Menurut Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Padang, jasa
kelautan diartikan sebagai semua potensi yang bisa dimanfaatkan dari adanya laut maupun dari laut itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak. Sebagai planet yang yang hampir 2/3 wilayahnya merupakan perairan, potensi kelautan di bumi sangat besar. Begitu juga dengan indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut lebih luas daripada wilayah daratannya. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir. Hal ini terlihat dari sebagian besar kerajaan nusantara memiliki armada laut yang besar dan pengembangan pusat ekonomi dan peradaban di daerah pesisir. Sampai saat ini Indonesia melalui kementerian Kelautan dan Perikanan serta instansi dan lembaga lainnya yang bergerak di bidang perairan dan laut masih terus berupaya mengembangkan pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya laut dengan tetap memegang prinsip keberlanjutan. Sumberdaya kelautan dan pesisir sangat memiliki banyak sekali potensi yang dapat menjadi sumber pemasukan atau keuntungan bagi suatu negara. Potensi tersebut meliputi ekonomi, teknologi, pertahanan dan keamanan serta pendidikan dan penelitian. Didalam perundang-undang juga dijelaskan bahwa yang termasuk dalam sumberdaya keluatan dan pesisir terdapat sumberdaya hayati yang berupa alam serta sumberdaya non-hayati yang meliputi sumberdaya buatan dan jasa-jasa lingkungan. Untuk mengelola potensi tersebut akan menjadi sebuah prioritas untuk dikembangkan yaitu seperti perikanan, wisata bahari, serta jasa kelautan. Meskipun didalam pengerjaannya terdapat banyak sekali rintangan yang harus dihadapi, sangat harus tentunya bagi masyarakat maupun pemerintah untuk mengembangkan potensi sumberdaya kelautan dan pesisir.
2.2.1 Aspek Lingkungan
Menurut Balai Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (2021),
aspek lingkungan merupakan bagaimana meminimalkan dampak penangkapan ikan terhadap lingkungan dan sumberdaya ikan termasuk untuk spesies non- target dan spesies yang dilindungi. Prinsip pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan adalah pemenuhan kebutuhan penduduk saat ini dengan tidak mengorbankan kebutuhan penduduk dimasa mendatang, pemenuhan kebutuhan tidak melampaui daya dukung lingkungan (ekosistem) serta menyelaraskan antara kebutuhan manusia dan kemampuan pengelolaan dengan ketersediaan sumber daya. Pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan memerlukan komitmen bersama dari semua elemen serta dukungan SDM yang handal, mempunyai prinsip serta peka dan tanggap memberikan solusi. Komitmen dan kolaborasi dari seluruh stakeholder serta ketersediaan SDM yang memiliki integritas, profesionalisme dan memiliki kepedulian menjadi kunci keberhasilan pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.
Sumberdaya perikanan termasuk dalam sumberdaya alam yang
terbaharui, meskipun begitu jika setiap saat sumberdaya ikan tersebut dieksploitasi melebihi ambang batas dan tanpa memikirkan bagaimana sumberdaya tersebut memperbarui diri, hal yang akan terjadi adalah adanya degradasi sumberdaya tersebut. Sehingga hal tersebut akan menimbulkan kelangkaan sumberdaya daya, selain adanya kerusakan lingkungan yang tiap tahun makin membesar disusul dengan adanya kelangkaan sumberdaya tersebut. Tentunya akan menjadi sebuah masalah terutama untuk anak cucu kita dimasa depan. Sangat diperlukan untuk saat ini dan seterusnya pembekalan tentang wawasan pengelolaan perikanan berkelanjutan yang fokus terhadap lingkungan, dimana lingkungan merupakan ekosistem penting dalam keberlanjutan dan sebagai tempat bagi sumberdaya ikan memperbaharui diri.
2.2.2 Apek Ekonomi
Menurut Balai Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (2021),
Aspek ekonomi adalah bagaimana menghasilkan keuntungan ekonomi yang optimal bagi pelaku usaha dan masyarakat serta menghasilkan penerimaan berkelanjutan bagi negara. Selain memberikan kesejahteran sosial dan psikologi wilayah pesisir juga memberikan peluan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat. Perikanan adalah salah satu sektor yang diandalkan untuk pembangunan masa depan Indonesia, karena dapat memberikan dampak ekonomi kepada sebagian penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk yang memanfaatkan sumberdaya perikanan memberikan tekanan terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan tersebut. Rumusan perencaan pengelolaan sumberdaya perikanan secara komprehensif dan memenuhi kriteria pembangunan terpadu berkelanjutan yaitu secara ekonomi harus efisien dan optimal, secara sosial budaya berkeadilan dan dapat diterima, dan secara ekologis tidak melampaui daya dukung lingkungan.
Adanya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan akan sangat
berpengaruh dengan kualitas dan nilai jual pada sebuah produk perikanan. Dengan pengelolaan yang efisien dan efektif tidak hanya akan mempunyai kelebihan disektor ekonomi, tetapi juga membantu keberlangsungan keberadaan ikan yang dapat dioptimalkan sehingga menghasilkan kualitas perikanan yang dapat diterima oleh pasar. Sehingga, dengan adanya kelimpahan sumberdaya ikan dan peningkatan kualitas tangkapan yang berkelanjutan dapat menjadi sumber potensi ekonomi bagi seluruh masyrakat nelayan. Tidak hanya dalam pengelolaan disektor penangkapan ikan, tetapi dengan adanya penangkaran atau pembudidayaan perikanan dipesisir juga selain dapat menunjang perikanan yang berkelanjutan tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh masyrakat sebagai destinasi wisata baik ekowisata maupun eduwisata yang dapat meningkatkan kualitas ekonomi.
3.8 Konsep Marketing yang diterapkan.
Promosi merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam
menjelaskan, memperkenalkan, memberitahu dan menginformasikan guna memperbesar daya tarik wisatawan terhadap Wisata Pantai Cengkrong. Adanya kerjasama antara pihak PERHUTANI dan Dinas Pariwisata dalam upaya promosi dan pengenalan melalui konten-konten di media sosial baik melalu Website atau situs resmi institusi tersebut. Selain itu, adapun beberapa metode yang diterapkan dalam upaya promosi tersebut. Metode tersebut meliputi periklanan dimedia sosial, promosi penjualan dan hubungan masyarakat. Selain itu metode yang paling lazim dimasyarakat adalah motode promosi dari mulut ke mulut. Wsaiatawan yang pernah berkunjung dan mendapatkan nilai lebih dalam menikmati layanan jasa kelautan pada destinasi tersebut akan secara sadar memberikan atau membagikan pengalamannya tentang apa saja yang mereka rasakan ketika berada di Pantai Cengkrong. Secara tidak langsung topik tersebut akan semakin lama akan menyebar dan hal tersebut dapat pula dijadikan sebagai promosi yang tidak langsung serta tanpa perlu mengeluarkan dana untuk menyediakan media promosi tersebut.
3.9 Peran Pemandu wisata
Dalam kegiatan pemandu wisata pada Wisata Pantai Cengkrong diadakan sebuah pelatihan tentang jasa pemandu wisata pada masing-masing kelompok sadar wisata didaerah tersebut. Selain itu juga masyarakat kelompok sadar wisata merencakan dan memfasilitasi pembuatan rambu dan fasilitas kemana dan keselamatan yang perlu disediakan dalam lokasi tersebut. Masyarakat setempat secara langsung berpartisipasi dalam monitoring dan evaluasi terkait kegiatan peningkatan kualitas jasa pemandu wisata dengan melakukan pemantauan kulaitas pengetahua dan keterampilan sebagai pemandu wisata dari masing-masing kelompk sadar wisata. Sebagian besar masyarakat kelompok sadar wisata menyatakan bahwa kegiatan monitoring dilakukan hampir setiap hari dengan melakukan pemantauan di lokasi destinasi, sedangkan kegiatan evaluasi dilakukan sekali setiap bulannya bersamaan dengan agenda pertemuan bulanan.
3.10 Evaluasi Segmen pasar umur dan jenis
Jumlah Pengunjung Tiap Tahun
2013 2014 2015 2016
Dalam empat tahun pertumbuhan pengunjung pada wisata pantai
Cengkrong mengalami fluktuatif. Hal ini disebabkan hal tersebut dipengaruhi pula dengan adanya strategi promotif dari pihak pengelola pantai cengkrong. Kini setelah hutan mangrove di pesisir Pantai Cengkrong dan Damas dibangun jembatan kayu yang membelah hutan hingga ke ujung-ujung muara, wisatawan mulai membanjiri destinasi baru tersebut. Pada libur lebaran tahun lalu (2014), angka kunjungan wisatawan tembus hingga 6.000-an orang setiap harinya. Jumlah ini hanya beda tipis dengan rata-rata kunjungan di Pasir Putih yang lebih dulu terkenal dan menjadi tujuan utama wisatawan. Pemerintah Daerah memanfaatkan keuntungan ini dengan baik, dan dikembangkan secara terus- menerus potensi yang ada di Kabupaten Trenggalek. Pantai yang berada di Kabupaten Trenggalek di wilayah Kecamatan Watulimo, yang meliputi Pantai Prigi, Pantai Damas, Pantai Karanggongso, Pantai cengkrong. Dalam setahun terakhir jumlah pengunjung yang datang ekowisata mangrove Pancer Cengkrong diperkirakan sebanyak 148.800 pengunjung, sehingga diperoleh nilai ekonomi dari ekowisata mangrove ekowisata mangrove Pancer Cengkrong sebesar Rp 15.096.527.335 per tahun.
3.11 inovasi yang sudah dilakukan untuk menarik minat wisatawan
Pemerintah Kabupaten Trenggalek telah berupaya untuk mendukung
masyarakat kelompok sadar wisata, salah satunya dengan cara memberikan masukan mengenai inovasi yang dapat dilaksanakan terkait pembangunan kepariwisataan. Dalam upaya penciptaan paket dan peningkatan inovasi daya tarik wisata, sebagian besar kelompok sadar wisata menyatakan bahwa hanya sampai pengambilan keputusan dan perencanaan. Hal tersbut dikarenakan belum memadainya fasilitasn sarana prasarana yang seharusnya mendukung penciptaan paket wisata dan peningkatan daya tarik wisata. Inovasi yang sedang diberlukanan yaitu diberlakukannya pembatasan jumlah pengunjung sebagai bentuk pengembangan carrying capacity area, mendaur ulang sampah organik menjadi pupuk dan untuk sampah an-organik dijadikan kerajinan tangan. Selanjutnya pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para anggota dalam berwirausaha serta membuat beberapa inovasi atau upgrading hutan mangrove dengan cara membangun beberapa spot foto yang menarik dan kekinian karena mengingat wisatawan yang gemar mengunggah foto di media sosial.
3.12 peran stakeholder dalam perkembangan destinasi
Penanaman mangrove pada area Pantai Cengkrong merupakan inisiatif
dari warga Desa Karanggadu. Inisiatif tersebut mendapat dukungan dari berbagai pihak, seperti Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek, Perintah Provinsi Jawa Timur, dan Pemerintah Pusat. Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek selanjutnya membentuk kelompok pengelola yang dikenal sebagai Pokmaswas Kejung Samudera. Penanaman awal melalui program yang dinamakan COFISH. Program COFISH merupakan program pemberdayaan masyrakat pantai dan sumberdaya perikanan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat. Inisiatif warga dan ketiga lembaga tersebut mengindikasikan adanya sinergi yang baik antara stakeholder kepariwisataan di Hutan Mangrove Trenggalek. Kawasan pariwisata memerlukan upaya-upaya yang terkoordinir pengembangannya maupun pemasarannya.