Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN PEMBELAJARANMATEMATIKA REALISTIK

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER TIGA VARIABEL PADA SISWA SMA


INSHAFUDDIN BANDA ACEH

Putri Reza 1), Intan Kemala Sari2)


1)Guru Matematika SMA Inshafuddin, 2)STKIP Bina Bangsa Getsempena

e-mail: intankemalasari00@gmail.com

Abstrak
Kendala dalam mengajar matematika memang bukan saja terletak pada tingkat kesulitan
materi, akan tetapi pada kurangnya motivasi belajar dari dalam diri siswa untuk belajar.
Untuk itu perlu dibangun suatu disain pembelajaran yang dapat membangun interaksi dua
arah agar tujuan pembelajaran tercapai.penelitian ini bertujuan untuk membangun motivasi
belajar siswa melalui pendekatan matematika realistik agas siswa dapat membangun sendiri
konsep matematika agar dapat merasakan manfaat dari belajar tersebut. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada awalnya mengubah konsep belajar dari strategi yang triavial dan
monoton ke strategi membangun konsep sendiri dari hal yang dikenali siswa cukup sulit. Hal
ini disebabkan karena siswa jarang sekali diberikan konsep belajar yang menantang dan tidak
biasa. Namun setelah setidaknya lima kali dilakukan pembelajaran berbasis masalah dengan
masalah yang diangkat adalah masalah realistik, hal tersebut menjadi menarik bagi siswa.
Ditemukan siswa dapat menggunakan konsepnya sendiri dalam memecahkan masalah
terutama masalah sistem persamaan linier.

Kata Kunci: Kebiasaan belajar, matematika realistik, sistem persamaan linier tiga variabel

Abstract
The obstacle in teaching mathematics is not only in the level of material difficulty, but in the lack of
motivation to learn from within students to learn. For this reason, it is necessary to build a learning
design that can build two-way interactions so that learning objectives are achieved. This study aims to
build student motivation through a realistic mathematical approach so that students can build their
own mathematical concepts in order to feel the benefits of learning. The results of this study indicate
that initially changing the concept of learning from a trivial and monotonous strategy to a strategy of
constructing your own concept from what students recognize is quite difficult. This is because students
are rarely given challenging and unusual learning concepts. But after at least five problem-based
learning is done with the problem raised is a realistic problem, it becomes interesting for students. It
was found that students can use their own concepts in solving problems, especially problems of linear
equation systems.

Keywords: Learning habits, realistics mathematics, three variable linier system

PENDAHULUAN bertahan dalam kompetisi ini harus


Arus perubahan revolusi industri meningkatkan kualitas sumber daya
telah mengubah arah pemikiran kemajuan manusianya dengan penguasaan teknologi
antar bangsa di dunia. Bangsa yang ingin dan mampu bersaing dalam kompetisi

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|255


global dunia. Secara universal, Matematika sehingga upaya guru untuk memotivasi
merupakan ilmu dasar yang penting dan siswanya dapat dilakukan dengan cara
perlu dikuasai oleh masyarakat. Sayangnya menimbulkan rasa puas atau rasa telah
kualitas Pendidikan di Indonesia untuk mencapai keberhasilan pada diri
tingkat dasar dan menengah pada bidang siswa. Berikut ini adalah beberapa cara
ini masih tergolong rendah, seperti dalam meningkatkan motivasi belajar
dilaporkan oleh lembaga terkait yang matematika siswa.
melakukan studi atau asesmen, misalnya Pertama, berikan kesempatan
Trends in International Mathematics and kepada siswa untuk mengungkapkan
Science Study (TIMSS) atau Program for kendala dalam belajar matematika. Hal ini
International Student Assessment (PISA). dapat dilakukan secara face-to-face atau
Sementara itu pada tingkat pendidikan melalui secarik kertas. Biarkan siswa
tinggi, MIPA belum menjadi bidang favorit menuliskan semua kendala yang membuat
bagi masyarakat. mereka enggan atau malas belajar
Matematika merupakan subjek ilmu matematika. Selanjutnya, tugas guru
pasti yang menjadi dasar dalam menguasai menganalisis setiap kendala dari siswa, lalu
ilmu pengetahuan lain, sehingga sebisa mungkin berikan komentar yang
matematika sering di kenal sebagai dapat menghapus atau meringankan beban
indukdari segalailmu pengetahuan. dari setiap kendala yang sudah siswa tulis.
Mempelajarai matematika berarti Kedua, berikan pengalaman belajar
mengasahkemampuan untuk memecahkan matematika yang menyenangkan. Banyak
masalah kehidupan sehari-hari karena artikel di internet tentang membuat
matematika dibangun darikonsep yang atmosfir pembelajaran yang
dapat dimanfaatkan untuk memecahkan menyenangkan. Selain dapat membuat
masalah. Dengan menguasai matematika siswa menjadi lebih enjoy dalam belajar,
sebenarnya seseorang telah memiliki modal situasi belajar yang menyenangkan juga
utama untuk bertahan hidup karena dapat meninggalkan kesan yang baik bagi
matematika memiliki kemampuan- siswa. Dengan terus menerus memberikan
kemampuan yang sangat berguna dalam pengalaman yang menyenangkan, siswa
kehidupan. Namun sayangnya kebutuhan menjadi lebih tertarik saat menyambut
tersebut tidak seiring sejalan dengan pelajaran matematika. Biarkan matematika
kondisi di lapangan. Saat ini matematika menjadi candu bagi mereka. Namun, hal ini
masih menjadi suatu masalah dalam proses tidaklah mudah. Apalagi bagi siswa yang
belajar mengajar. memang sudah sangat alergi dengan
Kendala dalam mengajar matematika atau bahkan trauma karena
matematika memang bukan saja terletak pernah mendapatkan pengalaman belajar
pada tingkat kesulitan materi, akan tetapi yang tidak menyenangkan sebelumnya.
pada kurangnya motivasi belajar dari Untuk itu, seorang guru matematika harus
dalam diri siswa untuk belajar matematika. dapat memainkan peran layaknya seorang
Sedangkan motivasi merupakan salah satu sturadara.
faktor penting dalam menentukan Ketiga, Jelaskan kepada siswa
keberhasilan pembelajaran. Motivasi manfaat belajar matematika. Berikan
belajar siswa sangat berkaitan erat dengan penjelasan yang sesuai dengan materi,
perasaan atau pengalaman emosioal, terutama mengenai aplikasi matematika

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|256


dalam kehidupan sehari-hari. Jangan Pengetahuan baru yang dibangun oleh
sampai siswa merasa pelajaran matematika siswa untuk dirinya sendiri berasal dari
itu hanya sebatas teori angka atau sekedar seperangkat ragam pengalaman; (5) Setiap
menghafal rumus kemudian mencari siswa tanpa memandang ras, budaya dan
solusinya. jenis kelamin mampu memahami dan
Ketiga upaya tersebut dapat mengerjakan matematik.
dibangun melalui sebuah pembelajaran Pengajaran matematika dengan
yang berarti bagi siswa, salah satunya yaitu pendekatan Pendidikan Matematika
melalui pembelajaran dengan pendekatan Realistik meliputi aspek-aspek berikut: (1)
matematika realistik. Matematika Memulai pelajaran dengan mengajukan
Realistik (MR) adalah matematika yang masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai
disajikan sebagai suatu proses kegiatan dengan pengalaman dan tingkat
manusia, bukan sebagai produk jadi. Bahan pengetahuannya, sehingga siswa segera
pelajaran yang disajikan melalui bahan terlibat dalam pelajaran secara bermakna;
cerita yang sesuai dengan lingkungan siswa (2) Permasalahan yang diberikan tentu
(kontekstual) (Zigma Edisi, 14, 12 Oktober harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang
2007). ingin dicapai dalam pelajaran tersebut; (3)
Sedangkan pendapat lain Siswa mengembangkan atau menciptakan
mengatakan bahwa Realistic Mathematics model-model simbolik secara informal
Education (PMR) merupakan teori belajar terhadap persoalan/masalah yang diajukan
mengajar dalam pendidikan matematika. (De Lange, 1995)
Teori PMR pertama kali diperkenalkan dan Berdasarkan uraian aspek-aspek di
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
oleh Institut Freudenthal. Realistik dalam matematika realistik berlangsung secara
hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada interaktif, siswa mengajukan beberapa
realitas tetapi pada sesuatu yang dapat pertanyaan kepada guru, dan memberikan
dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar, 2000). alasan terhadap pertanyaan atau jawaban
Prinsip penemuan kembali dapat yang diberikannya, memahami jawaban
diinspirasi oleh prosedur-prosedur temannya (siswa lain), setuju terhadap
pemecahan informal, sedangkan proses jawaban temannya, menyatakan
penemuan kembali menggunakan konsep ketidaksetujuan, mencari alternatif
matematisasi. penyelesaian yang lain dan melakukan
Adapun konsep pendidikan refleksi terhadap setiap langkah yang
matematika realistik tentang siswa antara ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
lain sebagai berikut: (1) Siswa memiliki Dalam pembelajaran dengan
seperangkat konsep alternatif tentang ide- pendekatan matematika realistic terdapat
ide matematika yang mempengaruhi prinsip-prinsip Dasar Matematika
belajar selanjutnya; (2) Siswa memperoleh Realistik, yaitu; pertama, Guided
pengetahuan baru dengan membentuk Reinvention (menemukan
pengetahuan itu untuk dirinya sendiri; (3) kembali)/progressive Mathematizing
Pembentukan pengetahuan merupakan (matematesasi progresif), yakni peserta
proses perubahan yang meliputi didik diberikan kesempatan untuk
penambahan, modifikasi, penghalusan, mengalami proses yang sama sebagaimana
penyusunan kembali, dan penolakan; (4) konsep-konsep matematika ditemukan.

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|257


Pembelajaran dimulai dengan suatu informasi mereka yang lebih formal atau
masalah kontekstual atau realistik yang baku, (4) Menggunakan Interaktif, Interaksi
selanjutnya melalui aktifitas siswa antar siswa dengan guru merupakan hal
dikharapkan menemukan “kembali” sifat, yang mendasar dalam PMR. Secara
defenisi, teorema atau prosedur-prosedur. eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang
Kedua, Didaktical Phenomenology berupa penjelasan, pembenaran, setuju,
(fenomena didaktik). Situasi-situasi yang tidak, pertanyaan atau refleksi digunakan
diberikan dalam suatu topik matematika untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-
atas dua pertimbangan, yaitu melihat bentuk informal siswa, (5) Terintegrasi
kemungkinan aplikasi dalam pengajaran dengan topik pembelajaran lainnya, Topik-
dan sebagai titik tolak dalam proses topik yang peneliti berikan dikaitkan dan
matematika. Ketiga, Self-developed Models diintegrasikan sehingga memunculkan
(pengembangan model sendiri); kegiatan pemahaman suatu konsep atau operasi
ini berperan sebagai jembatan antara secara terpadu, agar hal tersebut dapat
pengetahuan informal dan matematika memberikan kemungkinan efisien dalam
formal. Model dibuat siswa sendiri dalam mengajarkan beberapa topik pelajaran.
memecahkan masalah. Model pada Adapun langkah-langkah dalam
awalnya adalah suatu model dari situasi pembelajaran Matematika Realistik adalah
yang dikenal (akrab) dengan siswa. Dengan sebagai berikut: Memotivasi siswa
suatu proses generalisasi dan formalisasi, (memfokuskan perhatian siswa),
model tersebut akhinrya menjadi suatu Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran.
model sesuai penalaran matematika. Memulai pelajaran dengan mengajukan
Selain prinsip dasar, pendekatan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dengan pengalaman dan tingkat
memiliki 5 karakteristik, yaitu: (1) pengetahuannya, sehingga siswa segera
Menggunakan konteks, Konteks yang terlibat dalam pelajaran secara bermakna,
dimaksud dalam penelitian ini adalah Permasalahan yang diberikan tentu harus
lingkuingan keseharian yang nyata (yang diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dikenal) siswa, (2) Menggunakan model, dicapai dalam pelajaran tersebut; Siswa
Istilah model berkaitan dengan model mengembangkan atau menciptakan model-
situasi dan model matematik yang model simbolik secara informal terhadap
dikembangkan oleh siswa sendiri (self- persoalan/masalah yang diajukan;
development models). Artinya siswa Pengajaran berlangsung secara interaktif,
membuat model sendiri dalam siswa menjelaskan dan memberikan alasan
menyelesaikan masalah. Generalisasi dan terhadap jawaban yang diberikannya,
formalisasi model tersebut akan berubah memahami jawaban temannya (siswa lain),
menjadi model-of masalah tersebut. setuju terhadap jawaban temannya,
Melalui penalaran matematik model-of menyatakan ketidaksetujuan, mencari
akan bergeser menjadi model-for masalah 258ealistic258e penyelesaian yang lain; dan
yang sejenis, (3) Menggunakan kontribusi melakukan refleksi terhadap setiap langkah
murid, Kontribusi yang besar pada proses yang ditempuh atau terhadap hasil
belajar mengajar diharapkan dan pelajaran.
konstruksi peserta didik sendiri yang Berdasarkan uraian di atas dapat
mengarahkan mereka dari metode ditarik kesimpulan bahwa Pendekatan

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|258


Matematika Realistik (PMR) dapat Kurt Lewin menyatakan bahwa
memudahkan siswa dalam menyelesaikan PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap
soal cerita yang terkait dengan pacahan siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1)
bahkan matematika 259ealistic menyajikan perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3)
materi dengan riil. observasi, dan (4) refleksi. Keempat
langkah tersebut dapat digambarkan
METODE PENELITIAN sebagai berikut:
Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan metodepenelitian tindakan
kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian praktis yang dimaksudkan
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas.
Penelitian ini merupakan salah satu upaya
guru atau praktisi dalam bentuk berbagai
kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas. PTK dapat diartikan
sebagai proses pengkajian masalah Berdasarkan langkah-langkah PTK
pembelajaran di dalam kelas melalui seperti yang digambarkan di atas,
refleksi diri dalam upaya untuk selanjutnya dapat digambarkan lagi
memecahkan masalah tersebut dengan cara menjadi beberapa siklus, yang akhirnya
melakukan berbagai tindakan yang menjadi kumpulan dari beberapa siklus.
terencana dalam situasi nyata serta Dalam penelitian ini PTK yang
menganalisis setiap pengaruh dari dilaksanakan adalah PTK empiris yaitu
perlakuan tersebut. PTK merupakan salah apabila peneliti berupaya melaksanakan
satu publikasi ilmiah dalam konteks sesuatu tindakan atau aksi dan
pengembangan profesi guru secara membukakan apa yang dilakukan dan apa
berkelanjutan yang ditujukan untuk yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada
perbaikan dan peningkatan mutu proses prinsipnya proses penelitinya berkenan
dan hasil pembelajaran atau mutu dengan penyimpanan catatan dan
pendidikan pada umumnya. PTK ini cocok pengumpulan pengalaman penelti dalam
dilakukan oleh guru karena prosenya pekerjaan sehari-hari.
praktis. Tujuan PTK adalah memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN
serta membantu memberdayakan guru A. Tahap Pelaksanaan Penelitian
dalam memecahkan masalah pembelajaran Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap
di sekolah (Muslich, hal. 10). Menurut dan masing-masing tahap akan dijelaskan
Suyanto (1997), tujuan PTK adalah sebagai berikut.
meningkatkan dan/atau memperbaiki 1. Perencanaan
praktik pembelajaran di sekolah, Adapun hal-hal yang
meningkatkan relevansi pendidikan, dilakukan pada tahap perencanaan
meningkatkan mutu pendidikan, dan yaitu melakukan observasi,
efisiensi pengelolaan pendidikan (Basrowi mempersiapkan perangkat
& Suwandi, hal. 54). pembelajaran, dan melakukan tes

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|259


awal. Setiap bagian tersebut akan motivasi penting dalam belajar
dijelaskan sebagai berikut. matematika karena dapat
Observasi awal merupakan membangun rasa ingin tahu atas
kegiatan yang dilakukan untuk suatu konsep secara mendalam.
mengetahui kondisi awal Berdasarkan pengamatan
pembelajaran terkait dengan situasi tersebut, terdapat beberapa hal yang
belajar, kemampuan siswa, cara menjadi perhatian dalam program
guru menyampaikan pembelajaran, pendampingan guru, yaitu cara
dan materi ajar. Pembelajaran guru memberikan apersepsi dan
dilakukan dengan metode motivasi pembelajaran, koneksi
pembelajaran langsung dimana apersepsi dengan pembelajaran,
guru membuka pelajaran dengan dan pemberian contoh-contoh yang
tujuan pembelajaran, dilanjutkan beragam. Hal ini dilakukan untuk
dengan mendeskripsikan materi meningkatkan semangat belajar
pembelajaran beserta contoh soal siswa dalam pelajaran matematika.
trivial. Siswa diminta untuk Hal ini dapat dibangun apabila
menyelesaikan contoh soal didepan siswa memahami bahwa materi
kelas. Dua puluh menit menjelang dibangun berdasarkan pemahaman
akhir pembelajaran siswa diberikan informalnya dan berguna dalam
soal latihan untuk dikerjakan dan kehidupannya. Hasil obserasi
dikumpul dihari yang sama. menunjukkan bahwa siswa
Pembelajan selalu dijalankan seperti membutuhkan metode
itu setiap tatap muka. Guru merasa penyampaian pembelajaran yang
cara tersebut merupakan cara lebih dari sekedar penyampaian
penyampaian pembelajaran yang materi dan menyelesaikan soal.
paling efektif karena siswa Siswa ingi tahu untuk apa materi
diberikan materi terlebih dahulu tersebut dipelajari dan apa
sebelum diminta untuk kaintannya dengan kehidupan atau
mengerjakannya secara mandiri. rencana jangka Panjang dalam
Pada saat pembelajaran kehidupan siswa.
berlangsung, terdapat beberapa kali Untuk memfasilitasi
pertanyaan siswa tentang untuk apa masalah tersebut maka dipilih
mempelajari materi ini, dan guru untuk mengembangkan disain
menjawab bahwa materi ini sangat pembelaaran dengan menggunakan
penting untuk kehidupan sehari- pendekatan matematika realistik.
hari tanpa menyebutkan contoh Disain tersebut dirancang untuk
operasional yang konkrit dan dapat diterapkan dalam materi Sistem
dibayangkan oleh siswa. Observer Persamaan Linier Tiga Variabel.
meyakini bahwa siswa tidak puas Berdasarkan hasil diskusi dan
dengan jawaban yang disampaikan penyesuaian disain pembelajaran
oleh guru dan masih ingin dengan kondisi dilapangan,
mengetahui lebih dalam. Padahal berdasarkan masukan guru dan
mengungkapkan manfaat melihat kemampuan siswa, maka
pembelajaran merupakan salah satu jumlah alokasi waktu tatap muka

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|260


ditambah. Perkiraanawal bahwa adalah banyaknya tiang yang
adanya peningkatan kemampuan menopang kubah masjid. Dari
menguasai SPLTV direncanakan pengetahuan tersebut, siswa
selesai dalam waktu tiga kali dikenalkan pada tiga jenis tiang
pertemuan, ditambah menjadi lima yang ada interior masjid raya, yaitu;
kali pertemuan. Selain itu, tiang utama, tiang penyangga, dan
diharapkan dapat tiang pelengkap. Dari tiang-tiang
menyederhanakan Bahasa yang tersebutsiswa dikenalkan pada
disajikan dalam soal pemecahan definisi variabel dan koefisien
masalah dan masalah lebih melalui model yang dibuat untuk
disederhanakan. menghitung jumlah tiang untuk tiap
Selanjutnya dilakukan tes kubah. Selanjutnya siswa diberi
awal untuk mengetahui masalah tentang biaya yang
kemampuan awal siswa. Tes awal dihabiskan untuk membuat
ini dilakukan sebelumpembelajaran beberapa tiang. Dalam hal ini, siswa
diterapkan untuk beberapa tujuan tidak diminta untuk memecahkan
diantaranya yaitu untuk masalah, tapi siswa diarahkanuntuk
mengukurkeberhasilan disain merancang model notasi
pembelajaran yang dirancang. matematika yang mewakili masalah
Selain itu juga yang diberikan, selanjutnya siswa
untukmengukurkeberhasilan diminta untuk memperkirakan
belajar siswa dalam menguasai apakah masalah tersebut dapat
konsep yang diberikan. Pada ditemukan solusinya atau tidak.
akhirnyahasil tes awal ini harus Siswa merasa cukup
dibandingkan dengan tes akhir mengenal masalah yang diberikan
siswa untuk mendapatkan umpan dan berharap dibawa ke lokasi
balik yang memadai terhadap tempat model masalah tersebut.
pembelajaran yang di rancang. namun sebenarnya inti dari masalah
yang diangkat bukanlah tentang
ketepatan suatu kondisi melainkan
2. Aksi atau Tindakan membangun konsep dari kondisi
Pelaksanaan pembelajaran yang akrab dan dapat dikenali oleh
hari pertama dengan materi Sistem siswa. Siswa dikondisi untuk
Persamaan Linier Tiga Variabel bekerja sama dalam kelompok yang
(SPLTV) dilakukan dengan terdiri dari 5-6 orang untuk
Pendekatan Matematika Realistik memecahkan masalah yang
dan metode diskusi. Pembelajaran diberikan. Sikap siswa pada saat
dibangun dengan menggunakan mengikuti pelajaran terdiri dari tiga
permasalahan jumlah tiang yang tipe, yaitu: (1) siswa aktif
ada di Mesjid Raya Baiturrahman memikirkan dan menyelesaikan
Banda Aceh. Siswa diminta untuk masalah yang diberikan, (2) siswa
mengidentifikasi bagian interior kurang aktif memikirkan namun
masjid. Salah satu komponen yang masih mau berpartisipasi dalam
menonjol dalam interior masjid raya kelompok seperti menulis atau

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|261


mempresentasikan hasil, (3) siswa dianggap cukup kompleks. Jika
cuek dan tidak peduli dengan dilihat kembali perangkat
instruksi yang diberikan. pembelajaran yang diterapkan,
Berdasarkan interaksi masalah yang diangkat cukup
dengan siswa diketahui bahwa sederhana yaitu mengidentifikasi
siswa tidak terbiasa dengan model unsur-unsur SPLTV. Namun kare
pembelajaran tersebut, dimana siswa berharap setiap kali masuk ke
siswa harus memikirkan sendiri kelas, guru lebih dahulu
solusi atas masalah yang diajukan. memberikan materi dan selanjutnya
Siswa berharap guru memberikan siswa diminta untuk menyelesaikan
materi terlebih dahulu baru soal sesuai dengan prosedur yang
selanjutnya memberikan masalah. guru berikan, maka pembelajaran
Dengan pemberian materi lebih ini terasa tidak menyenangkan.
dahulu, siswa menjadi paham Siswa sangat terbiasa
kemana arah jawaban yang diarahkan untuk menyelesaikan
semestinya diberikan. Atas soal sesuai dengan prosedur yang
pengalaman ini, guru merasa bahwa diajarkan oleh guru, terlebih pada
siswa sangat jarang diberikan pelajaran matematika. Mengubah
kesempatan untuk pembelajaran yang sudah sangat
mengembangkan sendiri terbiasa dialami siswa sejak sekolah
konsepnya serta bekerja dalam dasar bukanlah hal mudah. Selain
kelompok, sehingga siswa sangat itu juga mengubah persepsi guru
takut untuk mengeluarkan bahwa siswa harus diberikan
pendapat karena dianggap bisa kesempatan untuk membangun
tidak sesuai jawaban yang sendiri konsep formal dari
sebenarnya, selain itu siswa merasa pengetahuan pribadi merupakan
memiliki pengetahuan yang kegiatan yang cukupmenyita
terbatas untuk berpendapat. waktu. Padahal tujuan yang
Sebagian besar siswa yang diharapkan sama yaitu siswa dapat
menyerah dengan kondisi tersebut menyelesaikan jenjang Pendidikan
menganggap bahwa pembelajaran dengan menjawab soal ujian
model tersebut tidak efektif nasional dengan benar. Ada konsep
sehingga memilih untuk tidak ingin dan nilai-nilai pendidikan yang
memberikan pendapat dalam terlewat disini bahwa mendidik
kelompok. merupakan kegiatan untuk
membantu peserta didik menjadi
3. Observasi mandiri dan dapat bertahan dan
Pembelajaran kurang mempertahankan hidupnya dimasa
berjalan optimal karena sebagai yang akan datang. Ada nilai dan
pengalaman belajar yang jarang- fungsi sosial dalam Pendidikan
jarang dirasakan oleh siswa, lebih dari sekedar mengajar konsep,
peajaran matematika diangap menyelesaikan soal, dan lulus ujian.
pelajaran yang cukup sulit, apalagi Untuk mewujudkan hal ini, perlu
dengan pemberian masalah yang banyak dukungan.

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|262


Berdasarkan hasil analisis adalah untuk mengukur
observasi yang dilakukan, maka keberhasilan proses belajar
pembelajaran akan dilanjutkan mengajar dengan disain yang
dengan perangkat pembejaran yang dibuat. Selain itu juga untuk
telah dirancang dengan mengukur peningkatan yang terjadi
mengedepankan kebutuhan terhadap keberhasilan belajar siswa.
konstruktivisme. Sekalipun siswa Pelaksanaan tea akhir dilakukan
tidak terbiasa dengan membangun dengan pemberian soal tes yang
konsep formal dari pengalaman terdiri dari dua soal pemecahan
atau kemampuan pribadinya, maka masalah. Masing-masing soal
program ini dianggap sebagai salah tersebut diminta untuk diselesaikan
satuupaya untuk membantu guru dengan metode yang berbeda.
dan siswa dalam proses belajar Setelah dilakukan
matematika. Siswa harusdiarahkan pengecekan dan pemeriksaan pada
berpikir kreatif dan berani lembar jawaban siswa didapat
mengungkapkan pendapat, bukan bahwa sebagian besar siswa sudah
harus mendapatkan nilai yang dapat menyelesaikan masalah
benar dan tebaik hanya berdasarkan SPLTV dalam bentuk soal
arahan atau prosedural saja. pemecahan masalah level
menengah. Ini menunjukkan bahwa
4. Refleksi upaya membangun konsep belajar
Pelaksanaan evaluasi akhir dengan cara baru dilihat cukup
dilakukan setelah empat kali tatap memberikan dampak perubahan
muka dimana siswa telah pemahaman yang cukup baik bagi
menguasai konsep dan aturan siswa. Berdasarkan hasil evaluasi
penyelesaian masalah pada materi dianalisis bahwa pembelajaran yang
SPLTV. Saat melakukan tes akhir, telah dirancang sedemikian rupa
dirasakan telah banyak siswa yang lengkap dengan perangkatnya
lebih antusias dalam menyelesaikan memberikan efek yang cukup baik
soal dibandingkan pada saat bagi siswa. Namun memang tidak
pelaksanaan tes awal. Sikap optimis dapat dipungkiri masih ada siswa
dan rasa bertanggung jawab yang memilikimotivasi yang kurang
tampakdi wajah siswa. Hal ini dalam belajar matematika karena
cukup memberikan dampak positif dianggap tidak suka dan cukup
bahwa pembelajaran cukup berjalan sulit. Hal ini juga tidak dapat
dengan baik. dipaksakan mengingat
Tes akhir merupakan suatu keterampilan dan keahlian individu
bentuk evaluasi dampak setelah berbeda-beda.
diberikan serangkaian perlakukan.
Hal ini dilakukan setelah Serangkaian pembelajaran yang
pembelajaran dilakukan dengan didisain dengan meotde dan pendekatan
menggunakan disain pembelajaran pembelajaran yang inovatif merupakan hal
yang telah dirancang sebelumnya. yang hampir tidak pernah dialami siswa.
Adapun tujuan dari tes akhir ini Namun dengan adanya kegiatan

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|263


pendampingan ini, selain guru memiliki berubahsecepat dansesering mungkin
referensi baru dalam pembelajaran, siswa gurumembiasan siswa belajar dengan
juga merasakan pengalaman baru dalam membangun konsep, tidak selalu dengan
belajar yaitu adanya kesempatan memberikan konsep yang telah ada.
membangun sendiri konsep dan materi Memang butuh dukungan dan
matematika. Dari hasiltes akhir diketahui kesabaran dari dua pihak yaitu guru dan
bahwa cara yang diterapkan ternyata juga siswa agar sistem pembelajaran ini dapat
dapat membantu siswa dalam memahami terwujud. Guru harus sabar dan
materi dengan baik. Lebih dari pada itu, memberikan waktu yang cukup untuk
melalui proses belajar mengajar yang menunggu dan melihat perkembangan
diberikan, konsep pembelajaran dirasakan siswa. Sedangkan siswa harus pro aktif dan
lebih bermakna bagi siswa dan dapat memiliki motivasi yang baik dalam tujuan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. belajarnya.

SIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH


Hasil penelitian menunjukkan Terima kasih yang sebesar-besarnya
bahwa secara umum dapat disimpulkan kepada Direktorat Jenderal Pembelajaran
bahwa kebiasaan belajar siswa dari dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,
pembelajarankonvensional kepembelajaran Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang
berbasis masalah atau masalah telah memfasilitasi program Penugasan
realistikdapat dilakukan. Padaawalnya Dosen di Sekolah (PDS) Tahun 2019 melalui
siswa memang merasa sulit dengan STKIP BBG, serta terimakasihkepada SMA
polabelajar tersebut, namun dari lima Inshafuddin Banda Aceh yang telah
kalipertemuan dalampenelitian inidapat memberikan banyak pelajaran berharga
ditunjukkan bahwa kebiasaan belajar dapat dalam program tersebut.

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|264


DAFTAR PUSTAKA

Gravemeijer, Koeno. 1994. Developing Realistic Mathematics. Utrecht: CD – β Utrecht


University. Netherland

NCTM. 2000. Principle and standards for School Mathematics. Virginia: Reston VA.
https://doi.org/10.1111/j.1949-8594.2001.tb17957.x

Sari, Intan Kemala., Nasriadi, Ahmad., Salmina, Mik. 2018. Students’ Understanding of Charts:
The Study of PISA’s Problem-Solving in The Content of Data. In Journal of Physics:
Conference series. IOP Publishing.

Sanjaya, M.Pd, Prof. DR. H. Wina (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Prenada Media.
hlm. 22. ISBN 9789791486880.

------ Penelitian Tindakan Kelas: (Langkah-Langkah Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas).
LeutikaPrio. hlm. 19-20. ISBN 9786023716654.

Stacey, K. (2010) Mathematical and Scientific Literacy Around the World: Journal of Science and
Mathematics Education in Southeast Asia). April 2015. Volume 33: 1-16. Tessmer, Martin.
1993. Planning and Conducting – Formative Evaluations. London, Philadelphia: Kogan Page

Treffers, A. 1991. Didactical Background of a Mathematics Program for Primary education. L.


Streefland (Ed). Realistics Mathematics Education in Primary School on The Occasion of The
Opening of The Freudenthal Institute. Utrecht: CD – ß Utrecht Universit y. Netherland

Jurnal Numeracy Vol. 6, No. 2, Oktober 2019|265

Anda mungkin juga menyukai