Anda di halaman 1dari 10

Perilaku Organisasi

“ KEKUASAAN Dan POLITIK"

Disusun Oleh :

Anisa Saadatul Fadliah : 20210510068

Nisa Nur Aisah : 20210510135

Lesa Fitriyani : 20210510353

UNIVERSITAS KUNINGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

2022

KELOMPOK 8
A. Definisi Kekuasaan

Kekuasaan ( Power ) biasanya mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk memengaruhi
perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi tersebut mengimplikasikan sebuah
potensi tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah hubungan ikatan. terpenting dari aspek
terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi fungsi ( dependency .) ). Jika Semakin
Besar Besaran B pada A, maka semakin besar pula kekuasaan A dalam hubungan tersebut.

1. Membandingkan Kepemimpinan dan Kekuasaan

Kebanyakan Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan
kelompok. Biasanya Para pemimpin mencapai tujuan, dan kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan
usaha mereka tersebut. Terdapat perbedaan antara kedua istilah itu adalah salah satu perbedaannya
terkait dengan tujuan. Suatu penerapan tidak memberlakukan tujuan, antara tujuan pemimpin dan
mereka yang dipimpin. Perbedaaan kedua berkaitan dengan arah pengaruh.

Kepemimpinan biasanya berfokus pada pengaruh ke bawah kepada para pengikut. Kepemimpinan
meminimalisasi pola-pola pengaruh ke samping dan ke atas. Kekuasaan tidak demikian. Perbedaan lain
terkait dengan penekanan pada penelitian. Penelitian mengenai kepemimpinan, sebagian besar, gaya.
Penelitian tersebut menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan-pertanyaan seperti : Mungkinkah
suportif seharusnya seorang pemimpin? Sampai tingkat mana proses pengambilan keputusan harus
dilakukan bersama dengan para pengikut? Sebaliknya penelitian mengenai kekuasaan biasanya
cenderung menguasai bidang yang lebih luas dan terfokus pada taktik-taktik untuk memenuhi
kepatuhan dari anak buah.

2. Landasan Kekuasaan

a. Kekuasaan Formal

Kekuasaan formal biasanya didasarkan pada posisi seorang individu dalam sebuah organisasi.
Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan diri sendiri untuk memaksa atau memberi imabalan,
atau dari otoritas formal.

1) Kekuasaan Koersif

Landasan kekuasaan koersif ( coercive power ) adalah rasa takut. Seseorang memberikan reaksinya
terhadap kekuasaan ini karena adanya rasa takut terhadap akibat-akibat negatif yang mungkin terjadi
jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif biasanya mengandalkan aplikasi, atau ancaman aplikasi,sanksi fisik,
yang menimbulkan rasa sakit, yang disebabkan oleh pengendalian aktivitas, atau pengendalian paksa
terhadap fisiologis atau keamanan.

2) Kekuasaan Imbalan
Kebalikan dari kekuasaan koersif yaitu kekuasaan ketidakseimbangan ( reward power ). Orang akan
memenuhi keinginan atau Arahan orang lain karena dengan melakukan hal tersebut ia akan
mendapatkan manfaat yang positif. Oleh karena itu, seseorang yang dapat membagikan
ketidakseimbangan atau penghargaan yang dipandang orang lain yang bernilai tinggi akan memiliki
kekuasaan atas orang lain itu. Imbalan tersebut bersifat finansial – seperti pengendalian tingkat upah,
kenaikan upah, dan bonus; atau bersifat nonfinansial – termasuk pengakuan, promosi, penugasan kerja
yang menarik kolega yang ramah, dan wilayah kerja atau wilayah penjualan yang lebih disukai.

Kekuasaan koersif dan kekuasaan ketidakseimbangan yang saling berlawanan. Jika kita dapat
membuang sesuatu yang bernilai positif dari orang lain atau menimbulkan sesuatu yang bernilai negatif,
Anda memiliki kekuasaan koersif atas orang itu. Jika kita dapat memberi seseorang sesuatu yang bernilai
positif atau membuang sesuatu yang bernilai negatif. Anda memiliki kekuasaan ketidakseimbangan atas
orang itu.

3) Kekuasaan Legitimasi ( kekuasaan yang sah )

Dalam kelompok atau organisasi formal, kemungkinan akses yang paling mudah ditemui pada satu atau
lebih landasan kekuasaan adalah posisi struktural seseorang. Hal ini disebut kekuasaan legitimasi
( kekuasaan yang sah ). Kekuasaan tersebut menguasai wewenang utnuk mengendalikan dan
memanfaatkan sumber daya organisasi.

Posisi-posisi yang memiliki kekuasaan dapat dikuasai koersif dan ketidakseimbangan. Namun, kekuasaan
legitmasi lebih luas dibandingkan kekuasaan untuk memaksa dan memberikan ketidakseimbangan.
Secara spesifik, kekuasaan tersebut mencakup wewenang tertentu untuk suatu jabatan oleh anggota-
anggota dalam sebuah organisasi. Ketika kepala sekolah, presiden bank, atau kapten tentara berbicara
(dengan asumsi mereka dipandan ada dalam otoritas jabatan mereka), para guru, teller, dan letnan satu
akan mendengarkan dan, biasanya, mematuhinya.

b. Kekuasaan Pribadi

Yaitu kekuasaan yang berasal dari karakteristik individu mereka yang unik dan berasal dari dalam diri.
Terdapat dua basis kekuatan pribadi yaitu kekuasaan karena keahlian dan juga kekuasaan rujukan.

1. Kekuasaan karena Keahlian (Kekuatan Pakar)

kekuasaan karena keahlian ( expert power ) merupakan pengaruh yang diperoleh dari keahlian,
keterampilan khusus, atau pengetahuan. Keahlian telah menjadi salah satu sumber pengaruh yang
paling kuat karean dunia sudah dikembangkan pada teknologi. Karena pekerjaan semakin terspesialisasi,
maka kita menjadi didukung oleh para ahli untuk mencapai tujuan. Jadi, meskipun secara umum diakui
bahwa dokter memiliki keahlian dan memiliki kekuasaan sebagai ahli sebagian besar diantara kita
mengikuti saran-saran yang diberikan oleh dokter kita Anda juga harus mengakui bahwa para spesialis
bidang komputer, akuntan pajak, ahli ekonomi, psikolog industri, dan spesialis – spesialis lain mampu
untuk menjalankan kekuasaan sebagai hasil dari keahlian mereka.

2. Kekuasaan Rujukan (Kekuasaan Rujukan)


Kekuasaan rujukan ( referent power ) biasanya bergantung pada seseorang yang memiliki sumer atau
sifat-sifat pribadi yang menyenangkan. Jika saya akan menyukai, menghormati, dan mengagumi Anda,
Anda dapat menjalankan kekuasaan atas saya karena saya ingin menyenangkan hati Anda. Kekuasaan
rujukan dapat berkembang dari kekaguman kita terhadap orang lain dan hasrat untuk menjadi seperti
orang itu.

3. Landasan Kekuasaan yang Paling Efektif

Hal yang paling menarik adalah bahwa penelitian secara cukup jelas menunjukkan bahwa sumber-
sumber kekuasaan yang bersifat pribadilah yang paling efektif. Kekuasaan karena keahlian terhadap
penyeliaan yaitu komitmen keorganisasian, dan kinerja mereka, sedangkan kekuasaan
ketidakseimbangan dan legitimasi tidak terkait secara langsung dengan hasil semacam ini.

B. Ketergantungan : Kunci Menuju Kekuasaan

Aspek terpenting dari kekuasaan kekuasaan adalah bahwa hal ini suatu kekuasaan fungsi fungsi. Dalam
hal ini, akan semakin besar pentingnya pemahaman mengenai ketergantungan dalam upaya untuk lebih
memahami kekuasaan itu sendiri.

1. Postulat Umum tentang Ketergantungan

Ketika semakin besar untuk B kepada A, maka semakin besar kekuasaan A atas B. Ketika Anda sudah
memiliki apa pun yang dibutuhkan orang lain danhanya Anda seorang dirilah yang mengendalikannya,
Anda membuat orang lain bergantung kepada Anda dan, karena itu, Anda menguasai atasnya. Jadi,
suatu berbanding terbalik dengan sumber-sumber penawaran alternatif. Jika suatu barang berjumlah
sangat banyak, kepemilikan di atasnya tidak akan meningkatkan kekuasaan Anda. Jika setiap orang
cerdas, kecerdasan sebagai suatu kualitas tidak memberikan keunggulan istimewa. Demikian jugs, di
antara orang-orang super kaya uang bukan lagi menunjukkan kekuasaan.

2. Penyebab Ketergantungan

Ketergantungan akan meningkat apabila sumber-sumber daya yang Anda kendalikan itu penting, langka,
dan tak tergantikan.

a. Nilai Penting

Jika tak ada seorang pun menginginkan yang Anda miliki, ketergantungan pada Anda tidak akan tercipta.
Oleh karena itu, untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang Anda kontrol harus hal-hal yang
dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya, secara aktif berusaha menghindari ketidakpastian.
Karenanya kita akan menemukan individu atau kelompok yang dapat menghilangkan ketidakpastian
suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa sumber daya yang penting.

b. Kelangkaan

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, jika sesuatu yang dimiliki sangat banyak, kepemilikan di atasnya
tidak akan meningkatkan derajat kekuasaan Anda. Suatu sumber daya harus dilihat sebagai sesuatu yang
langka guna menciptakan ketergantungan. Hal Ini dapat membantu menjelaskan bagaimana para
bawahan dalam sebuah organisasi yang memiliki pengetahuan penting yang tidak dimiliki oleh pemilik
kekuasaan atas kelompok yang disebut terakhir ini. Kepemilikan sumber daya yang langka tersebut
dalam hal ini, pengetahuan yang penting menjadikan pemimpin bersandar pada bawahan. Hal ini juga
dapat membantu menjelaskan berbagai perilaku bawahan yang dalam cara pandang lain tampak tidak
logis , seperti menghancurkan prosedur manual yang menguraikan bagaimana suatu pekerjaan
ditunaikan,

antara kelangkaan – Hubungan lebih jauh dapat dilihat dalam kekuasaan yang termasuk kategori
jabatan. Individu yang memiliki jabatan di mana persediaan personel relatif rendah dibandingkan
dengan kebutuhnnya dapat merundingkan paket-paket kompensasi dan tunjangan jumlah yang jauh
lebih menarik dibanding bila calonnya banyak. Pengelola perguruan tinggi saat ini tidak menemui
masalah untuk mencari dosen bahasa Inggris. Sebaliknya pasar untuk para guru teknik komputer sangat
ketat : permintaan rendah memungkinkan mereka utnuk merundingkan gaji yang lebih tinggi, beban
mengajar yang lebih, dan tunjangan lainnya.

c. Keadaan Tak Tergantikan

Semakin sedikit pengganti yang tersedia bagi suatu sumber daya, semakin besar kekuasaan yang
diberikan oleh kontrol atas sumber daya tersebut. Pendidikan yang lebih tinggi sekali lagi menyediakan
contoh yang sempurna. Di universitas-universitas di mana ada banyak tekanan yang kuat bagi tenaga
pengajar untuk menerbitkan karya mereka, kita dapat mengatakan bahwa kekuasaan seorang kepala
jurusan atas seorang tenaga pengajar berkorelasi terbalik dengan banyaknya publikasi tenaga pengajar
yang bersangkutan. Semakin banyak pengakuan yang diterima oleh seorang tenaga pengajar tersebut
melalui berbagai pengalaman, semakin leluasalah. Artinya, karena universitas-universitas yang lain
menginginkan tenaga pengajar yang banyak membaca dan terpandang, permintaan akan jasa tenaga
pengajar tersebut pun meningkat.

C. Taktik Kekuasaan

Taktik kekuasaan adalah suatu cara individu mengubah landasan kekuasaan ke dalam tindakan-tindakan
tertentu. Di bagian ini kita akan meninjau kembali pilihan-pilihan taktik yang populer untuk digunakan
dan berbagai kondisi yang mungkin lebih efektif dibanding yang lain. Penelitian telah mengidentifikasi
sembilan macam taktik pengaruh, yaitu :

1. Legitimasi

Mengandalkan posisi atau kekuasaan seseorang atau seseorang bahwa suatu permintaan sesuai dengan
kebijakan atau ketentuan dalam.

2. Persuasi rasional

Menyajikan argument-argumen yang logis (masuk akal) dan berbagai bukti faktual untuk mencari
sebuah permintaan itu masuk akal.
3. Seruan inspirasional

komitmen emosinal dengan cara-cara penilaian-nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi sebuah sasaran.

4. Konsultasi

peningkatan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan melibatkannya dalam
keputusan keputusan atau memutuskan bagaimana rencana atau perubahan akan dijalankan.

5. Tukar pendapat

Memberikan ketidakseimbangan atau hadiah kepada terget atau sasaran berupa uang atau
penghargaan lain sebagai ganti karena mau suatu permintaan.

6. Seruan pribadi

Sesuai berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.

7. Menyenangkan orang lain

Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku akrab sebelum membuat permintaan.

8. Tekanan

Yaitu dengan cara menggunakn peringatan, tegas, dan ancaman.

9. Koalisi

Meminta bantuan orang lain untuk membujuk sasaran (target) atau menggunakan dukungan orang lain
sebagai alasan agar sasaran tersebut setuju.

Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain. Secara khusus sebagian besar bukti
menunjukkan bahwa persuasi nasional, seruan inspirasional dan konsultasi cenderung menjadi cara
yang paling efektif. Sebaliknya tekanan yang lebih sering menjadi bomerang dan paling tidak efektif di
antara kesembilan taktik itu. Kita juga dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan Anda dengan cara
menerapkan lebih dari satu jenis taktik pada saat yang bersamaan atau secara berurutan, sepanjang
pilihan-pilihan taktik dan selaras. Sebagai contoh menggunakan taktik yang menyenangkan orang lain
atau legitimasi dapat meminimalkan reaksi negatif yang mungkin akan timbul akibat “didikte” oleh
atasan.

a . Kekuasaan dalam kelompok : Koalisi

Koalisi adalah suatu kelompok informasi yang menemukan bersama dengan sebuah isu perjuangan yang
sama. Cara alami untuk mendapatkan pengaruh adalah dengan menjadi pemilik kekuasaan. Oleh Karena
itu, orang-orang yang menginginkan kekuasaan akan berupaya membangun landasan kekuasaan pribadi.
Tetapi, dalam kebanyakan contoh, hal ini mungkin sulit, risiko, mahal, atau kemungkinan. Jika demikian,
upaya akan dilakukan untuk membentuk menghadapi dari dua atau lebih. Orang di luar kekuasaan yang
bersatu, dapat menggabungkan sumber-sumber daya mereka guna meningkatkan kekuasaan. Koalisi
yang berhasil terdiri dari anggota-anggota yang sifatnya cair dapat terbentuk secara cepat, menjangkau
isu yang menjadi sasaran mereka, dan cepat pula bubarnya”.

Prediksi lain mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kadar saling di dalam organisasi. Lebih banyak
yang bisa tercipta apabila terdapat banyak tugas dan sumber daya. Sebaliknya akan terdapat lebih
sedikit yang saling ketergantungan di antara berbagai sub unit dan lebih sedikit aktvitas pembentukkan
melihat bilamana berbagai sub unit itu mandiri dengan sumber daya yang melimpah.

penetapan suatu tugas akan dilaksanakan oleh tugas-tugas aktual yang dilakukan oleh para pekerja.
Semakin rutin atau banyak tugas semua kelompok, semakin besar kemungkinan akan mengetahui
gambaran. Semakin besar pekerjaan yang dilakukan orang lain, semakin besar ketergantungan mereka.
Untuk memperkuat ini, mereka perlu membangun pemikiran. Ini dapat membantu menjelaskan sejarah
terbentuknya serikat-serikat pekerja, khususnya diantara para pekerja yang berketerampilan rendah.
Karyawan-karyawan di sini dalam kapasitas mereka sendiri sebagai anggota memandang yang satu akan
lebih mampu untuk negosiasikan kenaikan upah, tunjangan, dan kondisi kerja dari mereka jika
bertindah-sendiri.

b. Pelecehan seksual (ketidakseimbangan kekuasaan di tempat kerja)

Pelecehan seksual yaitu segala aktivitas atau kegiatan yang bersifat seksual yang tidak diinginkan dan
memengaruhi pekerjaan seorang individu, serta menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman.
Pelecehan seksual biasa didefinisikan sebagai segala aktivitas seksual yang tidak diinginkan dan
memengaruhi pekerjaan seorang individu, serta menciptakan suasana yang tidak nyaman. Mahkamah
Agung AS membantu memperjelas definisi dengan menambahkan bahwa tes kunci untuk menentukan
apakah telah terjadi seks adalah apakah komentar atau perilaku di suatu lingkungan kerja umumnya
akan dianggap, dan memang menyenangkan atau menyenangkan. Pada umumnya organisasi telah
membuat kemajuan besar untuk mencari bentuk-bentuk seks terbuka selama dasawarsa silam.

Pelecehan seksual merupakan masalah kekuasaan, yaitu seorang individu mencoba mengendalaikan
atau mengancam individu lainnya. Tindakan ini salah. Dan melakukan tidak senonoh terhadap
perempuan atau laki-laki mana pun menyalahi aturan atau hukum. Namun Anda bisa memahami seksual
muncul ke permukaan dalam organisasi jika Anda menganalisnya dalam kekuasaan telah dijelaskan.

Bagaimana cara seksual tersebut dapat menghancurkan sebuah organisasi, tetapi tindakan ini tidak
dapat dihindari. Peran seorang manajer perusahaan dalam mencegah seksual sangat penting. Beberapa
cara agar para manager bisa melindungi diri mereka sendiri, dan karyawan dari mereka dari seksual
adalah sebagai berikut :

1. Pastikan adanya sebuah kebijakan yang sangat tepat mendefinisikan hal-hal yang merupakan hal-hal
yang merupakan seksual, yang memberi tahu bahwa mereka dapat dipecat karena melakukan hal-hal
seperti itu kepada karyawan lain, dan yang menetapkan prosedur untuk keluhan.
2. Yakinkanlah karyawan bahwa mereka tidak akan menghadapi balasan jika mereka menyampaikan
keluhan mereka.

3. Selidikilah setiap keluhan dan ikut sertakan divisi hukum dan sumber daya manusia perusahaan.

4. Pastikan bahwa pelakunya terena sangsi atau diberhentikan.

5. Adakan seminar internal untuk membangkitkan kesadaran karyawan akan isi-isu seputar seksual dan
alternatif.

Kesimpulannya adalah bahwa para manager memiliki tanggung jawab untuk melindungi karyawan
mereka dari lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, tetapi mereka juga perlu melindungi diri
mereka sendiri. Para manager mungkin tidak akan menyadari bahwa salah seorang karyawan mereka
mengalami pengalaman seksual. Tetapi hal itu mungkin tidak akan melindungi mereka atau organisasi
mereka. Jika para penyelidik hukum meyakini bahwa seorang manajer tahu tentang lingkungan di bawah
tanggung jawab, baik si manajer maupun perusahaan dapat dikenai tanggung jawab.

D. Politik dalam Organisasi

Robbins juga mengatakan bahwa "politik organisasi pada dasarnya berfokus pada penggunaan
kekuasaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi, atau berfokus pada
perilaku-perilaku untuk melayani kepentingan diri sendiri, yang merupakan tugas atau Arahan dari
organisasi"

Politik Organisasi merupakan suatu kemampuan untuk Mengidentifikasi peta kekuatan di dalam
organisasi, siapa yang dominan dalam pembuatan keputusan, serta aspek-aspek yang tersembunyi di
dalam organisasi.

1. Dimensi Perilaku Politik

Kemunculan suatu politik dalam organisasi juga suka dengan adanya perilaku politik di kalangan anggota
organisasi. Perilaku tersebut yang membuka ruang yang besar bagi individu dalam organisasi untuk
melibatkan diri dalam politik. Eran Vigoda-Gadot telah merinci 6 dimensi perilaku politik di diri individu
yang mendorong munculnya kegiatan politik, yaitu:

1.) Otonomi Pekerjaan . Semakin mandiri karyawan dalam melakukan tugas, semakin mahir dalam
menerapkan pengaruh dengan tujuan untuk keinginannya;

2.)Pasukan Keputusan . Keterlibatan dan kerja sama dalam proses pengambilan keputusan membuat
merasa terhubung dengan organisasi, suatu perasaan tanggung jawab agar bekerja lebih jauh, dan
keinginan menanam andil (jasa) guna mempertahankan daya saing organisasi. Lebih jauh lagi, terbuka
kesempatan yang memungkinkan untuk memunculkan perilaku politik yang berupaya memaksimalkan
pribadi dan pencapaian melalui pemberian pengaruh atas orang lain sehingga mereka akan
membantunya dalam merealisasikan tujuan individu maupun organisasi.
3.) berfungsi . Semakin puas seorang karyawan, maka semakin percaya pada organisasi berikut seluruh
proses di dalamnya sehingga keterasingannya dari pekerjaan jauh berkurang. tujuan yang ia dapatkan di
pekerjaan membentuk kepentingannya sendiri yaitu memelihara status quo. Jika kepuasannya kurang
maka itu akan membawa individu bertindak dalam rangka mempengaruhi pihak lain untuk mengubah
keputusan-keputusan dalam organisasi.

4.) Status dan Prestise Pekerjaan . Status dan prestise pekerjaan berhubungan dengan opini politik.
Semakin besar keinginan untuk mengekspresikan opini, protes, dan aktif mengutarakan ide-ide yang ia
sukai. Tatkala pekerja punya status dan prestise profesional yang tinggi, maka ia juga akan menuntut
aset-aset yang butuh dukungan dan perlindungan. Ia tidak hanya mengupayakan perubahan besar di
lingkungan dan menggunakan keahliannya yang tinggi untuk memelihara aset-aset pribadinya.

5.) Hubungan Kerja . hubungan yang dekat di antara satu individu dengan individu lainnya di lokasi kerja
akan memberikan pandangan yang sama di dalam organisasi, di mana terjadi adaptasi, sikap dan
perilaku politik mereka.

6.) Unionisasi . Serikat pekerja akan menyampaikan gagasan dan ide, perilaku dan kebiasaan dari tingkat
lingkungan kerja hingga sistem politik nasional dan sebaliknya (demikian sebaliknya). Orang yang terlibat
dan aktif dalam komite pekerja pada umumnya mahir pula dalam berpolitik.

2. Praktik politik dalam organisasi

Setiap aktor manajer akan menggunakan taktik dan strategi untuk mempengaruhi aktor lain dengan
menggunakan sumber kekuasaan yang dimiliki. Secara deskriptif, beberapa taktik yang dipakai oleh para
aktor adalah sebagai berikut:

1.) Membentuk pihak lain untuk meningkatkan dukungan dan sumber daya.

2.) menciptakan suasana (seremoni dan simbol) untuk membentuk suatu persepsi dan perilaku orang-
orang sesuai dengan peran dan perilaku

3.) Mentransformasikan kepentingan kita menjadi kepentingan pihak lain dengan mengubah persepsi
dan tindakan pihak lain

4.) Memperluas jumlah pemain yang terlibat dalam suatu isu yang menjadi kepentingan kita untuk
mendapatkan perhatian yang lebih luas

5.) melakukan negosiasi dan tawar-menawar dengan pihak lain yang bersinggungan dengan kepentingan
kita untuk mendapatkan kompromi

E . Etika Berp olitik dalam organisasi

Pembahasan suatu politik organisasi lengkap tanpa berbicara tentang etika berpolitik organisasi.
Pertimbangan harus merupakan suatu pengontrolan kriteria dalam perilaku politik untuk mempengaruhi
pihak tertentu. Etik merupakan standar moral apakah suatu perilaku baik atau buruk menurut norma
masyarakat. perilaku politik yang etis adalah suatu perilaku yang bermanfaat untuk individu dan
organisasi, sedangkan politik yang tidak etis adalah perilaku yang bermanfaat untuk individu tetapi
melukai organisasi.

setidaknya ada tiga kriteria untuk menilai apakah cara kita bertindak etis atau tidak etis yaitu prinsip
utilitarianisme, hak dan keadilan. Prinsip utilitarianisme mengajarkan bahwa keputusan yang telah kita
ambil harus 'memberikan manfaat terbesar untuk jumlah orang terbesar'. Pandangan seperti pada
kinerja kelompok (kinerjaorganisasi). Dengan kata lain, suatu pengambilan keputusan adalah dalam
rangka efisiensi dan produktivitas organisasi, bukan untuk mengambil keuntungan sepihak. Prinsip 'hak'
bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan berbicara,

Sebagaimana diatur dalam Piagam Hak Asasi Manusia. Prinsip 'keadilan' digunakan individu untuk
menerapkan dan mematuhi aturan secara adil dan tidak berat sebelah atau pilih kasih sehingga terdapat
distribusi manfaat dan biaya yang pantas.

Dalam melakukan tindakan politik, siapapun aktornya (bisa manajer atau staf) harus memiliki pedoman
tiga kriteria etis tadi.

Anda mungkin juga menyukai