanya kelangsungan hukum di Negara
tersebut. Untuk yang membuat landasan hukum tersebut ialah lembaga
hukum yang sudah disetujui oleh semua pihak
3. Memiliki sifat mengatur dan memaksa
Hukum memiliki sifat mengatur dan memaksa. Dikatakan
bersifat mengatur karena hukum memiliki aturan yang wajib ditaati
oleh semua golongan masyarakat agar terciptanya ketertiban dan
keamanan. Semua aturan yang berlaku ada dalam setiap undang-
undang,dan undang-undang tersebut memiliki pasal yang berlaku.
Hukum memiliki sifat memaksa. Dikatakan bersifat memaksa karena
hukum dapat memaksa semua lapisan masyarakat agar mentaati aturan
hukum dan wajib dipatuhi.
4. Terdapat sanksi untuk setiap pelanggar hukum.

29
Di negara Indonesia terdapat tiga sanksi hukum yaitu
pidana,perdata,dan administrative. Dalam sanksi pidana,seseorang
yang mendapat sanksi pidana akan dihukum berupa penjara,mati,dan
denda berdasarkan pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Vonis ini berguna memberikan efek sengsara kepada calon pidana.
Selain itu terdapat hukuman tambahan seperti pencabutan beberapa
hak, perampasan barang,dan pengumuman keputusan hakim.
Sedangkan dalam sanksi perdata putusan yang dijatuhkan hakim
berupa putusan condemnatoir, declaratoir, dan constitutive.

30
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mengapa pajak diperlukan untuk pembangunan?


Pembangunan Nasional, menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, adalah upaya
yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai
tujuan bernegara. Definisi ini menjelaskan bahwa aktor pembangunan bukan
hanya pemerintah, melainkan tanggung jawab seluruh komponen negara.
Disisi lain, menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang rencana pembangunan jangka panjang Nasional 2005-2025,
“Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek nasional sebagaimana
dirumuskan dalam pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945”. Definisi ini
lebih memfokuskan pada proses, ruang lingkup pembangunan, dan tujuan dari
pembangunan
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menegah Nasional 2015-2019, menekankan bahwa.
“Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya sistematis dan terencana oleh
masing-masing maupun seluruh komponen bangsa berbagai sumber daya yang

31
tersedia secara optimal, efisien, efektif, dan akuntabel, dengan tujuan akhir
untuk meningkatkan kualitasa hidup manusia dan masyarakat secara
berkelanjutan”.
Dilihat dari segi prosesnya, kegiatan pembangunan merupakan
serangkaian upaya atau kegiatan yang berlangsung tanpa henti, dengan
menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi ke genarasi. Hal ini
berart i bahwa pembangunan merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Perbedaan antara satu periode dengan periode
pemerintahan lainnya terletak antara lain pada priorits pembangunan yang akan
dilaksanakan. Sebagai contoh, periode pemerintahan Presiden jokowi
merumuskan “Sembilan Agenda Prioritas (Nawacita) yang akan dijalankan
dalam pelaksanan pembangunan di erah pemerintahannya.
Dalam mempertimbankan masalah pokok bangsa, tantangan
pembangunan yang di hadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi
pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong.
Untuk mewujudkan visi, misi, strategi, dan sembilan Agenda Prioritas tersebut
dibutuhkannya sumber pembiayaan pembangunan yang tidak sedikit. Hal ini
berarti diperlukan adanya peningkatan sumber-sumber pendapatan negara untuk
membiayai kegaiatan pembangunan tersebut. Menurut Brotodihardjo, sumber-
sumber penghasilan negara tersebut pada umumnya terdiri dari:
1. Perusahaan-perusahaan negara
2. Barang-barang milik pemerintah atau yang dikuasai pemerintah, dalam
hubungan ini disebutkan tanah-tanah yang dikuasai pemerintah yang
diusahan untuk mendapatkan penghasilan, saham-saham yang dipegang
negara dan sebagainya.
3. Denda-denda dan perampasan-perampasan untuk kepentingan umum..
4. Hak-hak waris atas harta peninggalan terlantar
5. Hibah-hibah wasiat dan hibahan lainnya, misalnya sumbngan dari PBB

32
6. Ketiga macam iuran, yaitu pajak retrbusi, dan sumbangan
Sejalan dengan hal tersebut, soenitro (1988:106) menyatakan bahwa
dalam melaksanakan pembangunan, sumber-sumber alam harus digunakan
secara rasional, serta memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang.
Selajutnya, beliau menyatakan bahwa pembangunan nasional memerlukan
investsi yang jumlahnya sangat besar dan pelaksanaanya harus berlandaskan
kemampuan sendiri, sedangkan bantuan luar negeri hanya merupakan
perlengkapan saja.
Hal ini sejalan dengan asas berdikari dalam ekonomi sebagai salah satu
unsur Trisakti Kabinet Jokowi-Jk (2014:5) yang menyatakan bahwa
“kemampuan untuk memenuhi pembiayaan pembangunan yang besumber dari
dalam negeri”. Soemitro (1988:106) menegasakan bahwa harus dilakukan
usaha yang sungguh-sungguh untuk mengarahkan dana investasi yang
bersumber dari tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, serta penerimaan
devisa yang berasal dari ekspor, dan jasa-jasa ke invesatasi yang bertguna bagi
masyarakat.
Dari keseluruhan sumber-sumber pendapatan Negara, pendapatan dari
sektor pajak memiliki kontribusi yang sangat signifikan. Dalam APBN tahun
2016, target penerimaan Negara dari pajak adalah 1.360 Triliun atau 74,6% dari
keseluruhan penerimaan negar yang tercamtum dalam APBN-P Tahun 2015.
Kontribusi pendapatan negara dari sektor pajak memiliki kecendrungan
meningkat dari tahun ke tahun. Dengan kata lain, pajak akan semakin kokoh
dalam posisi Primus Inter Pares sebagai sumber penerimaan negara.

3.2 Apakah kesadaran membayar pajak mempengaruhi kemauan wajib pajak


membayar pajak penghasilan.
Pajak menurut UU KUHP Nomor 28 Tahun 2007, pasal 1, ayat 1 adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

33
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Kesadaran membayar pajak berpengaruh positif
terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
kesadaran yang dimiliki wajib pajak semakin meningkatkan kemauan
membayar perpajakan. Konsep kemauan membayar pajak diartikan suatu nilai
yang rela dikontribusikan oleh seorang (yang ditetapkan dengan peraturan)
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara dengan tidak mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung. Kemauan membayar pajak
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan
suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, dan
tarif pajak.
Kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban pajak akan
meningkat bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak.
Meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan
perpajakan baik formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap
kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Karakteristik wajib pajak yang
dicerminkan oleh kondisi budaya, sosial, dan ekonomi akan dominan
membentuk perilaku wajib pajak yang tergambar dalam tingkat kesadaran
mereka dalam membayar pajak. Penyuluhan pajak yang dilakukan secara
intensif dan kontinyu akan dapat meningkatkan pemahaman wajib pajak
tentang kewajiban membayar pajak sebagai wujud kegotong royongan nasional
dalam menghimpun dana untuk kepentingan pembiayaan pemerintahan dan
pembangunan nasional . Meskipun sistem pemungutan pajak self assessment
system sudah dijalankan. Namun dalam prakteknya sulit berjalan sesuai dengan
yang diharapkan atau bahkan disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran wajib pajak
yang masih rendah atau kombinasi keduanya, sehingga membuat wajib pajak
enggan melaksanakan kewajiban membayar pajak.

34
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang
wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan akan peraturan
perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan
berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak.
Pengetahuan peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru, wajib
pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kegotong royongan nasional
melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri
pajak yang terutang. Dengan adanya sistem ini diharapkan para wajib pajak tau
akan fungsi pembayaran pajak. Dan diharapkan sistem ini dapat terwujud
keadilan. Yang dimaksud adil disini wajib pajak menghitung dengan sesuai
ketentuan perpajakan dan pemerintah tau menggunakan semua ini sesuai
kebutuhan guna untuk membangun negara.
Kualitas layanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang
dapat dipertangggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus.
Secara sederhana definisi kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pelayanan
perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya manusia (SDM),
ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas
pelayanan prima kepada masyarakat wajib pajak akan terpenuhi bilamana SDM
melakukan tugasnya secara profesional, disiplin, dan transparan. Dalam kondisi
wajib pajak merasa puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya, maka
mereka akan cenderung akan melaksanakan kewajiban membayar pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ketentuan perpajakan dibuat
sederhana, mudah dipahami oleh wajib pajak, maka pelayanan perpajakan atas
hak dan kewajiban mereka dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

35
Dengan demikian sistem informasi perpajakan dan kualitas SDM yang handal
akan menghasilkan pelayanan perpajakan yang semakin baik.

Kesadaran wajib pajak dalam kewajiban perpajakannya merupakan hal


penting dalam penarikan pajak. Hal paling menentukan dalam keberhasilan
pemungutan pajak adalah kemauan wajib pajak untuk melakukan kewajiban.
Ketidakmaunya wajib pajak melakukan kewajiban tersebut adalah asas
perpajakan, yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tersebut tidak langsung
dinikmati oleh para wajib pajak. Masyarakat tidak pernah tahu wujud kongkret
imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk membayar pajak. Keinginan
pemerintah untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dengan tujuan akhir untuk
meningkatkan jumlah penerimaan Negara, bukanlah pekerjaan yang ringan.
Upaya pendidikan, penyuluhan dan sebagainya, tidak berarti banyak dalam
membangun kesadaran wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakan, jika
masyarakat tidak merasakan manfaat dari kepatuhan membayar pajak.
Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan kesadaran
wajib pajak dalam kewajiban perpajakannya merupakan hal penting dalam
penarikan pajak. Indikator kesadaran membayar pajak antara lain:
 Pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan
negara.
 Penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat
merugikan negara.
 Pajak ditetapkan dengan Undang-undang dan dapat dipaksakan.
 Membayar pajak tidak sesuai dengan yang seharusnya dibayar akan
merugikan Negara.
 Pemungutan pajak sesunggguhnya juga dirasakan oleh mereka sendiri tapi
tidak secara langsung dinikmati oleh para wajib pajak.

36
 Membayar pajak akan terbentuk rencana untuk kemajuan kesejahteraan
rakyat.
Kemauan membayar pajak sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan
oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum Negara dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) secara langsung (Vanessa dan Hari; 2009). Indikator kemauan
membayar pajak:
 Konsultasi sebelum melakukan pembayaran pajak.
 Dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak.
 Informasi mengenai cara dan tempat pembayaran pajak.
 informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak.
 Membuat alokasi dana untuk membayar pajak

3.3 Bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia?


Menurut Susyanti dan Dahlan (2016:4) menyatakan bahwa sistem pemungutan
pajak di Indonesia ada 3 (tiga), yaitu:
1. Self Assessment System
Sistem ini digunakan dalam memungut pajak pusat/pajak negara arti dari
sistem ini adalah wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya
(4M). System ini tercemin dalam perhitungan pph kesadaran masyarakat,
kerjelasan UU, dan profesionalisme aparat
2. Official Assessment System
Sistem ini masih digunakan dalam memungut pajak daerah. Dalam sisitem ini
yang menentutkan besarnya pajak adalah aparat pajak (fiscus), wajib pajak
pasif, keberhasilan sistem ini sangat tergantung dari kearifan dan
profesionalisme aparat.
3. With holding System

37
Sistem ini masih digunakan dalam pemungutan pajak pusat maupun pajak
daerah. Pengertian ini adalah dalam pemungutan dan penyetoran pajak
pemerintah melibatkan wajib pajak lainnya.Sudirman dan Amiruddin
menyentakan bahwa sistem pemungutan pajak adlah metode atau tata cara
pemungutan pajak atau obyek pajak. Adapun sistem pemungutan pajak itu
meliputi:
1. Official asessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang jumlah pajak
terutangnya ditetapkan/ditentukan oleh aparat pajak atau fiscus (pemerintah)
dengan ciri-ciri
a) Fiskus/aparat pajak berwenang menentukan besarnya pajak.
b) Wajib pajak bersifat pasif
c) Utang timbul setelah dikeluarkan Surat Keterangan Pajak (SKP) oleh
aparat pajak/fiskus. Dalam prakteknya banyak wajib pajak membayar
pajak lebih kecil yang seharusnya.
2. Self Assessment System
Sistem ini merupakan sistem yang di anut oleh Bangsa Indonesia sejak
reformasi pepajakan yang dimulai pada tahun 1984 dimana setiap Wajib pajak
(WP) diberikan wewenang/kepercayaan, untuk mendaftar diri, menghitung
hutang pajaknya sendiri dan melaporkan hasil perhitungan pajaknya di kantor
pelayanan pajak (KPP). Sehingga Aparat pajak hanyalah mengawasi saja,
melakukan pelayanan dan penyulihan kepada Wajib Pajak (WP). Adapun ciri-
ciri dari sistem ini adalah:
Wajib pajak diberi wewenang menentukan besarnya pajak terutang.
Wajib pajak bersifat aktif
Aparat tidak ikut campur tetapi hanya mengawasi saja.
3. With holding System

38
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang diberikan kepada pihak
ketiga dalam menentukan besarnya pajak yang terutang. Adapun ciri-ciri dari
sistem ini meliputi:
Pihak ketiga berwengang menentukan besarnya pajak.
WP dan Fiskus bersifat pasif

3.4 Apakah kualitas pelayanan petugas pajak sudah mempengaruhi kemauan


wajib membayar pajak didalam negara.
Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai pembandingan antara
pelayanan yang dirasakan konsumen dengan dengan kualitas pelayanan yang
diharapkan konsumen (Sapriadi, 2013). Jika kualitas yang dirasakan sama atau
melebihi kualitas pelayanan yang diharapkan, maka pelayanan dikatakan
berkualitas dan memuaskan, begitu juga sebaliknya. Pelayanan publik
berkualitas adalah pelayanan yang berorientasi kepada aspirasi masyarakat,
lebih efisien, efektif dan bertanggung jawab. Setiawan (2014) dan Suardana
(2014) menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak. Mutu pelayanan terbaik yang diterima oleh Wajib Pajak
dari petugas pajak akan membuat Wajib Pajak cenderung patuh untuk
membayar kewajiban perpajakannya. Memberikan pelayanan yang berkualitas
pada Wajib Pajak akan membuat Wajib Pajak nyaman dalam membayar pajak
dan meningkatkan kepatuhannya dalam membayar pajak.
Menurut Jatmiko (2006), fiskus yang bertanggung jawab dan
mendayagunakan SDM sangat dibutuhkan guna meningkatkan kepatuhan wajib
pajak. Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian
(skill), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) dalam hal
kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan.
Selain itu fiskus harus memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik.
Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan

39
yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan,
kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat
pajak. Jika kualitas yang dirasakan sama atau melebihi kualitas pelayanan yang
diharapkan, maka pelayanan dikatakan berkualitas dan memuaskan.
Menurut (Parasuraman, 1985 dalam Sapriadi, 2013) menyatakan bahwa
ada lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu :
1. Tangibles (bukti fisik), yaitu bukti fisik dan menjadi bukti awal yang bisa
ditunjukkan oleh organisasi penyedia layanan yang ditunjukkan oleh
tampilan gedung, fasilitas fisik pendukung, perlengkapan, dan
penampilan kerja.
2. Realibility(keandalan), yaitu kemampuan penyedia layanan membuktikan
layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu para pekerja memiliki kemauan dan
bersedia membantu pelanggan dan memberi layanan dengan cepat dan
tanggap.
4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kecakapan para pekerjayang
memberikan jaminan bahwa mereka bisa memberikan layanan dengan
baik.
5. Emphaty (empati), yaitu para pekerja mampu menjalin komunikasi
interpersonal dan memahami kebutuhan pelanggan

3.5 Bagaimana hukum yang terapakan saat tidak membayar wajib pajak?

Sanksi Hukum jika Tidak Melakukan Pembayaran atau Telat Melaporkan


Pajak. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan (UU KUP), sanksi perpajakan terdiri dari sanksi administrasi dan
sanksi pidana.
1. Sanksi Administrasi

40
Sanksi administrasi perpajakan terdiri dari sanksi denda, sanksi bunga dan
sanksi kenaikan. Sekian sanksi tersebut dikenakan untuk berbagai jenis
pelanggaran aturan.
a) Pengenaan bunga
Sanksi berupa pengenaan bunga ini berlandaskan pada Pasal 9 Ayat
2(a) dan 2(b) UU KUP. Dalam Ayat 2(a) dikatakan, wajib pajak yang
membayar pajaknya setelah jatuh tempo akan dikenakan denda sebesar
2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal
pembayaran.
Sementara, pada Ayat 2(b) disebutkan, wajib pajak yang baru
membayar pajak setelah jatuh tempo penyampaian SPT tahunan akan
dikenakan denda sebesar 2% per bulan, yang dihitung sejak berakhirnya
batas waktu penyampaian SPT sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.
Sebagai contoh, berdasarkan undang-undang, batas akhir
pembayaran dan pelaporan PPh adalah masing-masing tanggal 10 (PPh
pada umumnya) dan tanggal 15 (PPh Final 0,5%/pajak UMKM, PPh
25) bulan berikutnya. Jika wajib pajak baru membayar kewajibannya
lewat dari tanggal-tanggal tersebut, maka wajib pajak harus membayar
bunga sebesar 2% dari jumlah pajak yang terutang.
b) Sanksi Kenaikan
Sanksi kenaikan ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan
pelanggaran tertentu. Contohnya seperti tindak pemalsuan data dengan
mengecilkan jumlah pendapatan pada SPT setelah lewat 2 tahun sebelum
terbit SKP. Jenis sanksi ini bisa berupa kenaikan jumlah pajak yang harus
dibayar dengan kisaran 50% dari pajak yang kurang dibayar tersebut.
c) Sanksi Denda
Sanksi pajak berupa denda ditujukan kepada pelanggaran yang
berhubungan dengan kewajiban pelaporan. Besarannya pun bermacam-

41
macam, sesuai dengan aturan undang-undang. Contohnya, telat
menyampaikan SPT Masa PPN, maka nominal denda yang dikenakan
senilai Rp 500.000. Sedangkan telat dalam menyampaikan SPT Masa
PPh, maka nominal denda yang dikenakan senilai Rp1.000.000 untuk
wajib pajak badan dan Rp100.000 untuk wajib pajak perorangan.
2. Sanksi Pidana
Sanksi ini merupakan jenis sanksi terberat dalam dunia perpajakan. Biasanya,
sanksi pidana dikenakan bila wajib pajak melakukan pelanggaran berat yang
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan dilakukan lebih dari satu
kali. Dalam Undang-Undang KUP, terdapat pasal 39 ayat i yang memuat
sanksi pidana bagi orang yang tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong
atau dipungut. Sanksi tersebut adalah pidana penjara paling singkat 6 bulan
dan paling lama 6 tahun, serta denda minimal 2 kali pajak terutang dan
maksimal 4 kali pajak terutang yang tidak dibayar atau kurang dibayar.
Contoh kasus untuk sanksi ini adalah pengusaha yang menerbitkan faktur
pajak dan memungut PPN, namun tidak mendaftarkan diri dan melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. Sehingga, PPN yang
dipungut tidak disetorkan ke kas negara. Sanksi Hukum Bila Wajib Pajak
Terlambat Melaporkan SPT Selain mengatur sanksi bagi wajib pajak yang
tidak melakukan pembayaran pajak, Undang-Undang KUP juga memuat
sanksi bagi wajib pajak yang tidak melaporkan SPT atau terlambat
melaporkan SPT.
Jenis sanksi yang dibebankan pada wajib pajak yang melanggar ketentuan
tersebut adalah denda. Besaran denda dibagi menjadi 3, yakni:
 Rp 500.000 – untuk Surat Pemberitahuan Masa PPN
 Rp 100.000 – untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya
 Rp 1.000.000 – untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak badan

42
 Rp 100.000 – untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi
Batas akhir pelaporan SPT dibedakan berdasarkan jenis pajak yang akan
dilaporkan. Tujuannya agar administrasi perpajakan di Indonesia jadi semakin
rapi.
Berikut ini tiga batas waktu pelaporan SPT yang sebaiknya diketahui wajib
pajak:
1. Surat Pemberitahuan Masa (Paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak)
2. SPT Pajak Penghasilan wajib pajak orang pribadi (Paling lama 3 bulan
setelah akhir masa pajak)
3. SPT Pajak Penghasilan wajib pajak badan (Paling lama 4 bulan setelah
akhir masa pajak)
Namun, bila wajib pajak tidak melaporkan SPT sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara, dan tindakan tersebut sudah dilakukan lebih
dari sekali, wajib pajak dapat dikenakan sanksi berupa denda minimal satu
kali jumlah pajak terutang yang tidak dibayar atau kurang bayar. Denda
dikenakan maksimal dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar. Bahkan, atas tindakan tersebut wajib pajak dapat dipidana kurungan
paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun.

3.6 Dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara, apa fungsi pajak
bagi pembangunan.
Pajak erat sekali hubungannya dnegna pembangunan. Hampir seluruh
negara di dunia, baik negara maju maupun berkembangan, menempatkan pajak
sebagai sumber daya penting untuk membiayai pembangunan di negaranya.
Menurut speigelenberg dalam Soemitro (1988:247), pajak tidak semata-mata
mempunyai functie budgeter atau taxation for revenue only”, tetapi pajak dapat
juga digunakan untuk:
1. Mengatur tingkat pendapatan di sektor swasta

43
2. Mengadakan redistrubusi pendapatkan tersebut
3. Mengatur volume pengeluaran swasta
Sebagaimana penegasan, soemitro (1988:108-110) menyatakan bahwa
pajak dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi budgetair dan fungsi mengatur
atau regulerend.
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan sumber pembiayaan. Sumber daya
pembiayaan ini, salah satunya dapat diperoleh dari penerimanaan pajak.
Pajak sebagai fungsi budgetair merupakan alat atau suatu sumber dalam
memasukkan uang ke dalam uang kas negara. Yang akan digunakan
untuk membiayai pengeluaran rutin negara. Apabila masih terdapat sisa
(sirplus/public saving), dana tersebut digunakan untuk membiayai
investasi pemerintah. Apabila surplus atau public saving tidak mencukupi
untuk membiayai pembangunan, maka terdapat alternatif pendanaan yang
bersumber dari hutang.
Di dalam fungsi anggaran, terdapat fungsi demokrasi, dimana pajak
merupakan salah satu penjelmaan dari sistem kekerluargaan dan kegotong
royongan rakyat yang sadar akan baktinya kepada negara. Rakyat
memberikan sejumlah penghasilannyadalam bentuk uang untuk
membiayai pengeluaran negara bagi kepentingan umum. Dengan
membayar pajak, rakyat berperan serta dalam pelaksanaan kehidupan
kenegeraan, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangungn untuk
mencapai masyarkat adil dan makmur.
2. Fungsi Mengatur (refulered/regulation)
Berkaitan dengan fungsi mengatur, pajak digunakan sebagai suatu alat
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini, Djojohadikoesamo
(dalam Soemitro, 1988:109) menyatakan bahwa “Fiscal Policy sebagai
suatu alat pembangunan harus mempunyai tujuan bersama, yaitu secara

44
langsung menemukan dana yang akan digunakan untuk public investment
dan secara tidsak langsung digunakan untuk menyalurkan private saving
ke arah sektor-sektor produktif yang digunakan untuk mencegah
pengeluraran-pengeluraran yang menghambat pembangunan”.
Menurut pendapat Musgrave dan Musgrave (dalam Winarno dan Ismaya
2003:403) Fiscal Function memiliki3 (tiga) fungsi utama, yaitu fungsi
alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilitasi.
a) Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi adalah melakukan alokasi terhadap sumber dana yang
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika pasar
tidak mau memproduksi suatu barang , jasa atau sarana umum karena
pertimbangan inefisiensi, maka Pemerintah melakukan intervensi
dengan menyediakan barang publik, seperti membangun jembatan,
membangun pelabuhan, melakukan fogging untuk memberantas
jentik nyamuk, dan sebagainya.
Dalam kaitan ini, Rosdiana dan Taringan menjelaskan bahwa “Oleh
karena itu, sudah menjadi tugas pemerintah untuk menyediakan
public goods tersebut, apabila ancaman dari public goods adalah
selalu terjadi kekurangan dalam penyediaanya.
Sumber pendanaan yang paling efektif bagi pengadaan barang-barang
public adalah melalui pemungutan pajak. Hal ini sejalan dengan
pendapat Rosdiana dan Taringan bahwa pengadaan public goods
yang didananai oleh pajak mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan alternatif pembiayaan, seperti:
Cetak uang
Pinjaman luar negeri
Pinjaman dalam negeri, seperti menerbitkan obligasi pemerintah.
Menjual cadangan devisa

45
Sebagaimana kita ketahui, mencetak uang yang tidak terkendali dapat
menyebabkan melambungnya harga-harga sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kerawan sosial.
b) Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi adalah menyeimbangkan pembagian pendapatan
masyarakat kaya untuk menyisiskan penghasilannya dengan
mewajibakan mereka membayar pajak sesuai dengan kemampuan.
terkait hal ini, Rosdiana dan Taringan (2205:16-17) menjelaskan
bahwa melalui pemungutan pajak, negara dapat menyediakan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan yang murah
2. Pendidikan yang terjangkau
3. Memberikan subsidi pengadaan rumah murah bagi
masyarakat
4. Menyediakan subsidi barang-barang kebutuhan pokok dan
sebagainya.
c) Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi,
misalnya dengan menetapkan pajak yang tinggi, pemerintahan dapat
mengatasi inflasi, karena jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
Selain itu, untuk mengatasi deflasi atau kelesuan ekonomi,
pemerintah dapat menurunkan pajak. Dengan menurunkan pajak,
jumlah uang yang beredar dapat ditambah sehingga kelesuan
ekonomi yang di antaranya ditandai dengan sulitnya pengusaha
memperoleh modal dapat di atasi. Dengan demikian, perekonomian
diharapkan senantiasa dalam keadaan stabil.
Fungsi stabilisasi menurut Winarno dan Ismaya ditekankan pada
aspek penggunakaan anggarana sebagai kebijakan untuk stabilisasi
harga barangpbarang kebutuhan masyarakt. Untuk menjamini

46
peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan untuk mempertahanankan
kesempatan kerja yang terbuka luas.
Apabila Anda perhatikan fungsi-fungsi pajak sebagaimana
dikemukkan di atas, maka tampak jelas bahwa fungsi pajak amat
penting dalam menjamin kontinuitas pelaksanaan fungsi
pemerintahan negara dan dalam meningkatakan kemakmuran rakyat.
Singkatnya fungsi pajak amat penting dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan guna mewujudkan tujuan nasional, khususnya
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesi.

BAB IV
PENUTUP

47
4.1 Kesimpulan
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(kotraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
penegertian pajak adalah:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan nya
yang sifatnya dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.
4. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain Budgeter (pendanaan) yaitu
Regulerend (mengatur).

4.2 Saran
Saran dari penulis, penulis memberikan saran-saran untuk pihak-pihak yang
terkait dengan harapan dapat bermanfaat untuk semua yang membaca yaitu:
1. Penulis berharap pemerintah untuk memberikan brosur-brosur dengan
gambar dan kalimat ajakan yang menarik wajib pajak mengenai pajak
penghasilan dengan tujuan agar wajib pajak pegawai bersedia melaporkan
pajak penghasilan tanpa perlu adanya peringatan.
2. Penulis berharap kesadaran dalam membayar pajak lebih meningkat
3. Penulis berharap wajib pajak yang terpilih sebagai responden merupakan
wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajaknya sendiri.

48
DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir. 2016. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era
Global. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti
https://cerdika.com/pengertian-pajak/
https://sinta/unud.ac.id.uploads/dokumen_dir
https://www.mypurohith.com/pengertian-hukum/
https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-lembaga.html

49

Anda mungkin juga menyukai