Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Denifisi Retensio Plasenta
MenurutSarwonoPrawirohardjo:Retensioplasentaadalahtertahannyaataub
elumlahirnya plasentahinggaataumelebihiwaktu30menitsetelahbayilahir. Pada
beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (hbitual retensio plasenta).
Plasenta harus dikluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,infeksi
karena banda mati,dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip plasenta
dan terjadi degerasi ganas korio karsioma.(Rukiyah 2010).
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan
hemorrhageyang tidak tampak, dan juga disadaripada lamanya waktu yang
berlalu antara kelahiran bayi dan kluarnya plasenta yang diharapkan. Beberapa
ahli menangani setelah 5 menit kabanyakn bidan akan menunggu satu setengah
jam bagi plasenta untuk keluar sebelummenyebutnya tertahan.( varney 2007).
Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya
plasenta Hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.  (Taufan Nugroho,
2011:158).
Retensio Plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit
(Manuaba, 2007)

2. 2 Fisiologi plasenta
Klasifikasi Retensio Plasenta merupakan proses fisiologis yang terjadi
di dalam kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta. Selama kehamilan
pertumbuhan uterus lebih cepat dari pada pertumbuhan plasenta. Sampai usia
kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar ¼ luas permukaan
myometrium dan ketebalannyatidak lebih dari 2-3 cm, menjelang kehamilan
aterm plasenta menempati sekitar ⅛ luas permukaan myometrium, dan
ketebalanya dapat mencapai 4-5 cm. Ketebalan plasenta yang normol jarang
melebihi 4 cm, plasenta yang menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada
ibu yang menderita diabetus melitus , ibu anemia (Hb < 8 g%), hidrop fetalis,
tumor plasenta, kelainan kromoson, infeksi (sifilis, cmv) dan perdarahan
plasenta. Plasenta yang menipis dapat dapat di jumpai pada pre eklamsia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT), kelainan kromoson. Batasan minimal
plasenta 1,5 -2,5 cm.
2. 3 Fisiologis pelepasan plasenta
Pelepasan plasenta di timbulkan dari kontraksi dan retraksi
myometrium sehingga menebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area
plasenta.Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau
berinteraksi pada pada area pemisahan pembekuan darah retro plasenta
terbentuk berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus
berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan
mendorongnya keluar vagina di sertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan
bekuan darah retroplasenta (Who 2001).

2. 4 Klasifikasi Retensio Plasenta


Berdasarkan tempat implantasinya retensio plasenta dapat di
klasifikasikan menjadi lima bagian yaitu:
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkankegagalanmekanismeseparasifisiologis.
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisanmiometrium.
3) Plasenta inkretaadalahimplantasi jonjotkorion
plasentahinggamencapai/memasuki miometrium.
4) Plasentaperkretaadalahimplantasijonjotkorionplasentayangmenembuslapisan
otot hinggamencapailapisanserosa dindinguterus.
5) Plasentainkarserataadalahtertahannyaplasentadidalamkavumuteri,disebabkan
oleh konstruksiostiumuteri.

2.1 Etiologi
Etiologidasarmeliputi:
a) Faktor maternal
a. Gravidaberusialanjut
b. Multiparitas
b) Faktor Uterus
a. Bekas sectio caesaria, plasenta sering tertanam pada jaringan
cicatrik
b. Bekas pembedahan uterus
c. Abnormali uterus
d. Kontraksi uterus tidak efektif
e. Bekas curetage uterus,yang terutama dilakukan setelah abortus
f. Pembentukan kontraksi ringan
g. Bekas Endometritis
c) Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Implantasi comeal
c. Plasenta akreta
d. Kelainan bentuk plasenta

2.1 Patofisiologi Retensio Plasenta


Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam
uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam
stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya
plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut
akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah
sehingga perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya
plasenta tidak terjadi secara bersamaan dengan janin, karena melekat pada
tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot
uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan
perdarahan.

2.2 Sebab-sebabnyaplasentabelumlahir
a) plasentabelumlepasdaridindinguterus
b) plasentasudahlepas,akantetapi belumdilahirkan ( di sebabkan oleh
karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III).
c) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
d) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum
(plasenta akreta dan perkreta)

Tabel 1
Gambaran dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala Separasi/akreta Plasenta Plasenta akreta
parsial inkarsereta
Konsistensi uterus kenyal Keras cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat sepusat
Bentuk uterus diskoid Agak glober Diskoid
Perdarahan Sedang - banyak Sedang Sedikit/ tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Tejulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok sering Jarang Jarang sekali

2.3 Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi /
komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan,
multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta.
Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki
miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara
plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah
untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan
perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk
mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan
histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.

2.4 pemeriksaan penunjang


Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb)
danhematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit.
Padakeadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
Menentukanadanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin
time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang
sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT).
Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.
2.5 Penatalaksanaan Retensio Plasenta Secara umum
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang di
ambil.
1) Jika plasenta terlihat pada vagina, minta ibu untuk mengajan, jika anda
dapat merasakan adanya plasenta dalam vagina , keluarkan plasenta
tersebut
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong.jika di perlukan, lakukan
kateterisasi kandung kemih
3) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM, jika belum
dilakukan dalam penanganan aktif kala tiga.
4) Jangan berikan ergometrin karena dapat menyebabkan kontraksi yang
tonik yang dapat memperlamabat pengeluaran plasenta.
5) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit maka pemberian
oksitosin maka dan uterus berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat
terkendali
6) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil maka, cobalah untuk
mengeluarkan plasenta secara manual, jika perdarahan terus
berlangsung lakukan uji permbekuan darah sederhana. Kegagalan
terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak
yang dapat pecah dengan mudah menunjukan koagulapati
7) Jika terdapat tanda tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau)
berikan antibiotik untuk metritis.
8) Sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal ,
akan menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
9) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi
manual uterus menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang
digunakan untuk mengeluarkna plasenta yang tidak keluar
10) Kelaran sisa plasenta dengan tangan,cunam ovum atau kuret besar.
11) Jika perdarahan lanjut lakukan uji pembekuan darah.

2.6 Penanganan plasenta akreta

Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya


fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit
ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam.
Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah
menetukan diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk kerumah sakit rujukan
karena kasus ini memerlukan tindakan operatif.

Anda mungkin juga menyukai