Anda di halaman 1dari 79

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 2

BAB II METODA DISAIN BETON BERTULANG 10

BAB III ANALISIS DAN DISAIN BALOK PENAMPANG 20


PERSEGI EMPAT

BAB IV ANALISISDANDISAIN BALOK T DAN L 50

BAB V PROSEDURE DAN CONTOH PERHITUNGAN 63

DAFTAR PUSTAKA 83
Bab. 1
Pendahuluan

1.1 Beton dan Beton Bertulang

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agergat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan pasta yang terbuat dari semen
dan air.Beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat lemah.Beton
bertulang merupakan kombinasi antara beton dan batangan baja yang digunakan secara
bersama, dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki
beton.Oleh karena itu desain struktur elemen beton bertulang dilakukan berdasarkan
prinsip yang berbeda dengan perencanaan desain satu bahan.
Beton bertulang merupakan bahan konstruksi yang umum digunakan dalam
berbagai bentuk pada hampir semua struktur seperti bangunan gedung, jembatan,
dinding penahan tanah, terowongan, tangki, saluran air dan lainnya, yang dirancang dari
prinsip dasar desain dan penelitian elemen beton bertulang yang menerima gaya aksial,
momen lentur, gaya geser, momen puntir, atau kombinasi dari jenis gaya-gaya dalam
tersebut. Prinsip dasar desain ini berlaku umum bagi setiap tipe sistem struktur selama
diketahui variasi gaya aksial, momen lentur, gaya geser dan unsur gaya dalam lainnya,
disamping konfigurasi bentang dan dimensi setiap elemen.
Pada beton bertulang, unsur beton mempunyai kekuatan tekan yang besar, tetapi
tidak mampu menerima tegangan tarik.Ini berarti tulangan baja yang ditanam dalam
beton menjadi unsur kekuatan yang memikul tegangan tarik.Seperti dalam gambar 1.1,
kapasitas balok akan meningkat lebih besar jika tulangan baja ditanam pada bagian tarik
(sisi atas pada tumpuan dan sisi bawah pada bentang lapangan) penampang.
Gambar 1.1Balok beton bertulang

Tulangan baja juga digunakan untuk menerima tegangan tekan, karena baja
sanggup menahan kekuatan tekan seperti kekuatan tarik.Pemasangan tulangan pada
zona tekan dinamakan tulangan tekan, seperti pada penulangan elemen balok.
Kombinasi kerja antara beton dan baja berdasarkan beberapa hal :
1. Lekatan antara tulangan baja dengan beton yang mencegah slip tulangan terhadap
beton (sifat monolit) bahan.
2. Kedap beton yang mencegah proses korosi tulangan.
3. Derajat ekspansi panas yang sama antara baja dan beton yang meniadakan beda
tegangan antara dua permukaan bahan.

1.2 Beton Normal

Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 menggunakan
agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah serta tidak menggunakan bahan
tambahan.Beton normal mempunyai kekuatan tekan nominal berkisar antara 20 MPa -
60 MPa.
Dalam klasifikasi beton, yang termasuk beton normal adalah kelas II yaitu beton
untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umurn.Pelaksanannya memerlukan keahlian
yang cukup dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.Beton kelas II
dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K125, Kl75 dan K225.Pada mutu B1, pengawasan
mutu hanya dibatasi pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak diisyaratkan pemeriksaan.Pada mutu-mutu K15, K175
dan K225, pengawasan mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu
bahan-bahan dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinyu.
Pada beton kelas II, untuk pertimbangan-pertimbangan tertentu bila diinginkan
mutu lain daripada mutu standar yang telah disebutkan diatas, maka hal itu diijinkan
asal syarat-syarat yang ditentukan tetap dipenuhi. Dalam hal ini mutu beton tersebut
dinyatakan dengan hurup K diikuti dengan angka dibelakangnya, yang menyatakan
kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.

1.3 Beton Mutu Tinggi

Meskipun teknologi beton telah terbukti kemampuannya, namun karena tuntutan


konstruksi terhadap kekuatan dan keawetan, teknologi ini dapat ditingkatkan efektifitas
kinerjanya dengan memperbaiki mutu beton yang dikcnal dengan sebutan beton mutu
tinggi. Banyak yang mendifinisikan tentang kategori beton mutu tinggi disesuaikan
dengan kuat tekannya, seperti misalnya :
 CSA mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c lebih
besar dari 70 MPa.
 ACI mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c lebih
besar dari 60 MPa.
 Sedangkan Firlandia telah kategori beton sebagai berikut High Strength Concrete
adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan nominal sampai dengan 100 MPa.

Karena beton ini memiliki kekuatan yang tinggi maka sering disebut dengan High
Strength Concrete (HSC), selain memiliki kekuatan yang tinggi, beton ini juga memiliki
keawetan yang tinggi schingga disebut juga High Performance Concrete (HPC).
Perbedaan yang jelas antara beton mutu tinggi dengan beton normal adalah faktor air
semen (f.a.s) yang digunakan. Pada beton mutu tinggi faktor air semen yang digunakan
rendah sehingga proses pengeringannya lebih cepat.
Teknologi beton mutu tinggi telah banyak digunakan dalam konstruksi konstruksi, baik
dalam konstruksi gedung, jembatan maupun untuk konstruksi beton pratekan. Ada
beberapa alasan mengapa betcn mutu tinggi ini digunakan, diantaranya adalah:
1. Pada bangunan tinggi (struktur kolom, balok, pelat, core atau shearwall)
 Kekuatan yang dicapai dapat lebih tinggi dibandingkan baton biasa. Pengerjaan
yang lebih mudah.
 Kekakuan frame yang lebih tinggi
 Lebih ekonomis karena dapat dikerjakan lebih ccpat dan mudah
 Mempunyai daktilitas sendi-sendi balok pada frame yang lebih tinggi. Bila
digunakan pada struktur pelat akan lebih tipis.
2. Industri Komponen Pracetak-Pratekan (komponen balok, kolom, pipa tiang
listrik, sheet pile, tiang pancang, pelat atap atau pelat lantai):
 Mempunyai berat yang ringan, sehingga memudahkan untuk pcngangkatan.
 Beban retaknya lebih tinggi.
 Penggunaan untuk komponen pelat tidak memerlukan perancah.
 Mempunyai ketahanan geser pons yang lebih tinggi. Lebih tahan terhadap
lingkungan agresif
 Dapat dipratekan dengann dipratekan yang lebih tinggi
3. Untuk jembatan
 Dapat meningkatkan bentang jembatan
 Mempunyai creep dan susut yang kecil
 Beban ringan sehingga dapat mengurangi beban struktur p

1.4 Kelebihan Beton Bertulang Sebagai Bahan Struktur

Sukses besar beton sebgai bahan konstruksi dikarenakan beton bertulang memiliki
beberapa kelebihan antara lain:
1. Beton memiliki kuta tekan yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
lain.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
meripakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan
dengan air. Pada peristiwa kebakaran, batang-batang struktur beton bertulang
dengan ketebalan penutup beton (selimut beton) yang memadai dapat melindungi
tulangan dari kerusakan sehingga mencegah keruntuhan.
3. Sturktur beton bertulang sangat kokoh.
4. Beton betulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
5. Dibandingkan dengan bahan lain, beton bertulang memiliki usia layan yang sangat
panjang. Kekuatan beton bertulang tidak berkurang dengan berjalannya waktu.
6. Beton biasanyanya bahan ekonomis untuk pondasi tapak, dinding basement, tiang
tumpuan jembatan dan bangunan lainnya.
7. Beton dapat dicetak dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam seperti pelat,
balok, kolom, kubah dan cangkang yang besar.
8. Beton dapat dibuat dari bahan local daerah setempat yang murah (pasir, kerikil
dan air).
9. Keahlian buruh untuk pekerjaan beton lebih rendah dibandingkan dengan struktur
lain seperti baja.

1.5Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Bahan Struktur

Disamping kelebihan-kelebihannya, beton bertulang juga memiliki


kelemahan-kelemahan antara lain:
1. Beton memiliki kuat tarik yang sangat rendah, sehngga memerlukan penggunaan
tulangan tarik.
2. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk untuk menahan beton tetap
ditempatnyasampai beton tersebut mengeras. Selain itu juga diperlukan
penyangga sementara untuk menjaga bekisting tetap berada ditempatnya, seperti
pada pada atap, dindingn dan struktur-struktur sejenis sampai beton ini cukup kuat
menehan beratnya sendiri. Untuk bekisting dan penyangga ini memerlukan
biaya tambahan yang cukup besar.
3. Rendahnya kekuatan persatuan berat berat dari beton mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat. Ini akan berpengaruh pada pada struktur-struktur bentang
panjang dimana berat sendiri elemen akan mempengaruhi momen lentur.endahnya
kekuatan per satuan volume mengakibatkan beton akan berukuran relative besar
yang merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan untuk
bangunan-bangunan tinggi dan struktur bentang panjang.
4. Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena variasi proporsi campuran, pengadukan,
penuangan dan perawatn beton.

1.6 Pengertian, Definisi dan Sifat Unsur Beton

Pengertian sifat bahan unsur beton perlu dipahami untuk menjadi parameter bagi
perencanaan struktur dan elemen beton.
Agregat adalah material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai secara
bersama-sama dengan suatu media pengikat semen hidraulik membentuk beton.
Selain agregat, terdapat agregat ringan yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat sekitar 1100 kg/m3[11 kN/m3).

Klasifikasi agregat yang umum adalah :

Agregat halus seperti pasir sebagai hasil desintegrasi batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari industri pemecah batu dengan ukuran butir terbesar 5.0 mm.

Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5-40
mm.

Adukan adalah campuran antara agregat, semen dan air.

Beton merupakan campuran antara semen Portland atau semen hidraulik jenis lainnya,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang setelah
mengeras membentuk masa padat.

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
tertentu untuk mendapatkan tanggap suatu penampang yang berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
Apabila beton mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 maka disebut beton-normal.
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 menggunakan
agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah serta tidak menggunakan bahan
tambahan.Dalam klasifikasi beton, yang termasuk beton normal adalah kelas II yaitu
Beton kelas II adalah untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umurn.

Tegangan adalah intensitas gaya per satuan luas.

Kuat tekan beton yang disyaratkan f c' adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh
perencanaan struktur dari benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300
mm, yang dinyatakan dalam mega pascal (MPa).
Untuk definisi parameter kekuatan beton bertulang, kuat tarik leleh f y merupakan

tarik leleh minimum yang disyaratkan atau titik leleh dari tulangan. Satuan dari kuat
tarik leleh ini dalam megapascal (MPa).

Kuat nominal didefinisikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau


penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metoda perencanaan
sebelum dikalikan dengan suatu faktor reduksi yang sesuai.Sedangkan kuat perlu
adalah kekuatan komponen struktur atau penampang yang diperlukan menahan beban
terfaktor atau momen dan gaya-dalam akibat suatu kombinasi muatan/beban.

Kuat rencana didefinisikan sebagai kuat nominal yang dikalikan dengan suatu faktor
reduksi kekuatan .
Dalam perencanaan diperlukan parameter modulus elastisitas yang dinyatakan dari
rasio antara tegangan normal tarik atau tekan dengan regangan dari unsur elemen
dibawah batas proporsional dari material.

Elemen struktur
Elemen struktur dapat dibedakan dari fungsi dan beban yang dipikul elemen.

Kolom adalah komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil
sama dengan 3 atau lebih, digunakan terutama untuk mendukung beban aksial tekan.
Pelat dan balok merupakan komponen struktur lentur dan dinding geser adalah
komponen struktur yang berfungsi untuk meningkatkan kekakuan struktur menahan
gaya-gaya lateral.

Tulangan adalah batang baja berbentuk polos atau ulir (deform) atau pipa yang
berfungsi untuk menahan gaya tarik maupun gaya tekan pada komponen struktur.
Jenis tulangan dibedakan sebagai tulangan polos berupa batang baja yang permukaan
sisi luarnya rata tidak bersirip atau berulir ;tulangan deform, yaitu batang baja
bersirip atau berulir, sedangkan tulangan spiral adalah tulangan yang dililitkan secara
menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris.

Tulangan sengkang adalah tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser
dan torsi dalam suatu komponen struktur. Sengkang dibuat dari batang tulangan,
kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau deform, berbentuk kaki tunggal atau
dibengkokkan dalam bentuk L, U atau persegi dan dipasang tegak lurus atau
membentuk sudut terhadap tulangan utama komponen struktur lentur, balok atau kolom.
Pada kolom umumnya dipasangsengkang ikat, yaitu sengkang tertutup penuh.

1.7 Peraturan Disain

Bagi perencanaan komponen struktur beton bertulang, harus terpenuhi ketentuan bahwa
semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang cukup
sesuai dengan ketetapan dalam buku tata cara perhitungan struktur beton, Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 – 2847 – 2002 dengan
faktor beban dan faktor reduksi kekuatan  .
Prosedur dan asumsi dalam perencanaan besarnya beban rencana bagi analisis
didasarkan pada kondisi struktur yang menerima beban yang mungkin bekerja
padanya.Besarnya beban kerja diperhitungkan berdasarkan SNI 1727 - 1989 F tentang
Tata Cara Perencanaan Pem-bebanan untuk Rumah dan Gedung.
Analisis komponen struktur harus mengikuti ketentuan, bahwa semua komponen
struktur dari rangka atau konstruksi elemen kontinum harus direncanakan terhadap
pengaruh maksimum dari beban terfaktor yang dihitung sesuai dengan analisis teori
elastis, kecuali bagian yang telah dimodifikasikan menurut ketentuan dalam SNI 03 –
2847 – 2002 ayat 10.4 perihal redistribusi momen negatip.
Analisis struktur menurut cara-cara mekanika teknik yang baku merupakan
pra-perencanaan bagi desain beton bertulang. Besarnya tanggap penampang akibat
pembebanan menentukan desain.Analisis dengan bantuan komputer dalam mendapatkan
tanggap sistem struktur be-rupa gaya-gaya dalam harus dilakukan dengan pemodelan
matematika yang men-simulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi
sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.
Bab. 2
Metoda Disain Beton
Bertulang

2.1Tata Cara Perhitungan Komponen Beton Bertulang

Secara umum terdapat dua konsep disain dalam perencanaan konstruksi beton
bertulang, yaitu metoda disain tegangan ketrja (allowable stress design, ASD) dan
ultimate (ultimate stress design, USD). Sampai akhir tahun 80-an,hamper semua
bangunan gedung di Indonesia didisain denagn metoda disaintegangan kerja (metoda
elastis), teta@i sejak awal tahun 1990 penggunaan metoda disain ultimate menjadi lebih
popular dibandingkan dengan metoda tegangan kerja.
Dalam perkembangannya, peraturan beton Indonesia telah mengalami beberapa
kali perubahan. Hal ini disebabkan adanya kemajuan teknologi dalam bidang material
dan pelaksanaan serta pengaruh peraturan beton Negara lain. Peraturan beton yang
pernah berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1955
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI
T-15-1991-03)
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI
T-03-2847-2002)
PBI 1955 dan PBI 1971 masih mengacu pada metoda disain tegangan kerja
(metoda elastis), sedangkan SK SNI T-15-1991-03 dan SK SNI 03-2847-2002 mengacu
pada metoda disain ultimate.
Struktur dan komponen struktur harus direncanakan terhadap kombinasi beban
dan gaya terfaktor menurut ketentuan :
1. Struktur dan komponen struktur direncanakan hingga semua penampang
mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung
berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 – 2847 – 2002.
2. Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam SK
SNI T-15-1991-03 untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik
pada tingkat beban kerja.

2.2Pembebanan Pada Struktur

Beban yang bekerja pada struktur dapat dikempokan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu beban
mati, beban hidup dan beban akibat pengaruh alam.

a. Beban Mati (Dead Load)


Merupaka beban tetap baik besar maupun posisinya yang bekerja selama masa layan
struktur.Bagian utamadari beban mati meruapakn berat sendiri dari elemen struktur
itu sendiri.Beban mati termasuk juga material penutup lantai dan dinding bata.
Besarnya beberapa beban mati pada struktur ditunjukan dalam table 3.1
b. Beban HIdup (Live Load)
Beban hidup berupa beban yang tidak tetap, seperti beban yang bekerja pada
bangunan hunian. Beban hidup minimum ruang kelas/sekolah biasanya ditetapkan
2.50 kN/m2 .Beban hidup ruang perpustakaan/ruang mesin 4.0 kN/m2.Besar beban
hidup secara statistik ditetapkan di dalam peraturan sebagai beban mati. Tabel 3.2
memberikan besarnya beban hiduppada lantai gedung (SKBI-1.3.5.3-1987)

Tabel 2.1 : Berat material bangunan


No. Keterangan Berat
1. Baja 78.50 kN/m3 7850 kg/m3
2. Batu alam 26.00 kN/m3 2600kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat
3. 15.00 kN/m3 1500kg/m3
tumpuk)
4. Batu karang (berat tumpuk) 7.00 kN/m3 700kg/m3
5. Batu pecah 14.50 kN/m3 1450kg/m3
6. Besi tuang 72.50 kN/m3 7250kg/m3
7. Beton 22.00 kN/m3 2200kg/m3
8. Betonbertulang 24.00 kN/m3 2400kg/m3
9. Kayu (Kelas 1) 10.00 kN/m3 1000kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab,
10. 16.50 kN/m3 1650kg/m3
tanpa diayak)
11. Pasangan bata merah 17.00 kN/m3 1700kg/m3
12. Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 22.00 kN/m3 2200kg/m3
13. Pasangan batu cetak 22.00 kN/m3 2200kg/m3
14. Pasangan batu karang 14.50 kN/m3 1450kg/m3
15. Pasir (kering udara sampai lembab) 16.00 kN/m3 1600kg/m3
16. Pasir (jenuh air) 18.00 kN/m3 180 kg/m3
17. Pasir kerildl, koral (kering udara sampai lembab) 18.50 kN/m3 1850kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai
18. 17.00 kN/m3 1700kg/m3
lembab)
19. Tanah, lempung dan lanau (basah) 20.00 kN/m3 2000kg/m3
20. Timah hitam (timbel) 114.0 kN/m3 1140kg/m3

c. Beban dari Lingkungan

Beban lingkungan yang bekerja pada sistem struktur merupakan efek dari
alam.Angin, air hujan perubahan temperatur, gempa, penurunan tanah (settlement),
dan tekanan air tanah merupakan jenis beban lingkungan yang harus diperhitungkan
bekerja pada sistem struktur.Beban-beban ini besarnya tergantung lokasi bangunan.
Bangunan yang terletak di daerah pantai akan menerima beban angina lebih besar
dari bangunan yang ada di pedalaman. Begitu juga bangunan yang berada di daerah
rwan gempa dibandingkan dengan daerah yang tidak ada pengaruh gempanya.
Tabel 3.2: Besarnya intensitas beban hidup pada lantai gedung

Keterangan kN/m Kg/m


No. 2 2

1. Lantai dan tangga rumah tinggal 2.0 200


2. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan 1.5 125
gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik
atau bengkel

3. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,


2.5 250
restoran hotel asrama dan rumah sakit
4. Lantai ruang olah raga 4.0 400
5. Lantai ruang dansa 5.0 500
Lantai dan balkon dalam dan ruang - ruang untuk perternuan
6. yang lajn daripada yang disebut dalam a sampai drngan seperti
3.0
mesjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan 300
panggung penonton dengan tempat duduk tetap.

7. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau


5.0 500
untuk penonton yang berdiri
8. Tangga, hordes tangga dan gang dari yang disebut dalam 3 3.0 300

9. Tangga, hordes tangga dan gang dan yang disebut dalam 4, 5 ,


5.0 500
6 dan 7.

10. Lantai ruang pelengkap dan yang disebut dalam 3, 4, 5, 6 dan


2.5 250
7
Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang
11. arsip, toko buku, toko besi, niang alat-alat dan ruang mesin,
4.0 400
harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan
tersendiri, dengan minimum
Lantai gedung parkir bertingkat :
12. - untuk lantai bawah 8.0 800
- untuk lantai tingkat lainnya 4.0 400
Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
13. direncanakan terhadap beban hidup dan lantai ruang yang 3.0 400
berbatasan, dengan minimum

c.1 Beban angin

Beban angina disebabkna oleh pergerakan udara karena danya perbedaan tekanan
udara yang ditimbulkan oleh pemanasan bumi yang tidak sama. SKBI-1.3.5.3-1987
pasal 2.1.3.2 memberikan batasan minimum tekanan angina sebagai berikut.

1. Tekanan tiup minimum 25 kg/m2


2. Tekanan tiup minimum 40 kg/m2 ( dilau dan tepi laut sampai 5 km dari pantai)
3. Jika kecepatan angina bisa menimbulkan tekanan yang besar lagi, dapat
digunakan sebagai

P = V2/16 (kg/m2) (3.1)

Dalam perencanaan struktur, beban angin tidak terlalu berpengaruhkarena iklim di


Indonesia hanya mengenal dua musim sehingga variasi factor yang berpengaruh
pada beban angin tidak terlalu banyak dan potensi terjadinya angina badai relative
kecil.

c.2 Beban Gempa

Beban gempa berasal dari gaya inersia bangunan dalam arah horizontal yang
disebabkan oleh adanya percepatan tanah akibat gempa (ground acceleration).
Besarnya gaya inersia yang terjadi terutama tergantungpada besarnya massa
bangunan, intensitas percepatan tanah, interaksi struktur terhadap tanah dan sifat
dinamis bagunan seperti waktu getar alami dan nilai redaman struktur. Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
(SNI-1726-2012) mengatur beban gempa untuk struktur gedung

2.3 Kuat Perlu dan Kuat Rencana

Suatu elemen struktur harus direncanakan mempunyai kapasitas kekuatan (kuar


rencana) yang sama dengan atau lebih besar daripada berbagai kombinasi pembebanan
yang bekerja (kuat perlu) pada struktur tersebut. Beberapa istilah yang biasanya
digunakan dalam perencanaan struktur adalah:
a. Kuat nominal (N) merupakan kekuatan teoritis maksimum dari struktur atau elemen
struktur.
b. Kuat rencana (R)suatu komponen struktur sehubungan dengan perilaku lenturnya,
gesr, torsi dan aksial, harus diambil sebagai kuat nominal dikalikan dengan factor
reduksi kekuatan (Ø) yang lebih kecil dari 1.
c. Kuat perlu (U) merupakan kekuatan struktur atau elemen struktur yang diperlukan
untuk menahan beban terfaktor dengan berbagai kombinasi efek beban.
Faktor keamanan dalam perencanaa struktur maupun elemen struktur dalam SK
SNI 03-2847-2002 pasal 11 dapat dibagi dalam dua bagian yaitu keamanan dari faktor
beban dan fakktor reduksi kekuatan (Ø).Faktor beban yang memenuhi syarat kekuatan
dan layak pakai terhadap berbagai kombinasi beban, adalah sebagai berikut :
1. Kuat perlu U yang menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan
U = 1.4D (3. 2)
Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A
atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan
U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (A atau R) (3.3)
2. Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam
peren-canaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut harus ditinjau
untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:
U = 1.2 D + 1.0 L ± 1.6 W + 0.5 (A atau R)(3.4)
Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang
penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu:1)
U = 0.9 D ± 1.6 W(3.5)
Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat perlu U tidak
bolehkurang dari persamaan (3.2).
3. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam
perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:
U = 1.2 D + 1.0 L ± 1.0 E (3.6a)
atau
U = 0.9 D ± 1.0 E (3.6b)
dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tata
caraperencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau penggantinya.
4. Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan dalam perencanaan, maka
pada persamaan (3.3), (3.5) dan (3.7) ditambahkan 1.6H, kecuali bahwa pada
keadaan dimana aksi struktur akibat H mengurangi pengaruh W atau E, maka beban
H tidak perlu ditambahkan pada persamaan (3.5) dan (3.7).
5. Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan tekanan fluida, F, yang berat
jenisnya dapat ditentukan dengan baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol, di-
perhitungkan dalam perencanaan, maka beban tersebut harus dikalikan dengan
factor beban 1.4, dan ditambahkan pada persamaan (3.2), yaitu:
U = 1.4 (D + F) (3.7)
Untuk kombinasi beban lainnya, beban F tersebut harus dikalikan dengan faktor
beban 1.2 dan ditambahkan pada persamaan (3.3).
6. Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan maka
pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban hidup L.
7. Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut,
ekspansi beton, atau perubahan suhu sangat menentukan dalam perencanaan, maka
kuat perlu U minimum harus sama dengan:
U = 1.2(D +T ) + 1.6L + 0.5(A atau R) (3.8)
Perkiraan atas perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi beton,
atauperubahan suhu harus didasarkan pada pengkajian yang realistis dari pengaruh
tersebutselama masa pakai.
8. Untuk perencanaan daerah pengangkuran pasca tarik harus digunakan faktor beban
1.2 terhadap gaya penarikan tendon maksimum.
9. Jika pada bangunan terjadi benturan yang besarnya P, maka pengaruh beban
tersebut

Faktor reduksi (Ø) yang digunakanuntuk memberikan keamanan tertentu pada


struktur maupun komponen struktur terhadap kemungkinan perbedaan dimensi
penampang, kualitas material ataupun kualitas pelaksanaan pekerjaan yang mungik
terjadi antara pelaksanaan di lapangan dengan asumsi-asumsi yang diambil dalam
perencanaa.
Pasal 11.3 SK SNI 03-2847-2002 pasal 11 memberikan nilai factor reduksi
kekuatan (Ø) sebagai berikut

Tabel 2.3: Faktor reduksi kekuatan


No Tipebeban dan komponen struktur Factor reduksi
1 Lentur, tanpa beban aksial 0.80
2 Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur
(untuk beban aksial dengan lentur, kedua nilai
kuat nominal dari beban aksial dan momen harus
dikalikan dengan nila Ø tunggal yang sesuai
a. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0.8
b. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
- Komponen struktur tulangan spiral 0.7
- Komponen struktur lainnya 0.65
3 Geser dan torsi 0.75
4 Untuk lentur, tekan, geser dan tumpu pada beton
0.55
polos struktural

2.4 Kriteria Disain Struktur dan Elemen Struktur

Secara umum pada suatu struktur atau elemen struktur beton bertulang akibat beban luar
akan bekerja gaya-gaya dalam struktur seperti momen lentur, geser aksial dan momen
torsi. Elemen struktur balok, kolom, pelat dan pondasi akan memikul dua atau lebih
gaya-gaya dalam tersebut, tergantung dari fungsinya. Elemen struktur balok dan pelat
biasanya biasanya memikul momen lentur dan geser. Sedangkan elemen kolom dan
pondasi akan memikul gaya aksial dan momen lentur.
Dari kondisi tersebut diatas, agar struktur ataupun elemen struktur mampu
memikul beban-beban yang bekerja, maka struktur atau elemen struktur tersebut harus
memenuhi kriteria disain berikut:
a. Kriteria disain elemen struktur balok dan pelat:
1. Untuk beban lentur:
M R   .M n  M u (3.9)

Dimana:MR = momen rencana untuk disain


Mn = momen nominal penampang
Mu = momen ultimate akibat beban terfaktor
Ø =factor reduksi (untuk lentur Ø= 0.8)

2. Untuk beban geser:


V R   .V n  Vu (3.10)

Dimana: VR = momen rencana untuk disain


Vn = momen nominal penampang
Vu = momen ultimate akibat beban terfaktor
Ø =factor reduksi (untuk geser Ø= 0.75)
b. Kriteria disain elemen struktur kolom dan pondasi
1. Untuk beban aksial
PR   .Pn  Pu (3.11)

Dimana: PR = momen rencana untuk disain


Pn = momen nominal penampang
Pu = momen ultimate akibat beban terfaktor
Ø =factor reduksi (untuk aksial dengan tulangan spiralØ= 0.70)

2. Untuk beban lentur


M R   .M n  M u (3.12)

c. Untuk elemen struktur yang kemungkinana menahan momen torsi, dapat


ditambahkan
TR   .Tn  Tu (3.13)

Dimana: TR = momen rencana untuk disain


Tn = momen nominal penampang
Tu = momen ultimate akibat beban terfaktor
Ø =factor reduksi (untuk torsi Ø= 0.75)
Bab. 3
Analisis dan Disain Balok
Penampang Persegi Empat

3.1Perilaku Balok Beton Bertulang

Beberapa tahapan perilaku balok beton bertulang terjadi saat dibebani.Pada saat balok
bekerja beban yang kecil, tegangan tarik yang terjadi masih lebih rendah daripada
modulus keruntuhan (tegangan tarik lentur pada saat beton mulai retak) seluruh
penampang melintang balok menahan lentur.Pada tahapan ini belum terjadi retak pada
balok beton bertulang.Gambar 4.1 menunjukan penampang dandiagram regangan dan
tegangan balok pada tahapan tanpa retak.

Gambar 3.1. Tahapan beton tanpa retak

Karena beban terus ditingkatkan melalui modulus keruntuhan balok, retak mulai
terjadi di bagian bawah balok.Momen pada saat retak ini mulai terbentuk yaitu ketika
tegangan tarik di bagian bawah sama dengan modulus keruntuhan, disebut momen
retak ,Mcr.
Pada saat beban menengah (tegangan beton lebih kurang sepertiga dari kuat tekannya),
tegangan dan regangan akan tetap mendekati linier. Tahapan ini disebut tahapan beban
kerja yang merupakan dasar dari metoda disain tegangan kerja (metoda elastis).Jika
beban terus ditingkatkan, retak ini terus menyebar mendekati sumbu netral.Kemudian
momen aktual lebih besar dari momen.Pada tahap ini, beton yang mengalami retak tidak
dapat menahan tarik maka tarik di tahan oleh baja tulangan.Tahap ini terus berlanjut
selama tegangan tekan pada serat bagian atas lebih kecil dari pada titik
lelehnya.retak.Gambar 4.2 menunjukan retak pada balok dan tegangan dan regangan
pada tahapan elastis.

Gambar 3.2. Beton mulai retak – tahapan tegangan elastis

Ketika beban terus bertambah sampai tegangan tekannya lebih besar dari 0.5fc’, retak
tarik akan merambat ke atas, sehingga tegangan beton tidak berbentuk garis lurus lagi.
Diasumsikan bahwa batang-batang tulangan telah leleh.Kondisi ini disebut balok pada
tahapan ultimat yang ditunjukan dalam Gambar 4.3.
Gambar 3.3. Balok tahapan tegangan ultimat

Pada tahapan beban ultimate, dapat dibedakan tiga tipe keruntuhan yang terjadi.
Jika balok ditulangi dengan luas baja tulangan yang kecil, keruntuhan daktail
(ductile)akan terjadi. Pada keruntuhan ini, baja tulangan akan leleh (fs=fy) dan terjadinya
sejumlah retak pada beton selanjuntnya beton mengalami keruntuhan setelah mengalami
lendutan yang besar. Keruntuhan terjadi apabila regangan yang terjadi pada beton tekan
telah mencapai nilai regangan maksimum yaitu sebesar ɛcu=0.003.
Pada kondisi sebaliknya, jika balok ditulangi dengan jumlah luas tulangan yang
besar, keruntuhan geta (brittle) terjadi pada beton. Tipe keruntuhan ini terjadi secara
tiba-tiba karena beton mengalami kehancuran pada daerah tekan dan baja tulangan tarik
belum leleh (fs<fy). Lendutan dan retak yang terjadi relative kecil.Tipe keruntuhan ini
bukan yang keruntuhan yang diinginkan karena tidak memberikan peringatan yang
cukup sebelum terjadi keruntuhan.
Tipe keruntiuhan yang ke tiga adalah keruntuhan seimbang (balanced), yaitu
keruntuhan yang terjadi saat baja tulangan dan beton mencapai keruntuhan secara
bersamaan (fs=fy dan ɛcu=0.003).
Skematik perilaku tegangan dan regangan yang terjadi pada penampang beton bertulang
sesuai dengan peningkatan beban sampai tegangan maksimum ditunjukan dalam
Gambar 4.4
a) Elemen balok b) distribusi tegangan balok
Gambar 3.4.Distribusi regangan dan tegangan pada penampang sesuai dengan
peningkatan beban sampai tegangan maksimum.

3.2 Analisa Lentur BalokBeton Bertulang

3.2 1. Hubungan Tegangan – Regangan


3.2.1.1 Beton pada Kondisi Tekan
Kurva tegangan – regangan beton merupakan kurva non-linier dengan bagian yang
menurun setelah mencapai tegangan maksimumseperti ditunjukan pada Gambar 2.23
Bab 2.Tegangan tekan maksimum yang diperoleh pada balok berbeda dari yang
diperoleh pada uji silinder atau kubus. Pada sejumlah penelitian, untuk keperluan
praktis besar rasio dari tegangan tekan pada balok atau kolm terhadap kuat tekan beton
silinder fc’ dapat diambil sebesar 0,85. Nilai diambil untuk efek skald an pada
kenyataannya balok dibebani oleh beban tetap sedangkan beton silinder diuji dalam
waktu yang singkat.

3.2.1.2 Baja Tulangan


Perilaku dari baja tulangan di-idealisasikan sebagai material elastoplastsi dalam bnetuk
bi-linier seperti ditunjukan pada Gambar 4.5. Tegangan-tegangan yang terjadi pada baja
tulangan dapat dihitung dengan persamaan berikut

fs = ɛs x Es untuk ɛs<ɛy (4.1)

fs = fy untuk ɛs<ɛy (4.2)


fy

tega
nga
n

ɛy
regangan

Gambar 3.5. Idealisasi kurva tegangan-regangan baja tulangan

3.2.2 Teori Dasar Analisa Lentur Balok


Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 12.2, dalam perencanaan komponen struktur beton
yang menahan beban lentur atau aksial atau kombinasi lentur dan aksial digunakan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a Perencanaan penampang harus memenuhi kondisi keseimbangan gaya dan
kompatibiltas regangan.
b Regangan pada tulangan dan beton harus diasumsikan berbanding lurus dengan
jarak dari sumbu netral, kecuali untuk komponen struktur lentur tinggi.
c Regangan maksimum yang dapat dimamfaatkan pada serat tekan beton terluar
harus diambil sama dengan 0.003.
d Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil dari kuat leleh fy, harus diambil
sebesar Esxɛs, untuk tegangan yang lebih besar dari regangan leleh, maka diambil
tegangan sama dengan tegangan leleh, fy.
e Dalam perhitungan aksial dan lentur balok beton bertulang, kuat tarik beton
diabaikan.
f Hubungan anatara distribusi tegangan dan regangan beton boleh diasumsikan
berbetuk persegi yang dikenal dengan tegangan beton persegi ekivalen yang
didefenisikan sebagai berikut:
1. Tegangan beton sebesar 0.85fc’ diasumsikan terdistribusisecara merata pada
daserah tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus
sejajar denagn sumbu netral sejarak a=β1xcdari serat denagn regangan tekan
maksimum.
2. Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus
diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
3. Besar nilai factorβ1 berdasarkan pada kuat tekan beton fc’yaitu
 Untuk fc’≤ 30 MPa, β1= 0,85
 Untuk 30 < fc’≤ 55 MPa, β1= 0,85 - 0,008(fc’ - 30)
 Untuk fc’> 55 MPa, β1= 0,65

Gambar 3.6. Tegangan-regangan teoretis lentur penampang persegi empat

Ketentuan hubungan regangan-tegangan dengan beban batas/terfaktor pada


penampang persegi empat dengan tulangan tunggal adalah seperti Gambar 4.6.
Kekuatan maksimum pada serat beton dicapai bila regangan pada serat beton sama
dengan regangan hancurc beton sebesar 0.003.Pada kondisi terjadinya regangan
hancur, regangan dalam baja tulangan As dapat lebih kecil atau lebih besar dari regangan
batas baja tulangan, bergantung pada luas tulangan baja.
Diagram non-linear tegangan pada penampang seperti pada Gambar 4.6
mempunyai tegangan maksimum lebih kecil fc’, yaitu kfc’. Jika tegangan rata-rata
penampang beton untuk lebar balok yang konstan kk1 fc’ dan jarak titik tangkap
resultante gaya dalam beton Cc adalah k1c, maka besarnya gaya tanggap beton
tertekan :

Cc = k k1 fc’ c b (4.3)
Untuk kondisi DAKTAIL, gaya tarik Ta adalah :

Ta = As fy (4.4)

Persyaratan kesetimbangan gaya menghendaki Cc = Ta, yaitu :,

Asf
kk1f c' cb  A s f y sehingga c  (4.5)
kk1f c' b y

Dari kesetimbangan momen, kekuatan lentur nominal dapat dinyatakan sebagai :

M n  Ta z  Ta d  k 2 c   As f y d  k 2 c  (4.6)

Memasukkan nilai c ke persamaan (4.6) diperoleh :

  k As f y  
M n  As f y  d   2   (4.7)
 kk f '
b
  1 c 

Kekuatan momen lentur nominal Mn penampang dapat diketahui jika nilai


diketahui. Dari hasil pengujian laboratorium nilai kombinasi berkisar antara 0.55 - 0.63,
dan pada kondisi runtuh regangan tekan batas beton c = 0.003 seperti ditetapkan dalam
SNI - 03 - 2847 - 2002. Pada PBI’7, nilai c ditetapkan0.0035 bagi perencanaan.
Berdasarkan asumsi bahwa distribusi tegangan tekan pada beton tidak lagi
berbentuk parabola, melainkan sudah diekivalenkan menjadi prisma segi empat. Bentuk
distribusi ini tidak mempengaruhi besarnya gaya tekan, mengingat arah, letak, dan
besarnya gaya tekan tidak berubah. Perubahan yang dilakukan adalah cara menghitung
besarnya gaya tekan menggunakan blok persegi empat ekivalen (Gambar 4.7)
Gambar3.7.Perubahan diagram tegangan parabolik ke blok tegangan ekivalen

Dari Gambar 4.7 besarnya momen nominal penampang menggunakan blok tegangan
ekivalen adalah : a = 1c

Cc = 0.85 fc’ a b (4.8)

Ta = Asfy (4.9)

Dengan syarat kesetimbangan Cc = Ta, diperoleh :

As f y
a (4.10)
0.85f c' b

Mengetahui dimensi, kualitas bahan, dan jumlah tulangan yang terpasang, kekuatan
nominal kapasitas penampang Mn dapat dicari dari kesetimbang momen :

  As f y  
M n  As f y  d  0.59  '   (4.11)
 
  fcb  

3.3 Balok dengan Tulangan Tunggal

Pada Gambar 4.8 penampang balok dengan parameter dimensi b, h, tulangan As disebut
elemen balok dengan tulangan tunggal. Dengan diameter tulangan utama dt, diameter
sengkang dv, dan penutup beton dc, tinggi efektif d adalah : d = h - (dc + dv + 0,5 db).

Dari kesetimbangan momen terhadap garis kerja Cc (Gambar 4.7) :


 a
M n  f y As  d   (4.12)
 2

Kemudian, berdasarkan keseimbangan gaya horizontal dan syarat daktilitas diperoleh :

Cc = Ts atau 0.85 fc' b a = fy As (4.13)

Persamaan (4.13) disubtitusikan ke persamaan (4.12) dengan menyatakan parameter a


sebagai fungsi f(As).

Diperoleh persamaan kuadrat :

fy 2M nd
A s2  2dA s  0 (4.14)
0.85f c' b fy

Solusi persamaan kuadrat ini memberikan nilai luas


tulangan perlu As :
d h
0.85f c' b  2M nd 
As  d d (4.15)
fy  0.85f c' b 

Gambar 4.8 Parameter penampang balok
d d

Gambar 3.9. Diagram regangan, tegangan, gaya-gaya dalam penampang balok

3.3.1 Momen nominal kapasitas penampang Mn


Pemeriksaan kekuatan nominal lentur penampang dapat ditetapkan dari analisis
penampang dengan data penampang yang diketahui :
 Kekuatan tekan rencana beton fc’
 Tegangan leleh baja tulangan fy .
 Luas tulangan As
 Dimensi penampang b dan h.

Momen nominal kapasitas penampang Mndihitung dengan prosedur sebagai berikut :

Dari keseimbangan gaya (Gambar 4.9) :

 Gaya horizontal  0; Cc  Ta  0
A sf y
0.85f c' ab  A s f y  0, sehingga a 
0.85f c' b

 a  As f y 
M n  Ta  d    As f y d 1  ' 
 2  1.70 f c bd 
As  fy 
Jika   , sebagai rasio tulangan tarik, maka M n  bd 2 1  0.59  ' 
bd  fc 

Mn fy
Dengan mendefinisikan Ru  2
dan m  , maka kapasitas lentur penampang
bd 0.85f c'

empat persegi sembarang adalah :

Mn  fy   fy 
Ru   f y 1  0.59   f y 1  0.59 * 0.85 , sehingga :
bd 2  f c'   0.85 f c' 

Mn
Ru   f y 1  0.50 * m (4.15)
bd 2

Ru disebut juga koefisien kapasitas penampang. Hubungan Ru dengan  bagi variasi


f’cdan fymemberikan besarnya kapasitas lentur penampang. Persamaan (4.15) dapat juga
digunakan bagi desain tulangan, dengan menetapkan dimensi b dan h dan Mn diganti
menjadi momen nominal rencana Mnd, sehingga rasio tulangan tarik  dicari dari
persamaan :

1  2mR u 

 1 1 (4.16)
m  fy 
 

3.3.2 Analisis Penampang Kondisi Seimbang (Balance)


Kondisi seimbang didefinisikan dengan terjadinya regangan maksimum serat paling atas
beton 0.003 bersamaan lelehnya tulangan baja y = fy/Es (Gambar 4.10).

Gambar 4.10. Diagram regangan, tegangan dan gaya kondisi seimbang

Dari jumlah tulangan tarik kondisi seimbang Asb dapat ditentukan posisi garis netral
kondisi seimbang cb.Jika luas tulangan rencana As> Asb, penampang disebut penampang
dengan tulangan kuat. Dari keseimbangan gaya dalam Cc = Ta, blok tegangan ekivalen a
menjadi lebih besar; yang berarti nilai c melebihi nilai cb. Hal ini berakibat s<y = fy/Es,
saat c = 0.003. Keruntuhan penampang tulangan kuat secara mendadak akan terjadi
tanpa memberikan pertanda keruntuhan.

Sebaliknya bila luas tulangan rencana As< Asb yang biasanya disebut penampang dengan
tulangan lemah, blok tengangan ekivalen betona lebih kecil dari ab yang berarti c lebih
kecil cb. Ini memberikan nilai s>y = fy/Es; yang artinya balok memberikan tanda
deformasi yang besar sebelum terjadinya keruntuhan.

SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 3.3.3 ayat 3 menetapkan dalam memenuhi kriteria
daktalitas penampang, jumlah tulangan rencana tidak boleh lebih dari 0.75Asb atau 
0.75b.

Garis netral pada kondisi seimbang

Memperhatikan diagram regangan pada Gambar 4.10 :


cb d  cb c
 yang diselesaikan untuk memberikan c b  d.
c y c   y

0.003
Untuk nilai c = 0.003 dan y = fy/Es, maka a b   c b  d (4.17)
0.003  f y / E s

Dengan mengetahui besarnya ab :

C cb  0.85f c' a b b
0.85f c' ba b (4.18)
Tab  A sb f y  0, sehingga A sb 
fy

0.85f c' a b 0.85f c'  c 


Rasio tulangan tarik kondisi seimbang b    * 1  (4.19)
f yd f yd   c   y 

fy fy
Dengan nilai c = 0.003,  y   ;
Es 200.000

Catatan :Es = 200.000 MPa = 200.000 N/mm2 2.1*106 kg/cm2.

0.85f c' c 0.85f c' 0.003


b  1  1
f yd c   y f yd fy
0.003 
200000

1 600
 [f y dalam satuan N/mm2  MPa ]
m 600  f y
1 6300
 [f y dalam satuan kg/mm 2 ] (4.20)
m 6300  f y
1 87000
 [f y dalam lb/inci2 ]
m 87000  f y

Pembatasan tulangan maksimum dan minimum

Pada perencanaan, pembatasan tulangan maksimum 3/4ρb, bertujuan supaya dicegah


sifat tulangan kuat pada penampang beton lentur.Jika dibatasi rasio tulangan3/8ρb,
maka tidak diperlukan pemeriksaan lendutan pada sistem struktur balok lentur. Untuk
mendapatkan luas tulangan minimum Amin perlu pada penampang, terlebih dahulu
ditentukan momen penampang utuh tanpa tulangan : M r  f ct W utuh

1 2
Bila fct = 1.8(0.3f’c,) (SNI 03 – 2847 – 2002) dan Wutuh= bh , berarti :
6
2
bh
M r   0.54 f c'  .
  6

Nilai Mr dinyatakan dalam jumlah tulangan Mr  As minf y 0.86d   0.77As minf yh ; z =

0.86d adalah lengan momen kondisi ideal, sehingga :

2
0.77 A s min r f y h   0.54 f c' 

bh
 6

yang berarti 0.77As min r f y h   0.54 f c'  * 0.135bd 2
 

A s min f c'
  min  (4.21)
bh 10f y

SNI 03 – 2847 – 2002, pasal 3.3.5 ayat 1 menetapkan rasio tulangan tarik minimum
1.4
yang harus ada adalah  min  (4.22)
fy

yang berarti nilai f’c yang diambil dalam perhitungan <17.5 N/mm2.

Contoh perhitungan 1

Sistim balok diatas dua tumpuan seperti gambar berikut :

Gambar 4.11. Balok dengan potongan penampang

Beban mati : qDL = 17 kN/m; Beban hidup : qLL = 25 kN/m

Ukuran penampang balok 350 x 600 mm dengan susunan tulangan utama 5  25 mm



dan sengkang 12 mm. A s  5 * * 25 2  2454.4 mm2
4

Mutu beton yang dipakai :f’c= 27.5 N/mm2.

dan tegangan leleh baja : fy = 410.0 N/mm2 .


Akan diperiksa kekuatan nominal penampang balok terhadap beban terfaktor.

Penyelesaian :

Berat sendiri balok = 0.35 x 0.6 x 24 = 5.04 kN/m.

Momen maksimum akibat beban :

1 1
M DL  q DL L2  17  5.04 62  99.18 kN - m
8 8

1 1
M LL  q LL L2  25 6 2  112.5 kN - m
8 8

Momen terfaktor Mu = 1.2 MDL + 1.6 MLL

= 1.2 (99.18) + 1.6(112.5) = 229.02 kN-m

Momen nominal rencana MR = Mu/= 229.02/0.80 = 373.77 kN-m.

Diperiksa apakah momen nominal kapasitas penampang Mnk lebih besar dari momen
nominal rencana Mnd. Dengan menganggap tulangan balok bersifat tulangan lemah,
maka diagram tegangan-regangan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.12.Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang

Berarti : Ta = Asfy = 2454.4 * 410 N = 1006304 N.

Cc = 0.85f’c ab = 0.85* 27.5* a* 350 = 8181.25a N


Dari kesetimbangan H = 0, diperoleh a = 1006304/8181.25 = 123 mm.

Jarak garis netral terhadap serat paling atas : y = a/0.85 = 123/0.85 = 144.71 mm.

Momen nominal kapasitas penampang Mn :

Penutup beton = 50 mm.

Tinggi efektif d = 600 - 50 = 550 mm.

Mn = Ta (d-a/2) = (2454.4 x 410)(550 – 0.5 x 123) = 491.58 kN-m.

Nilai Mn = 491,58 kN-m > MR = 373,77 kN-m.

Disimpulkan penampang balok kuat menerima beban seperti diuraikan diatas.

Untuk verifikasi sifat tulangan lemah penampang, diperiksa jumlah tulangan As


terhadap tulangan Asb kondisi seimbang.

Kondisi seimbang :

s =y = 410/200000 = 0.00205.

yb = (0,003 x 550)/(0,003 + 410/200000) = 326,73 mm.

ab = 0.85 yb = 277.72 mm.

H = 0 ; Ccb = Tab

Asb * 410 = (0.85)(27.5)(277.72)(350)

Asb = 5541.7 mm2.

As ada = 2454.4 mm2.

Sifat penulangan penampang adalah tulangan lemah.

Apabilab = Asb/(bd) = 5446.12/(350*550) = 0.0283 , maka 3/4 b = 0.021.

maks = 3/4b = 0.021, sedangkan


hitungan = 2454.4/(350*550) = 0.0127 <maks., menunjukkan sifat penampang tulangan
lemah.

Apabila dibatamaks = 3/8b = 0.0108 dan nilaihitungan = 0.0127, maka selain


pemeriksaan kekuatan penampang, lendutan sistim struktur perlu diperiksa.

Contoh perhitungan 2.
Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar, b = 250 mm dan tinggi
efektif, d = 460 mm. Beton mempunyai kuattekan, fc’ = 21 MPa dan kuat leleh baja
tulangan, fy = 280 MPa.Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa.Hitung : Kapasitas
momen penampang, Mn dan Mu untuk luas penampang, As sebagai berikut : (1). As = 9
D19 , (2). As = 18 D19, dan (3). pada keruntuhan seimbang.

Solusi
1. Untuk As = 9 D19

f c'  600 
Rasio keruntuhan seimbang  b  0,85. 1 . .
f y  600  f y 

21  600 
 b  0,85. 0,85. .    0,036946
280  600  280 

As 2552
   0,02219   b keruntuhan tarik
b.d 250 . 460
Untuk keruntuhan tarik, besarnya kapasitas momen penampang

 As . f y 
M n  As . f y .  d  0,59. ' 
 f c .b 

 2552. 280 
M n  2552. 280. 460  0,59.   271.316.336 N .mm
 21. 250 

M n  271.32 kN .m

Momen Ultimate, Mu penampang :


M u   . M n  0,8 x 271.32 kN .m  217.056 kN .m

2. Untuk As = 18 D19,.
As 5104
   0,04438   b keruntuhan tekan
b.d 250 . 460
Untuk keruntuhan tekan, harus dihitung terlebih dulu nilai a, sebagai berikut :
 0,85. f c'  2
 .a  a.d  1.d 2  0
 0,003.Es . 

 0,85.21  2
 .a  a.460  0,85.4602  0
 0,003.200000 . 0, 04438 
 a 2  686,21176.a  268308,8013  0
Dari pers. kuadrat dalam a tersebut , diperoleh nilai :a 1 = 278,21 mm (dipakai ) dan a2 =
- 964,42 mm (tidak dipakai)

Tegangan pada baja tulangan, fs :


1.d  a
f s  0,003. . E s  245,25 MPa  f y  280 MPa
a

Kapasitas Momen Penampang :


M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a )

M n  398.395.033 N .mm  398,395 kN .m

dan
M u   .M n  0,8 . 398,395 kN .m  318,72 kN .m

3 Pada Keruntuhan Seimbang


Kapasitas momen penampang
 . f y 
M n   .b.d 2 . f y 1  0,59. ' 
 fc 
 0,036946.280 
M n  0,036946.250.460 2.280 1  0,59. 
 21 
 388.192.090 N .mm  388,192 kN .m
M u   .M n  0,8 . 388,192 kN .m  310,554 kN .m
Nilai-nilai kapasitas momen penampang yang diperoleh jika di-plot akan diperoleh
Gambar. 4.13

Gambar 4.13.Kapasitas momen penampang dari penulangan tunggal dengan


variasi rasio tulangan.

3.3.3 Desain balok Tulangan Tunggal


Keruntuhan tekan sangat berbahaya karena keruntuhan tersebut terjadi secara
tiba-tiba dan getas (brittle).Keruntuhan tarik, terjadi diawali oleh retak yang
lebar dancukup serta lebih daktail (ductile fracture).
Pembatasan Tulangan Lentur (SNI-2002, Pasal 12.3.3), untuk komponen struktur
lentur, maka rasio tulangan ρ yang ada tidak boleh melampaui 0,75ρb, yang merupakan
rasio tulangan yang menghasilkan kondisi regangan seimbang untuk penampang yang
mengalami lentur tanpa beban aksial.
Pembatasan baja tulangan maksimum untuk penampang balok dengan penulangan
tunggal :
 max  0,75.b
Dimana sesuai dengan persamaan (2.20), rasio tulangan seimbang dihitunga sebagai berikut
f c,  600 
 b  0,85.1. .
f y  600  f y 
(4.23)
atau

f c,  600 
 max  0,6375.1. .
f y  600  f y 

Tulangan minimum pada komponen struktur lentur(SNI-2002, Pasal 12.5), Pada setiap
penampang dari suatu komponen struktur lentur, dimana berdasarkan analisis diperlukan
tulangan tarik, maka luas As yang ada tidak boleh kurang dari:

f c'
As min  bw d
4 fy

Dan tidak boleh lebih kecil dari


1,4
As min  bw d
fy

Contoh Desain

Dengan beban mati qDL = 17 kN/m dan beban hidup qLL = 25 kN/m, direncanakan
dimensi penampang balok optimum untuk bentang balok = 4.5 m. Mutu beton f’ c = 25
N/mm2 dan tegangan leleh baja fy = 390 N/mm2.

Penyelesaian :

Ditetapkan ukuran balok sebagai berikut :

h ~ L/16= 4500/16 = 281.25 mm. sesuai Tabel 3.2.5.(a) SK-SNI-T-15-1990-01.

Tetapkan h = 450 mm, lebar penampang b = 300 mm, dan d = 450 - 50 = 400 mm.

Berat sendiri balok = 0.30* 0.45* 24 = 3.24 kN/m.

Beban mati qDL = 17 + 3.24 = 20.24 kN/m,

beban hidup qLL = 25.00 kN/m.

Beban terfaktor qud = 1.2 DL + 1.6 LL= (1.2 * 20.24) + (1.6 * 25) = 64.288 kN/m.

Momen lentur terfaktor rencana Mu = 1/8 qud*L2 = 1/8*64.288*4.52

= 162.729 kN-m.
Gambar 4.14. Balok diatas dua tumpuan tulangan tunggal

Menggunakan persamaan (4.14):

0.85f c' b  2M nd 
As  d d
fy  0.85f c' b 

 2 *162729000 
 
0.85 * 25 * 300  2 0.8   1468.92 mm 2
As  400  400 
390  0.85 * 25 * 300 
 
 

Dipilih 4D22 = 1520 mm2

 = As/b.d = 1520/(300*400) = 0.01267 >min = 1.4/fy = 1.4/390

= 0.00359.

maks = 0.75 b = 0.75* 0.85{(0.85 x 25)/390} * {600/ (600+390)}

= 0.75 x 0,02807 = 0.02105 > = 0.01267.

min<maks, memenuhi syarat sebagai tulangan lemah.

Menghitung kapasitas momen terfaktor Muk :

a = Asfy/(0.85f’c b) = (1520*390)/(0.85* 25*300) = 92.988 mm.


Mn = Asfy (d-a/2) = 0.8*1520*390*(400 – 92.988/2) = 167646630 Nmm = 167.65
kN-m .

Jadi Mud = 162.729 kN-m <Mnk = 167.65 kN-m.

3.4 Balok dengan Tulangan Rangkap

Tujuan dari pemasangan tulangan tekan pada penampang balok adalah mengurangi
lendutan balok akibat penyusutan dan rangkak bahan, disamping meningkatkan
kapasitas penampang.Pada penampang yang menerima momen nominal rencana positif
) , tulangan tekan ditempatkan pada sisi atas, sedangkan bagi momen nominal
M (nd

rencana negatif (tumpuan) ( )


M nd ,

Gambar 4.15.Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang tulangan


rangkap

penempatan tulangan tekan disisi bawah. Gambar 4.15 menjelaskan dimensi, parameter,
diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang dengan tulangan

A s' As
rangkap.Jika rasio tulangan tekan  '  dan rasio tulangan tarik   , akan
bd bd
dibahas beberapa kondisi dalam desain dan pemeriksaan penampang tulangan rangkap.

Analisis penampang kondisi seimbang (balance)


Dari diagram momen dan gaya (Gambar 4.16):

C sb  Asb' f s'


C cb  0.85 f c'  1bc b  Asb' 
Tab  Asb f y

Gambar 4.16.Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang tulangan


rangkapkondisi seimbang (balance)

Menentukan posisi garis netral dari diagram regangan :

c 0.003 600d
cb  d d ; satuan f y  [ N / mm 2 ]
c   y fy 600  f y
0.003 
200000

C sb   'b f s' bd,


A sb  cb 
Dengan b  , maka : C cb  0.85 f c' bd  1   'b , (4. 24)
bd  d 
Tab   b f y bd

Dua kemungkinan tegangan yang terjadi pada tulangan tekan berdasarkan regangan

c  d'
 s'  b (0.003) :
cb
a. f s'  f y , jika  s'   y

b. f s'  E s  s' , jika  s'   y

Dari keseimbangan gaya : Csb + Ccb = Tab :

 c 
0.85f c' bd 1 b   '    'f s' bd   b f y bd
 d 
(4.25)
0.85f c'  c b  f s'
 1  '   '  b
fy  d  fy

SNI 03 – 2847 – 2002 menetapkan rasio tulangan rencana dengan pemasangan tulangan
tekan tidak boleh melampaui nilai :

3 __ ' f s' __
0.85f c'  c b 
maksimum   b   b hal mana b   1  (4.26)
4 fy fy  d 

3.4.1 Prosedur desain balok dengan tulangan rangkap

Merencanakan jumlah tulangan rangkap untuk momen nominal rencana MR dilakukan


dengan prosedur sebagai berikut :
Mu
a. Menetapkan nilai MR =

b. Menetapkan rasio tulangan tekan terhadap tulangan utam(tarik) : A’s= As; 0< 1.
c. Berdasarkan kesetimbangan gaya (Gambar 4.9) :

C c  C s  Ta
0.85f c' 1bc  A s   A s f s'  A s f y

0.85f c' ab
As 

f y   0.85f c'  f s'  (4.27)

Cc zc  Cs zs  M nd
Dari kesetimbangan momen : (4.28)
 
0.85f c' ab  As d  0.5a   Asfs' d  d '  M nd
d. Untuk mendapatkan nilai As, ditetapkan secara uji-coba terlebih dahulu a. Harga a
berkisar antara d'  a  ab . Nilai a memberikan harga c = a/1, sehingga regangan

c  d'
tulangan tekan  s'  (0.003) diketahui. Apabila ’sy, tegangan tekan baja
c
f’s = Es’s, sedangkan jika ’sy, f’s = fy.
e. Nilai a, fy, fc’, dan f’sdimasukkan ke persamaan (4.27) untuk mendapatkan As. Harga
As, a, f’c , dan f’s kemudian disubstitusikan kedalam persamaan (4.28). Apabila nilai
persamaan sebelah kiri tanda sama dengan, cocok dengan nilai Mnd, berarti
tulangan As merupakan desain kebutuhan tulangan tarik pada penampang. Bila tidak
sama, proses uji-coba diulangi dengan menetapkan nilai abaru sampai terpenuhinya
persamaan (4.28).
f. Tulangan perlu As diperiksa terhadap batasan tulangan maksimum menurut
persamaan (4.26).

Contoh Perhitungan 1

Balok dengan penampang persegi b=350 mm, h=650 mm, d=590 mm, d’=50 mm,
dengan tulangan rangkap As= 8D25 mm, As’= 4D25, dan kekuatan bahan :
 kekuatan tekan beton f’c = 30 MPa
 tengangan leleh baja tulangan fy = 400 MPa.

Ditanya :
1. Hitung kapasitas momen terfaktor Mn penampang
2. Bila bentang balok 8 m, dan balok menerima beban akibat berat sendiri balok,
beban mati tambahan qSD= qLL/6, di mana qLL = beban hidup.
3. Tentukan besar beban hidup qLL,maks yang diterima balok tersebut (beton = 24
kN/m3).

quD = 1.2 qDL + 1.6 qLL 4D25 mm

650 mm

8.0 m 8D25 mm

350 mm
Gambar 4.17. Balok diatas dua tumpuan tulangan rangkap

Penyelesaian :

Data : b= 350 mm; h = 650 mm; d = 590 mm; d’ = 50 mm

As = 8D25= 3928 mm2 ; = 3928/(350*590) = 0.019

As’ = 4D25 =1964 mm2; ’ = 1964/(350*590) = 0.00951

f’c = 30 MPa; fy = 400 Mpa;  = 0.019 > min = 1.4/400 = 0.0035 (terpenuhi)

Untuk memeriksa rasio tulangan utama kondisi seimbang :

600d 600 * 590


cb    354 mm
600  f y 600  400

0.85f c'  cb  f'


Dari persamaan :  b   1  '   ' s
fy  d  fy

0.85 * 30  345  30
b   0.85 *  0.00951  0.00951*  0.0318
400  590  400

 0.85 * 30  345  30
  0.019  0.75 *   0.85 *   0.00951*  0.024 (memenuhi)
 400  590  400

Syarat pemasangan tulangan lemah terpenuhi.Mencari blok tegangan ekivalena :

'c = 0.003 0.85f'c

d’ Cs
A’ s 's f's A ’s Cc
c a
zs=(d-d’)
d Mnk
zc=(d-0.5a)
650
As
As
Ts
s fs
350
Penampang
Diagram Diagram Diagram
balok
regangan tegangan momen dan gaya
Gambar 4.18. Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang tulangan
rangkap

a 
C s   ' f s' bd, C c  0.85f c' bd   ' , Ta  f y bd
 d 

Dari diagram gaya : H = 0

a  a 
C s  C c  Ta , yaitu  ' f s' bd  0.85f c' bd   '   f y bd atau  ' f s'  0.85f c'    '   f y
d  d 

 a 
0.0095* f s'  0.85 * 30 *   0.00951  0.019 * 400
 590 

0.04322a  7.357  0.0095f s'

a  170.23  0.22 f s' Dengan cara coba-uji : jika a = 96.41 mm, maka dari diagram
regangan :

 s' 
1.1765a  50 0.003  0.001678   
fy

400
 0.002 , sehingga
y
1.1765a 200000 200000

f’s = 0.001678*200000 = 335.51 N/mm2 (tulangan tekan belum leleh)

Momen terfaktor kapasitas dengan tulangan terpasang :

M n  0.80 * 0.85 f c' ab  As d  0.5a   As f s' d  d ' 

M n  0.80 * 0.85 * 30 * 96.41 * 350  1964 590  0.5 * 96.41  1964 * 335.51 * 590  50 

Mn = 635909462 N-mm = 635.91 kN-m (63.591 ton-m)

Mencari batas maksimum beban terfaktor :

Berat sendiri balok = 0.35*0.65*24 kN/m = 5.46 kN/m

qud = 1.2*(5.46 + qLL/6) + 1.6qLL = 6.552 + 1.8 qLL

Mu = 1/8quDL2 = (6,552+1.8qLL)*(82/8) = 52.416 + 14.4qLL

MuMn = 52.416 + 14.4 qLL < 635.91

qLL< 40.52 kN/m .


Jadi beban hidup maksimum balok = 40.52 kN/m. (4.052 ton/m)

Contoh perhitungan 2
Suatu balok beton bertulang dengan penulangan rangkap, mempunyai lebar, b = 280
mm, d = 510 mm, d’ = 50 mm, As’ = 645 mm2, As = 2581 mm2, Es = 200.000 MPa,
dan fy = 275 MPa.
Hitung : Kapasitas momen penampang balok jika :1). fc’ = 21 MPa dan 2). fc’ = 35
MPa.

Solusi
1) Untuk fc’ = 21 MPa
Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :

a
A s 
 As' . f y
'
0,85. f . b
c

a
A s 
 As' . f y

2581  645. 275  106,5 mm
'
0,85. f . b
c 0,85. 21. 280
Nilai  = 0,85 ; diperoleh : c = a/b1 = 125,3 mm
Regangan leleh baja adalah :y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138

Regangan tulangan tekan


c  d' 125,3  50 fy
 s'  0,003.  0,003  0,00180  Tulangan sudah leleh
c 125,3 Es

Regangan tulangan tarik

d c 510  125,3 fy
 s  0,003.  0,003.  0,00921  tulangan tarik sudah leleh.
c 125,3 Es
Maka  f s  f y

Berarti semua tulangan sudah leleh, maka


M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f y (d  d ' )

M n  0,85.21.106,5.280 (510  0,5.106,5)  645. 275 (510  50 )


 324.714.587 N .mm  324,7 kN .m
2. Jika fc’ = 35 MPa
Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :

a
A s 
 As' . f y

2581  645. 275  63,91 mm
'
0,85. f . b
c 0,85.35. 280
Nilai = 0,81 ; diperoleh : c = a/b1 = 63,91/0,81 = 78,90 mm
Regangan leleh baja adalah :y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138
Regangan-regangan yang terjadi pada baja tulangan :

Regangan tulangan tekan


c  d' 78,90  50 fy
 s'  0,003.  0,003  0,0011  tulangan tekan belum lelh
c 78,90 Es

Regangan tulangan tarik

d c 510  78,90 fy
 s  0,003.  0,003.  0,01639 
c 78,90 Es
Ternyata, baja tulangan tekan belum leleh (meskipun baja tulangantarik sudah leleh),
sehingga nilai a yang dihitung tidak benar (tidakbisa dipakai).
Nilai aktual dari s’ (dalam fungsi a) dapat dihitung dari diagramregangan, dan
tegangan baja tulangan tekan pada kondisi elastis, diperoleh :
a  1.d ' a  0,81. 50
f s'   s' . Es  0,003 .200.000  600
a a
C  Cc  Cs  T  0,85. f c' . a.b  As' . f s'  As . f y

a  0,81. 50
0,85.35 . a.280  645. 600  2581. 275
a
8330 . a 2  322775.a  15673500  0
 a 2  38,75.a  1881,57  0
diperoleh nilai : a = 66,88 mm
66,88  0,81. 50
Tegangan pada baja tulangan tekan : f s'  600  236,66 MPa
66,88
<fy = 275 MPa
Kapasitas momen penampang :
M n  0,85. f c' .a.b ( d  0,5.a )  As' . f s ( d  d ' )
M n  0,85.35.66,88.280 (510  0,5.66,88)  645. 236,66 (510  50 )
 335.713.554 Nmm  335,71 kN .m
Dari contoh diatas, dapat dicatat bahwa dengan menaikkanmutu beton dari fc’ = 21
MPa menjadi fc’ = 35 MPa, kapasitasmomen penampang yang diperoleh tidak banyak
bertambah,dan tipe keruntuhan balok merupakan keruntuhan tarik.
Jika baja tulangan tekan tidak digunakan pada penampang tersebut, kedua tipe balok
akan tetap memberikan tipe keruntuhan tarik, dan kapasitas momen penampang adalah
309 kN.m (untuk fc’ = 21 MPa) dan 331 kN.m (untuk fc’ = 35 MPa).
Dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya baja tulangan tekan,tidak banyak menambah
kapasitas momen penampang seperti yang diharapkan, dan balok akan mengalami
keruntuhan tarik ketika 
Bab. 4
AnalisisdanDisain
BalokT dan L

4.1Pendahuluan

Pada umumnya balok beton biasanya dicor monolit dengan pelat sehingga lendutan
pada balok mengakibatkan bagian pelat yang bersebelahan dengan balok ikut melendut.
PadaKondisiinidapatdianggapadabagianpelatdanbalokbekerjabersama-samadalammemi
kulbebanluar.Tegangan tekan terjadi pada bagian badan balok dan sambungan pelat.
Dalam kondisi ini perlu diketahui berapa bagian lebar pelat yang efektif menerima
distribusi gaya-gaya balok (berapa bagian lebar efektif flens).

Gambar4.1.Lenturanbalokdenganflens
Selain dari sistem portal, analisis balok T juga dilakukan pada sistem balok
pra-cetak penampang T yang menerima beban pelat. Elemen pelat dapat terletak bebas
diatas balok, seperti pelat lantai kendaraan pada jembatan.
Analisis dan perencanaan balok T yang merupakan kesatuan monolit dengan
pelat lantai atau atap, didasarkan pada tanggap pelat dengan balok yang berinteraksi
saat menahan momen lentur positif. Pelat akan berlaku sebagai lapis sayap tekan
(flens) dan balok sebagai badan. Selain sebagai bagian dari balok, flens balok T juga
harus direncanakan dan diperhitungkan tersendiri terhadap lenturan arah melintang, hal
mana balok sebagai tumpuannya. Ini berarti pelat yang berfungsi sebagai flens
berperilaku sebagai komponen struktur yang bekerja pada dua arah lenturan saling tegak
lurus. Gamba5 5.2 memperlihatkan balok T berdasarkan zona tekan beton.

Gambar 4.2. Ketetapan analisis balok T berdasarkan zona tekan beton

Lebar efektif flens (be) sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 10.10 diambil sebagai
nilai terkecil dari nilai-nilai berikut:
1. Untuk balok T : balok yang mempunyai flens kedua sisi balok
be < ¼ L atau be < bw + b1 + b2
dengan b1 = 8t1 atau ½ L1 dan b2 = 8t2 atau ½ L2
2. Untuk balok L : balok yang mempunyai flens hanya disatu sisi balok
be < bw + b3
dengan b3 = 1/12 L atau 6t1 atau ½ L1
Gambar 4.3. Lebar efektif flens

4.2 Analisis Balok T dan Balok L

Sebuahbalokdianggapsebagaibalok T
jikaseluruhdaerahflensmengalamitekan.Kemungkinanletakgarisnetraljikasebuahbalok T
menahanlentur:
1. Garisnetraljatuhdalamflens
2. Garis netral jatuh dalam badan.

Gambar 5.4memperlihatkanpenampangbalok T,
padakondisimomenmaksimum.Tinggigarisnetralbiasanyakecil,
karenabesarnyaluaspenampangflens, sehinggaakanterjadikeruntuhantarik( fs = fy)

Padakondisiinidimana a <hf,
balokdapatdianalisisdengananalisisbalokpersegidenganmengganti b (ataubw) dengan be.
Gambar 4.4.Penampangbalok T padakondisimomenmaksimum
1. Garis netral jatuh dalam flens (c  hf)

be
'cu=0,003 0,85 f'c
c a Cc
hf

d - a/2
d h

As
Ts
s

bw

Gambar4.5a.Garisnetraljatuh di flens

Keseimbangan gaya-gaya horisontal :

Cc = Ts

0,85f’c a be = Asfy (5.1)

As f y
Dimana a 
0,85 f'c b e

Momennominal Mn = Asfy (d – a/2) (5.2)

2. Garis netral jatuh dalam badan (c > hf)

Dalam kondisi ini bisa terjadi 2 (dua) kemungkinan yaitu :


- c >hftetapi a ≤ hf :balokdianalisisdengananalisisbalokpersegi (sama sepertikasus
1).
- c dan a >hf :balokdianalisisdengananalisisbalok T.

be
0,85 f'c

hf Cf = Asf fy
a Cc
Asf c

d h d - a/2 d - hf/2

As As Ts = (As - Asf) fy
Tf = Asf fy

bw

Gambar4.5b.Garisnetraljatuh di badan (web)

Analisisbalok T
dapatdiidentikandengananalisisbalokpersegidengantulanganrangkap.Adanyaflensdisisiki
ridankananbadanbalok yang
mengalamitekandapatdianalogikanadanyatulangantekanimajinerseluasAsf yang
kapasitasgayanyaekivalendengankapasitasgayaflensdisisikiridankananbalok (Cf).

Komponengayatekan :cf = 0,85 f’c (be – bw) hf

Contoh perhitungan
Hitunglah besarnya kapasitas momen maksimum dari penampang balok T, dengan b =
810 mm, bw = 200 mm, d = 310 mm, As = 1935 mm2, Es = 200.000 MPa, fy = 400
MPa dan fc’ = 21 MPa,jika : 1). hf = 100 mm

Solusi :
Tebal flens, hf = 100 mm
Asumsi baja tulangan tarik sudah leleh, fs = fy dan garis netral berada pada flens.
Tinggi blok tegangan :

As . f y 1935. 400
a '
  53,53 mm
0,85. f . b
c 0,85..21.810

c = a/b1 = 53,53/0,85 = 62,98 mm <hf = 100 mm : Garisnetralberada di flens. ok!


Perhitungannya adalah balok persegi biasa dengan lebar ”b”, Kapasitas momen
penampang

M n  As . f y .d  0,5.a 
 1935. 400. 310  0,5. 53,53  219,22 kN .m

Check tulangan tarik sudah leleh atau belum :

d c 310  62,98
 s  0,003.  0,003.  0,01177
c 62,98

fy 400
y    0,002
Es 200.000

s   y
tulangantariksudahleleh

4.3 Balok T dengan Tulangan Rangkap

Serupa dengan penampang balok persegi empat, pemasangan tulangan tekan pada
penampang balok T adalah mengurangi lendutan balok akibat penyusutan dan rangkak
bahan, disamping meningkatkan kapasitas penampang. Pada penampang yang

menerima momen nominal rencana positif M (nd ) , tulangan tekan ditempatkan pada sisi

atas, sedangkan bagi momen nominal rencana negatif (tumpuan) M (nd ) , penempatan

tulangan tekan disisi bawah. Tulangan tekan tidak sama untuk momen lentur lapangan
dengan momen negatif tumpuan. Gambar 5.6 menjelaskan dimensi, parameter, diagram
regangan, tegangan dan gaya dalam penampang dengan tulangan rangkap. Jika rasio
A s'
tulangan tekan '  dan rasio tulangan tarik   A s , akan dibahas beberapa
bd bd

kondisi dalam desain dan pemeriksaan penampang tulangan rangkap.


Gambar 4.6. Diagram regangan, tegangan dan gaya balok T tulangan rangkap

Analisispenampangkondisiseimbang (balance)

Dari diagram momen dan gaya (Gambar 6.7) :

C sb '  Asb' f s'



C cb1  0.85 f c'  1bw cb  Asb'  (5.3)
C cb 2  0.85 f  b
c
'
1 m 
 bw t f ; Tab  Asb f y

A sb
Dengan b  , maka :
bd

'
Csb '  A sb f s'  'b fs' bd;
(5.4)

C cb1  0.85f c' 1b w c b  A sb
'
  b c 
 0.85 f c' bd  1 w b  'b  ;
bd
 

 b  b w t f  
Ccb 2  0.85f c' 1 b m  b w t f   0.85 f c' bd 1 m ;
 bd  (5.5)
Tab   b f y bd
Gambar 4.7. Diagram regangan, tegangan dan gaya balok T tulangan rangkap kondisi
seimbang

Dua kemungkinan tegangan yang terjadi pada tulangan tekan berdasarkan regangan

cb  d'
s'  (0.003) :
cb

b. f s'  f y , jika s'   y

b. f s'  E s  s' , jika  s'   y

Dari keseimbangangaya :Csb’ + Ccb1 +Ccb2 = Tab :

 b c   b  b w t f  
 'b f s' bd  0.85 f c' bd  1 w b   'b   0.85 f c' bd 1 m    b f y bd (5.6)
 bd   bd 

f s'  b c   b  b w t f  
 b   'b  m  1 w b   'b   m 1 m  (5.7)
fy  bd   bd 

SNI 03-2847-2002
menetapkanrasiotulanganrencanadenganpemasangantulangantekantidakbolehmelampaui

3 __ f s'
nilai maksimum    b   'b hal mana
4 fy

__
 b c   b  b w t f  
 b  m  1 w b   'b   m 1 m  (5.8)
 bd   bd 

ProsedurdesainbalokT dengantulanganrangkap

Merencanakanjumlahtulanganrangkapuntukmomen nominal
rencanaMnddilakukandenganprosedursebagaiberikut :
Mu
g. MenetapkannilaiMn =

h. Menetapkanrasiotulangantekanterhadaptulanganutama(tarik) : A’s= As; 0< 1.
i. Menghitung luas tulangan kritis As*  0.85f c' b w t f .

   
Periksa apakah Mn< A s* * f y * d  0.5t f   A s* * f y * d  d' . Jika ya, analisis serupa

dengan balok persegi dengan b = bm.

j. Dengan Mn> , berdasarkan kesetimbangan gaya (Gambar 5.9) :

C c1  C c 2  Cs '  Ta
 
0.85f c' 1b w c  A 's  0.85f c' 1 b m  b w t f   A s' f s'  A s f y
0.85f c' 1b w c  As   0.85fc' 1 b m  b w t f   As fs'  A sf y
0.85f c' b w a  1 b m  b w t f   A s f y   0.85f c' - f s' 

0.85b w a  1 b m  b w t f 
As  (5.9a)

f y   0.85f c'  f s' 
Dari kesetimbanganmomen :

Cc1z c1  Cc 2 z c 2  Cs 'zs '  M nd


(5.9b)
 
0.85f c' 1b w c  A's * d  0.5a   0.85f c' 1 b m  b w t f d - t f   As' fs' * d  d'  M nd

Untukmendapatkannilai As, ditetapkansecarauji-cobaterlebihdahulua.

Hargaaberkisarantara d'  a  a b . Nilaiamemberikanhargac = a/1,

c  d'
sehinggaregangantulangantekan s'  (0.003) diketahui. Apabila’sy,
c
tegangantekanbajaf’s = Es’s,sedangkanjika’sy, f’s = fy

k. Nilai a, fy, fc’, danf’sdimasukkankepersamaan (5.9a) untukmendapatkanAs. HargaAs,


a, f’c, danf’skemudiandisubstitusikankedalampersamaan (5.9b).
Apabilanilaipersamaansebelahkiritandasamadengan, cocokdengannilaiMn,
berartitulanganAsmerupakandesainkebutuhantulangantarikpadapenampang.
Bilatidaksama, proses
uji-cobadiulangidenganmenetapkannilaia barusampaiterpenuhinyapersamaan (5.9).
l. TulanganperluAsdiperiksaterhadapbatasantulanganmaksimummenurut (5.9).

Contohperhitungan

900

bm = 900 mm 120
As’
tf = 120 mm
650 606.
h = 650 mm 5
sengkang

bw = 300 mm As

fc ' = 22.5 MPa


300
fy = 360MPa

0.85f c'
m= =18.82
fy

Perencanaantulanganbalok T dengantulanganrangkap
Data-data :
Penampangbeton :Lebarbadanbw = 300 mm; Tinggibalok h = 650 mm;
Lebarbm = 900 mm; Tebalflenstf = 120mm
Mud = 115 kN-m; tul= 22 mm; s = 10 mm;selimutbeton = 22.5 mm;
fc' = 22.5 N/mm2; fy = 360 N/mm2
Rasiotulangantekan = 0.2; Faktorreduksi= 0.8

Perhitungan :Tinggiefektifpenampang :
d  h  se lim ut beton  s  0.5 *  tul =606.50 mm

d '  selimut beton   s  0.5 *  tul = 43.50 mm

Momenretak :

M r  0.37 * b w * d 2 * 0.3 f c' = 58102806 N-mm

Tulanganminimum :
 b   Mr 
A min   0.85 * f c' * w  *  d  d2   = 269.88 mm2
 fy   0.425f c' * b w 
   

Tinggigarisnetralpadakondisiberimbang :

 
 0.003 
cb    * d = 379.06 mm; ab = 322.20 mm
 0.003  f y 
 200000 

Regangandanteganganbajatulangantekan :

 c  d' 
s'   b  * 0.003 = 0.0027 ; y = 0.0018
 cb 

fs'= 360 N/mm2 ; 1 = 0.85

Tulanganmaximum :

A maks 
0.85 * f '
c 
* 1 * c b * b w  0.85 * f c' * b m  b w  * t f
=11200.14 mm2
f y  0.2 * fs'

 
 c 
M nmaks  0.2A maks * f s ' * d  d '  0.85 * f c' * 1 * c b * b w *  d  1 * b 
2 

 
 0.85 * f c' * b m  b w  * t f * d  0.5 * t f 

Mnmaks = 2029920949 N-mm

Tulanganperlu :

Mud = 115 kN-m

Mnd= 1437500000 N-mm

Coba-coba :

a = 122.00 mm; c = 143.53 mm.

s' = 0.0021; y = 0.0018


fs'= 360 N/mm2

As = 7211.72 mm2

Mnk= 1437843319 N-mm > 1437500000 N-mm (memenuhi)

Jumlahtulanganutama As = 19 22 mm = 7222.52 mm2.

Tulangantekan As' = 422 mm = 1444.50 mm2.

PemeriksaanKapasitasPenampangBalokT TulanganRangkap

Data-data :

a. Penampangbeton

Lebarbw = 30 cm

Tinggi h = 65 cm

Lebarbm = 90 cm

Tebalflenstf = 12 cm

b. Penulangan

As = 19 22 mm = 72 cm2; As'= 422 mm = 15 cm2;

 sengkang = 10 mm,

selimutbeton = 2.25 cm;

fc' = 225 kg/cm2; fy = 3600 kg/cm2;

Ratio tulangantekan = 0.2;

Faktorreduksi = 0.8; 1 = 0.85;


Gambar 4.8.Penampangbalok T dan diagram tegangan - regangan

Pemeriksaantipebalok :
Tinggiefektifpenampangd = 60.65 cm
d' = 4.35 cm; Ta = 260 ton; s' = 0.0021; y = 0.0017; fs' = 3600 kg/cm2
Cc + As'*fy = 261 ton
ab = 38.60 cm
Ta <Cc2 :Analisisbalokpersegiempatekivalen
a = 11.90 <ab ;x = 14.00 cm
s' = 0.0021; y = 0.0017
fs'= 3600 kg/cm2
(Cc + As'*fs') = 260 = Ta = 260ton
zc = 54.70 cm; zs' = 56.30 cm.
Mnk = 142.86 ton-m = 1428.59 kN-m; Muk = 114.29 ton-m = 1142.88 kN-m
Bab. 5
Prosedure dan Contoh Perhitungan

5.1. PERENCANAAN (DISAIN) PENAMPANG BALOK :


( TULANGAN TUNGGAL )
Diketahui :
- Dimensi balok : b; h
- Momen lentur : Mu
- Mutu bahan : fc’; fy

Hitung :
- Luas dan jumlah tulangan balok : As, m

Penyelesaian :
- Koefisien penampang : Rn = Mu/(.0.85 fc’ b d²); dimana : =0.80
- Indeks tulangan :  = 1-(1-2*Rn)
- Rasio tulangan :  = .0,85.fc’/fy
min = 14/fy
maks = 0,75*0,85*fc’/fy*6000/(6000+fy)
Bila :  < min ; As = min*b*d
Bila : maks  < min ; As =  *b*d
Bila :  > maks ; Dimensi penampang ( b atau h) diperbesar, hitung ulang.
( alternatif lain dpasang tulangan tekan !)
- Jumlah tulangan : m=As/(0.25*π*db2)
dimana : db = diameter tulangan (13;16;19;22;25 mm) disesuaikan dimensi
balok.
Catatan :
Semua satuan harus kompatibel.
Mu = kg.cm; fc dan fy = kg/cm2; Rn, ,  = tidak bersatuan
As = cm2; db = cm; b dan h = cm

5.2. ANALISIS KAPASITAS PENAMPANG BALOK :


( TULANGAN TUNGGAL )
Diketahui :
- Dimensi balok : b; h
- Tulangan tarik : As=m*0.25*3.14*db2
- Mutu bahan : fc’; fy

Hitung :
- Momen yang dapat ditahan : Mu
- Tinggi garis netral, c
- Tinggi blok tegangan beton, a

Penyelesaian :
- Rasio tulangan : ρ=As/(b*d); d≈0.9*h
- Indeks tulangan : = ρ*fy/(0.85*fc’)
- Koefisien penampang : Rn=(1-/2)
- Momen : Mu=Rn*ø*0.85*fc’*b*d2 ; dimana : ø=0.80

atau :
- a=As*fy/(0.85*fc'*b);
- Mu=ø*0.85*fc'*b*a*(d-a/2)

Parameter Penampang :
- Tinggi blok tegangan : a=*d
- Tinggi garis netral : c=a/β1; dimana : β1=0.85
- Gaya tekan blok tegangan beton Cc=a*b*0.85*fc’
- Gaya tarik baja tulangan : T=As*fy

5.3. ANALISIS KAPASITAS PENAMPANG BALOK


TULANGAN RANGKAP
Satuan SI,
Mu (kN.m); As; As' (mm2), b; h(mm); fc'; fy (MPa)
5.2 Contoh Analisis Struktur Kolom
Soal :

Nomor : 1.
Kolom bertulangan 4 sisi, fc'=150 kg/cm2 (15 MPa); fy=4000 kg/cm2 (400 MPa); dimensi
b=40cm; h=40cm; Menahan Momen Mu=20 ton.m ; Gaya aksial Pu=100 ton.
Hitung jumlah tulangan (pakai D19) dan gambarkan penampang kolom tersebut.
Komentar saya sbb :
1. Urutan jawaban sudah benar
2. Kesalahan : pada soal diminta kolom bertulangan
4 sisi tetapi grafik menggunakan 2 sisi, gambar
penulangan yang disajikan 4 sisi. Jadi tidak konsisten.
3. Apabila digunakan grafik kolom 4 sisi diperoleh
sbb :
r=0.07 (ektrapolasi)
beta=0.60 (fc=15 MPa.); maka
Rho-t=0.07*0.60=0.042
Ast=0.042*40*40=67.2cm2
dipakai diameter tulangan
D19-->As=0.25*3.14*1.9^2=2.83 cm2
Jumlah tulangan nb=67.2/2.83=23.74 dibulatkan 24.
Tulangan yang dipakai : 24D19
Kontrol :
Bila digunakan Program DsgWin -->
https://sites.google.com/site/strukturbeton1/dsgwin-program-disain-beton-bertulang
Diperoleh : Ast=68.04 cm2 dipakai 24D19 !
Hasil mendekati !
Sekian, selamat mencoba soal yang lain.
SANS for Windows V.4.7
Concrete Design Utility
(C) Faheem Ahmad & Nathan Madutujuh, 1999-2004

LICENSEE : Civil Engineering Student

UNIT SYSTEM : Kg, cm


DESIGN CODE : PBI-91
DESIGN TARGET : Rect Column

Min Column Rebar Percent = 1.000 %

DATA:

Column Width, Bw = 40.00 cm


Column Height, Ht = 40.00 cm

Factored Moment, Mu = 20000.00 kg.m


Factored Shear, Vu = 0.00 kg
Factored Normal, Pu = 100000.00 kg
Factored Torsion, Tu = 0.00 kg.m

Concrete Compressive Strength fc1 = 150.00 kg/cm2


Concrete Crack Strength fcr = 150.00 kg/cm2
Concrete Initial Strength fci = 120.00 kg/cm2
Main Rebar Yield Strength fy = 4000.00 kg/cm2
Stirrups Rebar Yield Strength fyv = 2400.00 kg/cm2

Main rebar diameter dbm = 1.90 cm


2nd main rebar diameter dbn = 1.90 cm
Stirrups Rebar diameter dbv = 1.00 cm

Min concrete cover, Cover = 4.00 cm


Min rebar clear space, Minclrspc = 2.50 cm

RESULT:

Flexural Reinforcement: OK
Balanced neutral axis, cbal = 20.5871 cm
Balanced Compr. block, abal = 17.4990 cm
Balanced Moment Capacity, Mnb = 35586.56 kg.m
Balanced Normal Capacity, Pnb = 89490.90 kg
Balanced Eccentricity, ebal = 39.77 cm
Location of neutral axis, c = 23.8331 cm
Length of compression block, a = 20.2582 cm
Total Rebar (incl. side bar) nbt = 24 d19
Total Side Rebar nbs = 0 d19
Total Rebar area, Ast = 68.0469 cm2 = 4.25%
Nominal Moment Capacity, Md = 20409.26 kg.m
Nominal Normal Capacity, Pd = 100006.37 kg

Shear Reinforcement: OK
Av = 2*(0.25*Pi*dbv*dbv) = 0.00 cm2
Ag = bw*h = 0.00 cm2
pw = Ast/(bw*d) = 0.0000
x1 = bw-2*cv-2*dbv = 0.00 cm
y1 = h-2*cv-2*dbv = 0.00 cm
Vn = Vu/phi = 0.00 kg
Tn = Tu/phi = 0.00 kg.m
Vc = = 0.00 kg
Tc = = 0.00 kg.m
Vnc = Vn - Vc = 0.00 kg
Tnc = Tn - Tc = 0.00 kg.m
Avs = Vnc/(fy*d) = 0.00 cm2
Ats = Tnc/(zt*x1*y1*fy) = 0.00 cm2
Atst = Avs + 2*Ats = 0.00 cm2

Additional Longitudinal Rebar, At = 0.00 cm2


Stirrups Spacing, spc = 30.40 cm
Program PCAColumn
http://www.structurepoint.org
Untuk menghitung kapasitas / kekuatan kolom dengan diagram interaksi.
https://sites.google.com/site/strukturbeton1/program-pcacolumn
.
General Information:
====================
File Name: D:\PROYEK2\PCA_COL\K70X70.col
Project: RS
Column: K70X70 Engineer: SMR
Code: ACI 318-02 Units: Metric

Run Option: Investigation Slenderness: Not considered


Run Axis: X-axis Column Type: Structural

Material Properties:
====================
f'c = 25 MPa fy = 400 MPa
Ec = 23500 MPa Es = 200000 MPa
Ultimate strain = 0.003 mm/mm
Beta1 = 0.85

Section:
========
Rectangular: Width = 700 mm Depth = 700 mm

Gross section area, Ag = 490000 mm^2


Ix = 2.00083e+010 mm^4 Iy = 2.00083e+010 mm^4
Xo = 0 mm Yo = 0 mm

Reinforcement:
==============
Rebar Database: ASTM A615M
Size Diam (mm) Area (mm^2) Size Diam (mm) Area (mm^2) Size Diam (mm) Area (mm^2)
---- --------- ----------- ---- --------- ----------- ---- --------- -----------
# 10 10 71 # 13 13 129 # 16 16 199
# 19 19 284 # 22 22 387 # 25 25 510
# 29 29 645 # 32 32 819 # 36 36 1006
# 43 43 1452 # 57 57 2581

Confinement: Tied; #10 ties with #22 bars, #10 with larger bars.
phi(a) = 0.8, phi(b) = 0.9, phi(c) = 0.65

Layout: Rectangular
Pattern: All Sides Equal (Cover to transverse reinforcement)
Total steel area, As = 13932 mm^2 at 2.84%
36 #22 Cover = 40 mm
Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities: (see user's manual for notation)
=========================================================
Pu Mux fMnx
No. kN kN-m kN-m fMn/Mu
--- ------------ ------------ ------------ --------
1 7000.0 500.0 789.1 1.578
2 8000.0 500.0 578.6 1.157

*** Program completed as requested! ***

Angle = 0.0
Point Load Moment NA depth
1 10915.66 -0.00 1947.00
2 10369.88 141.92 1115.07
3 9824.09 272.86 822.19
4 9278.31 437.81 775.49
5 8732.53 589.36 728.91
6 8186.75 720.14 685.28
7 7640.96 830.17 639.44
8 7095.18 932.99 599.48
9 6549.40 1024.59 560.52
10 6003.61 1106.78 524.40
11 5457.83 1179.00 490.54
12 4912.05 1247.83 458.54
13 4366.26 1311.81 428.41
14 3820.48 1373.09 400.81
15 3274.70 1403.72 367.94
16 2728.92 1399.01 332.16
17 2183.13 1374.52 295.93
18 1637.35 1331.46 260.28
19 1091.57 1315.36 221.23
20 545.78 1383.44 181.65
21 0.00 1400.11 151.55
22 -984.96 1165.16 111.67
23 -1969.92 895.77 77.95
24 -2954.88 608.09 53.01
25 -3939.84 309.78 36.71
26 -4924.80 0.00 0.00
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A. 2009. Struktur Beton Lanjut, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Asroni, A. 2010.(a). Balok dan Plat Beton Bertulang, Cetakan pertama, Edisi pertama,
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Asroni, A. 2010.(b). Kolom, Fondasi dan Balok ”T” Beton Bertulang, Cetakan pertama,
Edisi pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Asroni, A. 2012. Contoh Perencanaan Portal Beton Bertulang Dengan Sistem Daktail
Parsial, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
DPMB, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.1-2. Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan, Bandung.
DSN, 1989. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SNI
03-1727-1989, UDC, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
DPPW, 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung, SNI-1726-2002, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,
Bandung.
DPU, 2002. Tata Cara Perhitngan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI
03-2847-2002. Departemen Pekerjaan Umum, Bandung

Web site Bahan ajar Struktur Beton


( dibuat oleh : Dr.Ir. H. Sumirin, MS.)

http://strukturbeton1.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai