Kelompok 6 :
1. Allvi Dayu Nengsih 2011311004
2. Ghairu A’diyyah 2011311007
3. Roby Juniwieldra Almy 2011312056
4. Susri Permadani 2011313023
5. Tessa Edrian 2011311055
6. Verra Oktavia 2011311025
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karna atas tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Masalah Integumen
dengan Luka Bakar”. Tugas ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak II.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing, dan kepada seluruh rekan-rekan kelompok yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, serta dapat menyelesaikannya dengan
tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah dibuat dalam makalah ini
masih jauh dari sempurna, sebab itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan
yang membangun demi menyempurnakan makalah ini dan agar tidak terjadi pada
tugas selanjutnya yang akan datang. Penulis berharap dengan adanya makalah yang
telah kami buat dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan bagi
pembaca.
Kelompok 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan kimia,
radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ketubuh manusia
menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling berat
menyebabkan destruksi jaringan ireversibel. Rentang keparahan luka bakar mulai dari
kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera komplek yang
melibatkan semua sistem tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasi sederhana agens
antiseptik topikal di klinik rawat jalan hingga pendekatan tim antardisiplin, multisistem,
dan invasif dilingkungan aseptik pusat penanganan luka bakar.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah luka bakar
C. TUJUAN PENULISAN
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat teoritis
PEMBAHASAN
1) Luka bakar derajat I (super facial partial-thickness) Luka bakar derajat pertama
adalah setiap luka bakar yang di dalam proses penyembuhan tidak meninggalkan
jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang
berwarna kemerahan, terdapat gelembung-gelembung yang ditutupi oleh daerah
putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang
berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai
epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka 7
tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat.
Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
2) Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness) Kerusakan yang terjadi pada
epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi,
melepuh dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas
permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat
II ada dua Menurut (Rahayuningsih, 2012) : a. Derajat II dangkal (superficial)
kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam
waktu 10-14 hari b. Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3) Luka bakar derajat III (Full Thickness) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis
dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,
kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein
pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan (Rahayuningsih, 2012).
C. Etiologi Luka Bakar
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia.
Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas,
durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan (Schwarts et al, 1999).
Tipe luka bakar:
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) jilatan api ke tubuh (flash).
kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).
2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh aşam kuat atau alkali yang biasa digunakan
dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga (Schwarts et al. 1999).
3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah.kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak maupun ground (Moenadjat, 2001).
4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapcutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Gillespie, 2009)
Tanda dan gejala bergantung pada tipe luka bakar dan dapat meliputi :
Nyeri dan eritema setempat yang biasa terjadi tanpa lepuh dalam waktu 24 jam pertama
(luka bakar derajat I)
Menggigil, sakit kepala, edema lokal dan nausea serta vomitus ( pada luka bakar derajat
I yang lebih berat )
Lepuhan berdinding tipis berisi cairan, yang muncul dalam tempo beberapa menit
sesudah cedera disertai edema ringan hingga sedang dan rasa nyeri (luka bakar derajat 2
dengan ketebalan parsial- superfasial )
Tampilan putih seperti lilin pada daerah yang rusak (luka bakar derajat 2 dengan
ketebalan parsial- dalam)
Jaringan seperti bahan dari kulit yang berwarna putih, cokelat, atau hitam dengan
pembuluh darah yang terlihat dan mengalami trombosis akibat destruksi elastisitas kulit
(bagian dorsum tangan merupakan lokasi paling sering terdapat vena yang mengalami
trombosis) tanpa disertai lepuhan (luka bakar derajat 3).
Daerah yang menonjol dan berwarna seperti perak, yang biasa terlihat pada tempat
terkena arus listrik (luka bakar elektrik).
Bulu hidung yang berbau sangit, luka bakar mukosa, perubahan suara, batuk batuk,
mengi, hangus pada mulut atau hidung, dan sputum berwarna gelap (karena inhalasi
asap dan kerusakan paru).
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat
darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain
terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan
topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis.
Pemberian obat obatan topikah anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka
akan tetapi untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi,
dengan pemberian obat-obatan topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi
terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab
kematian pasien.
a. Penanganan awal di tempat kejadian
Tindakan yang harus dilakukan terhadap korban luka bakar:
1) Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan korban
berlari,anjurkan korban untuk berguling-guling atau bungkus tubuh korban dengan
kain basahdan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika
kejadian luka bakar berada di ruangan tertutup.
2) Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.
3) Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support) dan
oksigen jika diperlukan
4) Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 20oC
(suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama 15-20 menit
segera setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah pada jalan napas korban).
5) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak-
banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh korban.
6) Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera lain
yangmenyertai luka bakar.
7) Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (tutup tubuh
korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke rumah sakit).
b. Penanganan pertama luka bakar di unit gawat darurat
9) Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya diberikan
sesuaiformula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24 jam pertama. Pada 8
jam Idiberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16 jam II diberikan sisanya
(disesuaikandengan produksi urine tiap jam)
10) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami
traumainhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan nebulisasi dengan obat
bronkodilator.
11) Periksa lab darah.
2) Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap jam dan
suhusetiap 4 jam.
3) Pantau nilai CVP.
4) Amati GCS.
10) Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.
15) Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter, tube setiap hari.
19) Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein (albumin), gula
darah(kolaborasi dengan dokter).
20) Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit.
Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses
penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar yang luas dan
dalam.Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit luka bakar yaitu
perawatan luka, pengaturan posisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat, pencegahan
komplikasi dan rehabilitasi.
Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan tertutup.
Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa menggunakan balutan setelah diberi obat topikal.
Perawatan tertutup dengan menggunakan balutan kasa steril setelah diberikan obat topikal
atau tulle yang mengandung chlorhexidine 0,05%, kasa lembab (moist) dengan NaCl 0,9%
dan kasa kering. Penggunaan obat topikal disesuaikan dengan kedalaman luka bakar. Luka
bakar grade II superficial menggunakan chlorampenicol zalfmata, sedangkan luka bakar
grade II dalam dan grade III menggunakan SSD.
Prognosis luka bakar pada anak tergantung usia, kedalaman dan luas luka bakar,
serta adanya trauma inhalasi. Anak-anak yang berusia lebih muda memiliki risiko
mortalitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan remaja. Selain usia, angka
mortalitas sangat dipengaruhi oleh kedalaman, luas luka bakar, serta adanya trauma
inhalasi. Dari sudut pandang morbiditas, luka bakar yang belum tertutup epitel dalam
waktu 14-21 hari akan berisiko mengalami skar hipertrofik hingga kontraktur.
G. Komplikasi
Luka bakar merupakan cedera yang berat terutama bila melibatkan area yang luas.
Komplikasi yang ditimbulkan bersifat lokal dan sistemik baik pada fase akut maupun
setelah proses epitelisasi selesai. Risiko komplikasi yang mungkin dihadapi pasien
dengan luka bakar adalah hipopigmentasi, skar hipertrofik, keloid, kontraktur, osifikasi
heterotopik, pruritus, gangguan pertumbuhan, gangguan metabolisme, dan gangguan
psikososial.
1. Komplikasi Lokal
Komplikasi berupa skar hipertrofik dan keloid pada umumnya dijumpai pada luka
bakar dermal dan full thickness. Faktor lain yang memengaruhi adalah usia, pigmen kulit
pasien, riwayat keluarga, dan lokasi parut. Parut yang tidak ideal ini dapat dicegah
dengan mengupayakan epitelisasi secepat mungkin, idealnya dalam waktu 3 minggu.
Selain itu perlu juga dilakukan perawatan parut yang baik setelah luka tertutup epitel.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi masalah ini meliputi
penggunaan pressure garment, injeksi kortikosteroid intralesi, penggunaan silikon gel
atau lembaran, dan terapi laser. Tatalaksana pembedahan yang dilakukan adalah dengan
eksisi parut atau relaksasi jaringan parut. Kontraktur disebabkan oleh tarikan parut
selama proses maturasi jaringan parut berlangsung.
2. Komplikasi Sistemik
Komplikasi sistemik pada anak-anak dengan luka bakar adalah hipermetabolisme dan
katabolisme yang berlangsung dalam periode panjang. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan gagal ginjal akut, rhabdomyolisis, dan hipoglikemia. Propranolol
merupakan obat yang sudah terbukti bermanfaat untuk menurunkan respon
hipermetabolisme pada anak-anak dengan luka bakar.
H. Pemeriksaan Penunjang
8. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
I. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut mungkin di pindah melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar diklasifikasikan sebagai luka bakar thermal, radiasi atau luka bakar kimiawi. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan
SC tergantung factor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas /
penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan gangguan intergritas
kulit dan kematian sel-sel.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyababkan
terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hypovolemia dan hemokonsentrasi.
Kehilangan cairan tubuh pasien luka bakar dapat disebabkan beberapa factor:
1. Peningkatan mineral okortikoid
b. Ekskresi kalium
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit
tubuh yang selanjutnya akan terlihat pada hasil pemeriksaan laboratorium, Luka
bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusaka kulit, tetapi juga mempengarihi
seluruh system tubuh sehingga menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai
respon kompensasi terhadap luka bakar. Pada pasien luka bakar yang luas (mayor).
tubuh tak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam
komplikasi.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga di
pengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya) suhu benda
yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas api, air panas, minyak panas,
listrik, zát kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran, ruangan yang tertutup.
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain:
1. Keluasan luka bakar
4. Agen penyebab
7. Obesitas
a. Pengkajian
Sulit tidur
Subjektif : -
Objektif :
Tekanan darah meningkat
Menarik diri
Diaforesis
2. Gejala dan Tanda Mayor Bahan kimia iritatif Gangguan Integritas
Kulit
Subjektif : -
Objektif :
Subjektif : -
Objektif :
Nyeri
Perdarahan
3. Gejala dan Tanda Mayor Perubahan struktur / Gangguan Citra
bentuk tubuh (mis. Tubuh
Subjektif : amputasi, trauma, luka
bakar, obesitas, jerawat)
Mengungkapkan
kecacatan / kehilangan
bagian tubuh
Objektif :
Subjektif :
Mengungkapkan perasaan
negatif tentang perubahan
tubuh
Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan / rekasi orang
lain
Objektif :
Menyembunyikan /
menunjukkan bagian
tubuh secara berlebihan
Menghindari melihat dan /
atau menyentuh bagian
tubuh
Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
Fokus pada penampilan
dan kekuatan masa lalu
Hubungan sosial berubah
b. Diagnosa :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,
diaphoresis
2. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif d.d kerusakan jaringan dan / atau
lapisan kulit
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur / bentuk tubuh d.d fungsi / struktur tubuh
berubah / hilang
c. Intervensi
SLKI
No Diagnosa
Luaran Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri Keluhan nyeri cukup
pencedera fisiologis menurun (4)
konstan
(membrane mukosa,
tendon, tulang,
d. Implementasi
pada pasien
Identifikasi respon Mengidentifikasi
nyeri non verbal factor yang dapat
Identifikasi faktor yang mengurangi dan
memperberat dan memperparah nyeri
memperingan nyeri Mengajarkan/
Identifikasi memberikan teknik
pengetahuan dan non farmakologis
keyakinan tentang nyeri untuk mengurangi
Identifikasi pengaruh nyeri
budaya terhadap respon Menjelaskan strategi
nyeri meredakan nyeri pada
Identifikasi pengaruh pasien di pertemuan
nyeri pada kualitas pertama
hidup
Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
Jadwalkan frekuensi
perawatan luka
berdasarkanada atau
tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan
jenis balutan yang
digunakan
Gunakan modern
dressing sesuai dengan
kondisi luka
Berikan diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-
1,5g/kgBB/hari
Berikan suplemen
vitamin dan mineral
Edukasi:
Kolaborasi :
Kolaborasi prosedur
debridement, jika perlu
Kolaborasi pemberian
Terapeutik:
Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
Diskusikan kondisi
stres yang
mempengaruhi citra
tubuh (mis.luka,
penyakit, pembedahan)
Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis
Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi:
Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
Anjurkan menggunakan
alat bantu
Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
berdandan)
Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok
e. Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1. Nyeri akut S:keluhan nyeri cukup menurun
O: meringis cukup menurun
A: masalah nyeri akut sudah sedikit teratasi
P: lanjutkan intervensi
3.2 SARAN
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang luka bakar, tingkat luka bakar, tindakan
pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
https://eprints.umm.ac.id/52005/ (dikunjungi pada tanggal 16 May 2022, pada laman google
scholar)
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1626/1/Otan%20Ledoh.pdf
https://www.academia.edu/36474141/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_DENGAN
_LUKA_BAKAR (Diakses pada 22 Mei 2022)
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7715/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf.
http://eprints.undip.ac.id/50798/3/RADHITYO_FEBRIANTO_2201012130157_BAB_II.pdf.