Anda di halaman 1dari 13

ISLAM DAN METODE DAKWAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu: Atep Komussudin, S.Ag, M. Pd.

Disusun Oleh:
Nursyifa Fauziah Dinata (21122430)
Risma Siti Rohmah (21122439)
Rosyidah Nurul Hasanah (21122478)

Reguler 2A

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AT-TAQWA CIPARAY
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya makalah yang berjudul “Islam dan Metode Dakwah” dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in atbauttabi’in, dan semoga sampai kepada kita
selaku umatnya.
Penulis ucapkan terima kasih terkhusus kepada Bapak Atep Komussudi,
S.Ag,M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Studi Islam yang telah
memberi bimbingannya kepada kami dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca supaya dapat memperbaiki makalah ini.

Bandung, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................3
A. Pengertian Islam dan Metode Dakwah .............................................................3
B. Hukum Berdakwah ..........................................................................................4
C. Unsur-unsur Dakwah ........................................................................................5
D. Macam-macam Metode Dakwah ......................................................................5
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................9
A. Kesimpulan ......................................................................................................9
B. Saran ................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................10
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam sering disebut orang dengan agama dakwah, karena Islam
disebarkan dengan melalui dakwah. Maka jika orang-orang oreantalis mengatakan bahwa
Islam disebarkan dengan pedang (kekerasan) itu suatu pernyataan yang menyesatkan.
Sepanjang sejarah penyebaran Islam selalu dengan damai dan musyawarah, kalaupun ada
kekerasan terhadap orang- orang di luar Islam itu tidak lebih dari membela diri. Aktifitas
dakwah merupakan suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan beragama
sepanjang waktu. Baik dilakukan secara pribadi maupun dilaksanakan secara kolektif.
Dengan demikian eksistensi dakwah bukan hanya sekedar usaha agar orang lain dapat
memehami agama dalam kehidupannya, akan tetapi jauh lebih penting dari itu, yaitu:
melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh dan konfrehensif dalam berbagai aspek
kehidupan. Untuk mencapai kearah tersebut sudah pasti semua unsur dakwah harus
mendapat perhatian serius para juru dakwah. Namun bagaimanapun baiknya sebuah
materi yang akan disampaikan, jika tidak mempergunakan metode, maka ajaran Islam
yang disampaikan hanya akan berada pada tataran pengetahuan bukan pada aspek
aplikasinya.
Para da’i dalam rangka merealisasikan tujuan di atas, telah melakukan berbagai
usaha dan pendekatan. Dalam bentuk usaha nyata adalah melalui ceramah, diskusi,
bimbingan dan penyuluhan, nasehat dan lain-lainnya. Sedangkan pendekatan yang dilalui
adalah pendekatan sosioligis, antropologis, psikologis, komunikasi masa dan moderen,
dengan berbagai teknik sperti seminar, lokakarya ,symposium, serasehan dan lain
sebagainya. Nampaknya ajaran Islam belum memberikan warna kepada penganutnya
secara kaffah, bahkan belum terlihat dan didapati kegiatan dakwah yang dilakukan
didasari kepada pedoman dan metode dari petunjuk al-Qur’an yang pernah diterapkan
Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Baik ketika Nabi berhadapan dengan kaum kafirun
Makkah maupun terhadap kaum munafiqun Madinah, ataupun kepada umat Islam secara
keseluruhan.

1
Secara umum keberadaan dakwah Islam senantiasa bersentuhan dan bergelut
dengan realitas yang mengintarinya. Dalam perspektif historis. Pergumulan dakwah
Islam dengan realitas sosiokultural yang ada menjumpai dua kemungkinan. Bisa jadi
dakwah Islam mampu memberikan ataupun terhadap lingkungan maksudnya memberi
dasar filosofis, arah, dorongan dan pedoman perubahan masyarakat, sampai terbentuknya
realitas sosial baru. Kemudian bisa jadi dakwah Islam dipengaruhi oleh perubahan
masyarakat dalam arti eksistensi, corak dan arahnya. Ini berarti bahwa sesungguhnya
terdapat hubungan timbal balik antara dakwah dengan realitas sosial yang sedang
berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Islam dan Metode Dakwah?
2. Bagaimana Hukum Dakwah?
3. Apa Saja Unsur-unsur dalam Metode Dakwah?
4. Apa saja Macam-macam Metode Dakwah

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Mengetahui Pengertian Islam dan Metode Dakwah
2. Untuk mengetahui Hukum Dakwah
3. Untuk mengetahui Unsur-unsur dalam Dakwah
4. Untuk mengetahui Macam-macam Metode Dakwah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam dan Metode Dakwah


1. Pengertian Islam
Menurut Bahasa Islam berasal dari bahasa Arab, dari kata salima yang berarti
selamat sentosa, dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memeliharakan
dalam keadaan selamat sentosa. Dan berarti juga menyerahkan dari tunduk, patuh dan
taat. Secara Istilah Islam berarti ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui seorang Rasul atau lebih tegas lagi Islam adalah yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW Sebagai
Rasul.
2. Pengertian Metode Dakwah
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, merupakan gabungan dari
kata meta yang berarti melalui, mengikuti, sesudah, dan kata hodos berarti jalan, cara.
Sedangkan dalam bahasa Jerman, metode berasal dari akar kata methodica yang berarati
ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab metode disebut thariq, atau
thariqah yang berarti jalan atau cara.
Dakwah dilihat dari segi Bahasa berasal dari Bahasa Arab “al-da’wah”. Kata atau
istilah ini merupakan bentuk masadar dari akar kata “da’a – yad’u “. Dakwah
mengandung pengertian sebagai kegitan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah
laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok agar supaya
timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan
terhadap ajaran Agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya
unsur paksaan. Dengan demikian maka esensi dakwah adalah terletak pada ajakan,
dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima
ajaran Agama dengan penuh kesadaran untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan
untuk kepentiangan juru dakwah.

3
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa metode dakwah adalah suatu cara dalam
melaksanakan dakwah, menghilangkan rintangan dan hambatan-hambatan dakwah agar
mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efisien.

B. Hukum Berdakwah
Dakwah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang Islam.
Meskipun wajibnya dakwah, ulama berselisih pendapat, pertama, hukumnya fardu ‘ain
(wajib setiap individu) Kedua hukumnya dalah Fardu kifayah, berdasarkan Surat Ali
Imron ayat 104 yang berbunyi:

ٰۤ
َ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر ۗ َواُول ِٕى َك هُ ُم ْال ُم ْف ِل ُح ْون‬ ِ ‫ع ْونَ اِلَى ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُر ْونَ ِب ْال َم ْع ُر ْو‬
َ َ‫ف َو َي ْن َه ْون‬ ُ ْ‫َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ا ُ َّمةٌ يَّد‬

Terjemahnya: “Hendaklah kamu menjadi ummat yang menyuruh berbuat baik dan
mengajak berbat kebajikan dan melarang berbuatkemunkaran dan mereka itu lah orang
orang yang beruntung”.
Dalam tafsir al-Manar karya Rasyid Ridho murid dari Muhammad Abduh,
dijelaskan bahwa para mufassir berbeda pendapat ketika menafsirkan lafadz “minkum”
pada ayat diatas. Al-Jalal, al-Kasyaf dan lainnya berpendapat bahwa lafadz minkum
dalam surat Ali Imran ayat 104 bermakna sebagian yang menunjukkan arti bahwa;
menyeru kepada amar ma’ruf nahi mungkar hukumnya adalah fardu kifayah.
Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa lafadz “minkum” pada ayat
tersebut bermakna penjelasan. Jika dinarasikan menjadi “hendaklah kalian (semua)
menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar”, bukan bermakna
“sebagian” sebagaimana pendapat pertama. Senafas dengan pendapat kedua, imam
Muhammad Abduh berkata bahwasanya firman Allah tersebut merupakan perintah yang
bersifat amm (umum). Hal ini menujukkan bahwa implikasi hukumnya adalah fardu ‘ain.

Terlepas dari dua pendapat ini bagi kita yang memiliki pengetahuan tentang
agama Islam, tidak ada pilihan bagi kita kecuali kita harus menyakini bahwa dakwah itu

4
adalah wajib secara individu. Yang harus kita laksanakan kapan saja dan dimana saja
sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri kita.

C. Unsur-unsur Dakwah
Dalam buku “Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi” oleh Latief
Rousydiy yang terbit tahun 1995, unsur-unsur dakwah meliputi:
1. Da’i (juru dakwah) yang bertugas sebagai komunikator yang berkewajiban
untuk menyampaikan isi dakwah, baik kepada pribadi, kelompok ataupun
masyarakat.
2. Materi dakwah, yang merupakan isi pesan atau isi dakwah yang
dikombinasikan secara efektif kepada penerima dakwah.
3. Penerima dakwah (audience, public atau massa) yang menjadi sasaran,
kemana dakwah ditujukan.
4. Media dakwah yaitu saluran dakah dengan saluran mana dakwah
disampaikan. Apakah melalui lisan, tulisan, visual dan audio visual bahkan
saluran uswatun hasanah (teladan yang baik) dan amal usaha.
5. Efek dakwah, yaitu hasil yang dapat dicapai dengan dakwah yang telah
disampaikan. Kata lain dari isi dakwah yang disampaikan itu dapat mencapai
sasarannya.

D. Macam-macam Metode Dakwah Menurut al-Qur’an


dakwah harus dilakukan dengan metode-metode tertentu atau yang juga dikenal
dengan thariqah. Mengenai metode dakwah ini dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 125:

‫ع ْن َسبِ ْي ِل ٖه َوه َُو‬ َ ‫ي ا َ ْح َس ۗ ُن ا َِّن َرب ََّك ه َُو ا َ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬


َ ‫ض َّل‬ َ ‫ظ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ِه‬
َ ‫اُدْعُ اِلى َسبِي ِْل َربِ َك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
‫ا َ ْع َل ُم بِ ْال ُم ْهت َ ِد ْي َن‬
Terjemahnya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

5
Berdasakan ayat di atas, dalam berdakwah, para pelaku dakwah dapat
berpedoman pada ayat tersebut, yaitu dengan menggunakan al-hikmah, al-mauizhaah
hasanah, dan mujadalah bi alataiti hiya ahsan.
1. Metode Al-hikmah
hikmah secara harfiah berarti ucapan yang sesuai dengan kebenaran, falsafat,
perkara-perkara yang benardan lurus, keadilan dan lapang dada. Adapun menurut istilah
pada ahli memberikan berbagai pengertian tentang hikmah sesuai dengan disiplin ilmu
mereka masing-masing. Namun secara umum hikmah merupakan pengetahuan yang
paling tinggi nilainya, yaitu pengetahuan yang menghubungkan manusia pada
pemahaman tentang dunia akhirat.
Hikmah adalah memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah, materi yang
dijelaskan tidak memberatkan orang yang dituju, tidak membebani jiwa yang hendak.
Dengan kata lain, dakwah bi-al-hikmah adalah dakwah yang memperhatikan konteks
sasaran dakwah, mengajak sesuai dengan kadar kemampuan mad’u yang pada gilirannya
bisa membimbing mereka ke jalan yang diridhoi Allah, dengan tanpa harus
mengorbankan dan menafikan setting sosial budaya mad’u
2. Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah
Secara etimologi, lafadz mau ‘idzah turunan dari kata wa’adza berarti “Peringatan
atau nasehat agama” Nasehat atau anjuran yang bersifat Spritual. Secara terminologis
menurut Syihata, mau ‘idza hasanah adalah pelajaran yang baik yang dapat masuk dengan
lebut ke dalam hati, dan mendalami perasaan dengan halus tanpa kekerasan dan
kemarahan dari yang tidak perlu ; tidak mengungkit kesalahan yang mereka (sasaran
dakwah) lakukan, baik disengaja maupun tidak. Peringatan yang lebut lebih bisa memberi
petunjuk bagi hati yang ingkar, keras dan menentang.
Secara Teoritis, dakwah dengan nasihat yan baik ini terkait erat dengan dakwah bi-
al-hikmah. Artinya, kontek lagi-lagi begitu penting posisinya disini. Untuk menciptakan
seruan, ajakan dan anjuran yang efektif, seorang da’i harus tau karakter emosional
seorang mad’u, sebab tanpanya dakwah seorang menjadi sangat kaku dan kering dan oleh
karenanya sulit diterima dan dicerna oleh khalayak

6
Abdu al-Rahim menjelaskan bahwa ma ‘uidzah hasanah ialah:Peringatan yang baik
yang dengannya dapat melembutkan hati, yaitu melunakkan hati yang kesat, meneteskan
air mata yang beku dan memperbaiki amal yang rusak. Pendapat ini nampaknya sejalan
dengan mau ‘idzah hasanah adalah dakwah yang mampu meresap ke dalam hati dengan
halus dan merasuk ke dalam perasaan dengan lemah lembut. Tidak
bersikap menghardik, memarahi dan apa yang dikemukakan oleh Sayyid Quthb, ia
menjelaskan bahwa metode mengancam dalam hal-hal yang tidak perlu, Tidak membuka
aib atas kesalahan-kesalahan audien, karena mereka melakukan hal itu disebabkan tidak
tahu. Sifat lemah lembut dalam penyampaian ajaran Islam, pada umumnya mendatangkan
kebaikan. Sementara tokoh lain yaitu A.Hasymi menjelaskan bahwa mau idzah hasanah
adalah pelajaran yang indah, yang senang orang lain mendengarkannya, memasuki sel-
sel otak dan relung-relung hati.
3. Metode Mujadalah al-Lati Hiya Ahsan
Secara etimologi mujadalah berasal dari akar kata jaadala, yujadilu, mujadalah yang
berarti munaqasyah dan khashamah (diskusi dan perlawanan). Atau metode dalam
berdiskusi dengan mempergunakan logika yang rasional dengan agumentasi yang
berbeda Jaadala artinya berbantah-gantah, berdebat bermusuhan, bertengkar. Kalau
dibaca jadala artinya memintal, memilin, atau dapat juga dikatakan berhadapan dalil
dengan dalil, sedangkan mujadalah diartikan dengan berbantah-bantah dan
memperundingkan, atau perundingan yang ditempuh melalui berdebat dan pertandingan.
Sedangkan menurut istilah terdapat beberapa pendapat dikalangan ulama antara lain;
menurut ibnu sina ialah bertukar fikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk
mengalahkan lawan bicara, sedangkan menurut al-jurjani jidal ialah mengokohkan
pendapatnya masing-masing dan berusaha menjatuhkan lawan bicara dari pemndirian
yang dipeganginya.
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, metode dakwah yang ketiga ini lebih
bersifat komunikatif. Artinya ada interaksi (feedback) aktif antara mad’u dengan materi
dakwah yang disampaikan da’i. Namun yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa
diskusi atau perdebatan dakwah, jenis ini bukan dalam rangka menekan, menghina,

7
mengalahkan dan menjatuhkan lawan bicara, tetapi lebih sebagai upaya memberi
peringatan, pengertian guna menemukan kebenaran.
Pakar tafsir dalam memahami surat al-Nahl 125 mempunyai pendapat yang sama,
meskipun dalam redaksi yang berbeda, yaitu bantahan yang membawa kepada petunjuk
dan kebenaran. Artinya melakukan dakwah dengan debat terbuka, sehingga bantahan atas
tanggapan para audiens dapat diterimanya dengan senang hati, tanpa menimbulkan kesan
yang tidak baik bagi mereka kepada juru da’i. Jika terdapat tanggapan balik, maka
jawabannya harus dengan menggunakan argumentasi yang logis dan jelas, sehingga
antara kedua yang sedang bermujadalah sampai pada suatu kebenaran tanpa
menimbulkan kebencian dan permusuhan.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode dakwah merupakan cara, strategis, teknik, atau pola dalam melaksanakan
dakwah, menghilangkan rintangan atau kendala-kendala dakwah, agar mencapai tujuan
dakwah secara efektif dan efisien. Ada beberapa metode dakwah yang dikenal baik dalam
dakwah bil lisan atau dakwah bil hal diantaranya: ceramah (muhadarah), diskusi
(muzakarah), debat (mujadalah), dialog, petuah, nasihat, ta’lim, peringatan, metode
tulisan, atau metode aksi amal shaleh melalui penataan atau pengelolaan organisasi
dakwah, pemberdayaan sumberdaya manusia, ekonomi, lingkungan, dan lain-lain.
Metode dakwah merupakan salah satu unsur dakwah yang memiliki peran penting
dan strategis untuk keberhasilan dakwah. Metode dakwah senantiasa mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi jamannya. Namun
demikian secara esensial al-Quran telah memberikan landasan yang baku berkenaan
dengan prinsip-prinsip yang harus dibangun dalam berbagai ragam metode dakwah.
Prinsip ini diantaranya termuat dalam surat al-Nahl ayat 125 yaitu: al-Hikmah, al-
mauidzah al-hasanah, dan al-mujadalah al-ahsan, kemudian teraktualkan dan diperkuat
dengan prinsip-prinsip dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad saw.

B. Saran
Sebagai umat Islam perlu untuk kita memahami materi mengenai dakwah, salah
satunya mengenai metode dakwah. Supaya kita memahami cara-cara berdakwah dan
unsur-unsur yang ada dalam berdakwah. Demikian pembahasan makalah yang kami
susun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri.Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan supaya dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa
lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nurhidayat Muh.Said:Jurnal Dakwah Tabligh. Vol. 16, No 1. Juni 2015:78-89


Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Raden Fatah Palembang
Aliyudin.:Jurnal Ilmu Dakwah vol. 4 No. 15 Januari-Juni 2010

10

Anda mungkin juga menyukai