Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

“Patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah


pada sistem integumen dengan Luka Bakar”
Dosen Pengampu : Ns. Deswita, M.Kep., Sp. Kep. An

Kelompok 6 :
1. Allvi Dayu Nengsih 2011311004
2. Ghairu A’diyyah 2011311007
3. Roby Juniwieldra Almy 2011312056
4. Susri Permadani 2011313023
5. Tessa Edrian 2011311055
6. Verra Oktavia 2011311025

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karna atas tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Masalah Integumen
dengan Luka Bakar”. Tugas ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak II.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing, dan kepada seluruh rekan-rekan kelompok yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, serta dapat menyelesaikannya dengan
tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah dibuat dalam makalah ini
masih jauh dari sempurna, sebab itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan
yang membangun demi menyempurnakan makalah ini dan agar tidak terjadi pada
tugas selanjutnya yang akan datang. Penulis berharap dengan adanya makalah yang
telah kami buat dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Padang, 22 Mei 2022

Kelompok 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan kimia,
radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ketubuh manusia
menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling berat
menyebabkan destruksi jaringan ireversibel. Rentang keparahan luka bakar mulai dari
kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera komplek yang
melibatkan semua sistem tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasi sederhana agens
antiseptik topikal di klinik rawat jalan hingga pendekatan tim antardisiplin, multisistem,
dan invasif dilingkungan aseptik pusat penanganan luka bakar.

Diperkirakan bahwa 500.000 milyar cedera luka bakar yang memerlukan


intervensi medis terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan dari jumlah tersebut,
sekitar 40.000 memerlukan hospitalisasi dengan perkiraan sekitar 4.000 cedera luka
bakar mengakibatkan kematian (American burn Association [ABA], 2007). Rumah
merupakan tempat yang paling umum terjadinya luka bakar terkait kebakaran (43 %).
Kebakaran rumah menyebabkan 92,5 % dari semua kematian terkait kebakaran.
Sebagian besar kebakaran tempat tinggal disebabkan oleh memasak yang tidak di awasi,
yang disebabkan oleh minyak yang mudah terbakar, lemari, penutup dinding, gorden,
dan kantong kertas atau plastik. Bahkan roko, termasuk sigaret, cerutu, dan rokok tipa,
merupakan penyebab utama kematian akibat kebakaran rumah. Sampah, kasur, dan
perabot yang dilapisi dengan kain pelapis merupakan bahan yang sering terbakar
dirumah.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah luka bakar

C. TUJUAN PENULISAN

1. Bagaimana patofisologi dalam luka bakar


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan masalah luka bakar

D. MANFAAT PENULISAN

 Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan dan meingkatkan pemahaman mahasiswa tentang


patofisiologi luka bakar dan bagaimana asuhan keperawatannya pada anak
 Manfaat praktis

Sebagai referensi dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan
terhadap sumber panas, kimia, listrik atau radiasi (Joyce M. Black, 2009).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk
penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak
langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas )
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).
B. Klasifikasi Luka Bakar

Berdasarkan kedalaman luka bakar Menurut (Rahayuningsih, 2012)

1) Luka bakar derajat I (super facial partial-thickness) Luka bakar derajat pertama
adalah setiap luka bakar yang di dalam proses penyembuhan tidak meninggalkan
jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang
berwarna kemerahan, terdapat gelembung-gelembung yang ditutupi oleh daerah
putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang
berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai
epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka 7
tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat.
Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
2) Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness) Kerusakan yang terjadi pada
epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi,
melepuh dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas
permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat
II ada dua Menurut (Rahayuningsih, 2012) : a. Derajat II dangkal (superficial)
kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam
waktu 10-14 hari b. Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3) Luka bakar derajat III (Full Thickness) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis
dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,
kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein
pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan (Rahayuningsih, 2012).
C. Etiologi Luka Bakar

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia.
Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas,
durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan (Schwarts et al, 1999).
Tipe luka bakar:

1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)

Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) jilatan api ke tubuh (flash).
kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).
2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh aşam kuat atau alkali yang biasa digunakan
dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga (Schwarts et al. 1999).
3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah.kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak maupun ground (Moenadjat, 2001).
4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapcutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Gillespie, 2009)

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala bergantung pada tipe luka bakar dan dapat meliputi :
 Nyeri dan eritema setempat yang biasa terjadi tanpa lepuh dalam waktu 24 jam pertama
(luka bakar derajat I)
 Menggigil, sakit kepala, edema lokal dan nausea serta vomitus ( pada luka bakar derajat
I yang lebih berat )
 Lepuhan berdinding tipis berisi cairan, yang muncul dalam tempo beberapa menit
sesudah cedera disertai edema ringan hingga sedang dan rasa nyeri (luka bakar derajat 2
dengan ketebalan parsial- superfasial )
 Tampilan putih seperti lilin pada daerah yang rusak (luka bakar derajat 2 dengan
ketebalan parsial- dalam)
 Jaringan seperti bahan dari kulit yang berwarna putih, cokelat, atau hitam dengan
pembuluh darah yang terlihat dan mengalami trombosis akibat destruksi elastisitas kulit
(bagian dorsum tangan merupakan lokasi paling sering terdapat vena yang mengalami
trombosis) tanpa disertai lepuhan (luka bakar derajat 3).
 Daerah yang menonjol dan berwarna seperti perak, yang biasa terlihat pada tempat
terkena arus listrik (luka bakar elektrik).
 Bulu hidung yang berbau sangit, luka bakar mukosa, perubahan suara, batuk batuk,
mengi, hangus pada mulut atau hidung, dan sputum berwarna gelap (karena inhalasi
asap dan kerusakan paru).

E. Penatalaksanaan Luka Bakar

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat
darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain
terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan
topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis.
Pemberian obat obatan topikah anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka
akan tetapi untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi,
dengan pemberian obat-obatan topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi
terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab
kematian pasien.
a. Penanganan awal di tempat kejadian
Tindakan yang harus dilakukan terhadap korban luka bakar:

1) Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan korban
berlari,anjurkan korban untuk berguling-guling atau bungkus tubuh korban dengan
kain basahdan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika
kejadian luka bakar berada di ruangan tertutup.
2) Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.

3) Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support) dan
oksigen jika diperlukan
4) Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 20oC
(suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama 15-20 menit
segera setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah pada jalan napas korban).
5) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak-
banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh korban.
6) Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera lain
yangmenyertai luka bakar.
7) Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (tutup tubuh
korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke rumah sakit).
b. Penanganan pertama luka bakar di unit gawat darurat

1) Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway (jalan napas); B:


Breathing(pernapasan); C: Circulation (sirkulasi).
2) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.

3) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien mengalami


traumainhalasi).
4) Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu dilakukan intubasi
atautrakheostomi).
5) Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
fraktur,riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll)
dan penyebabluka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui secara akurat tingkat
kedalamannya).
6) Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya dipasang
CVP(kolaborasi dengan dokter).
7) Pasang kateter urine.

8) Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan.

9) Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya diberikan
sesuaiformula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24 jam pertama. Pada 8
jam Idiberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16 jam II diberikan sisanya
(disesuaikandengan produksi urine tiap jam)
10) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami
traumainhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan nebulisasi dengan obat
bronkodilator.
11) Periksa lab darah.

12) Berikan suntikan ATS/Toxoid.

13) Perawatan luka.

14) Pemberian obat-obatan (kolaborasi dengan dokter); analgetik, antibiotik dll.

15) Mobilisasi secara dini (range of motion)

16) Pengaturan posisi.

c. Penanganan klien luka bakar di unit perawatan intensif


Pada kondisi klien yang makin memburuk, perlu adanya penanganan secaraintensif
di unit perawatan intensif terutama klien yang membutuhkan alat bantu pernapasan
(ventilator).
Hal yang harus diperhatikan selama klien dirawat di unit ini meliputi:

1) Pantau keadaan klien dan setting ventilator.

2) Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap jam dan
suhusetiap 4 jam.
3) Pantau nilai CVP.

4) Amati GCS.

5) Pantau status hemodinamik.

6) Pantau haluaran urine (0,5-1 cc/kg BB/jam)

7) Auskultasi suara paru tiap pertukaran jaga.

8) Cek AGD setiap hari atau bila diperlukan.

9) Pantau saturasi oksigen.

10) Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.

11) Perawatan mulut setiap 2 jam (beri boraq gliserin).


12) Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes setiap 2 jam.

13) Ganti posisi klien setiap 3 jam.

14) Fisioterapi dada.

15) Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter, tube setiap hari.

16) Ganti tube dan NGT setiap minggu.

17) Observasi letak tube (ETT) setiap shift.

18) Observasi terhadap aspirasi cairan lambung.

19) Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein (albumin), gula
darah(kolaborasi dengan dokter).
20) Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit.

21) Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter.

d. Penanganan klien luka bakar di unit perawatan luka bakar

Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses
penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar yang luas dan
dalam.Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit luka bakar yaitu
perawatan luka, pengaturan posisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat, pencegahan
komplikasi dan rehabilitasi.
Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan tertutup.
Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa menggunakan balutan setelah diberi obat topikal.
Perawatan tertutup dengan menggunakan balutan kasa steril setelah diberikan obat topikal
atau tulle yang mengandung chlorhexidine 0,05%, kasa lembab (moist) dengan NaCl 0,9%
dan kasa kering. Penggunaan obat topikal disesuaikan dengan kedalaman luka bakar. Luka
bakar grade II superficial menggunakan chlorampenicol zalfmata, sedangkan luka bakar
grade II dalam dan grade III menggunakan SSD.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam perawatan luka bakar:

 Anatomi dan fisiologi kulit.


 Pathofisiologi luka bakar.

 Prinsip-prinsip penyembuhan luka

 Prinsip-prinsip pengontrolan infeksi (Universal precaution: teknik cuci tangan


bersih, penggunaan handschoon, masker, topi, baju steril; teknik bersih dan aseptik).
 Faktor-faktor penyebab infeksi.

 Cara mengatasi nyeri.


Selain hal-hal di atas, perlu juga diperhatikan teknik memandikan pasien luka bakar
F. Prognosis

Prognosis luka bakar pada anak tergantung usia, kedalaman dan luas luka bakar,
serta adanya trauma inhalasi. Anak-anak yang berusia lebih muda memiliki risiko
mortalitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan remaja. Selain usia, angka
mortalitas sangat dipengaruhi oleh kedalaman, luas luka bakar, serta adanya trauma
inhalasi. Dari sudut pandang morbiditas, luka bakar yang belum tertutup epitel dalam
waktu 14-21 hari akan berisiko mengalami skar hipertrofik hingga kontraktur.
G. Komplikasi

Luka bakar merupakan cedera yang berat terutama bila melibatkan area yang luas.
Komplikasi yang ditimbulkan bersifat lokal dan sistemik baik pada fase akut maupun
setelah proses epitelisasi selesai. Risiko komplikasi yang mungkin dihadapi pasien
dengan luka bakar adalah hipopigmentasi, skar hipertrofik, keloid, kontraktur, osifikasi
heterotopik, pruritus, gangguan pertumbuhan, gangguan metabolisme, dan gangguan
psikososial.
1. Komplikasi Lokal
Komplikasi berupa skar hipertrofik dan keloid pada umumnya dijumpai pada luka
bakar dermal dan full thickness. Faktor lain yang memengaruhi adalah usia, pigmen kulit
pasien, riwayat keluarga, dan lokasi parut. Parut yang tidak ideal ini dapat dicegah
dengan mengupayakan epitelisasi secepat mungkin, idealnya dalam waktu 3 minggu.
Selain itu perlu juga dilakukan perawatan parut yang baik setelah luka tertutup epitel.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi masalah ini meliputi
penggunaan pressure garment, injeksi kortikosteroid intralesi, penggunaan silikon gel
atau lembaran, dan terapi laser. Tatalaksana pembedahan yang dilakukan adalah dengan
eksisi parut atau relaksasi jaringan parut. Kontraktur disebabkan oleh tarikan parut
selama proses maturasi jaringan parut berlangsung.

2. Komplikasi Sistemik

Komplikasi sistemik pada anak-anak dengan luka bakar adalah hipermetabolisme dan
katabolisme yang berlangsung dalam periode panjang. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan gagal ginjal akut, rhabdomyolisis, dan hipoglikemia. Propranolol
merupakan obat yang sudah terbukti bermanfaat untuk menurunkan respon
hipermetabolisme pada anak-anak dengan luka bakar.

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges (2018) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah:

1. Hitung darah lengkap: Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi


sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah
terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi

3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi

4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia


terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan

6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan

7. EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar

8. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

I. Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut mungkin di pindah melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar diklasifikasikan sebagai luka bakar thermal, radiasi atau luka bakar kimiawi. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan
SC tergantung factor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas /
penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan gangguan intergritas
kulit dan kematian sel-sel.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyababkan
terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hypovolemia dan hemokonsentrasi.
Kehilangan cairan tubuh pasien luka bakar dapat disebabkan beberapa factor:
1. Peningkatan mineral okortikoid

a. Retensi air, Na dan Cl

b. Ekskresi kalium

2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah


Keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh
darah.
3. Perbedaan tekanan osmotic intra sel dan ekstra sel.

Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit
tubuh yang selanjutnya akan terlihat pada hasil pemeriksaan laboratorium, Luka
bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusaka kulit, tetapi juga mempengarihi
seluruh system tubuh sehingga menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai
respon kompensasi terhadap luka bakar. Pada pasien luka bakar yang luas (mayor).
tubuh tak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam
komplikasi.

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga di
pengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya) suhu benda
yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas api, air panas, minyak panas,
listrik, zát kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran, ruangan yang tertutup.
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain:
1. Keluasan luka bakar

2. Kedalaman luka bakar


3. Umur

4. Agen penyebab

5. Fraktur atau luka luka yang menyertai


6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti DM, jantung, ginjal dll

7. Obesitas

8. Adanya trauma inhalasi


15
J. Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar

a. Pengkajian

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. Gejala dan Tanda Mayor Agen pencedera fisik Nyeri Akut
(mis. abses, amputasi,
Subjektif : terbakar, terpotong,
menangkat berat,
 Mengeluh nyeri
prosedur operasi, traua,
Latihan fisik
Objektif :
berlebihan)
 Tampak meringis

 Bersikap protektif (mis.


waspada, posisi
menghindari nyeri)
 Gelisah

 Frekuensi nadi meningkat

 Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : -

Objektif :
 Tekanan darah meningkat

 Menarik diri

 Berfokus pada diri sendiri

 Diaforesis
2. Gejala dan Tanda Mayor Bahan kimia iritatif Gangguan Integritas
Kulit
Subjektif : -

Objektif :

 Kerusakan jaringan dan /


atau lapisan kulit

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : -

Objektif :

 Nyeri

 Perdarahan
3. Gejala dan Tanda Mayor Perubahan struktur / Gangguan Citra
bentuk tubuh (mis. Tubuh
Subjektif : amputasi, trauma, luka
bakar, obesitas, jerawat)
 Mengungkapkan
kecacatan / kehilangan
bagian tubuh
Objektif :

 Fungsi / struktur tubuh


berubah / hilang
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

 Mengungkapkan perasaan
negatif tentang perubahan
tubuh
 Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan / rekasi orang
lain

Objektif :

 Menyembunyikan /
menunjukkan bagian
tubuh secara berlebihan
 Menghindari melihat dan /
atau menyentuh bagian
tubuh
 Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
 Fokus pada penampilan
dan kekuatan masa lalu
 Hubungan sosial berubah
b. Diagnosa :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,
diaphoresis
2. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif d.d kerusakan jaringan dan / atau
lapisan kulit
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur / bentuk tubuh d.d fungsi / struktur tubuh
berubah / hilang

c. Intervensi

SLKI
No Diagnosa
Luaran Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri  Keluhan nyeri cukup
pencedera fisiologis menurun (4)

d.d mengeluh nyeri,  Meringis menurun (5)

tampak meringis,  Sikap protektif cukup


Definisi :
menurun (4)
diaphoresis
 Gelisah menurun (5)
Pengalaman sensorik

atau emosional yang  Kesulitan tidur menurun (5)

berkaitan dengan  Frekuensi nadi membaik (5)


kerusakan jaringan  Tekanan darah membaik (5)
actual atau fungsional,
 Menarik diri cukup menurun
dengan onset mendadak
(4)
atau lambat dan  Berfokus pada diri sendiri
berintensitas ringan menurun (5)
hingga berat dan  Diaforesis menurun (5)

konstan

2. Gangguan integritas Integritas Kulit dan  Kerusakan jaringan cukup


kulit b.d bahan kimia Jaringan menurun (4)
iritatif d.d kerusakan  Kerusakan
jaringan dan / atau menurun (5) lapisan kulit
lapisan kulit  Nyeri cukup menurun (4)
Definisi :
 Perdarahan menurun (5)

Keluhan kulit (dermis  Suhu kulit cukup membaik


dan / atau epidermis) (4)
atau jaringan

(membrane mukosa,

kornea, fasia, otot,

tendon, tulang,

kartilago, kapsul sendi

dan / atau ligamen)

Penyembuhan Luka  Penyatuan kulit cukup


meningkat (4)
 Penyatuan tepi luka cukup
meningkat (4)
Definisi :  Jaringan granulasi
meningkat (5)
Tingkat regenerasi sel
 Pembentukan jaringan parut
dan jaringan pada
cukup meningkat (4)
proses penutupan luka
 Nyeri cukup menurun (4)

3. Gangguan citra tubuh Citra Tubuh  Melihat bagian tubuh


b.d perubahan struktur membaik (5)

/ bentuk tubuh d.d  Menyentuh bagian tubuh


membaik (5)
fungsi / struktur tubuh
Definisi :
 Verbalisasi kecacatan bagian
berubah / hilang
Persepsi tentang tubuh cukup membaik (4)

penampilan struktur dan  Verbalisasi perasaan negatif

fungsi fisik individu


tentang perubahan tubuh
cukup menurun (4)
 Verbalisasi kekhawatiran
pada penolakan / reaksi
orang lain cukup menurun
(4)
 Menyembunyikan bagian
tubuh berlebihan cukup
menurun (4)
 Fokus pada bagian tubuh
menurun (5)
 Fokus pada penampilan
masa lalu menurun (5)
 Fokus pada kekuatan masa
lalu menurun (5)
 Hubungan sosial membaik
(5)

d. Implementasi

No. Diagnose Intervensi Implementasi


1. Nyeri akut Manajemen nyeri  Mengidentifikasi
Observasi : lokasi, karakteritik,
 Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
karakteristik, durasi,
kualitas, intensitas
frekuensi, kualitas,
nyeri, skala, dan
intensitas nyeri
respon pasien terhadap
 Identifikasi skala nyeri
nyeri ketika
melakukan pengkajian

pada pasien
 Identifikasi respon  Mengidentifikasi
nyeri non verbal factor yang dapat
 Identifikasi faktor yang mengurangi dan
memperberat dan memperparah nyeri
memperingan nyeri  Mengajarkan/
 Identifikasi memberikan teknik
pengetahuan dan non farmakologis
keyakinan tentang nyeri untuk mengurangi
 Identifikasi pengaruh nyeri
budaya terhadap respon  Menjelaskan strategi
nyeri meredakan nyeri pada
 Identifikasi pengaruh pasien di pertemuan
nyeri pada kualitas pertama
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik :

 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:

 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan integritas Perawatan luka bakar  Mengidentifikasi


kulit penyebab, durasi, dan
Observasi : kondisi luka bakar
 Melakukan perawatan
 Identifikasi penyebab
luka dengan
luka bakar
menggungakan teknik
 Identifikasi durasi
aseptic
terkena luka bakar dan
 Memberikan diet
riwyat penanganan luka
tinggi kalori dan
sebelumnya
protein
 Monitor kondisi luka
 Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi luka
Terapeutik:
bakar
 Gunakan teknik aseptic
selama merawat luka
 Lepaskan balutan lama
dengan menghindari
nyeri dan perdarahan
 Rendam dengan air
steril jika balutan
lengket pada kulit
 Bersihkan luka dengan
cairan steril
 Lakukan terapi

relaksasi untuk
mengurangi nyeri
 Jadwalkan frekuensi
perawatan luka
berdasarkanada atau
tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan
jenis balutan yang
digunakan
 Gunakan modern
dressing sesuai dengan
kondisi luka
 Berikan diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan

protein 1,25-
1,5g/kgBB/hari
 Berikan suplemen
vitamin dan mineral

Edukasi:

 Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
 Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein

Kolaborasi :

 Kolaborasi prosedur
debridement, jika perlu
 Kolaborasi pemberian

antibiotic, jika perlu


3. Gangguan citra Promosi Citra Tubuh  Mengidentifikasi
tubuh harapan citra tubuh
Observasi: berdasarkan tahap
perkembangan
 Identifikasi harapan
citra tubuh berdasarkan  Memonitor frekuensi
tahap perkembangan pernyataan kritik
 Identifikasi budaya, tehadap diri sendiri
agama, jenis kelamin,  Mendiskusikan tentang
dan umur terkait citra perubahan tubuh
tubuh dengan pasien
 Identifikasi perubahan  Menjelaskan kepada
citra tubuh yang keluarga tentang
mengakibatkan isolasi perawatan perubahan
social citra tubuh yang
 Monitor frekuensi dialami pasien
pernyataan kritik  Melatih peningkatan
tehadap diri sendiri penampilan diri pasien
 Monitor apakah pasien
bisa melihat bagian
tubuh yang berubah

Terapeutik:

 Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
 Diskusikan kondisi
stres yang
mempengaruhi citra
tubuh (mis.luka,
penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis

 Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh

Edukasi:

 Jelaskan kepada

keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
 Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
 Anjurkan menggunakan
alat bantu
 Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
 Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
berdandan)
 Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok
e. Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1. Nyeri akut S:keluhan nyeri cukup menurun
O: meringis cukup menurun
A: masalah nyeri akut sudah sedikit teratasi

P: lanjutkan intervensi

2. Gangguan integritas S: keluhan nyeri cukup menurun


kulit
O: Kerusakan jaringan cukup menurun

A: masalah gangguan integritas kulit sedikit teratasi


P:lanjutkan intervensi

3. Gangguan citra S: Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh cukup


tubuh menurun

O: Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan cukup menurun


A: masalah gangguan citra tubuh sedikit teratasi
P: lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Luka bakar adalah cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber
panas, kimia, listrik atau radiasi (Joyce M. Black, 2009). Luka bakar merupakan cedera yang
cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat
cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara
langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya
tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 )

3.2 SARAN
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang luka bakar, tingkat luka bakar, tindakan
pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
https://eprints.umm.ac.id/52005/ (dikunjungi pada tanggal 16 May 2022, pada laman google
scholar)

Yuliastati,,asuhan keperawatan pada Tn S dengan prioritas masalah kekurangan volume cairan


dengan kasus luka bakar,2019, .poltekes bandung

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1626/1/Otan%20Ledoh.pdf

https://www.academia.edu/36474141/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_DENGAN
_LUKA_BAKAR (Diakses pada 22 Mei 2022)

Albert, johanes. https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/luka-bakar-pada-anak

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7715/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf.

Diakses tanggal 22 Mei 2022 pukul 19.25

http://eprints.undip.ac.id/50798/3/RADHITYO_FEBRIANTO_2201012130157_BAB_II.pdf.

Diakses tanggal 22 Mei 2022 pukul 19.25


https://www.academia.edu/38352423/makalah_askep_luka_bakar

Diakses tanggal 22 Mei 2022 pukul 22.58

Anda mungkin juga menyukai