Anda di halaman 1dari 22

ARTIKEL

NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA DALAM PERMAINAN


ANAK TRADISIONAL DI DESA SINDANGKERTA
KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN TASIKMALAYA
Abstract

This study examines the Kaulinan Budak Lembur (Sundanesse village children
traditional games) preservation model in Sindangkerta District of Cipatujah Tasikmalaya.
With qualitative methods and techniques of collecting data through interviews, observation,
focus group discussions, and the literature study,thes study aims to identify the type of
game, the values contained in the game, and the preservation of the children games in
Sindangkerta District of Cipatujah Tasikmalaya. Respondents in this study are managers of
Saung Budaya Tatar KarangCipatujah and village community leaders of Sindangkerta. The
results of this research show that there are twelve type of games that is preserved by
Sindangkerta community. Every game has a life values applied by the mutual love, mutual
teaching, and mutual care (silih asih, silih asah, dan silih asuh). The values in the game are
togetherness, leadership, honesty, tolerance, moderation, etc.

Key words: Preservation of Culture, Philosophical Values, Sundanese Games,


Village Children

A. Pendahuluan
Encang Saepudin & Ninis A. Kebudayaan Sunda kini
Damayani seperti sedang kehilangan ruhnya,
E-mail: encang_saepudin@yahoo.com kemampuan beradaptasi, kemam-
puan mobilitas, kemampuan tumbuh
Dosen FIKOM Universitas dan berkembang, serta kemampuan
Padjadjaran regenerasi. Sebenarnya, Kebudayaan
Sunda termasuk salah satu
kebudayaan suku bangsa di
Indonesia yang berusia tua. Apabila
dibandingkan dengan kebudayaan
Jawa, kebudayaan Sunda sebenarnya
termasuk kebudayaan yang berusia
relatif lebih tua, terutama dalam hal
pengenalan budaya tulis.
Kemampuan beradaptasi
kebudayaan Sunda, terutama dalam
merespon berbagai tantangan yang
muncul, memperlihatkan tampilan
yang kurang begitu menggem-
birakan. Bahkan, kebudayaan Sunda
seperti tidak memiliki daya hidup
apabila berhadapan dengan
tantangan dari luar, sehingga tidak
mengherankan bila banyak unsur
kebudayaan Sunda yang tergeser
oleh kebudayaan luar.

1
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

Salah satu contoh adalah adanya bentuk interaksi secara lisan


penggunaan Bahasa Sunda. Bahasa dalam suatu masyarakat yang
Sunda yang merupakan bahasa memiliki adat-istiadat atau tradisi,
komunitas orang Sunda, di kalangan sehingga pada saat itu tradisi
tertentu semakin jarang digunakan kelisanan lebih mendominasi
oleh pemiliknya sendiri, khususnya daripada tradisi keberaksaraan
para generasi muda Sunda. Lebih (literacy). Adapun bentuk tradisi lisan
memprihatinkan lagi, menggunakan yang berkembang dalam masyarakat
bahasa Sunda dalam komunikasi pada saat itu, menurut Danandjaja
sehari-hari terkadang diidentikkan (1991:21-22), terdiri atas tiga bentuk
GHQJDQ ´keterbelDNDQJDQµ. Akibat- tradisi lisan, yakni (1) tradisi lisan
nya, timbul rasa ¶gengsi· pada orang yang lisan, seperti bahasa rakyat,
Sunda untuk menggunakan bahasa ungkapan tradisional, pertanyaan
Sunda dalam pergaulannya sehari- tradisional, puisi rakyat, cerita prosa
hari. rakyat, dan nyanyian rakyat; (2)
Kondisi ini menunjukkan tradisi lisan yang sebagian lisan,
lemahnya daya hidup dan mutu seperti permainan rakyat, teater
hidup kebudayaan Sunda. Hal ini rakyat, tari rakyat, adat-istiadat,
disebabkan karena ketidakjelasan upacara, dan pesta rakyat; (3) tradisi
strategi dalam mengembangkan lisan yang bukan lisan terbagi
kebudayaan Sunda. Ketidakjelasan menjadi dua sub-kelompok, yakni
strategi kebudayaan yang benar dan yang material (arsitektur rakyat,
tahan uji dalam mengembangkan kerajinan tangan rakyat, makanan
kebudayaan Sunda tampak dari tidak dan minuman rakyat, dan obat-
adanya "pegangan bersama" yang obatan tradisional) dan yang bukan
lahir dari suatu proses yang material (gerak isyarat tradisional,
mengedepankan prinsip-prinsip bunyi isyarat untuk komunikasi
keadilan tentang upaya melestarikan rakyat, dan musik rakyat).
dan mengembangkan secara lebih Salah satu tradisi lisan yang
berkualitas kebudayaan Sunda. sangat dekat dengan masyarakat
Lemahnya budaya baca, tulis, penuturnya adalah nyanyian rakyat.
dan lisan ditengarai juga menjadi Jan Harold Brunvand dalam
penyebab lemahnya daya hidup dan Danandjaja (1991:141), mengemu-
mutu hidup kebudayaan Sunda. NDNDQ EDKZD ´Q\DQ\LDQ UDN\DW
Lemahnya budaya baca telah adalah salah satu genre atau bentuk
menyebabkan lemahnya budaya folklor yang terdiri dari kata-kata
tulis. Lemahnya budaya tulis pada dan lagu, yang beredar secara lisan di
komunitas Sunda secara tidak antara kolektif tertentu, berbentuk
langsung merupakan representasi tradisional, serta banyak mempunyai
pula dari lemahnya budaya tulis dari YDULDQ µ .DUHQD WUDGLVL OLVDQ LWX
bangsa Indonesia. Fakta paling berdasarkan eksistensi para
menonjol dari semua ini adalah penuturnya, maka ketika para
minimnya karya-karya tulis tentang penutur itu meninggal, keberadaan
kebudayaan Sunda ataupun karya tradisi lisan itu menjadi terhambat.
tulis yang ditulis oleh orang Sunda. Keberadaan nyanyian rakyat sebagai
Awal mula tradisi lisan salah satu bentuk dari tradisi lisan
berkembang di Indonesia adalah pada saat ini mulai dikhawatirkan

2
akan keberlangsungannya yang telah oleh seni pop modern yang dianggap
diambang kepunahan. Misalnya, lebih menarik.
nyanyian permainan (play song) yang Berdasarkan uraian diatas
pada masa lalu begitu populer maka masalah yang diangkat akan
digunakan anak-anak dalam dirumuskan dalam bentuk pertanya-
mengiringi permainan mereka; DQ SHQHOLWLDQ \DLWX ´%DJDLPDQD nilai-
sekarang sudah jarang lagi terdengar. nilai Kaulinan Barudak Lembur di
Tradisi lisan yang dimaksud Desa Sindangkerta Kecamatan
adalah nyanyian rakyat, berupa lagu &LSDWXMDK .DEXSDWHQ 7DVLNPDOD\D"µ
yang menjadi pengiring dalam
permainan tradisional anak-anak B. Tinjauan Pustaka
(kakawihan kaulinan barudak lembur) 1. Konsep Kebudayaan
pada masyarakat Sunda. Kaulinan Budaya menurut Koentjara-
barudak Sunda pada awalnya adalah ningrat dalam bukunya Pengantar
jenis permainan yang biasa Antropologi II (2005: 12)
dilakukan oleh barudak urang lembur mengemukakan budaya berasal dari
atau kaulinan di pedesaan. Dalam Bahasa Sansekerta budhi (buddhayah
kaulinan tersebut terdapat lalaguan adalah bentuk jamaknya) yang
atau kakawihan barudak yang EHUDUWL ´3LNLUDQ GDQ DNDOµ
merupakan bagian dari sastra rakyat. Berdasarkan hal tersebut, kebu-
Adapun beberapa contoh kakawihan dayaan merupakan keseluruhan
kaulinan barudak lembur pada yang kompleks, yang di dalamnya
masyarakat Sunda yakni Ucang terkandung pengetahuan, keperca-
Angg , Sur-ser, Tuk-tuk Brung, yaan, kesenian, moral, hukum, adat
Pakaleng-kaleng Agung, dan Ambil- istiadat, dan kemampuan-kemam-
ambilan. Kesemua lagu tersebut puan lain yang didapat seseorang
memiliki irama gembira yang sebagai anggota masyarakat.
didalamnya terdapat kata-kata lucu. Selain itu, Jacobus Ranjabar
Kemudian, pada umumnya anak- dalam buku Sistem Sosial Budaya
anak mempunyai cara dan gaya Indonesia (Ranjabar, 2013: 16) budaya
tersendiri dalam melantunkan diartikan sebagai cara atau sikap
nyanyian-nyanyian tersebut, artinya hidup manusia dalam hubungannya
anak-anak mengetahui isi dan secara timbal balik dengan alam dan
iramanya serta pada waktu kapan lingkungan hidupnya. Hal tersebut,
mereka dapat melantunkannya. di dalamnya sudah tercakup pula
Berbagai jenis kebudayaan segala hasil dari cipta, rasa, karsa,
seperti kesenian tradisional asli dan karya, baik yang fisik materil
Sunda, khususnya seni Sunda buhun maupun yang psikologis, ide dan
(kuno), seperti yang telah spiritual. Dengan kata lain,
disampaikan di atas hampir punah kebudayaan mencakup semua yang
akibat banyak ditinggalkan masya- didapatkan atau dipelajari oleh
rakatnya sendiri. Sebagai seni yang manusia sebagai anggota masya-
menjadi kekayaan budaya lokal, seni rakat. Kebudayaan terdiri atas segala
Sunda buhun terus kehilangan sesuatu yang dipelajari dari pola-pola
penerusnya akibat para pelaku perilaku yang normatif. Hal ini
seninya kurang mendapat tempat artinya mencakup segala cara-cara
dan kurang dihargai publik. Selain atau pola-pola berpikir, merasakan,
itu, seni Sunda buhun ini terdesak dan bertindak.

3
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

Koentjaraningrat dalam dan sebagainya. 2) Kebudayaan itu


bukunya Pengantar Antropologi (2011: tidak diwariskan secara generatif
80) mengemukakan bahwa dalam (biologis) melainkan hanya mungkin
setiap budaya terdapat di dalamnya diperoleh dengan cara belajar. 3)
unsur-unsur yang juga dimiliki oleh Kebudayaan diperoleh manusia
berbagai budaya lain. Selain itu, ia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
juga menyebutkan unsur-unsur masyarakat kemungkinannya sangat
budaya yang universal meliputi kecil untuk membentuk kebudayaan.
sistem religius dan keagamaan, Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak
sistem dan organisasi kemasyara- mungkin manusia (secara individual
katan, sistem pengetahuan, bahasa, maupun kelompok) dapat mem-
kesenian, sistem mata pencaharian pertahankan kehidupannya.
hidup, sistem teknologi dan 2. Konsep Kesundaan
peralatan. Setiap unsur-unsur Konservasi secara umum
budaya universal tersebut menjelma diartikan pelestarian namun demi-
ke dalam tiga wujud budaya, yaitu: kian dalam khazanah para pakar
(a) wujud budaya sebagai kompleks konservasi ternyata memiliki
dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, serangkaian pengertian yang
norma-norma peraturan dan berbeda-beda implikasinya. Istilah
sebagainya; (b) wujud budaya konservasi yang biasa digunakan
sebagai suatu kompleks aktivitas para arsitek mengacu pada Piagam
serta tindakan berpola dari manusia dari International Council of
di dalam suatu masyarakat; dan (c) Monuments and Site (ICOMOS) tahun
wujud budaya sebagai benda-benda 1981 yang dikenal dengan Burra
hasil karya manusia. Charter.
Definisi lain dikemukakan Burra Charter menyebutkan
oleh Ralph Linton dalam bukunya, ´konservasi adalah konsep proses
The Cultural background of personality, pengelolaan suatu tempat atau ruang
bahwa kebudayaan adalah atau obyek agar makna kultural
konfigurasi dari tingkah laku yang yang terkandung didalamnya
dipelajari dan hasil tingkah laku, WHUSHOLKDUD GHQJDQ EDLN µ Pengertian
yang unsur-unsur pembentukannya ini sebenarnya perlu diperluas lebih
didukung dan diteruskan oleh spesifik yaitu pemeliharaan
anggota masyarakat tertentu. morfologi (bentuk fisik) dan
Berdasarkan penjelasan fungsinya. Kegiatan konservasi
diatas, dapat disimpulkan bahwa: 1) meliputi seluruh kegiatan
Kebudayaan adalah segala sesuatu pemeliharaan sesuai dengan kondisi
yang dilakukan dan dihasilkan dan situasi lokal maupun upaya
manusia, meliputi: a) Kebudayaan pengembangan untuk pemanfaatan
material (bersifat jasmaniah) yang lebih lanjut. Bila dikaitkan dengan
meliputi benda-benda ciptaan kawasan, maka konservasi kawasan
manusia, misalnya kendaraan, alat atau sub bagian kota mencakup
rumah tangga, dan lain-lain; b) suatu upaya pencegahan adanya
Kebudayaan non material (bersifat aktivitas perubahan sosial atau
rohaniah) yaitu semua hal yang tidak pemanfaatan yang tidak sesuai dan
dapat dilihat dan diraba, misalnya bukan secara fisik saja.
agama, bahasa, ilmu pengetahuan

4
Suatu program konservasi agar persyaratan teknis
sedapat mungkin tidak hanya bangunan terpenuhi (Ref.
dipertahankan keaslian dan UNESCO.PP. 36/2005).
perawatannya, namun tidak c. Preservasi (dalam konteks
mendatangkan nilai ekonomi atau yang luas) ialah kegiatan
manfaat lain bagi pemilik atau pemeliharaan bentukan fisik
masyarakat luas. Konsep pelestarian suatu tempat dalam kondisi
yang dinamik tidak hanya eksisting dan memperlambat
mendapatkan tujuan pemeliharaan bentukan fisik tersebut dari
bangunan tercapai namun dapat proses kerusakan.
menghasilkan pendapatan dan d. Preservasi (dalam konteks
keuntungan lain bagi pemakainya. yang terbatas) ialah bagian
Dalam hal ini peran arsitek sangat dari perawatan dan
penting dalam menentukan fungsi pemeliharaan yang intinya
yang sesuai karena tidak semua adalah mempertahankan
fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan keadaan sekarang dari
yang dilakukan ini membutuhkan bangunan dan lingkungan
upaya lintas sektoral, multi dimensi cagar budaya agar kelayakan
dan disiplin, serta berkelanjutan. Dan fungsinya terjaga baik (Ref.
pelestarian merupakan upaya untuk UNESCO.PP. 36/2005).
menciptakan pusaka budaya masa e. Konservasi (dalam konteks
mendatang (future heritage), seperti yang luas) ialah semua proses
kata sejarawan bahwa sejarah adalah pengelolaan suatu tempat
masa depan bangsa. Masa kini dan hingga terjaga signifikasi
masa depan adalah masa lalu budayanya. Hal ini termasuk
generasi berikutnya. pemeliharaan dan mungkin
Bentuk-bentuk dari kegiatan (karena kondisinya) termasuk
konservasi antara lain: tindakan preservasi, restorasi,
a. Restorasi (dalam konteks rekonstruksi, konsolidasi
yang lebih luas) ialah serta revitalisasi. Biasanya
kegiatan mengembalikan kegiatan ini merupakan
bentukan fisik suatu tempat kombinasi dari beberapa
kepada kondisi sebelumnya tindakan tersebut.
dengan menghilangkan tam- f. Konservasi (dalam konteks
bahan-tambahan atau merakit terbatas) dari bangunan dan
kembali komponen eksisting lingkungan ialah upaya
dengan menggunakan mate- perbaikan dalam rangka
rial baru. pemugaran yang menitik-
b. Restorasi (dalam konteks beratkan pada pembersihan
terbatas) ialah kegiatan dan pengawasan bahan yang
pemugaran untuk mengem- digunakan sebagai konstruksi
balikan bangunan dan bangunan, agar persyaratan
lingkungan cagar budaya teknis bangunan terpenuhi.
semirip mungkin ke bentuk (Ref. UNESCO.PP. 36/2005).
asalnya berdasarkan data g. Rekonstruksi ialah kegiatan
pendukung tentang bentuk pemugaran untuk mem-
arsitektur dan struktur pada bangun kembali dan
keadaan asal tersebut dan memperbaiki seakurat

5
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

mungkin bangunan dan Tata Perkotaan dan Tata


lingkungan yang hancur Pede-saan).
akibat bencana alam, bencana j. Pemugaran adalah kegiatan
lainnya, rusak akibat terbeng- memperbaiki atau memulih-
kalai atau keharusan pindah kan kembali bangunan
lokasi karena salah satu sebab gedung dan lingkungan cagar
yang darurat, dengan meng- budaya ke bentuk aslinya dan
gunakan bahan yang tersisa dapat mencakup pekerjaan
atau terselamatkan dengan perbaikan struktur yang bisa
penambahan bahan bangunan dipertanggungjawabkan dari
baru dan menjadikan ba- segi arkeologis, historis dan
ngunan tersebut layak fungsi teknis. (Ref. PP.36/2005).
dan memenuhi persyaratan Kegiatan pemulihan arsitek-
teknis. (Ref. UNESCO.PP. tur bangunan gedung dan
36/2005). lingkungan cagar budaya
h. Konsolidasi ialah kegiatan yang disamping perbaikan
pemugaran yang menitik- kondisi fisiknya juga demi
beratkan pada pekerjaan pemanfaatannya secara
memperkuat, memperkokoh fungsional yang memenuhi
struktur yang rusak atau persyaratan keandalan
melemah secara umum agar bangunan.
persyaratan teknis bangunan
terpenuhi dan bangunan tetap C. Metode Penelitian
layak fungsi. Konsolidasi Penelitian ini menggunakan
bangunan dapat juga disebut pendekatan kualitatif (Travers, 2001;
dengan istilah stabilisasi Neuman, 1994). Pendekatan kualitatif
kalau bagian struktur yang memfokuskan telaahnya pada
rusak atau melemah bersifat makna-makna subyektif, pengertian-
membahayakan terhadap pengertian, metafor-metafor, simbol-
kekuatan struktur. simbol, dan deskripsi-deskripsi ihwal
i. Revitalisasi ialah kegiatan suatu kasus spesifik yang hendak
pemugaran yang bersasaran diteliti. Pendekatan ini dipilih agar
untuk mendapatkan nilai studi ini memperolah gambaran
tambah yang optimal secara detail dan mendalam informasi
ekonomi, sosial, dan budaya mengenai suatu gejala sosial tertentu
dalam pemanfaatan bangun yang bersifat fenomenologis.
an dan lingkungan cagar Berdasarkan tujuannya, penelitian ini
budaya dan dapat sebagai termasuk dalam kategori penelitian
bagian dari revitalisasi deskriptif, yaitu penelitian yang
kawasan kota lama untuk berusaha menggambarkan rincian-
mencegah hilangnya aset-aset rincian spesifik dari situasi, setting
kota yang bernilai sejarah sosial atau relasi-relasi sosial yang
karena kawasan tersebut berlangsung dalam lingkup subyek
mengalami penurunan pro penelitian.
duktivitas. (Ref. UNESCO.PP. Berdasarkan azas penelitian
36/2005, Ditjen PU-Ditjen kualitatif, analisis data dilakukan di
lapangan dan bahkan bersamaan

6
dengan proses pengumpulan data. berupa reduksi data, penyajian data
Reduksi data dan sajian data dan penarikan kesimpulan atau
merupakan dua komponen dalam verifikasi data. Semua langkah
analisis data. Penarikan kesimpulan tersebut dilakukan secara bersamaan
dilakukan jika pengumpulan data semenjak di tempat penelitian hingga
dianggap cukup memadai dan proses akhir penyusunan laporan.
dianggap selesai. Jika terjadi Dalam penelitian ini dilakukan
kesimpulan yang dianggap kurang langkah-langkah sebagai berikut: 1)
memadai, diperlukan aktivitas Pengumpulan data secara manual
verifikasi dengan sasaran yang lebih diikuti pengecekan agar menghindari
terfokus. Ketiga komponen aktivitas kemungkinan ada data yang tidak
tersebut saling berinteraksi sampai jelas pada jawaban; 2) Menempatkan
diperoleh kesimpulan yang mantap. jawaban informan pada setiap
Menurut S. Nasution (1989: kategori sesuai dengan jawaban
27), case study atau metode studi mereka; 3) Penyusunan hasil temuan
kasus ialah bentuk penelitian yang lapangan secara deskriptif serta
mendalam tentang suatu aspek analisis dari berbagai temuan yang
lingkungan sosial termasuk manusia ada; 4) Penyusunan dan analisis data
di dalamnya. Case study dapat melalui berbagai arsip, baik arsip
dilakukan terhadap individu, formal maupun informal.
segolongan manusia, lingkungan
hidup manusia atau lembaga sosial. D. Hasil Penelitian dan
Metode ini dipandang efektif karena Pembahasan
mampu digunakan untuk mencari 1. Jenis-Jenis Kaulinan
motif-motif di balik fakta sosial yang Barudak Lembur
tampak secara empirik. Oleh karena Permainan tradisional anak-
itu, pendekatan yang digunakan anak adalah salah satu genre atau
dalam penelitian ini lebih bertumpu bentuk folklore yang berupa
pada pendekatan psikologi sosial permainan (game). Permainan
sebagai salah satu cabang ilmu sosial (Sunda: kaulinan) ini beredar secara
yang telah matang. lisan di antara anggota kolektif
Melalui metode studi kasus, tertentu, berbentuk tradisional, dan
pemaparan yang akan dikemukakan diwarisi turun-temurun. Selain itu,
dalam hasil penelitian tidak lain permainan tradisional memiliki
merupakan fakta-fakta yang banyak variasi. Oleh karena itu,
ditemukan selama penelitian dilaku- permainan ini termasuk folklore
kan dan pemaparan hasil penelitian memiliki sifat atau sudah tua
akan dilakukan secara deskriptif usianya, tidak diketahui asal-
berdasarkan data kualitatif dan usulnya, siapa penciptanya, dan dari
kuantitatif yang ada. mana asalnya. Biasanya permainan
Teknik yang digunakan ini disebarkan dari mulut ke mulut
dalam proses pengumpulan data dan kadang-kadang mengalami
dilakukan dengan cara observasi, perubahan nama atau bentuk
wawancara, studi dokumentasi, dan meskipun dasarnya sama. Jika dilihat
focus group discussion (FGD). dari akar katanya, permainan
Analisis data yang digunakan tradisional tidak lain adalah kegiatan
dalam penelitian ini adalah analisis yang diatur oleh suatu peraturan
data deskriptif yang secara umum permainan yang merupakan

7
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

pewarisan dari generasi terdahulu a. Permainan Galah


yang dilakukan manusia (anak-anak) Permainan ini biasanya
dengan tujuan mendapat kegembi- dimainkan oleh anak laki-laki, tapi
raan (Danandjaja, 1997). bisa juga dimainkan oleh tim
Permainan tradisional bisa campuran laki-laki dan perempuan.
dikategorikan dalam tiga golongan Cara bermain galah dimulai dari
yaitu permainan untuk bermain membuat garis-garis penjagaan
(rekreatif), permainan untuk dengan kapur seperti lapangan bulu
bertanding (kompetitif), dan tangkis, bedanya tidak ada garis
permainan yang bersifat edukatif. yang rangkap. Setelah itu, membagi
Permainan tradisional yang bersifat pemain menjadi dua tim, satu tim
rekreatif pada umumnya dilakukan terdiri dari 3-5 atau dapat
untuk mengisi waktu senggang. disesuaikan dengan jumlah peserta.
Permainan tradisional yang bersifat 6DWX WLP DNDQ PHQMDGL WLP ´MDJDµ GDQ
kompetitif, memiliki ciri-ciri: tim yang lain akan menjadi tim
terorganisasi, bersifat kompetitif, ´ODZDQµ
dimainkan oleh paling sedikit 2 Anggota tim yang mendapat
orang. Permainan ini mempunyai JLOLUDQ ´MDJDµ DNDQ PHQMDJD
kriteria yang dapat menentukan lapangan. Caranya yang dijaga
siapa yang menang dan yang kalah, adalah garis horisontal dan ada juga
serta mempunyai peraturan yang yang menjaga garis batas vertikal.
diterima bersama oleh pesertanya. Untuk penjaga garis horisontal
Sedangkan permainan tugasnya adalah berusaha untuk
tradisional yang bersifat edukatif menghalangi lawan mereka yang
memiliki unsur pendidikan di juga berusaha untuk melewati garis
dalamnya. Melalui permainan seperti batas yang sudah ditentukan sebagai
ini anak-anak diperkenalkan dengan garis batas bebas. Bagi seorang yang
berbagai macam keterampilan dan mendapatkan tugas untuk menjaga
kecakapan yang nantinya akan garis batas vertikal maka tugasnya
mereka perlukan dalam menghadapi adalah menjaga keseluruhan garis
kehidupan sebagai anggota batas vertikal yang terletak di tengah
masyarakat. Inilah salah satu bentuk lapangan.
pendidikan yang bersifat non-formal Sedangkan tim yang menjadi
di dalam masyarakat. Permainan- ´ODZDQµ KDUXV EHUXVDKD PHOHZDWL
permainan jenis ini menjadi alat baris ke baris hingga baris paling
sosialisasi untuk anak-anak agar belakang, kemudian kembali lagi
mereka dapat menyesuaikan diri melewati penjagaan lawan hingga
sebagai anggota kelompok sosialnya. sampai ke baris awal. Lawan harus
Berikut adalah di antara bisa masuk ke garis (kalang) musuh
permainan anak-anak yang disebut GHQJDQ WLGDN ´katoelµ (tersentuh). Jika
dengan kaulinan urang lembur salah satu anggota tim lolos dari
(permainan anak kampung) yang ´toelanµ PDND WLP WHUVHEXW GLNDWDNDQ
masih hidup sampai sekarang ini di behasil/menang dengan orang yang
Desa Sindangkerta Cipatujah EHUVDQJNXWDQ PHQJDWDNDQ ´Asinµ Di
Kabupaten Tasikmalaya. tempat lain, permainan ini disebut
GHQJDQ ¶galasin · VHEDJDL VLQJNDWDQ
GDUL ¶JDODK· GDQ ¶asin ·

8
Lokasi bermain bergantung kemenangan dari kaulinan ini adalah
musim. Di kala bulan Ramadan dengan menginjak lingkaran di
kaulinan ini dimainkan di pesisir. kalang lawan dengan mengatakan
Tapi di luar bulan Ramadan biasa LVWLODK ´Gulµ 3HUPDLQDQ LQL ELDVDQ\D
kaulinan ini dimainkan di sekitar dimainkan di sekitar buruan lembur
halaman (buruan). Sedangkan ukuran (halaman rumah). Tapi bila bulan
kalang dibuat berdasarkan Ramadan permainan ini bisa
pertimbangan: a) disesuaikan dengan dimainkan di pesisir.
luas lokasi/tempat di mana
permainan tersebut dimainkan; b) c. Permainan Encrak
dibuat sesuai kesepakatan kedua tim Permainan encrak yang ada di
yang akan bermain, semakin kecil wilayah Sindang Kerta ada dua jenis,
kalang semakin menunjukkan yakni encrak alung dan encrak jepit.
kualitas tim yang akan bermain. Pada encrak alung (lempar) masing-
masing anggota tim memiliki batu
b. Permainan Baren ´kojoµ (utama, jagoan) sebagai
Permainan ini lazimnya pangalung (pelempar). Sedangkan
dimainkan oleh anak laki-laki, tapi kaulinan encrak capit atau jepit, tidak
anak perempuan bukan berarti tidak menggunakan batu alung, tapi cukup
boleh, kalau ada tantangan dari tim dengan tangan ada yang mengepal
wanita lain biasanya baru permainan dengan kedua jemari telunjuk
ini bisa dimainkan oleh anak menjepit batu yang dipilih atau
perempuan, atau biasa tim campuran keukeuyeupan (pura-pura kepiting)
laki-laki dan perempuan. Permainan yaitu jemari ditekuk dan ditumpuk
LQL GLPXODL GHQJDQ GLEXDW ´*DULVµ membentuk seperti kaki kepiting dan
sebagai wilayah kalang tim, jari telunjuk dan ibu jari berfungsi
bentuknya berbeda dengan kalang di sebagai penjepitnya. Berikut
kaulinan galah. Dalam kaulinan ini gambaran kedua jenis permainan
sebatas garis pembatas sebagai titik tersebut.
tolak dan titik balik tim keluar dan 1) Encrak along/alung
pulang. Anu kaberik dan katoél (yang Permainan encrak along ini
terkejar dan tersentuh) dimanapun fokusnya merupakan kaulinan anak
tempatnya maka itu dinyatakan perempuan, jarang sekali anak laki-
kalah. Anu katoel (yang tersentuh) laki memainkan kaulinan ini. Sifat
sanksinya ditahan di depan kalang permainan ini beregu dan sebelum
(garis) lawan, baru bisa lepas ketika bermain mereka mencari dulu batu
mereka yang ditahan bisa ditoel (bisa yang terhampar di sekitar buruan
disentuh) oleh salah satu temannya, lembur, atau yang rajin biasanya
apapun caranya. sudah memiliki koleksi batu
Jarak antara garis kalang termasuk batu pangalung yang
sendiri dengan kalang lawan merupakan batu terpilih dari sekian
umumnya berjarak 50-100 meter. batu yang ada.
3ROD SHUPDLQDQQ\D VDOLQJ ´oconanµ Sistem bermain diawali
(mempermainkan) antara perwakilan dengan membentuk kelompok
dari masing-masing, Salah satu dengan cara suten (suit) atau
tujuannya adalah melatih serta hompimpah, setelah tim terbagi
menguji ketangkasan kolekif dan menjadi dua kelompok maka
individu serta kerjasama tim. Ciri masing-masing kelompok segera

9
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

memilih Sang Indung sebagai ibu jari berfungsi sebagai


pemimpin kelompoknya. Salut penjempitnya.
Indung maka salut semuanya,
sedangkan jika salah satu anggota d. Permainan Beklen
tim salut hal itu hanya berlaku untuk Permainan beklen merupakan
dirinya sendiri, sehingga tim masih permainan anak perempuan, jarang
bisa melanjutkan permainan setelah sekali anak laki-laki memainkan
tim lawan ada yang salut. Begitulah permainan ini. Bola beklen yaitu bola
permainan itu berjalan, sampai tim karet berukuran kecil dan kewuk
mana yang paling akhir salut dan sebagai pengganti batunya, di daerah
dinyatakan kalah. Pada encrak along yang jauh dari pantai ada juga yang
ini, masing-masing anggota tim menggunakan tutup botol limun.
PHPLOLNL EDWX ´kojoµ VHEDJDL Kewuk atau tutup limun yang acak-
pangalungnya. Dikatakan salut ini DFDNDQ VHWHODK GL ´hearkeunµ
NHWLND WDQJDQ PHUHND ´gudig,µ yaitu (dihamparkan) harus diambil satu
jemarinya menyentuh salah satu batu persatu sambil mengalungkan bola.
yang terhampar. Maka supaya tidak Di babak selanjutnya ada yang
gudig mereka harus teliti, jeli, cermat GLVHEXW ´PL WDQJNXEµ JLOLUDQ
dan mengintip batu yang WHOXQJNXS GDQ ´PLQDQJNDUDNµ
berdempetan. Permainan encrak (giliran telentang), begitulah
biasanya di teras rumah atau di seterusnya. Lokasi bermain beklen
halaman. Ukuran atau wilayah biasanya di teras rumah.
permainan seluas teras yang tersedia Ukuran/wilayah permainan seluas
saja, sehingga anak-anak yang teras yang tersedia saja.
bermain dapat menyesuaikan diri.
2) Encrak Jepit e. Permainan Tak-takan
Hampir sama dengan encrak Permainan ini merupakan
along, encrak jepit juga merupakan permainan khusus anak laki-laki.
kaulinan anak perempuan, jarang Permainan ini merupakan permainan
sekali anak laki-laki memainkan beregu. Pemilihan anggota tim
kaulinan ini. Sifat permainan ini dilakukan dengan suten atau
beregu dan sebelum bermain mereka hompimpah. Dari masing-masing
mencari dulu batu yang terhampar di anggota regu akan memilih pasangan
sekitar buruan lembur (halaman lawan yang cocok dengan dirinya.
kampung), atau yang rajin biasanya Setelah itu mereka langsung saling
sudah memiliki koleksi batu. serang sesuai dengan lawan masing-
Pola permainannya sama masing. Wilayah serangan (yang
dengan encrak along, yang boleh menjadi sasaran) dari tak-takan
membedakan adalah bahwa dalam (mirip pedang-pedangan) ini dari
kaulinan encrak capit, tidak bagian pinggang ke kaki. Ketika betis
menggunakan batu alung, tapi cukup kena pecutan pedang maka ia kalah,
dengan tangan ada yang mengepal begitu lah permainan ini berlangsung
dengan kedua jemari telunjuk sampai ada pemenangnya. Di akhir
menjepit batu yang dipilih atau permainan ada yang diarak sebagai
keukeuyeupan yaitu jemari ditekuk orang yang dijagokan, yakni anggota
dan ditumpuk membentuk seperti tim yang tidak terkalahkan. Yang
kaki kepiting dan jari telunjuk dan tidak terkalahkan ini adalah orang

10
yang tidak pernah terkena pecutan Permainan ini bisa dilakukan
pedang lawan. oleh laki-laki maupun perempuan.
Lokasi yang dipakai untuk Namun, pada umumnya permainan
bermain tak-takan biasanya di ini dilakukan oleh anak laki-laki
tempat lapang, seperti lapangan yang mulai dari pemilihan bahan sampai
ada buruan lembur, atau sawah habis pada pembuatannya, sedangkan
panen yang dekat dengan lembur perempuan hanya mengikuti
(perkampungan penduduk). Kadang- permainan ini dan ikut serta dalam
kadang permainan ini dilakukan di membunyikan empet-empetan saja.
pesisir, tapi jarang sekali dilakukan, Permainan ini titik tekannya
karena tak-takan perlu halang pada keterampilan dan kecermatan
rintang, perlu tempat bersembunyi memilih tangkai padi yang baik dari
dan tameng. Oleh karena itu, wilayah hamparan padi di sawah dengan cara
permainan bisa dikatakan luas, siapa yang lebih cepat. Kemudian
keliling lembur atau saling serang dilanjutkan siapa yang lebih cepat
antara kampung, sehingga masing- membuat empet (terompet) dan bisa
masing memiliki strategi; baik berbunyi. Setelah ini empet jerami ini
tempat berlindung atau pun tempat dimainkan bisa secara kelompok
menyerang. (rampak empet) atau pun individu.
Seakan ada unjuk kemampuan
f. Permainan Momoroan (kabisa) di depan teman dan orang
Permainan ini merupakan tua.
kaulinan khusus anak laki-laki. Permainan ini bisa dilakukan
Permainan ini titik tekannya pada di dua tempat, yakni: 1) dilokasi
bermain keterampilan dari daun pesawahan, biasanya dilakukan di
salak dan membunyikannya. pipir saung (pinggir dangau) sawah,
Permainan daun salak ini dibunyikan dan 2) di pipir lembur umumnya di
untuk menirukan suara-suara hewan pos kamling atau rumah kosong.
buruan atau pemburu itu sendiri. Ukuran atau wilayah permainan
Permainan ini merupakan permainan tidak terbatas, mengikuti bagaimana
rampak musikal dari suara yang ukuran saung, atau pos kamling serta
dihasilkan antara ujung tangkai daun buruan lembur yang tersedia, yang
salak dengan sebilah golok yang ada jelas biasanya diusahakan tidak
di atas paha anak terebut atau sebilah ´QJDJDQGHQJDQµ (membuat bising)
golok yang sedang dipegang sambil kepada orang lain.
berjalan.
Permainan ini biasanya sesuai
lokasi, misalnya momoroan dilakukan h. Empet-Empetan Kalari
di hutan ketika moro (berburu) dan Permainan ini dilakukan oleh
dilakukan sambil berjalan/bergerak. anak laki-laki, tapi anak-anak
Kakapalan dilakukan di dekat kolam perempuan pun bisanya ikut dalam
atau sungai. Sesekali kaulinan ini kaulinan ini. Permainan ini titik
pun dilakukan di buruan (halaman). tekannya pada bermain keterampilan
Oleh karena itu, secara lokasi dan kecermatan memilih daun
permainan ini tidak terbatas. kelapa yang baik terutama yang jatuh
dari pohon secara alami. Kemudian
g. Permainan Empet-empetan dilanjutkan siap yang lebih cepat
membuat empet dan bisa berbunyi.

11
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

Setelah ini empet ini dimainkan bisa ruas bambu. Para penembak boleh
secara kelompok (rampak empet) dan menembak dari batas leher ke kaki.
individu. Pada umumnya permainan Pola permainannya bervariasi: 1) ada
ini menjadi ajang untuk berdasarkan sasaran tembak; di sini
menunjukkan pembuat dan yang dinilai berdasarkan ketepatan
pemainnya. menembak; 2) perang beregu; disini
Permainan ini biasanya adu strategi, yang dinyatakan kalah
dilakukan di belakang rumah atau di adalah regu yang paling duluan
buruan lembur bahkan sering anggotanya tertembak.
dilakukan di pos kamling atau saung Lokasi permainan ini di
dekat lembur. Lokasi bermain ini sekitar lembur, namun tidak boleh
yang membedakan dengan empet dilakukan di lembur yang banyak
jerami. Tempat dilakukannya orang. Wilayah permainan tak
permainan sama dengan permainan terbatas, tapi wilayah permainan
empet-empetan lainnya, yaitu yang kaulinan ini cukup memerlukan
penting tidak membuat bising orang wilayah yang luas. Permainan ini
kampung. bisa menggunakan wilayah antar
kampung. Biasanya ada juga yang
i. Permainan Sepak Cepeng marag (dari kampung sebelah
Permainan Sepak Cepeng menantang perang) sehingga area
merupakan permainan anak laki-laki. perang yang digunakan antar
Permainan ini titik tekannya pada kampung sebelah tapi masing-
bermain keterampilan dan masing regu disuit, tiap regu
kecermatan memilih daun kelapa markasnya di kampung sebelah
yang baik. Di sini tidak ada siapa orang lain.
yang lebih cepat selesai membuat
bola, tapi disini permainannya siapa k. Permainan Papancuhan
yang paling lama memain-mainkan Permainan ini biasanya
bola dan tidak jatuh ke tanah. dimainkan oleh anak laki-laki dan
Permainan ini polanya bisa beregu perempuan. Bermain papancuhan
atau individu. dilakukan secara beregu, bisa regu
Permainan ini biasanya di campuran atau kompetisi gender. Di
halaman rumah yang cukup lapang. kala laut sedang menuju pasang
Wilayah permainan tidak terbatas, dalam bahasa Sunda istilahnya
permainan ini bisa menyesuaikan ´masangkeunµ DQDN-anak bermain
dengan lokasi yang tersedia. Oleh papancuhan ini, dan sebelumnya
karena itu, ukuran permainan ini mereka mencari dari sampah pantai
tidak memerlukan wilayah yang luas. (sarah) atau membuat batangan kayu
sekitar 70-100 cm dan di ujungnya
j. Permainan Bedil Pecat ada cagak yang fungsinya untuk
Permainan Bedil Pecat duduk ketika air pasang
biasanya dimainkan oleh anak laki- menghampirinya. Permainan ini
laki. Bebedilan ini terbuat dari biasanya dilakukan beregu. Teknik
bambu, kira-kira 40-50 cm, dibuat permainannya adalah siapa yang
pamecat (pendorong) yang sama lebih dulu mampu menancapkan
terbuat dari bambu. Fungsi pamecat batangan kayu ke pasir di kala
untuk menekan peluru keluar dari ombak sedang surut; dan pancuh

12
(batang kayu) siapa/tim mana yang 2. Nilai-Nilai Kesundaan
paling kuat tidak roboh kala Terkait dengan konsep
diterjang ombak, begitu seterusnya. penanaman nilai karakter, pelestarian
Permainan ini berlokasi di kaulinan barudak lembur di desa
pesisir yang datar dan tidak ada Sindangkerta sudah berjalan dengan
karangnya. Permainan ini dilakukan konsep tersebut. Konsep pelestarian
ketika air mulai pasang. Ukuran atau ini dimotori oleh lembaga informasi
wilayah permainan cukup luas, Saung Budaya Tatar Karang yang
karena permainan ini cukup dibentuk oleh kelompok masyarakat
berbahaya, sehingga antar regu pun pecinta budaya Cipatujah.
harus agak berjauhan. Karena kalau Pelestarian kaulinan barudak lembur
batang kayu terhempas ombak bisa tersebut menggunakan konsep silih
melukai pemain, sehingga biasanya asih, silih asah, silih asuh. Konsep ini
ada tim medisnya dari masing- mengacu pada konsep world view
masing regu, tentunya peralatan budaya Sunda yang mengandung
medisnya dari alam saja. nilai-nilai kearifan lokal (local
wisdom).
l. Permainan Bebentengan Budaya Sunda memiliki world
Permainan bebentengan view berisi ´VLOLK DVLh, silih asah, silih
(membuat benteng) biasanya DVXKµ. Silih asah bermakna saling
dilakukan oleh anak laki-laki dan mencerdaskan, saling memperluas
perempuan. Permainan ini polanya wawasan dan pengalaman lahir
beregu, dari masing-masing regu ada batin. Silih asuh mengandung makna
pengawasnya. Para pengawas ini membimbing, mengayomi, membina,
bertanggungjawab atas keselamatan menjaga, mengarahkan dengan
dan keutuhan karya dari hempasan seksama agar sehat lahir dan batin.
ombak pasang. Regu yang bermain Silih asih bermakna tingkah laku yang
boleh lebih dari duga regu, lebih memperlihatkan kasih sayang yang
banyak lebih baik. Yang menang tulus (Suryalaga, 2003).
adalah yang bentengnya kuat Menurut Suryalaga (2003)
dihempas ombak, dan regu yang konsep dasar silih asih bermakna
paling cepat menyelesaikan membuat tingkah laku yang memperlihatkan
benteng serta benteng yang paling kasih sayang yang tulus. Indikator
menarik itulah pemenangnya. silih asih ditandai sebagai berikut:
Biasanya ada tim penilai dari luar (1) Asih memerlukan
regu. kesabaran. Bertemunya dua pihak
Lokasi bermain bebentengan yang saling bersaing, diperlukan
adalah wilayah pesisir yang kesabaran dalam menamatkan
menghampar dan tidak ada permainan yang sedang berlangsung
karangnya, dan dimainkan ketika air dari kedua belah pihak.
mulai surut. Wilayah permainan (2) Asih memerlukan
tidak terlalu luas seperti kaulinan pengorbanan. Rasa asih bisa beragam
papancuhan, karena bebentengan tidak bentuknya, bisa moril maupun
terlalu beresiko, hanya perlu materil. Kadangkala rasa asih lebih
kewaspadaan kalau-kalau empasan mengedepankan kepentingan diri
ombak ke bebentengan bisa masuk yang bersifat egois, padahal sejatinya
mata. rasa asih adalah kemampuan
mengorbankan kepentingan individu

13
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

untuk kepentingan yang lebih besar, memerlukan kerja sama.


dalam hal ini adalah permainan itu Terwujudnya proses asih tidak bisa
sendiri. hanya dilakukan sepihak tanpa ada
(3) Asih memerlukan nilai dan kerjasama dari pihak lain untuk
tujuan. Rasa asih adalah sesuatu yang mencapai tujuan bersama. (10) Asih
bersifat abstrak, berkaitan dengan memerlukan kebersamaan. Pada saat
nilai spiritual. Nilai kemanusiaan menghadapi rintangan, adanya
sangat ditentukan oleh rasa asih kesamaan rasa senasib
terhadap orang lain dan meluas ke sepenanggungan akan melahirkan
luar dirinya dan berujung pada rasa komitmen untuk saling setia untuk
asih pada sang Maha Pencipta, saling mendukung baik dalam
sebagai sumber kasih sayang abadi. keadaan suka maupun duka. (11)
Dalam idiomatika Sunda dikenal Asih memerlukan rasa damai. Setelah
sebagai istilah deheusna kawula Gusti terwujudnya proses asih, maka akan
yaitu bertemunya rasa cinta dari berdampak pada pemaknaan
manusia kepada Tuhannya. hubungan yang lebih dalam sehingga
(4) Asih memerlukan masing-masing pihak berupaya
tanggung jawab. Terwujudnya hidup rukun. Rukun diartikan
proses silih asih diperlukan tanggung sebagai hubungan baik antar
jawab untuk menghargai hak dan manusia, alam, lingkungan di mana
kewajiban dari pihak yang yang kita berada, dan Tuhan Yang Maha
berperan sebagai subjek dan objek. Esa yang disertai nilai damai (peace),
(5) Asih memerlukan dedikasi. Yaitu penghargaan (respect), kasih sayang
adanya keteguhan hati yang harus (love), persatuan/ kesatuan, berbagi
disertai semangat dan tekad saat (sharing), perhatian (caring),
menghdapai rintangan. (6) Asih persatuan/kesatuan (unity). (12) Asih
memerlukan disiplin. Proses silih asih kadangkala menimbulkan
memerlukan disiplin diri untuk kepedihan. Karena rasa asih adalah
membatasi diri terhadap apa yang suatu gerak batin yang kadangkala
bukan hak dirinya, mampu sangat bersifat egois, maka tidak
menghormati batasan dan setia jarang bbisa menimbulkan
menjaga batasan tersebut. (7) Asih kepedihan. Tetapi bila rasa
memerlukan ekspresi diri. Rasa asih kepedihan itu bisa dirasionalisasikan
berada dalam tataran perasaan. dan disublimasikan maka kepedihan
Seseorang yang tidak mampu bisa berubah menjadi keihklasan.
mengekspresikan rasa asih-nya Dan sangat banyak rasa asih
disebut kurang memiliki mental yang ditransformasikan ke dalam karya-
sehat. Sedangkan manusia yang sehat karya seni yang bermutu sebagai
mentalnya adalah manusia yang hasil wujud sublimasi rasa asih.
menyadari dirinya sebagai mahluk Konsep dasar silih asah
sosial yang dapat mengekspresikan bermakna saling mencerdaskan,
rasa asih-nya kepada sesama. (8) Asih saling memperluas wawasan dan
memerlukan kejujuran. Untuk pengalaman lahir batin. Indikator
menjalin proses asih, diperlukan silih asah ditandai sebagai berikut: (1)
landasan nilai kejujuran yaitu Asah memerlukan visi dan misi
kesediaan menerima keadaan yang untuk mencapai tujuan. Hidup yang
dikasihi apa adanya. (9) Asih terarah adalah hidup yang visioner,

14
yaitu hidup yang bermakna kembangnya ilmu. (8) Asah
mempunyai tujuan yang hendak memerlukan kejujuran. Kejujuran
dicapai. Oleh karenanya memerlukan dalam konteks penyampaian ilmu
strategi untuk meraih tujuan secara pengetahuan bersifat objektif; dalam
bertahap. Hal ini memerlukan ilmu arti memerlukan sifat ikhlas daripada
pengetahuan untuk memfasilitasi bermotifkan subjektifitas yang bisa
strategi tersebut. (2) Asah EHUDOLK PHQMDGL ¶SHPDQIDDWDQ· XQWXN
memerlukan semangat, yang keuntungan salah satu pihak. (9)
menandakan ukuran daya tahan Asah memerlukan kerja yang
seseorang pada keteguhan dan berkesinambungan. Ilmu
kekuatan untuk bertahan mencari pengetahuan adalah proses yang
jalan keluar dari masalah. (3) Asah yang berkesinambungan. Maka
memerlukan alat ukur untuk proses silih asah adalah proses
mencapai tujuan. Tujuan silih asah berkelanjutan yang sejalan dengan
adalah menambah ilmu pengetahuan long live education, yang menjadi
sebagai alat dalam mencapai tujuan. kewajiban yang tak terpisahkan
Ilmu pengetahuan sangat tergantung seumur hidup. (10) Asah memerlukan
dari kemampuan seseorang dalam kreatifitas. Kreatifitas dalam
memanfaatkan alat tersebut. (4). Asah idiomatika Sunda dikenal sebagai
memerlukan metoda. Mempelajari istilah hirup nu hurip, rancage hate,
suatu ilmu pengetahuan memerlukan rancingas rasa. (11) Asah memerlukan
metode atau cara yang harus dilalui inovatif. Pembaharuan yang
secara terstruktur. (5) Asah terencana akan menjadi tenaga
memerlukan kemampuan mengelola pendorong tumbuh kembangnya
(manage). Mentransformasikan ilmu suatu ilmu pengetahuan dalam
pengetahuan memerlukan sistem, mengatasi tantangantantangan
didaktik dan metodik. (6) Asah jamannya. (12) Asah memerlukan
memerlukan kesabaran. Dalam proses penilaian. Pada hakikatnya,
menuntut ilmu pengetahuan atau silih asah adalah proses saling menilai
menyampaikan ilmu pengetahuan atas kualitas ilmu pengetahuan di
sangat memerlukan kesabaran, antara kedua belah pihak agar terjadi
keuletan, tidak cepat bosan atau proses pencerdasan akan
gampang menyerah. (7) Asah berlangsungnya berkelanjutan
memerlukan keterbukaan. Mampu dengan hasil yang optimal. (13) Asah
berpikir positif dan menerima hal-hal memerlukan keberanian untuk diuji.
baru, bersikap transparansi dalam Untuk mengetahui ketercapaian hasil
arti tidak ada sesuatu yang proses pencerdasan maka setiap saat
disembunyikan demi tercapainya harus siap diuji dengan realita. (14)
optimalisasi transformasi ilmu Asah memerlukan sikap proaktif.
pengetahuan. Banyak ilmu Proaktif dalam idiomatika Sunda
pengetahuan yang dahulu pernah dikenal sebagai istilah rapekan,
ada tidak tertransformasikan rancage, motekar, henteu kuulen. Yang
sehingga sehingga tidak artinya selalu berinisiatif dalam
berkembang, akhirnya hilang tertelan mencari penemuan baru yang
jaman. Oleh karenanya, baik pemberi dijadikan tantangan untuk memacu
ilmu dan penerima ilmu harus kemampuannya. (15) Asah
memiliki keterbukaan dan memerlukan kualitas diri. Memiliki
bertanggung jawab atas tumbuh standar kompetensi yang melingkupi

15
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

kompetensi intelektual, emosional, silih asuh. 6 Asuh memerlukan


spiritual secara sinergis. Asah kepercayaan. Syarat utama terjadinya
memerlukan sinergisitas. Dalam proses silih asuh adanya saling
proses silih asah diperlukan percaya yang dilandasi kejujuran dan
kemampuan yang saling melengkapi kerbukaan yang tulus. Dalam
dan saling memberikan manfaat bagi idiomatika Sunda dikenal sebagai
kedua belah pihak pada saat terjadi istilah kudu brukbrak, ulah beungeut
proses interaksi. (16) Asah nyanghareup ati mungkir, ulah bengkok
memerlukan kemampuan sembah ngijing sila. 7 Asuh
berkomunikasi. Proses silih asah tidak memerlukan keadilan. Keadilan
akan berjalan lancar jika kedua belah adalah menghargai hak dan
pihak tidak mampu menerjemahkan kewajiban secara berimbang.
substansi transformasi sehingga Keadilan bukanlah penyamarataan
perlu didukung kemampuan tetapi penghargaan terhadap
komunikasi untuk menyamakan individu sesuai dengan proporsi hak
persepsi agar tidak terjadi dan kewajibannya secara memadai. 8
kesalahpahaman. Asuh memerlukan sifat ksatria. Sifat
Konsep dasar Silih asuh ksatria adalah berani mengakui
mengandung makna membimbing, kelemahan dan kekurangan diri
mengayomi, membina, menjaga, sendiri serta berani mengakui
mengarahkan dengan seksama agar kelebihan orang lain. Tidak pernah
selamat lahir dan batin. Indikator menyalahkan orang lain karena ingin
silih asuh ditandai sebagai berikut: (1) selamat sendiri. Sifat ksatria akan
Asuh memerlukan penghargaan. menumbuhkan kualitas diri yang
Rasa tulus untuk menghargai akan tangguh serta rasa percaya diri. 9.
mendorong relasi antar personal Asuh memerlukan regenerasi. Tujuan
yang nyaman. (2) Asuh memerlukan proses silih asuh adalah
kesederajatan. Kesadaran bahwa mempersiapkan generasi penerus
kedua belah pihak memahami posisi dengan kualitas sumber daya
masing-masing yang dibangun atas manusia yang lebih baik dari
dasar azas equal tanpa memandang pendahulunya. Proses regenerasi
yang satu lebih tinggi dari yang lain. yang positif akan ditansformasikan
(3) Asuh memerlukan keihlasan. untuk menjadi rambu-rambu
Memiliki sikap rela untuk perjalanan generasi selanjutnya
menyediakan waktu, tenaga dan sebagai agent of change agar tidak
pikiran untuk memberikan tuntunan berjalan di tempat bahkan jangan
tanpa pamrih. (4) Asuh memerlukan sampai mengalami kemunduran.
pengorbanan. Bila kerelaan telah 10.Asuh memerlukan penghormatan.
tumbuh, maka dengan rela siap Pada proses silih asuh sikap saling
mengorbangkan kepentingan pribadi menghormati harus tumbuh dari
demi terwujudnya tujuan silih asuh. 5. kedua belah pihak untuk saling
Asuh memerlukan kemampuan menghargai antara yang lebih tua
mengenal diri. Mampu bersikap kepada yang lebih muda demikian
proporsional berdasarkan posisinya. pula sebaliknya. 11. Asuh
Terkadang sebagai individu tahu memerlukan pengakuan. Adanya
kapan harus menempatkan diri pengakuan atas keberadaan orang
sebagai subjek atau objek dari proses lain yang didasari rasa saling

16
membutuhkan. Proses silih asuh tidak guna mencapai tujuan yang
akan terwujud bila hanya satu pihak dikehendaki.
yang merasa membutuhkan tetapi 4. Memiliki metoda dan cara untuk
tidak mendapat respon yang sama mempelajari suatu ilmu
dari pihak lain. 12 Asuh memerlukan pengetahuan secara terstruktur,
tanggung jawab. Proses silih asuh yang ditunjukkan dengan nilai-
memerlukan rasa tanggung jawab di nilai: kerja sama dalam menuntut
antara kedua belah pihak dalam ilmu (sharing dengan orang lain),
mencapai tujuan bersama yang daya konsentrasi yang tinggi,
hendak dicapai. 13 Asuh kebijaksanaan mengatur strategi
memerlukan rasa senasib dalam proses pembelajaran yang
sepenanggungan. Pada saat disertai vitalitas dalam menuntut
menghadapi rintangan, adanya ilmu pengetahuan.
kesamaan rasa akan melahirkan 5. Memiliki kesabaran, keuletan,
komitmen untuk saling setia untuk tidak cepat bosan atau gampang
saling mendukung baik dalam menyerah dalam menuntut atau
keadaan suka maupun duka. menyampaikan ilmu
Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan, yang ditunjukkan
maka dapat diketahui bahwa nilai- dengan nilainilai: lapang dada,
nilai kearifan lokal (local wisdom) qonaah, kerja sama, konsentrasi,
yang terkait dengan konsep silih asah kesabaran, taktik/trik, dan penuh
adalah sebagai berikut; vitalitas dalam menuntut ilmu
1. Memiliki kemampuan dalam pengetahuan.
menciptakan visi dan misi untuk 6. Memiliki kemampuan untuk
mencapai tujuan, yang berpikir positif dan menerima
ditunjukkan dengan nilai-nilai: hal-hal baru, bersikap
musyawarah/kesepakatan, kerja transparansi dalam arti tidak ada
sama, kebijaksanaan mengatur sesuatu yang disembunyikan
strategi. demi tercapainya optimalisasi,
2. Memiliki semangat untuk tetap transformasi ilmu pengetahuan,
teguh dan kuat dalam bertahan yang ditunjukkan dengan nilai-
mencari jalan keluar dari nilai: kejujuran, disiplin terhadap
masalah, yang ditunjukkan aturan, kebijaksanaan, kehati-
dengan nilai-nilai: teguh hatian, dan penuh vitalitas dalam
pendirian, kerja sama, menuntut ilmu pengetahuan.
keterampilan individu dan 7. Memiliki kejujuran dalam
kelincahan bergerak untuk konteks penyampaian ilmu
menjaga konsistensi semangat pengetahuan sehingga tidak
juang baik dalam posisi yang menguntungkan salah satu pihak,
menyenangkan atau tidak yang ditunjukkan dengan nilai-
menyenangkan. nilai: kejujuran, kebijaksanaan,
3. Memiliki alat ukur untuk dan kerja sama.
menambah ilmu pengetahuan 8. Memiliki kemampuan bekerja
sebagai alat dalam mencapai secara berkesinambungan, yang
tujuan, yang ditunjukkan dengan ditunjukkan dengan nilai-nilai:
nilai-nilai: ketepatan dan keterampilan, disiplin,
taktik/trik untuk menggunakan konsentrasi, kesabaran, dan kerja
dan mengolah alat ukur tersebut sama.

17
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

9. Memiliki kreatifitas dan ditunjukkan dengan nilai-nilai:


keterampilan untuk hidup saling belajar, tidak egois,
sejahtera, yang ditunjukkan kebijaksanaan, kemurahan hati,
dengan nilai-nilai: cerdik, mampu strategi yang berupa taktik/trik,
melihat peluang, dan daya dan kerja sama.
konsentrasi. Memiliki 14. Memiliki Kemampuan
kemampuan untuk berkomunikasi untuk
memperbaharui dan menyamakan persepsi agar tidak
mengembangkan suatu ilmu terjadi kesalahpahaman, yang
pengetahuan, yang ditunjukkan ditunjukkan dengan nilai-nilai:
dengan nilai-nilai: keterampilan, keterampilan dalam
kemampuan berupa taktik/trik, berkomunikasi, musyawarah,
konsentrasi, dan kerja keras. kebijaksanaan, dan kerja sama.
10. Memiliki kemampuan untuk Nilai-nilai kearifan lokal
saling menilai kualitas ilmu yang terkait dengan konsep silih asih
pengetahuan di antara kedua (local wisdom) adalah sebagai berikut:
belah pihak agar terjadi proses 1. Menunjukkan kesabaran dalam
pencerdasan, yang ditunjukkan menyamakan persepsi dari kedua
dengan nilai-nilai: rendah hati, belah pihak, yang ditunjukkan
cerdik, strategi berupa taktik/trik dengan nilai-nilai:
untuk belajar, dan kerja sama. musyawarah/kesepakatan, saling
11. Memiliki keberanian untuk memahami, kesabaran saat
menguji hasil proses menjalin kekompakan dan
pencerdasan, yang ditunjukkan kerjasama
dengan nilai-nilai: rendah hati, 2. Menunjukkan pengorbanan
keberanian, percaya diri, untuk kepentingan bersama di
aktualisasi diri, kebijaksanaan, atas kepentingan individu, yang
dan ketangguhan diri. ditunjukkan dengan nilai-nilai:
12. Memiliki sikap proaktif dalam lapang dada dalam menerima
berinisiatif mencari penemuan kekalahan dan peran yang
baru yang dijadikan tantangan ditetapkan berdasarkan aturan
untuk memacu kemampuannya, main, keikhlasan dalam
yang ditunjukkan dengan nilai- mendukung kelompok, tidak
nilai: keterampilan, kelincahan egois pada kepentingan diri
bergerak, kebijaksanaan, kerja sendiri, bertanggung jawab.
sama, dan disertai usaha keras. 3. Menunjukkan rasa tanggung
13. Memiliki standar kompetensi jawab untuk menghargai hak dan
yang melingkupi kompetensi kewajiban dirinya dan orang lain,
intelektual, emosional, spiritual yang ditunjukkan dengan nilai-
secara sinergis, yang ditunjukkan nilai: melatih tanggung jawab,
dengan nilai-nilai: mampu mengetahui tugas dan kewajiban,
memprediksi, melihat peluang, saling menghargai hak orang lain,
dan cerdik. Memiliki kemampuan menghargai kawan dan lawan,
untuk saling melengkapi dan berlaku adil/seimbang.
saling memberikan manfaat bagi 4. Menunjukkan keteguhan hati
kedua belah pihak pada saat yang disertai semangat dan tekad
terjadi proses interaksi, yang saat menghadapi rintangan, yang

18
ditunjukkan dengan nilai-nilai : orang lain, kebijaksanaan, dan
bangkit dari kekalahan, tidak egois.
bersemangat mengatasi 2. Kesediaan saling mengorbankan
tantangan, tahan terhadap kepentingan pribadi demi
godaan, keluhuran budi, terwujudnya tujuan silih asuh,
keteguhan jiwa, ketetapan hati, yang ditunjukkan dengan nilai-
ketenangan didasari konsentrasi, nilai: murah hati, demokrasi,
tidak mudah putus asa, teguh tanggung jawab, dan lapang
pendirian. dada.
5. Menunjukkan perilaku disiplin 3. Kesediaan untuk saling
untuk membatasi diri terhadap menempatkan diri sebagai subjek
apa yang bukan haknya, serta dan objek dalam proses silih
mampu menghormati batasan asuh, yang ditunjukkan dengan
dan setia menjaga batasan nilai-nilai: keterampilan, strategi
tersebut, yang ditunjukkan membagi peran, kebijaksanaan,
dengan nilai-nilai: mengetahui dan kebersamaan.
batas untuk mentaati peraturan, 4. Kesediaan untuk saling percaya
sopan, rasa hormat, disiplin yang dilandasi kejujuran dan
terhadap aturan, tidak iri hati keterbukaan yang tulus, yang
6. Menunjukkan keinginan dalam ditunjukkan dengan nilai-nilai:
mengekspresikan kasih sayang jiwa kepemimpinan,
kepada sesama, yang ditunjukkan kebijaksanaan, kejujuran, dan
dengan nilai-nilai: kasih sayang, disiplin.
membantu teman, mengayomi, 5. Kesediaan saling menghargai hak
membimbing, memberi rasa dan kewajiban secara berimbang,
aman. yang ditunjukkan dengan nilai-
7. Menunjukkan eksistensi rasa nilai: disiplin, patuh terhadap
kasih sayangnya kepada orang aturan, kebijaksanaan, dan
lain sebagai bukti keberadaan lapang dada.
dirinya, yang ditunjukkan 6. Kesediaan untuk saling berani
dengan nilai-nilai: empati mengakui kelemahan dan
terhadap kebutuhan orang lain, kekurangan diri sendiri serta
mewujudkan/ berani mengakui kelebihan orang
mengaktualisasikan sifat-sifat lain, yang ditunjukkan dengan
bijak secara konsisten misalnya nilai-nilai: menghargai
pemimpin yang mampu perbedaan, kesabaran, dan
mengayomi dan melindung lapang dada.
anggotanya sehingga memiliki 7. Kesediaan untuk saling
rasa aman, maka dengan menghargai antara kedua belah
sendirinya anggotanya pihak, yang ditunjukkan dengan
Nilai-nilai kearifan lokal (local nilai-nilai: demokratis,
wisdom) yang terkait dengan konsep kemurahan hati, menghargai
silih asuh adalah sebagai berikut: kawan dan lawan, lapang dada,
1. Kesediaan untuk menghargai dan dan kebijaksanaan.
mendorong relasi antarpersonal, 8. Kesediaan untuk saling
yang ditunjukkan dengan nilai- bertanggung jawab dalam
nilai: kerja sama, mengahrgai mencapai tujuan bersama, yang
ditunjukkan dengan nilai-nilai:

19
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

kepemimpinan, kebijaksanaan, Selain ikut terlibat langsung


disiplin, tanggung jawab, dan dalam proses berlatih,
rela berkorban. masyarakat pun dibekali
9. Kesediaan untuk saling dengan nilai-nilai yang
merasakan senasib terkandung dalam permainan
sepenanggungan dengan orang tersebut.
lain, yang ditunjukkan dengan 5. Sedangkan Culture
nilai-nilai: kepemimpinan, Knowledge adalah pelestarian
kebijaksanaan, dan kebersamaan. budaya yang dilakukan
dengan cara membuat suatu
E. Kesimpulan pusat informasi mengenai
Berdasarkan pada hasil kebudayaan yang dapat
penelitian yang dipaparkan di atas difungsikan sebagai pusat
dapat disimpulkan bahwa: belajar masyarakat. Pada
1. Jenis permainan yang dasarnya pusat informasi ini
dilestarikan oleh masyarakat adalah untuk edukasi
Desa Sindangkerta ada 12 ataupun untuk kepentingan
jenis permainan. pengembangan kebudayaan
2. Setiap permainan memiliki tersebut.
nilai-nilai kehidupan yang
diterapkan berdasarkan nilai F. Daftar Pustaka
silih asih, silih asah, dan silih Achmad. 2007. Literasi Informasi:
asuh. Nilai-nilai tersebut Ketrampilan Penting di Era
adalah kebersamaan, Global. Seminar Literasi
kepemimpinan, kejujuran, Informasi dan Library Software.
lapang dada, kederhanaan, Surabaya, 13 April 2007.
dan lain-lain. Aliadi. 2002. Sistem Pengetahuan dan
3. Mengacu pada konsep Teknologi Lokal dalam
pelestarian budaya, Pembangunan Berkelanjutan di
pelestarian kaulinan barudak Indonesia. Makalah.
lembur yang dilaksanakan Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
oleh Pengelola Saung Budaya Penelitian Suatu Pendekatan
Tatar Karang Cipatujah terbagi Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
dalam dua bentuk, yaitu (1) Balick, JM., dan Cox, PA. 1996. Plants,
Cultural Experience dan (2) People and Culture: The
Cultural Knowledge. Science of Ethnobotany. New
4. Cultural Experience York: Scientific American
merupakan pelestarian Library.
budaya yang dilakukan Barker, Chris. et. al. 2002. Research
dengan cara terlibat langsung Methods in Clinical
ke dalam sebuah pengalaman Psychology: An Introduction
kebudayaan. Sebagai contoh for Students and Practitioners.
sebuah permainan anak-anak. London: Wiley & Sons.
Untuk melestarikan sebuah Effendi, Onong Uchjana. 1996. Sistem
permainan ini maka Informasi Manajemen.
dianjurkan untuk belajar dan Bandung: Mandar Maju.
berlatih permainan tersebut.

20
Faust, B. 2010."Implementation Of Nonaka, Ikujiro. 1998."The Concept
Tacit Knowledge Preservation of "Ba" Building A
And Transfer Method." IAEA- Foundation For Knowledge
CN-153/2/P/24: 1-11. Creation." California
Hess, C.G. 2013. Knowledge Management Review Vol.4 No.3:
Management and Knowledge 40-54.
Systems for Rural Development. Pendit, Putu Laxman, 2003, Penelitian
Bonn, Germany: Deutsche Ilmu Perpustakaan dan
Gesellschaft für Technische Informasi: Suatu Pengantar
Zusammenarbeit (GTZ). Diskusi, Epistemologi dan
Honeycutt, Jerry. 2000. Knowledge Metodologi, Jurusan Ilmu
Management Strategies: Strategi Perpustakaan-Fakultas Sastra,
Manajemen Pengetahuan. UI, Jakarta.
Jakarta: Elex Media Poewanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan
Komputindo. Lingkungan dalam Perspektif
Koentjaraningrat. 1984. Pengantar Antropologi.Cetakan I.
Antropologi. Jakarta, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Gramedia. Ritzer, George, et.al., Teori Sosiologi
Koentjaraningrat. 1993. Pengantar Modern, Jakarta, Prenada
Ilmu Antropologi. Rineka Media, 2005.
Cipta, Jakarta. Sangkala. 2013. Knowledge
Maryam, Siti. 2007. Pemaknaan Tradisi Management. Jakarta: Grafindo
Lisan dan Tulisan pada Persada.
Masyarakat Kampung Naga. Setiarso, Bambang, Triyono, Nazir
Moleong, Lexy J. 1988. Metode Harjanto, dan Subagyo,
Penelitian Kualitatif, Bandung: Hendro. 2009. Penerapan
Rosdakarya. Knowledge Management pada
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Organisasi. Yogyakarta: Graha
Penelitian Kualitatif. Bandung: Ilmu.
Remaja Rosda Karya. Setiowulan, Wiwiek. 2007. Pola
Mulyana, Deddy. 2013. Pengantar Stimulasi Literasi Dini oleh Ibu
Ilmu Komunikasi. Bandung: pada Anak Usia Balita di Daerah
Rosda Karya. Miskin Perkotaan.
Mulyana, Deddy. 2008. Metode Soekarman dan Riswan, 1992, Status
Penelitian Kualitatif. Bandung: Pengetahuan Etnotani di
Rosdakarya. Indonesia dalam Nasution dkk
Nasution, S. 1989. Metode Research (ed), Prosiding Seminar dan
(Penelitian Ilmiah). Jakarta: Lokakarya Nasional
Bumi Aksara. Etnobotani I, LIPI, Bogor.
Neuman, Lawrence W (1994), Social Sugiyono. 2008. Metode penelitian
Research Methods Qualitative kuantitatif kualitatif dan R & D .
and Quantitative Approachs. Bandung : Alfabeta.
Boston:Allyn and Bacon. Sulistyo-
Neuman, Lawrence W (1994), Social Basuki. 2007. Knowledge Mana
Research Methods:Qualitative gement dan Ilmu Perpustakaan d
and Quantitative Approachs. an Informasi.
Boston:Allyn and Bacon. http://komunitaskm.multipl
y.com/journal/item/6/Know

21
JISPO VOL. 6 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2016

ledge_Management_dan_Ilm
u_Perpustakaan.
7DQJ 6KDQKRQJ ´Knowledge
Management in Libraries in the
21st Century µ WK ,)/$
Council and General
Conference. October 2013.
www.ifla.org/IV/ifla66/
papers/057-110e.htm.
Tobing, Paul. 2013.Knowledge
Management: Konsep Arsitekrur
dan Implementasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Travers, Max (2001). Qualitative
Research Through Case Studies,
London: Sage Publications.
Travers, Max, Qualitative Research
Through Case Studies,
London:Sage Publications,
2001.
Yin, Robert K. 2009. Studi Kasus:
Desain dan Metode. Jakarta:
Rajawali Press.
Yusup, Pawit M. 2013. Perilaku
Pencarian Informasi
Penghidupan Pada Penduduk
Miskin Pedesaan. Bandung:
Universitas Padjadjaran.

22

Anda mungkin juga menyukai