Anda di halaman 1dari 25

ASKEP TRAUMA ABDOMEN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampu :
Hardiyanto, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Annisa Dewi Nurcahyanti (1920008)


2. Syahrul Gunawan (1920056)
3. Thyrse Fine Thaharah (1920058)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MEI 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury
yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya
mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi
luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik
akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering
berpa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi,
obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik
baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul
abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk
pengelolaan secara optimal. Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita
multi-trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan trauma abdomen.
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
- Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.
- Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.
- Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.
- Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen yaitu penatalaksanaan awal dan
dirumah sakit
- Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.
- Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.
- Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen
- Mengetahui masalah yang mungkin timbul pada pasien dengan trauma abdomen
c. Tujuan Teoritis
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera.
(Sjamsuhidayat,1997). Trauma abdomen adalah terjadi atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan
metabolism, kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ.
(Sjamsuhidayat,1997). Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera (sjamsuhidayat, 2010).
Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Trauma penetrasi dan trauma non penetrasi
a. Trauma penetrasi
 Trauma tembak
 Trauma tumpul
b. Trauma non penetrasi
 Kompresi
 Hancur akibat kecelakaan
 Sabuk pengaman
 Cedera akselerasi
2. Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi
a. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan
terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah
dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdaat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma
penetrasi.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997) terdiri dari :
1. Perforasi organ visceral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera pada dinding
abdomen.
2. Luka tusuk (Trauma Penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostic ahli bedah
3. Cedera thoraks abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafrgma, atau sayap
kanan dan hati harus dieksplorasi.

C. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atu non penetrasi kemungkinan terjadi perdarahan
intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda- tanda iritasi yang di sertai
penurunan hitung sel darah merah yyang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila
suatu organ visceral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi
peritoneum cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri
tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi
peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan
peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda- tanda peritonitis
mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda- tanda tidak khas
yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi
harus di lakukan(sjamsuhidayat, 2010).

D. Manifestasi Klinis
Klinis kasus trauma abdomen ini bias menimbulkan manifestasi klinis
menurut (sjamsuhidayat, 2010), meliputi : nyeri tekan diatas daerah abdomen, demam,
anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan. Pada
trauma non penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat adanya jejas
atau rupture di bagian dalam abdomen: terjadi perdarahan intra abdominal. Apabila
trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan
biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam
(melena).
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
Cedera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat : terdapat luka robekan pada abdomen, luka
tusuk sampai menembus abdomen, biasanya organ yang terkene penetrasi bias
perdarahan/ memperparah keadaan keluar dari dalam abdomen.

E. Komplikasi
Menurut smeltzer (2001) komplikasi yang di sebabkan karena adanya trauma pada
abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok hemoragik dan cidera, pada fase
lanjut dapat terjadi infeksi, thrombosis vena, emboli pulmonar, stress ulserasi dan
perdarahan, pneumonia, tekanan ulserasi, ateletasis maupun sepsis.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks : Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan
transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal
dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang
jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
 Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
 Trauma pada bagian bawah dari dada
 Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
 Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera
otak)
 Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
 Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
 Hamil
 Pernah operasi abdominal
 Operator tidak berpengalaman
 Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan
adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.
Pemeriksaan khusus :
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–
200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi
b. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.

G. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon,
maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing
lainnya
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika
tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera.
Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2
(30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :
 Stop makanan dan minuman
 Imobilisasi
 Kirim kerumah sakit
e. Penetrasi (trauma tajam)
 Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
 Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
 Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau
bila ada verban steril.
 Imobilisasi pasien.
 Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
 Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
 Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah
yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan
dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan
b. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta
rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retro peritoneum
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk mengetauhi
jenis cedera ginjal yang ada.
d. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada :
 Fraktur pelvis
 Trauma non – penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium
rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah
lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin
berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendensatau
decendens dan dubur. Sumber : (Hudak & Gallo, 2001).

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh
dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart
(2001), adalah :
1. Aktivitas / istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami gangguan
fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
c. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
(trauma jaringan)
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status Kesehatan
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.

C. Intervensi Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Kriteria hasil : Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan infuse
Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar..
b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
Tujuan : Nyeri teratasi
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional: mengetahui tingkat nyeri klien.
2) Beri posisi semi fowler.
Rasional: mengurngi kontraksi abdomen
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan
perhatian
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional: analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5) Managemant lingkungan yang nyaman
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien
c. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
(trauma jaringan)
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : mengetahui keadaan umum klien
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : menjaga agar luka bersih dan kering
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase
luka
Rasional : mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.
Rasional : memberikan data penunjang tentang resiko infeksi
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status Kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
1) Perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada
waktu lalu
Rasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan
berikan penanganan
Rasional: mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan
untuk memberikan penjelasan kepada klien.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai
penyakit
Rasional: apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan,
klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stress
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam
menghadapi situasi
5) Dorong dan dukungan orang terdekat
Rasional: memotifasi klien
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
Rasional: mengidentifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
Rasional: meminimalisir pergerakan kien
3) Berikan latihan gerak aktif pasif
Rasional: melatih otot-otot klien
4) Bantu kebutuhan pasien
Rasional: membantu dalam mengatasi kebutuhan dasarklien
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
Rasional: terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
Tujuan: Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi:
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
Rasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi
3) Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering
dan steril, gunakan plester kertas.
Rasional : membantu proses penyembuhan luka dan menjaha agar luka kering dan
bersih
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional : menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : membunuh mikroba penyebab infeksi

D. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT DATOEK BINANGKANG

No. Register : 355678/9897


Ruang : UGD
Tgl/Jam MRS : 02-03-2015/Jam 09.50
Tgl. Pengkajian : 02-03-2015/Jam 10.00
Diagnosa Medis : Ruptur Limfa e.c Trauma Tembus Abdomen

A. Identitas
1. Biodata Pasien
Nama : Tn. P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 53 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Bilalang 2
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Bilalang 2

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien masuk Rumah Sakit ± 1 jam yang lalu (Kronologis
klien: ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda
motor klien ditabrak mobil angkot yang ada di belakangnya saat pulang kerja, Klien
terjatuh membentur aspal, tertancap paku ±10 cm dan sempat pingsan. Klien langsung
dibawa ke rumah sakit dengan dijemput anaknya. Klien merasa perut sebelah kiri
sakit, mual.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien Pernah mengalami Hipertensi dan pernah dirawat
dirumah sakit 1 tahun yang lalu
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
turunan dan penyakit menular.
5. Riwayat Alergi : Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik
makanan ataupun obat-obatan.

C. Pemeriksaan
1. Airway : Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret.
2. Breathing : Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 4 liter/ menit,
Frekuensi napas: 24 x/ menit, pernafasan regular
3. Circulation :
TD : 140/80 mmHg
N : 82x / menit
Capillary reffil : < 3 detik
4. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E = 4, M = 5, V = 6
5. Exposure
Terdapat luka tembus disertai sedikit perdarahan, jejas dan hematoma pada abdomen
sebelah kiri atas.

D. Data Psikologis
Klien mengatakan takut dengan kondisinya sekarang, klien tampak gelisah, cemas, dan
bingung.

E. Data Sosial
Pendidikan : SMP
Sumber Penghasilan : Bertani
Pola Komunikasi : Klien komunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
daerah
Pola Interaksi : Klien mampu berinteraksi dengan tetangga dan keluarga

F. Data Spiritual
Klien beragama islam dan juga sering melaksanakan solat 5 waktu, sekarang klien hanya
berdoa agar diberikan kesembuhan.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Cukup, Perdarahan: minimal di abdomen kiri atas.
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-Tanda Vital :
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 24x/mnt
Suhu : 370C
4. Kepala
- Ekspresi Wajah : Klien tampak meringis
- Rambut : Rambut dan kulit kepala cukup bersih
- Mata : Pupil Isokor, Sklera tidak ikterik, konjungtiva tampak anemis
- Telinga : Tampak bersih, tidak ada serumen, tidak ada
peradangan, pendengaran baik
- Hidung : Simetris, tidak ada peradangan, penciuman baik
- Mulut : Kurang bersih, mukosa lembab, terdapat karies, gigi lengkap, tidak
ada peradangan
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk.
5. Thorax
- Inspeksi : Bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
- Palpasi : Fremitus vokal kanan dan kiri sama
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Vesikuler
6. Abdomen
- Inspeksi : Terdapat Jejas Dan Hematoma Pada Abdomen Sebelah Kiri
- Palpasi : Ada Pembesaran Hati
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : Peristaltik Usus 5x/Menit
7. Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot
ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.
8. Genetalia : Tidak ada kelainan

H. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium tanggal 02-03-2015/Jam 11.00
a. Hemoglobin : 9,5 g/dl (n : 14-17,5 g/dl)
b. Eritrosit : 5,00 105/ul (n : 4,5-5,9 106
c. Leukosit : 10,5 104/ul (n : 4,0-11,3 103/ul)
d. Hematokrit : 41,8% (n : 40-52%)
e. Trombosit : 208
f. Gol. Darah :A
g. HBSAG : - (negatif)
h. Hasil USG Abdomen
Gambaran: ruptur dan perdarahan pada limfa anterior. terdapat luka tembus namun
tidak mengenai organ dalam abdomen.

I. Therapy
Terpasang IVFD cairan RL 30 gtt/menit
Injeksi Cefotaxim 1 gr/12 jam/IV
Injeksi Ketorolac 2 mg/8 jam/IV

J. Analisa Data
Nama : Tn. P Ruang : UGD
Umur : 53 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS: Adanya trauma Nyeri akut
- Klien mengatakan perut abdomen atau luka
sebelah kiri tembus abdomen
DO:
- Klien tampak meringis
menahan nyeri
Terdapat luka lecet dan jejas pada
abdomen sebelah kiri atas
Intensitas nyeri :
P : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan S : 7
T : hilang timbul

Tanda tanda vital :


TD :140/80mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 24x/mnt
Suhu : 370C
2. DS: - Kontaminasi Resiko tinggi
DO: bakteri, luka infeksi
- Terdapat luka lecet pada perut tembus abdomen
kanan
- Terdapat jejas dan hematoma
pada abdomen sebelah kanan
- Hb : 9,5 g/dl
- Leukosit : 10,5 104/ul
- Luka non-penetrasi abdomen
3. DS: Perdarahan intra Resiko kekurangan
DO: abdomen volume cairan
- Hasil USG: Terdapat ruptur
dan perdarahan pada limfa
anterior
- Konjungtiva anemis
- Kulit pucat
- Turgor kulit elastis

K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
intra abdomen
2. Nyeri akut berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus
abdomen

L. Intervensi Keperawatan
Nama : Tn. P Ruang : UGD
Umur : 53 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Dx Kep Tujuan/KH Intervensi Rasional
1. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Untuk
kekurangan tindakan keperawatan tanda vital mengidentifikasi
volume cairan selama 1x15 menit, 2. Kaji tetesan defisit volume
dan elektrolit volume cairan infuse cairan
berhubungan seimbang. 3. Pantau cairan 2. Awasi tetesan untuk
dengan Dengan KH : parenteral mengidentifikasi
perdarahan intra - Turgor elastic dengan kebutuhan cairan
abdomen - Konjungtiva tidak elektrolit, 3. Cara parenteral
anemis antibiotik dan membantu
- Hasil lab normal vitamin memenuhi
(HB) 4. Kolaborasi : kebutuhan cairan
- Tidak ada perdarahan Berikan cairan tubuh
lanjutan parenteral 4. Mengidentifikasi
sesuai indikasi. keadaan perdarahan
5. Kolaborasi 5. Menggantikan
Tranfusi darah darah yang keluar
6. Kolaborasi dan memperbaiki
tindakan Hemostasis.
pembedahan 6. Memperbaiki
kondisi hepar dan
menghentikan
perdarahan
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji intensitas nyeri 1. Untuk menentukan
berhubungan tindakan keperawatan 2. Jelaskan penyebab intervensi yang
adanya trauma 1x10 menit, nyeri Nyeri tepat
abdomen atau berkurang dengan 3. Beri posisi sesuai 2. Untuk
luka tembus Kriteria Hasil : kenyamanan klien menenangkan klien
abdomen - Klien mengatakan 4. Ajarkan Teknik dan keluarga.
nyeri berkurang/hilang relaksasi 3. Meningkatkan
- Klien tenang tidak 5. Kolaborasi kenyamanan klien
mengerang-erang pemberian analgetik 4. Mengurangi
kesakitan ketegangan otot
- Skala nyeri 4-5 sehingga
mengurangi
nyeri
5. Analgetik
berfungsi
menghilangkan
nyeri
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Monitoring tanda- 1. Mengetahui tanda
infeksi tindakan keperawatan tanda infeksi infeksi pada pasien
berhubungan 1 x 20 menit, tidak 2. Anjurkan 2. Mencegah infeksi
dengan terjadi infeksi perawatan luka karena port de
kontaminasi Kriteria Hasil : dengan prinsip entry kuman.
bakteri dan luka - Tidak ada tanda-tanda aseptic 3. Mengetahui
tembus abdomen infeksi 3. Monitor perkembangan klien
- Tidak ada perdarahan hasil 4. Mencegah infeksi
- Suhu tubuh normal : laboratorium tetanus akibat luka
36-37oC terutama tembus
- Tidak terjadi tetanus Hb, leukosit
4. Kolaborasi
pemberian antibiotic
5. Kolaborasi
pemberian suntik
anti tetanus (TT)

M. Implementasi
Nama : Tn. P Ruang : UGD
Umur : 53 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Dx Kep Hari/Tgl Implementasi Paraf
1. Resiko kekurangan Senin 02-03- 1. Mengkaji tanda-tanda vital
volume cairan dan 15/ Jam 10.00 TD:140/80mmHg
elektrolit Nadi: 82x/menit
berhubungan RR : 24x/mnt
dengan perdarahan Suhu: 370C
intra abdomen 2. Mengkaji tetesan infuse Infus
Rl 30 gtt/mnt
3. Memantau cairan parenteral dengan
elektrolit, antibiotik dan vitamin
4. Mengkolaborasi : Berikan cairan parenteral
sesuai indikasi. Terpasang cairan infuse RL
30gtt/mnt
5. Mengkolaborasi pemberian Tranfusi
darah
6. Mengkolaborasi tindakan pembedahan
2. Nyeri akut Senin 02-03 1. Mengkaji intensitas nyeri
berhubungan 15/ P : bila bergerak dan bernafas
adanya trauma Jam 10.15 Q : seperti tertusuk-tusuk
abdomen atau luka R : perut sebelah kanan S : 7
tembus abdomen T : hilang timbul
2. Menjelaskan penyebab nyeri kepada klien
dengan hasil klien mengeri tentang
penjelasan perawat
3. Memberikan posisi sesuai kenyamanan klien
4. Mengajarkan teknik relaksasi
5. Mengkolaborasi pemberian analgetik
Ketorolac 2mg/IV
3. Resiko tinggi Senin 02-03 1. Memonitor tanda-tanda infeksi dengan
infeksi 15/ hasil belum terdapat tanda-tanda infeksi
berhubungan Jam 10.30 2. Menganjurkan perawatan luka dengan
dengan prinsip aseptic
kontaminasi 3. Memonitor hasil laboratorium terutama Hb,
bakteri dan luka leukosit
tembus abdomen 4. Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Cefotaxim 1 gr/IV
5. Mengkolaborasi pemberian suntik anti
tetanus (TT)

N. Evaluasi
Nama : Tn. P Ruang : UGD
Umur : 53 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Dx Kep Hari/Tgl Evaluasi Paraf
1. Resiko kekurangan Senin 02-03- S: –
volume cairan dan 15/ Jam 11.00 O:
elektrolit - Turgor Elastik
berhubungan - Konjungtiva anemis
dengan perdarahan - TTV
intra abdomen TD: 120/70 mmHg
Nadi: 72x/ menit
RR: 20x/mnt
Hb : 9,5 g/dl
- Perdarahan tidak ada
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi di bangsal
2. Nyeri akut Senin 02-03-15/ S : Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
berhubungan Jam 11.00 O:
adanya trauma - Klien masih gelisah
abdomen atau luka - Klien masih tampak merintih kesakitan
tembus abdomen - Skala nyeri 5
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di bangsal
3. Resiko tinggi Senin 02-03-15/ S : -
infeksi Jam 11.00 O:
berhubungan - Tidak ada tanda- tanda infeksi
dengan - Hb : 9,5 g/dl
kontaminasi - Leukosit : 10,5 104/ul
bakteri dan A : Masalah teratasi sebagian
luka P : Lanjutkan intervensi di bangsal
tembus
abdomen
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma Life Support
Seventh Edition. Indonesia: Ikabi
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC
Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC
ENA (Emergency Nurse Association). 2000. Emergency Nursing Core Curiculum,
5th. USA: W.B. Saunders Company
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai