Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
DAFTAR PUSTAKA 83
Bab. 1
Pendahuluan
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agergat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan pasta yang terbuat dari semen
dan air.Beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat lemah.Beton
bertulang merupakan kombinasi antara beton dan batangan baja yang digunakan secara
bersama, dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki
beton.Oleh karena itu desain struktur elemen beton bertulang dilakukan berdasarkan
prinsip yang berbeda dengan perencanaan desain satu bahan.
Beton bertulang merupakan bahan konstruksi yang umum digunakan dalam
berbagai bentuk pada hampir semua struktur seperti bangunan gedung, jembatan,
dinding penahan tanah, terowongan, tangki, saluran air dan lainnya, yang dirancang dari
prinsip dasar desain dan penelitian elemen beton bertulang yang menerima gaya aksial,
momen lentur, gaya geser, momen puntir, atau kombinasi dari jenis gaya-gaya dalam
tersebut. Prinsip dasar desain ini berlaku umum bagi setiap tipe sistem struktur selama
diketahui variasi gaya aksial, momen lentur, gaya geser dan unsur gaya dalam lainnya,
disamping konfigurasi bentang dan dimensi setiap elemen.
Pada beton bertulang, unsur beton mempunyai kekuatan tekan yang besar, tetapi
tidak mampu menerima tegangan tarik.Ini berarti tulangan baja yang ditanam dalam
beton menjadi unsur kekuatan yang memikul tegangan tarik.Seperti dalam gambar 1.1,
kapasitas balok akan meningkat lebih besar jika tulangan baja ditanam pada bagian tarik
(sisi atas pada tumpuan dan sisi bawah pada bentang lapangan) penampang.
Gambar 1.1Balok beton bertulang
Tulangan baja juga digunakan untuk menerima tegangan tekan, karena baja
sanggup menahan kekuatan tekan seperti kekuatan tarik.Pemasangan tulangan pada
zona tekan dinamakan tulangan tekan, seperti pada penulangan elemen balok.
Kombinasi kerja antara beton dan baja berdasarkan beberapa hal :
1. Lekatan antara tulangan baja dengan beton yang mencegah slip tulangan terhadap
beton (sifat monolit) bahan.
2. Kedap beton yang mencegah proses korosi tulangan.
3. Derajat ekspansi panas yang sama antara baja dan beton yang meniadakan beda
tegangan antara dua permukaan bahan.
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 menggunakan
agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah serta tidak menggunakan bahan
tambahan.Beton normal mempunyai kekuatan tekan nominal berkisar antara 20 MPa -
60 MPa.
Dalam klasifikasi beton, yang termasuk beton normal adalah kelas II yaitu beton
untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umurn.Pelaksanannya memerlukan keahlian
yang cukup dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.Beton kelas II
dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K125, Kl75 dan K225.Pada mutu B1, pengawasan
mutu hanya dibatasi pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak diisyaratkan pemeriksaan.Pada mutu-mutu K15, K175
dan K225, pengawasan mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu
bahan-bahan dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinyu.
Pada beton kelas II, untuk pertimbangan-pertimbangan tertentu bila diinginkan
mutu lain daripada mutu standar yang telah disebutkan diatas, maka hal itu diijinkan
asal syarat-syarat yang ditentukan tetap dipenuhi. Dalam hal ini mutu beton tersebut
dinyatakan dengan hurup K diikuti dengan angka dibelakangnya, yang menyatakan
kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.
Karena beton ini memiliki kekuatan yang tinggi maka sering disebut dengan High
Strength Concrete (HSC), selain memiliki kekuatan yang tinggi, beton ini juga memiliki
keawetan yang tinggi schingga disebut juga High Performance Concrete (HPC).
Perbedaan yang jelas antara beton mutu tinggi dengan beton normal adalah faktor air
semen (f.a.s) yang digunakan. Pada beton mutu tinggi faktor air semen yang digunakan
rendah sehingga proses pengeringannya lebih cepat.
Teknologi beton mutu tinggi telah banyak digunakan dalam konstruksi konstruksi, baik
dalam konstruksi gedung, jembatan maupun untuk konstruksi beton pratekan. Ada
beberapa alasan mengapa betcn mutu tinggi ini digunakan, diantaranya adalah:
1. Pada bangunan tinggi (struktur kolom, balok, pelat, core atau shearwall)
Kekuatan yang dicapai dapat lebih tinggi dibandingkan baton biasa. Pengerjaan
yang lebih mudah.
Kekakuan frame yang lebih tinggi
Lebih ekonomis karena dapat dikerjakan lebih ccpat dan mudah
Mempunyai daktilitas sendi-sendi balok pada frame yang lebih tinggi. Bila
digunakan pada struktur pelat akan lebih tipis.
2. Industri Komponen Pracetak-Pratekan (komponen balok, kolom, pipa tiang
listrik, sheet pile, tiang pancang, pelat atap atau pelat lantai):
Mempunyai berat yang ringan, sehingga memudahkan untuk pcngangkatan.
Beban retaknya lebih tinggi.
Penggunaan untuk komponen pelat tidak memerlukan perancah.
Mempunyai ketahanan geser pons yang lebih tinggi. Lebih tahan terhadap
lingkungan agresif
Dapat dipratekan dengann dipratekan yang lebih tinggi
3. Untuk jembatan
Dapat meningkatkan bentang jembatan
Mempunyai creep dan susut yang kecil
Beban ringan sehingga dapat mengurangi beban struktur p
Sukses besar beton sebgai bahan konstruksi dikarenakan beton bertulang memiliki
beberapa kelebihan antara lain:
1. Beton memiliki kuta tekan yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
lain.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
meripakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan
dengan air. Pada peristiwa kebakaran, batang-batang struktur beton bertulang
dengan ketebalan penutup beton (selimut beton) yang memadai dapat melindungi
tulangan dari kerusakan sehingga mencegah keruntuhan.
3. Sturktur beton bertulang sangat kokoh.
4. Beton betulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
5. Dibandingkan dengan bahan lain, beton bertulang memiliki usia layan yang sangat
panjang. Kekuatan beton bertulang tidak berkurang dengan berjalannya waktu.
6. Beton biasanyanya bahan ekonomis untuk pondasi tapak, dinding basement, tiang
tumpuan jembatan dan bangunan lainnya.
7. Beton dapat dicetak dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam seperti pelat,
balok, kolom, kubah dan cangkang yang besar.
8. Beton dapat dibuat dari bahan local daerah setempat yang murah (pasir, kerikil
dan air).
9. Keahlian buruh untuk pekerjaan beton lebih rendah dibandingkan dengan struktur
lain seperti baja.
Pengertian sifat bahan unsur beton perlu dipahami untuk menjadi parameter bagi
perencanaan struktur dan elemen beton.
Agregat adalah material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai secara
bersama-sama dengan suatu media pengikat semen hidraulik membentuk beton.
Selain agregat, terdapat agregat ringan yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat sekitar 1100 kg/m3[11 kN/m3).
Agregat halus seperti pasir sebagai hasil desintegrasi batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari industri pemecah batu dengan ukuran butir terbesar 5.0 mm.
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5-40
mm.
Beton merupakan campuran antara semen Portland atau semen hidraulik jenis lainnya,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang setelah
mengeras membentuk masa padat.
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
tertentu untuk mendapatkan tanggap suatu penampang yang berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
Apabila beton mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 maka disebut beton-normal.
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 menggunakan
agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah serta tidak menggunakan bahan
tambahan.Dalam klasifikasi beton, yang termasuk beton normal adalah kelas II yaitu
Beton kelas II adalah untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umurn.
Kuat tekan beton yang disyaratkan f c' adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh
perencanaan struktur dari benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300
mm, yang dinyatakan dalam mega pascal (MPa).
Untuk definisi parameter kekuatan beton bertulang, kuat tarik leleh f y merupakan
tarik leleh minimum yang disyaratkan atau titik leleh dari tulangan. Satuan dari kuat
tarik leleh ini dalam megapascal (MPa).
Kuat rencana didefinisikan sebagai kuat nominal yang dikalikan dengan suatu faktor
reduksi kekuatan .
Dalam perencanaan diperlukan parameter modulus elastisitas yang dinyatakan dari
rasio antara tegangan normal tarik atau tekan dengan regangan dari unsur elemen
dibawah batas proporsional dari material.
Elemen struktur
Elemen struktur dapat dibedakan dari fungsi dan beban yang dipikul elemen.
Kolom adalah komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil
sama dengan 3 atau lebih, digunakan terutama untuk mendukung beban aksial tekan.
Pelat dan balok merupakan komponen struktur lentur dan dinding geser adalah
komponen struktur yang berfungsi untuk meningkatkan kekakuan struktur menahan
gaya-gaya lateral.
Tulangan adalah batang baja berbentuk polos atau ulir (deform) atau pipa yang
berfungsi untuk menahan gaya tarik maupun gaya tekan pada komponen struktur.
Jenis tulangan dibedakan sebagai tulangan polos berupa batang baja yang permukaan
sisi luarnya rata tidak bersirip atau berulir ;tulangan deform, yaitu batang baja
bersirip atau berulir, sedangkan tulangan spiral adalah tulangan yang dililitkan secara
menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris.
Tulangan sengkang adalah tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser
dan torsi dalam suatu komponen struktur. Sengkang dibuat dari batang tulangan,
kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau deform, berbentuk kaki tunggal atau
dibengkokkan dalam bentuk L, U atau persegi dan dipasang tegak lurus atau
membentuk sudut terhadap tulangan utama komponen struktur lentur, balok atau kolom.
Pada kolom umumnya dipasangsengkang ikat, yaitu sengkang tertutup penuh.
Bagi perencanaan komponen struktur beton bertulang, harus terpenuhi ketentuan bahwa
semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang cukup
sesuai dengan ketetapan dalam buku tata cara perhitungan struktur beton, Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 – 2847 – 2002 dengan
faktor beban dan faktor reduksi kekuatan .
Prosedur dan asumsi dalam perencanaan besarnya beban rencana bagi analisis
didasarkan pada kondisi struktur yang menerima beban yang mungkin bekerja
padanya.Besarnya beban kerja diperhitungkan berdasarkan SNI 1727 - 1989 F tentang
Tata Cara Perencanaan Pem-bebanan untuk Rumah dan Gedung.
Analisis komponen struktur harus mengikuti ketentuan, bahwa semua komponen
struktur dari rangka atau konstruksi elemen kontinum harus direncanakan terhadap
pengaruh maksimum dari beban terfaktor yang dihitung sesuai dengan analisis teori
elastis, kecuali bagian yang telah dimodifikasikan menurut ketentuan dalam SNI 03 –
2847 – 2002 ayat 10.4 perihal redistribusi momen negatip.
Analisis struktur menurut cara-cara mekanika teknik yang baku merupakan
pra-perencanaan bagi desain beton bertulang. Besarnya tanggap penampang akibat
pembebanan menentukan desain.Analisis dengan bantuan komputer dalam mendapatkan
tanggap sistem struktur be-rupa gaya-gaya dalam harus dilakukan dengan pemodelan
matematika yang men-simulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi
sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.
Bab. 2
Metoda Disain Beton
Bertulang
Secara umum terdapat dua konsep disain dalam perencanaan konstruksi beton
bertulang, yaitu metoda disain tegangan ketrja (allowable stress design, ASD) dan
ultimate (ultimate stress design, USD). Sampai akhir tahun 80-an,hamper semua
bangunan gedung di Indonesia didisain denagn metoda disaintegangan kerja (metoda
elastis), teta@i sejak awal tahun 1990 penggunaan metoda disain ultimate menjadi lebih
popular dibandingkan dengan metoda tegangan kerja.
Dalam perkembangannya, peraturan beton Indonesia telah mengalami beberapa
kali perubahan. Hal ini disebabkan adanya kemajuan teknologi dalam bidang material
dan pelaksanaan serta pengaruh peraturan beton Negara lain. Peraturan beton yang
pernah berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1955
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI
T-15-1991-03)
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI
T-03-2847-2002)
PBI 1955 dan PBI 1971 masih mengacu pada metoda disain tegangan kerja
(metoda elastis), sedangkan SK SNI T-15-1991-03 dan SK SNI 03-2847-2002 mengacu
pada metoda disain ultimate.
Struktur dan komponen struktur harus direncanakan terhadap kombinasi beban
dan gaya terfaktor menurut ketentuan :
1. Struktur dan komponen struktur direncanakan hingga semua penampang
mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung
berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 – 2847 – 2002.
2. Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam SK
SNI T-15-1991-03 untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik
pada tingkat beban kerja.
Beban yang bekerja pada struktur dapat dikempokan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu beban
mati, beban hidup dan beban akibat pengaruh alam.
Beban lingkungan yang bekerja pada sistem struktur merupakan efek dari
alam.Angin, air hujan perubahan temperatur, gempa, penurunan tanah (settlement),
dan tekanan air tanah merupakan jenis beban lingkungan yang harus diperhitungkan
bekerja pada sistem struktur.Beban-beban ini besarnya tergantung lokasi bangunan.
Bangunan yang terletak di daerah pantai akan menerima beban angina lebih besar
dari bangunan yang ada di pedalaman. Begitu juga bangunan yang berada di daerah
rwan gempa dibandingkan dengan daerah yang tidak ada pengaruh gempanya.
Tabel 3.2: Besarnya intensitas beban hidup pada lantai gedung
Beban angina disebabkna oleh pergerakan udara karena danya perbedaan tekanan
udara yang ditimbulkan oleh pemanasan bumi yang tidak sama. SKBI-1.3.5.3-1987
pasal 2.1.3.2 memberikan batasan minimum tekanan angina sebagai berikut.
Beban gempa berasal dari gaya inersia bangunan dalam arah horizontal yang
disebabkan oleh adanya percepatan tanah akibat gempa (ground acceleration).
Besarnya gaya inersia yang terjadi terutama tergantungpada besarnya massa
bangunan, intensitas percepatan tanah, interaksi struktur terhadap tanah dan sifat
dinamis bagunan seperti waktu getar alami dan nilai redaman struktur. Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
(SNI-1726-2012) mengatur beban gempa untuk struktur gedung
Secara umum pada suatu struktur atau elemen struktur beton bertulang akibat beban luar
akan bekerja gaya-gaya dalam struktur seperti momen lentur, geser aksial dan momen
torsi. Elemen struktur balok, kolom, pelat dan pondasi akan memikul dua atau lebih
gaya-gaya dalam tersebut, tergantung dari fungsinya. Elemen struktur balok dan pelat
biasanya biasanya memikul momen lentur dan geser. Sedangkan elemen kolom dan
pondasi akan memikul gaya aksial dan momen lentur.
Dari kondisi tersebut diatas, agar struktur ataupun elemen struktur mampu
memikul beban-beban yang bekerja, maka struktur atau elemen struktur tersebut harus
memenuhi kriteria disain berikut:
a. Kriteria disain elemen struktur balok dan pelat:
1. Untuk beban lentur:
M R .M n M u (3.9)
Beberapa tahapan perilaku balok beton bertulang terjadi saat dibebani.Pada saat balok
bekerja beban yang kecil, tegangan tarik yang terjadi masih lebih rendah daripada
modulus keruntuhan (tegangan tarik lentur pada saat beton mulai retak) seluruh
penampang melintang balok menahan lentur.Pada tahapan ini belum terjadi retak pada
balok beton bertulang.Gambar 4.1 menunjukan penampang dandiagram regangan dan
tegangan balok pada tahapan tanpa retak.
Karena beban terus ditingkatkan melalui modulus keruntuhan balok, retak mulai
terjadi di bagian bawah balok.Momen pada saat retak ini mulai terbentuk yaitu ketika
tegangan tarik di bagian bawah sama dengan modulus keruntuhan, disebut momen
retak ,Mcr.
Pada saat beban menengah (tegangan beton lebih kurang sepertiga dari kuat tekannya),
tegangan dan regangan akan tetap mendekati linier. Tahapan ini disebut tahapan beban
kerja yang merupakan dasar dari metoda disain tegangan kerja (metoda elastis).Jika
beban terus ditingkatkan, retak ini terus menyebar mendekati sumbu netral.Kemudian
momen aktual lebih besar dari momen.Pada tahap ini, beton yang mengalami retak tidak
dapat menahan tarik maka tarik di tahan oleh baja tulangan.Tahap ini terus berlanjut
selama tegangan tekan pada serat bagian atas lebih kecil dari pada titik
lelehnya.retak.Gambar 4.2 menunjukan retak pada balok dan tegangan dan regangan
pada tahapan elastis.
Ketika beban terus bertambah sampai tegangan tekannya lebih besar dari 0.5fc’, retak
tarik akan merambat ke atas, sehingga tegangan beton tidak berbentuk garis lurus lagi.
Diasumsikan bahwa batang-batang tulangan telah leleh.Kondisi ini disebut balok pada
tahapan ultimat yang ditunjukan dalam Gambar 4.3.
Gambar 3.3. Balok tahapan tegangan ultimat
Pada tahapan beban ultimate, dapat dibedakan tiga tipe keruntuhan yang terjadi.
Jika balok ditulangi dengan luas baja tulangan yang kecil, keruntuhan daktail
(ductile)akan terjadi. Pada keruntuhan ini, baja tulangan akan leleh (fs=fy) dan terjadinya
sejumlah retak pada beton selanjuntnya beton mengalami keruntuhan setelah mengalami
lendutan yang besar. Keruntuhan terjadi apabila regangan yang terjadi pada beton tekan
telah mencapai nilai regangan maksimum yaitu sebesar ɛcu=0.003.
Pada kondisi sebaliknya, jika balok ditulangi dengan jumlah luas tulangan yang
besar, keruntuhan geta (brittle) terjadi pada beton. Tipe keruntuhan ini terjadi secara
tiba-tiba karena beton mengalami kehancuran pada daerah tekan dan baja tulangan tarik
belum leleh (fs<fy). Lendutan dan retak yang terjadi relative kecil.Tipe keruntuhan ini
bukan yang keruntuhan yang diinginkan karena tidak memberikan peringatan yang
cukup sebelum terjadi keruntuhan.
Tipe keruntiuhan yang ke tiga adalah keruntuhan seimbang (balanced), yaitu
keruntuhan yang terjadi saat baja tulangan dan beton mencapai keruntuhan secara
bersamaan (fs=fy dan ɛcu=0.003).
Skematik perilaku tegangan dan regangan yang terjadi pada penampang beton bertulang
sesuai dengan peningkatan beban sampai tegangan maksimum ditunjukan dalam
Gambar 4.4
a) Elemen balok b) distribusi tegangan balok
Gambar 3.4.Distribusi regangan dan tegangan pada penampang sesuai dengan
peningkatan beban sampai tegangan maksimum.
tega
nga
n
ɛy
regangan
Cc = k k1 fc’ c b (4.3)
Untuk kondisi DAKTAIL, gaya tarik Ta adalah :
Ta = As fy (4.4)
Asf
kk1f c' cb A s f y sehingga c (4.5)
kk1f c' b y
M n Ta z Ta d k 2 c As f y d k 2 c (4.6)
k As f y
M n As f y d 2 (4.7)
kk f '
b
1 c
Dari Gambar 4.7 besarnya momen nominal penampang menggunakan blok tegangan
ekivalen adalah : a = 1c
Ta = Asfy (4.9)
As f y
a (4.10)
0.85f c' b
Mengetahui dimensi, kualitas bahan, dan jumlah tulangan yang terpasang, kekuatan
nominal kapasitas penampang Mn dapat dicari dari kesetimbang momen :
As f y
M n As f y d 0.59 ' (4.11)
fcb
Pada Gambar 4.8 penampang balok dengan parameter dimensi b, h, tulangan As disebut
elemen balok dengan tulangan tunggal. Dengan diameter tulangan utama dt, diameter
sengkang dv, dan penutup beton dc, tinggi efektif d adalah : d = h - (dc + dv + 0,5 db).
fy 2M nd
A s2 2dA s 0 (4.14)
0.85f c' b fy
Gaya horizontal 0; Cc Ta 0
A sf y
0.85f c' ab A s f y 0, sehingga a
0.85f c' b
a As f y
M n Ta d As f y d 1 '
2 1.70 f c bd
As fy
Jika , sebagai rasio tulangan tarik, maka M n bd 2 1 0.59 '
bd fc
Mn fy
Dengan mendefinisikan Ru 2
dan m , maka kapasitas lentur penampang
bd 0.85f c'
Mn fy fy
Ru f y 1 0.59 f y 1 0.59 * 0.85 , sehingga :
bd 2 f c' 0.85 f c'
Mn
Ru f y 1 0.50 * m (4.15)
bd 2
1 2mR u
1 1 (4.16)
m fy
Dari jumlah tulangan tarik kondisi seimbang Asb dapat ditentukan posisi garis netral
kondisi seimbang cb.Jika luas tulangan rencana As> Asb, penampang disebut penampang
dengan tulangan kuat. Dari keseimbangan gaya dalam Cc = Ta, blok tegangan ekivalen a
menjadi lebih besar; yang berarti nilai c melebihi nilai cb. Hal ini berakibat s<y = fy/Es,
saat c = 0.003. Keruntuhan penampang tulangan kuat secara mendadak akan terjadi
tanpa memberikan pertanda keruntuhan.
Sebaliknya bila luas tulangan rencana As< Asb yang biasanya disebut penampang dengan
tulangan lemah, blok tengangan ekivalen betona lebih kecil dari ab yang berarti c lebih
kecil cb. Ini memberikan nilai s>y = fy/Es; yang artinya balok memberikan tanda
deformasi yang besar sebelum terjadinya keruntuhan.
SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 3.3.3 ayat 3 menetapkan dalam memenuhi kriteria
daktalitas penampang, jumlah tulangan rencana tidak boleh lebih dari 0.75Asb atau
0.75b.
0.003
Untuk nilai c = 0.003 dan y = fy/Es, maka a b c b d (4.17)
0.003 f y / E s
C cb 0.85f c' a b b
0.85f c' ba b (4.18)
Tab A sb f y 0, sehingga A sb
fy
fy fy
Dengan nilai c = 0.003, y ;
Es 200.000
1 600
[f y dalam satuan N/mm2 MPa ]
m 600 f y
1 6300
[f y dalam satuan kg/mm 2 ] (4.20)
m 6300 f y
1 87000
[f y dalam lb/inci2 ]
m 87000 f y
1 2
Bila fct = 1.8(0.3f’c,) (SNI 03 – 2847 – 2002) dan Wutuh= bh , berarti :
6
2
bh
M r 0.54 f c' .
6
2
0.77 A s min r f y h 0.54 f c'
bh
6
yang berarti 0.77As min r f y h 0.54 f c' * 0.135bd 2
A s min f c'
min (4.21)
bh 10f y
SNI 03 – 2847 – 2002, pasal 3.3.5 ayat 1 menetapkan rasio tulangan tarik minimum
1.4
yang harus ada adalah min (4.22)
fy
yang berarti nilai f’c yang diambil dalam perhitungan <17.5 N/mm2.
Contoh perhitungan 1
Penyelesaian :
1 1
M DL q DL L2 17 5.04 62 99.18 kN - m
8 8
1 1
M LL q LL L2 25 6 2 112.5 kN - m
8 8
Diperiksa apakah momen nominal kapasitas penampang Mnk lebih besar dari momen
nominal rencana Mnd. Dengan menganggap tulangan balok bersifat tulangan lemah,
maka diagram tegangan-regangan adalah sebagai berikut :
Jarak garis netral terhadap serat paling atas : y = a/0.85 = 123/0.85 = 144.71 mm.
Kondisi seimbang :
Contoh perhitungan 2.
Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar, b = 250 mm dan tinggi
efektif, d = 460 mm. Beton mempunyai kuattekan, fc’ = 21 MPa dan kuat leleh baja
tulangan, fy = 280 MPa.Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa.Hitung : Kapasitas
momen penampang, Mn dan Mu untuk luas penampang, As sebagai berikut : (1). As = 9
D19 , (2). As = 18 D19, dan (3). pada keruntuhan seimbang.
Solusi
1. Untuk As = 9 D19
f c' 600
Rasio keruntuhan seimbang b 0,85. 1 . .
f y 600 f y
21 600
b 0,85. 0,85. . 0,036946
280 600 280
As 2552
0,02219 b keruntuhan tarik
b.d 250 . 460
Untuk keruntuhan tarik, besarnya kapasitas momen penampang
As . f y
M n As . f y . d 0,59. '
f c .b
2552. 280
M n 2552. 280. 460 0,59. 271.316.336 N .mm
21. 250
M n 271.32 kN .m
2. Untuk As = 18 D19,.
As 5104
0,04438 b keruntuhan tekan
b.d 250 . 460
Untuk keruntuhan tekan, harus dihitung terlebih dulu nilai a, sebagai berikut :
0,85. f c' 2
.a a.d 1.d 2 0
0,003.Es .
0,85.21 2
.a a.460 0,85.4602 0
0,003.200000 . 0, 04438
a 2 686,21176.a 268308,8013 0
Dari pers. kuadrat dalam a tersebut , diperoleh nilai :a 1 = 278,21 mm (dipakai ) dan a2 =
- 964,42 mm (tidak dipakai)
dan
M u .M n 0,8 . 398,395 kN .m 318,72 kN .m
f c, 600
max 0,6375.1. .
f y 600 f y
Tulangan minimum pada komponen struktur lentur(SNI-2002, Pasal 12.5), Pada setiap
penampang dari suatu komponen struktur lentur, dimana berdasarkan analisis diperlukan
tulangan tarik, maka luas As yang ada tidak boleh kurang dari:
f c'
As min bw d
4 fy
Contoh Desain
Dengan beban mati qDL = 17 kN/m dan beban hidup qLL = 25 kN/m, direncanakan
dimensi penampang balok optimum untuk bentang balok = 4.5 m. Mutu beton f’ c = 25
N/mm2 dan tegangan leleh baja fy = 390 N/mm2.
Penyelesaian :
Tetapkan h = 450 mm, lebar penampang b = 300 mm, dan d = 450 - 50 = 400 mm.
Beban terfaktor qud = 1.2 DL + 1.6 LL= (1.2 * 20.24) + (1.6 * 25) = 64.288 kN/m.
= 162.729 kN-m.
Gambar 4.14. Balok diatas dua tumpuan tulangan tunggal
0.85f c' b 2M nd
As d d
fy 0.85f c' b
2 *162729000
0.85 * 25 * 300 2 0.8 1468.92 mm 2
As 400 400
390 0.85 * 25 * 300
= 0.00359.
Tujuan dari pemasangan tulangan tekan pada penampang balok adalah mengurangi
lendutan balok akibat penyusutan dan rangkak bahan, disamping meningkatkan
kapasitas penampang.Pada penampang yang menerima momen nominal rencana positif
) , tulangan tekan ditempatkan pada sisi atas, sedangkan bagi momen nominal
M (nd
penempatan tulangan tekan disisi bawah. Gambar 4.15 menjelaskan dimensi, parameter,
diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang dengan tulangan
A s' As
rangkap.Jika rasio tulangan tekan ' dan rasio tulangan tarik , akan
bd bd
dibahas beberapa kondisi dalam desain dan pemeriksaan penampang tulangan rangkap.
C sb Asb' f s'
C cb 0.85 f c' 1bc b Asb'
Tab Asb f y
c 0.003 600d
cb d d ; satuan f y [ N / mm 2 ]
c y fy 600 f y
0.003
200000
Dua kemungkinan tegangan yang terjadi pada tulangan tekan berdasarkan regangan
c d'
s' b (0.003) :
cb
a. f s' f y , jika s' y
c
0.85f c' bd 1 b ' 'f s' bd b f y bd
d
(4.25)
0.85f c' c b f s'
1 ' ' b
fy d fy
SNI 03 – 2847 – 2002 menetapkan rasio tulangan rencana dengan pemasangan tulangan
tekan tidak boleh melampaui nilai :
3 __ ' f s' __
0.85f c' c b
maksimum b b hal mana b 1 (4.26)
4 fy fy d
C c C s Ta
0.85f c' 1bc A s A s f s' A s f y
0.85f c' ab
As
f y 0.85f c' f s' (4.27)
Cc zc Cs zs M nd
Dari kesetimbangan momen : (4.28)
0.85f c' ab As d 0.5a Asfs' d d ' M nd
d. Untuk mendapatkan nilai As, ditetapkan secara uji-coba terlebih dahulu a. Harga a
berkisar antara d' a ab . Nilai a memberikan harga c = a/1, sehingga regangan
c d'
tulangan tekan s' (0.003) diketahui. Apabila ’sy, tegangan tekan baja
c
f’s = Es’s, sedangkan jika ’sy, f’s = fy.
e. Nilai a, fy, fc’, dan f’sdimasukkan ke persamaan (4.27) untuk mendapatkan As. Harga
As, a, f’c , dan f’s kemudian disubstitusikan kedalam persamaan (4.28). Apabila nilai
persamaan sebelah kiri tanda sama dengan, cocok dengan nilai Mnd, berarti
tulangan As merupakan desain kebutuhan tulangan tarik pada penampang. Bila tidak
sama, proses uji-coba diulangi dengan menetapkan nilai abaru sampai terpenuhinya
persamaan (4.28).
f. Tulangan perlu As diperiksa terhadap batasan tulangan maksimum menurut
persamaan (4.26).
Contoh Perhitungan 1
Balok dengan penampang persegi b=350 mm, h=650 mm, d=590 mm, d’=50 mm,
dengan tulangan rangkap As= 8D25 mm, As’= 4D25, dan kekuatan bahan :
kekuatan tekan beton f’c = 30 MPa
tengangan leleh baja tulangan fy = 400 MPa.
Ditanya :
1. Hitung kapasitas momen terfaktor Mn penampang
2. Bila bentang balok 8 m, dan balok menerima beban akibat berat sendiri balok,
beban mati tambahan qSD= qLL/6, di mana qLL = beban hidup.
3. Tentukan besar beban hidup qLL,maks yang diterima balok tersebut (beton = 24
kN/m3).
650 mm
8.0 m 8D25 mm
350 mm
Gambar 4.17. Balok diatas dua tumpuan tulangan rangkap
Penyelesaian :
f’c = 30 MPa; fy = 400 Mpa; = 0.019 > min = 1.4/400 = 0.0035 (terpenuhi)
0.85 * 30 345 30
b 0.85 * 0.00951 0.00951* 0.0318
400 590 400
0.85 * 30 345 30
0.019 0.75 * 0.85 * 0.00951* 0.024 (memenuhi)
400 590 400
d’ Cs
A’ s 's f's A ’s Cc
c a
zs=(d-d’)
d Mnk
zc=(d-0.5a)
650
As
As
Ts
s fs
350
Penampang
Diagram Diagram Diagram
balok
regangan tegangan momen dan gaya
Gambar 4.18. Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang tulangan
rangkap
a
C s ' f s' bd, C c 0.85f c' bd ' , Ta f y bd
d
a a
C s C c Ta , yaitu ' f s' bd 0.85f c' bd ' f y bd atau ' f s' 0.85f c' ' f y
d d
a
0.0095* f s' 0.85 * 30 * 0.00951 0.019 * 400
590
a 170.23 0.22 f s' Dengan cara coba-uji : jika a = 96.41 mm, maka dari diagram
regangan :
s'
1.1765a 50 0.003 0.001678
fy
400
0.002 , sehingga
y
1.1765a 200000 200000
M n 0.80 * 0.85 f c' ab As d 0.5a As f s' d d '
M n 0.80 * 0.85 * 30 * 96.41 * 350 1964 590 0.5 * 96.41 1964 * 335.51 * 590 50
Contoh perhitungan 2
Suatu balok beton bertulang dengan penulangan rangkap, mempunyai lebar, b = 280
mm, d = 510 mm, d’ = 50 mm, As’ = 645 mm2, As = 2581 mm2, Es = 200.000 MPa,
dan fy = 275 MPa.
Hitung : Kapasitas momen penampang balok jika :1). fc’ = 21 MPa dan 2). fc’ = 35
MPa.
Solusi
1) Untuk fc’ = 21 MPa
Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :
a
A s
As' . f y
'
0,85. f . b
c
a
A s
As' . f y
2581 645. 275 106,5 mm
'
0,85. f . b
c 0,85. 21. 280
Nilai = 0,85 ; diperoleh : c = a/b1 = 125,3 mm
Regangan leleh baja adalah :y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138
d c 510 125,3 fy
s 0,003. 0,003. 0,00921 tulangan tarik sudah leleh.
c 125,3 Es
Maka f s f y
a
A s
As' . f y
2581 645. 275 63,91 mm
'
0,85. f . b
c 0,85.35. 280
Nilai = 0,81 ; diperoleh : c = a/b1 = 63,91/0,81 = 78,90 mm
Regangan leleh baja adalah :y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138
Regangan-regangan yang terjadi pada baja tulangan :
d c 510 78,90 fy
s 0,003. 0,003. 0,01639
c 78,90 Es
Ternyata, baja tulangan tekan belum leleh (meskipun baja tulangantarik sudah leleh),
sehingga nilai a yang dihitung tidak benar (tidakbisa dipakai).
Nilai aktual dari s’ (dalam fungsi a) dapat dihitung dari diagramregangan, dan
tegangan baja tulangan tekan pada kondisi elastis, diperoleh :
a 1.d ' a 0,81. 50
f s' s' . Es 0,003 .200.000 600
a a
C Cc Cs T 0,85. f c' . a.b As' . f s' As . f y
a 0,81. 50
0,85.35 . a.280 645. 600 2581. 275
a
8330 . a 2 322775.a 15673500 0
a 2 38,75.a 1881,57 0
diperoleh nilai : a = 66,88 mm
66,88 0,81. 50
Tegangan pada baja tulangan tekan : f s' 600 236,66 MPa
66,88
<fy = 275 MPa
Kapasitas momen penampang :
M n 0,85. f c' .a.b ( d 0,5.a ) As' . f s ( d d ' )
M n 0,85.35.66,88.280 (510 0,5.66,88) 645. 236,66 (510 50 )
335.713.554 Nmm 335,71 kN .m
Dari contoh diatas, dapat dicatat bahwa dengan menaikkanmutu beton dari fc’ = 21
MPa menjadi fc’ = 35 MPa, kapasitasmomen penampang yang diperoleh tidak banyak
bertambah,dan tipe keruntuhan balok merupakan keruntuhan tarik.
Jika baja tulangan tekan tidak digunakan pada penampang tersebut, kedua tipe balok
akan tetap memberikan tipe keruntuhan tarik, dan kapasitas momen penampang adalah
309 kN.m (untuk fc’ = 21 MPa) dan 331 kN.m (untuk fc’ = 35 MPa).
Dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya baja tulangan tekan,tidak banyak menambah
kapasitas momen penampang seperti yang diharapkan, dan balok akan mengalami
keruntuhan tarik ketika
Bab. 4
AnalisisdanDisain
BalokT dan L
4.1Pendahuluan
Pada umumnya balok beton biasanya dicor monolit dengan pelat sehingga lendutan
pada balok mengakibatkan bagian pelat yang bersebelahan dengan balok ikut melendut.
PadaKondisiinidapatdianggapadabagianpelatdanbalokbekerjabersama-samadalammemi
kulbebanluar.Tegangan tekan terjadi pada bagian badan balok dan sambungan pelat.
Dalam kondisi ini perlu diketahui berapa bagian lebar pelat yang efektif menerima
distribusi gaya-gaya balok (berapa bagian lebar efektif flens).
Gambar4.1.Lenturanbalokdenganflens
Selain dari sistem portal, analisis balok T juga dilakukan pada sistem balok
pra-cetak penampang T yang menerima beban pelat. Elemen pelat dapat terletak bebas
diatas balok, seperti pelat lantai kendaraan pada jembatan.
Analisis dan perencanaan balok T yang merupakan kesatuan monolit dengan
pelat lantai atau atap, didasarkan pada tanggap pelat dengan balok yang berinteraksi
saat menahan momen lentur positif. Pelat akan berlaku sebagai lapis sayap tekan
(flens) dan balok sebagai badan. Selain sebagai bagian dari balok, flens balok T juga
harus direncanakan dan diperhitungkan tersendiri terhadap lenturan arah melintang, hal
mana balok sebagai tumpuannya. Ini berarti pelat yang berfungsi sebagai flens
berperilaku sebagai komponen struktur yang bekerja pada dua arah lenturan saling tegak
lurus. Gamba5 5.2 memperlihatkan balok T berdasarkan zona tekan beton.
Lebar efektif flens (be) sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 10.10 diambil sebagai
nilai terkecil dari nilai-nilai berikut:
1. Untuk balok T : balok yang mempunyai flens kedua sisi balok
be < ¼ L atau be < bw + b1 + b2
dengan b1 = 8t1 atau ½ L1 dan b2 = 8t2 atau ½ L2
2. Untuk balok L : balok yang mempunyai flens hanya disatu sisi balok
be < bw + b3
dengan b3 = 1/12 L atau 6t1 atau ½ L1
Gambar 4.3. Lebar efektif flens
Sebuahbalokdianggapsebagaibalok T
jikaseluruhdaerahflensmengalamitekan.Kemungkinanletakgarisnetraljikasebuahbalok T
menahanlentur:
1. Garisnetraljatuhdalamflens
2. Garis netral jatuh dalam badan.
Gambar 5.4memperlihatkanpenampangbalok T,
padakondisimomenmaksimum.Tinggigarisnetralbiasanyakecil,
karenabesarnyaluaspenampangflens, sehinggaakanterjadikeruntuhantarik( fs = fy)
Padakondisiinidimana a <hf,
balokdapatdianalisisdengananalisisbalokpersegidenganmengganti b (ataubw) dengan be.
Gambar 4.4.Penampangbalok T padakondisimomenmaksimum
1. Garis netral jatuh dalam flens (c hf)
be
'cu=0,003 0,85 f'c
c a Cc
hf
d - a/2
d h
As
Ts
s
bw
Gambar4.5a.Garisnetraljatuh di flens
Cc = Ts
As f y
Dimana a
0,85 f'c b e
be
0,85 f'c
hf Cf = Asf fy
a Cc
Asf c
d h d - a/2 d - hf/2
As As Ts = (As - Asf) fy
Tf = Asf fy
bw
Analisisbalok T
dapatdiidentikandengananalisisbalokpersegidengantulanganrangkap.Adanyaflensdisisiki
ridankananbadanbalok yang
mengalamitekandapatdianalogikanadanyatulangantekanimajinerseluasAsf yang
kapasitasgayanyaekivalendengankapasitasgayaflensdisisikiridankananbalok (Cf).
Contoh perhitungan
Hitunglah besarnya kapasitas momen maksimum dari penampang balok T, dengan b =
810 mm, bw = 200 mm, d = 310 mm, As = 1935 mm2, Es = 200.000 MPa, fy = 400
MPa dan fc’ = 21 MPa,jika : 1). hf = 100 mm
Solusi :
Tebal flens, hf = 100 mm
Asumsi baja tulangan tarik sudah leleh, fs = fy dan garis netral berada pada flens.
Tinggi blok tegangan :
As . f y 1935. 400
a '
53,53 mm
0,85. f . b
c 0,85..21.810
M n As . f y .d 0,5.a
1935. 400. 310 0,5. 53,53 219,22 kN .m
d c 310 62,98
s 0,003. 0,003. 0,01177
c 62,98
fy 400
y 0,002
Es 200.000
s y
tulangantariksudahleleh
Serupa dengan penampang balok persegi empat, pemasangan tulangan tekan pada
penampang balok T adalah mengurangi lendutan balok akibat penyusutan dan rangkak
bahan, disamping meningkatkan kapasitas penampang. Pada penampang yang
menerima momen nominal rencana positif M (nd ) , tulangan tekan ditempatkan pada sisi
atas, sedangkan bagi momen nominal rencana negatif (tumpuan) M (nd ) , penempatan
tulangan tekan disisi bawah. Tulangan tekan tidak sama untuk momen lentur lapangan
dengan momen negatif tumpuan. Gambar 5.6 menjelaskan dimensi, parameter, diagram
regangan, tegangan dan gaya dalam penampang dengan tulangan rangkap. Jika rasio
A s'
tulangan tekan ' dan rasio tulangan tarik A s , akan dibahas beberapa
bd bd
Analisispenampangkondisiseimbang (balance)
A sb
Dengan b , maka :
bd
'
Csb ' A sb f s' 'b fs' bd;
(5.4)
C cb1 0.85f c' 1b w c b A sb
'
b c
0.85 f c' bd 1 w b 'b ;
bd
b b w t f
Ccb 2 0.85f c' 1 b m b w t f 0.85 f c' bd 1 m ;
bd (5.5)
Tab b f y bd
Gambar 4.7. Diagram regangan, tegangan dan gaya balok T tulangan rangkap kondisi
seimbang
Dua kemungkinan tegangan yang terjadi pada tulangan tekan berdasarkan regangan
cb d'
s' (0.003) :
cb
b c b b w t f
'b f s' bd 0.85 f c' bd 1 w b 'b 0.85 f c' bd 1 m b f y bd (5.6)
bd bd
f s' b c b b w t f
b 'b m 1 w b 'b m 1 m (5.7)
fy bd bd
SNI 03-2847-2002
menetapkanrasiotulanganrencanadenganpemasangantulangantekantidakbolehmelampaui
3 __ f s'
nilai maksimum b 'b hal mana
4 fy
__
b c b b w t f
b m 1 w b 'b m 1 m (5.8)
bd bd
ProsedurdesainbalokT dengantulanganrangkap
Merencanakanjumlahtulanganrangkapuntukmomen nominal
rencanaMnddilakukandenganprosedursebagaiberikut :
Mu
g. MenetapkannilaiMn =
h. Menetapkanrasiotulangantekanterhadaptulanganutama(tarik) : A’s= As; 0< 1.
i. Menghitung luas tulangan kritis As* 0.85f c' b w t f .
Periksa apakah Mn< A s* * f y * d 0.5t f A s* * f y * d d' . Jika ya, analisis serupa
C c1 C c 2 Cs ' Ta
0.85f c' 1b w c A 's 0.85f c' 1 b m b w t f A s' f s' A s f y
0.85f c' 1b w c As 0.85fc' 1 b m b w t f As fs' A sf y
0.85f c' b w a 1 b m b w t f A s f y 0.85f c' - f s'
0.85b w a 1 b m b w t f
As (5.9a)
f y 0.85f c' f s'
Dari kesetimbanganmomen :
c d'
sehinggaregangantulangantekan s' (0.003) diketahui. Apabila’sy,
c
tegangantekanbajaf’s = Es’s,sedangkanjika’sy, f’s = fy
Contohperhitungan
900
bm = 900 mm 120
As’
tf = 120 mm
650 606.
h = 650 mm 5
sengkang
bw = 300 mm As
0.85f c'
m= =18.82
fy
Perencanaantulanganbalok T dengantulanganrangkap
Data-data :
Penampangbeton :Lebarbadanbw = 300 mm; Tinggibalok h = 650 mm;
Lebarbm = 900 mm; Tebalflenstf = 120mm
Mud = 115 kN-m; tul= 22 mm; s = 10 mm;selimutbeton = 22.5 mm;
fc' = 22.5 N/mm2; fy = 360 N/mm2
Rasiotulangantekan = 0.2; Faktorreduksi= 0.8
Perhitungan :Tinggiefektifpenampang :
d h se lim ut beton s 0.5 * tul =606.50 mm
Momenretak :
Tulanganminimum :
b Mr
A min 0.85 * f c' * w * d d2 = 269.88 mm2
fy 0.425f c' * b w
Tinggigarisnetralpadakondisiberimbang :
0.003
cb * d = 379.06 mm; ab = 322.20 mm
0.003 f y
200000
Regangandanteganganbajatulangantekan :
c d'
s' b * 0.003 = 0.0027 ; y = 0.0018
cb
Tulanganmaximum :
A maks
0.85 * f '
c
* 1 * c b * b w 0.85 * f c' * b m b w * t f
=11200.14 mm2
f y 0.2 * fs'
c
M nmaks 0.2A maks * f s ' * d d ' 0.85 * f c' * 1 * c b * b w * d 1 * b
2
0.85 * f c' * b m b w * t f * d 0.5 * t f
Tulanganperlu :
Coba-coba :
As = 7211.72 mm2
PemeriksaanKapasitasPenampangBalokT TulanganRangkap
Data-data :
a. Penampangbeton
Lebarbw = 30 cm
Tinggi h = 65 cm
Lebarbm = 90 cm
Tebalflenstf = 12 cm
b. Penulangan
sengkang = 10 mm,
Pemeriksaantipebalok :
Tinggiefektifpenampangd = 60.65 cm
d' = 4.35 cm; Ta = 260 ton; s' = 0.0021; y = 0.0017; fs' = 3600 kg/cm2
Cc + As'*fy = 261 ton
ab = 38.60 cm
Ta <Cc2 :Analisisbalokpersegiempatekivalen
a = 11.90 <ab ;x = 14.00 cm
s' = 0.0021; y = 0.0017
fs'= 3600 kg/cm2
(Cc + As'*fs') = 260 = Ta = 260ton
zc = 54.70 cm; zs' = 56.30 cm.
Mnk = 142.86 ton-m = 1428.59 kN-m; Muk = 114.29 ton-m = 1142.88 kN-m
Bab. 5
Prosedure dan Contoh Perhitungan
Hitung :
- Luas dan jumlah tulangan balok : As, m
Penyelesaian :
- Koefisien penampang : Rn = Mu/(.0.85 fc’ b d²); dimana : =0.80
- Indeks tulangan : = 1-(1-2*Rn)
- Rasio tulangan : = .0,85.fc’/fy
min = 14/fy
maks = 0,75*0,85*fc’/fy*6000/(6000+fy)
Bila : < min ; As = min*b*d
Bila : maks < min ; As = *b*d
Bila : > maks ; Dimensi penampang ( b atau h) diperbesar, hitung ulang.
( alternatif lain dpasang tulangan tekan !)
- Jumlah tulangan : m=As/(0.25*π*db2)
dimana : db = diameter tulangan (13;16;19;22;25 mm) disesuaikan dimensi
balok.
Catatan :
Semua satuan harus kompatibel.
Mu = kg.cm; fc dan fy = kg/cm2; Rn, , = tidak bersatuan
As = cm2; db = cm; b dan h = cm
Hitung :
- Momen yang dapat ditahan : Mu
- Tinggi garis netral, c
- Tinggi blok tegangan beton, a
Penyelesaian :
- Rasio tulangan : ρ=As/(b*d); d≈0.9*h
- Indeks tulangan : = ρ*fy/(0.85*fc’)
- Koefisien penampang : Rn=(1-/2)
- Momen : Mu=Rn*ø*0.85*fc’*b*d2 ; dimana : ø=0.80
atau :
- a=As*fy/(0.85*fc'*b);
- Mu=ø*0.85*fc'*b*a*(d-a/2)
Parameter Penampang :
- Tinggi blok tegangan : a=*d
- Tinggi garis netral : c=a/β1; dimana : β1=0.85
- Gaya tekan blok tegangan beton Cc=a*b*0.85*fc’
- Gaya tarik baja tulangan : T=As*fy
Nomor : 1.
Kolom bertulangan 4 sisi, fc'=150 kg/cm2 (15 MPa); fy=4000 kg/cm2 (400 MPa); dimensi
b=40cm; h=40cm; Menahan Momen Mu=20 ton.m ; Gaya aksial Pu=100 ton.
Hitung jumlah tulangan (pakai D19) dan gambarkan penampang kolom tersebut.
Komentar saya sbb :
1. Urutan jawaban sudah benar
2. Kesalahan : pada soal diminta kolom bertulangan
4 sisi tetapi grafik menggunakan 2 sisi, gambar
penulangan yang disajikan 4 sisi. Jadi tidak konsisten.
3. Apabila digunakan grafik kolom 4 sisi diperoleh
sbb :
r=0.07 (ektrapolasi)
beta=0.60 (fc=15 MPa.); maka
Rho-t=0.07*0.60=0.042
Ast=0.042*40*40=67.2cm2
dipakai diameter tulangan
D19-->As=0.25*3.14*1.9^2=2.83 cm2
Jumlah tulangan nb=67.2/2.83=23.74 dibulatkan 24.
Tulangan yang dipakai : 24D19
Kontrol :
Bila digunakan Program DsgWin -->
https://sites.google.com/site/strukturbeton1/dsgwin-program-disain-beton-bertulang
Diperoleh : Ast=68.04 cm2 dipakai 24D19 !
Hasil mendekati !
Sekian, selamat mencoba soal yang lain.
SANS for Windows V.4.7
Concrete Design Utility
(C) Faheem Ahmad & Nathan Madutujuh, 1999-2004
DATA:
RESULT:
Flexural Reinforcement: OK
Balanced neutral axis, cbal = 20.5871 cm
Balanced Compr. block, abal = 17.4990 cm
Balanced Moment Capacity, Mnb = 35586.56 kg.m
Balanced Normal Capacity, Pnb = 89490.90 kg
Balanced Eccentricity, ebal = 39.77 cm
Location of neutral axis, c = 23.8331 cm
Length of compression block, a = 20.2582 cm
Total Rebar (incl. side bar) nbt = 24 d19
Total Side Rebar nbs = 0 d19
Total Rebar area, Ast = 68.0469 cm2 = 4.25%
Nominal Moment Capacity, Md = 20409.26 kg.m
Nominal Normal Capacity, Pd = 100006.37 kg
Shear Reinforcement: OK
Av = 2*(0.25*Pi*dbv*dbv) = 0.00 cm2
Ag = bw*h = 0.00 cm2
pw = Ast/(bw*d) = 0.0000
x1 = bw-2*cv-2*dbv = 0.00 cm
y1 = h-2*cv-2*dbv = 0.00 cm
Vn = Vu/phi = 0.00 kg
Tn = Tu/phi = 0.00 kg.m
Vc = = 0.00 kg
Tc = = 0.00 kg.m
Vnc = Vn - Vc = 0.00 kg
Tnc = Tn - Tc = 0.00 kg.m
Avs = Vnc/(fy*d) = 0.00 cm2
Ats = Tnc/(zt*x1*y1*fy) = 0.00 cm2
Atst = Avs + 2*Ats = 0.00 cm2
Material Properties:
====================
f'c = 25 MPa fy = 400 MPa
Ec = 23500 MPa Es = 200000 MPa
Ultimate strain = 0.003 mm/mm
Beta1 = 0.85
Section:
========
Rectangular: Width = 700 mm Depth = 700 mm
Reinforcement:
==============
Rebar Database: ASTM A615M
Size Diam (mm) Area (mm^2) Size Diam (mm) Area (mm^2) Size Diam (mm) Area (mm^2)
---- --------- ----------- ---- --------- ----------- ---- --------- -----------
# 10 10 71 # 13 13 129 # 16 16 199
# 19 19 284 # 22 22 387 # 25 25 510
# 29 29 645 # 32 32 819 # 36 36 1006
# 43 43 1452 # 57 57 2581
Confinement: Tied; #10 ties with #22 bars, #10 with larger bars.
phi(a) = 0.8, phi(b) = 0.9, phi(c) = 0.65
Layout: Rectangular
Pattern: All Sides Equal (Cover to transverse reinforcement)
Total steel area, As = 13932 mm^2 at 2.84%
36 #22 Cover = 40 mm
Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities: (see user's manual for notation)
=========================================================
Pu Mux fMnx
No. kN kN-m kN-m fMn/Mu
--- ------------ ------------ ------------ --------
1 7000.0 500.0 789.1 1.578
2 8000.0 500.0 578.6 1.157
Angle = 0.0
Point Load Moment NA depth
1 10915.66 -0.00 1947.00
2 10369.88 141.92 1115.07
3 9824.09 272.86 822.19
4 9278.31 437.81 775.49
5 8732.53 589.36 728.91
6 8186.75 720.14 685.28
7 7640.96 830.17 639.44
8 7095.18 932.99 599.48
9 6549.40 1024.59 560.52
10 6003.61 1106.78 524.40
11 5457.83 1179.00 490.54
12 4912.05 1247.83 458.54
13 4366.26 1311.81 428.41
14 3820.48 1373.09 400.81
15 3274.70 1403.72 367.94
16 2728.92 1399.01 332.16
17 2183.13 1374.52 295.93
18 1637.35 1331.46 260.28
19 1091.57 1315.36 221.23
20 545.78 1383.44 181.65
21 0.00 1400.11 151.55
22 -984.96 1165.16 111.67
23 -1969.92 895.77 77.95
24 -2954.88 608.09 53.01
25 -3939.84 309.78 36.71
26 -4924.80 0.00 0.00
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A. 2009. Struktur Beton Lanjut, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Asroni, A. 2010.(a). Balok dan Plat Beton Bertulang, Cetakan pertama, Edisi pertama,
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Asroni, A. 2010.(b). Kolom, Fondasi dan Balok ”T” Beton Bertulang, Cetakan pertama,
Edisi pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Asroni, A. 2012. Contoh Perencanaan Portal Beton Bertulang Dengan Sistem Daktail
Parsial, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
DPMB, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.1-2. Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan, Bandung.
DSN, 1989. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SNI
03-1727-1989, UDC, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
DPPW, 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung, SNI-1726-2002, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,
Bandung.
DPU, 2002. Tata Cara Perhitngan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI
03-2847-2002. Departemen Pekerjaan Umum, Bandung
http://strukturbeton1.blogspot.co.id/