Anda di halaman 1dari 9

Pelatihan Dasar CPNS angkatan 58 2022

Biografi singkat
Presiden
Soeharto
Tugas individu Latsar 2022

Yusuf Rizal Fauzi, S.T., M.T


Presiden Soeharto - Soeharto adalah
Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau
lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni
1921. Bapaknya bernama Kertosudiro
seorang petani yang juga sebagai pembantu
lurah dalam pengairan sawah desa,
sedangkan ibunya bernama Sukirah. Soeharto
masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun,
tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di
Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean. Lalu
pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan
suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke
Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro
lantas memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik
perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.

Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara,


Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada
5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang
anak pegawai Mangkunegaran.
Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember
1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka
dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang
Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang
Adiningsih.

Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir
militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan
tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat
Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Serangan Umum 1 Maret 1949 tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa
Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi salah satu catatan penting saat Republik ini
baru mulai berdiri setelah lepas dari penjajahan Belanda. Banyak versi seputar
Serangan Umum 1 Maret tersebut. Namun demikian, peran Letkol Soeharto tentu
tidak bisa dipisahkan dalam perang untuk merebut kembali Ibu Kota Republik
Indonesia, Yogyakarta. Tujuan utama tentu untuk menaklukkan pasukan Belanda
serta membuktikan pada dunia Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai
kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Alhasil Serangan Umum 1 Maret bisa
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada. Pada tahun 1949,
dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan
penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima
Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan
Irian Barat).

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih


pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangkad, Jenderal Soeharto
ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966,
Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno.
Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-
ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Karena situasi politik yang memburuk
setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak
Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968.
Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia
mengundurkan diri, 21 Mei 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan
secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang
ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama
yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi.
Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia
"bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28
September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau
Orde Baru. Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan
terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi
kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili
pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan
sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru. Program pemerintah
Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi
berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan
rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.
Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang
menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila.

Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dan
pemerintah Orde Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-
1968, tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah dibentuk
Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan
ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya
sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif
stabil.

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah


selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan
pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu
itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka
Panjang. Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima
Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai
tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka
Panjang mencakup periode 25-30 tahun. Pembangunan nasional adalah rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan
dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD
1945.
Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak
mengalami perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa
itu pemerintah sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung
terjadinya stabilitas ekonomi. Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali
melakukan perubahan-perubahan kebijakan terutama dalam hal anggaran negara.
Pada masa pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik
yang dijalankan oleh pemerintah. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan
ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik,
pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.

Pada tahun 1998 merupakan masa kelam bagi Presiden Soeharto dan
masuknya masa reformasi bagi Indonesia, Dengan besarnya demonstrasi yang
dilakukan oleh Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan kepemimpinan
Soeharto serta makin tidak terkendalinya ekonomi serta stabilitas politik Indonesia
maka pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB Pak Harto membacakan pidato
"pernyataan berhenti sebagai presiden RI” setelah runtuhnya dukungan untuk
dirinya. Soeharto telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia
mundur, Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi dalam 6 sampai 12 bulan
sebelumnya. BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa masa
kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada
tahun 1999. Kejatuhan Suharto juga menandai akhir masa Orde Baru, suatu rezim
yang berkuasa sejak tahun 1968.
DAFTAR PUSTAKA

ANRI, Arsip Foto Setneg RI 1966-1989 No 1805

http://www.guruips.com/2019/12/20-peristiwa-penting-sepanjang-orde-baru.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto

https://kepustakaanpresiden.perpusnas.go.id

Anda mungkin juga menyukai