Anda di halaman 1dari 10

Nama : Suhaib

Nim : 105721124719

Kelas : HR19B

MK : Teori Organisasi

Tugas ke-04 Bab 5

1. Jon W. Chin, Robert E. Widing II dan Angela Paladino dalam penelitian mereka yang berjudul
'Influence of Resource Dependency Theory on Firm Performance - Managing the Competitive
Environment meneliti sejauh mana ketergantungan dan ketidakpastian menjadi pendorong bagi
sebuah perusahaan untuk menjalankan strategi pengendalian. Salah satu hipotesis yang mereka
kembangkan adalah sebagai berikut: H1: The greater the dependency, the greater the controlling
orientation. Dapatkah Saudara menjelaskan logika hipotesis tersebut, mengapa semakin besar
ketergantungannya semakin besar orientasi pengendaliannya?

Jawaban :

Saling ketergantungan itu timbul bila ada dua buah organisasi yang memiliki fungsi dan
spesialisasi yang berbeda. Saling ketergantungan akan semakin besar jika perusahaan berada
dalam lingkungan persaingan yang ketat serta tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk
melakukan kerja sama. Kondisi seperti ini mendorong perusahaan untuk saling ketergantungan
dengan perusahaan lain, baik sebagai pemasok maupun penyalur. Dengan adanya ketergantungan
terhadap pihak lain maka akan semakin besar pula orientasi pengendalian yang mereka lakukan.

Adanya saling ketergantungan antara dua belah pihak perusahaan juga harus memiliki rasa
saling kepercayaan, Maka dari itu kedua belah pihak harus bersikap terbuka terhadap pengaruh
dari pihak lain. Karena tanpa adanya saling kepercayaan antara perusahaan tersebuat tidak akan
mencapai tujuan yang telah mereka sepakati bersama.
2. Aliansi strategis merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengurangi pengaruh
ketidakpastian lingkungan. Na mun, dalam kenyataannya tidak semua aliansi akan menghasil
kan kinerja yang positif. Dua masalah yang sering muncul terkait dengan aliansi adalah (1)
kedua perusahaan yang beraliansi terpaksa akan menghadapi common enemy dan (2)
menurunnya trust antara keduanya bisa menghancurkan aliansi yang mereka bantu. Bagaimana
Anda melihat permasalahan ini dari kaca mata teori KSD? Sejauh mana dua faktor tersebut
mengacaukan keseimbangan power antara pihak-pihak yang berhubungan?

Jawaban :

Dari dua masalah yang sering muncul diatas, suatu perusahaan yang telah melakukan aliansi
bukan terpaksa tetapi memang harus menghadapi common enemy bersama karena tujuan aliansi
itu menguntungkan untuk kedua belah pihak bukan salah satu pihak saja, kalau salah satu pihak
saja yang menghadapi common enemy tersebut tidak akan menyelesaikan permasalahan yang
mereka hadapi, jika salah satu pihak saja yang menyelesaikan masalah tersebut jika terjadi
ketidak cocokan pendapat atau masalah tersebut tidak dapat diselesaikan maka muncullah
penurunan kepercayaan terhadap perusahaan tersebut, dengan adanya penurunan kepercayaan
tersebut bisa saja menghancurkan aliansi yang telah mereka jalin.

Akibatnya sangat fatal karena jikalau sudah tidak ada kepercayaan antara kedua belah pihak
maka kesepakatan yang telah disepakati bersama tidak mudah untuk dicapai atau gagal dan
secara tidak langsung itu akan berakibat hancurnya aliansi diantara mereka.

3. Apakah pentingnya faktor lingkungan luar organisasi adalah sama pentingnya bagi perusahaan
jasa dan perusahaan pabrik (manufacturing)?

Jawaban :

Lingkungan menurut Robbins dan Coulter (1999) Dalam Margaretta ( 2012), adalah lembaga-
lembaga atau kekuatan-kekuatan yang berada di luar organisasi dan secara potensial
mempengaruhi kinerja organisasi. Lingkungan merupakan kekuatan yang mempengaruhi baik
secara langsung maupun tidak terhadap kinerja organisasi.

Organisasi mendapatkan masukan-masukan yang dibutuhkan, seperti bahan baku, dana tenaga
kerja dan energi dari lingkungan eksternal, mentransformasikan menjadi produk dan jasa,
kemudian memberikan sebagai keluaran-keluaran kepada lingkungan eksternal.
Lingkungan eksternal mempunyai banyak unsur yang berpengaruh langsung (lingkungan ekstern
mikro) dan yang berpengaruh tidak langsung (lingkungan ekstern makro).

 Lingkungan ekstern mikro terdiri dari :

Para pesaing (competitors). Lingkungan persaingan perusahaan tercermin dari tipe, jumlah dan
norma perilaku organisasi-organisasi pesaing, dengan pemahaman lingkungan persaingan yang
dihadapi, organisasi dapat mengetahui posisi persaingan, sehingga lebih mampu
mengoptimalkan operasi-operasinya.

Langganan (customers). Strategi, kebijaksanaan dan taktik-taktik pemasaran perusahaan sangat


tergantung situasi pasar dan langganan. Bisanya, manajer pemasaran menganalisa profil
pelanggan sekarang dan potensial serta kondisi pasar dan mengarahkan kegiatan-kegiatan
pemasaran perusahaan berdasarkan hasil analisa tersebut.

Pasar tenaga kerja (labor supply). Organisasi memerlukan sejumlah karyawan (personalia)
dengan bermacam-macam ketrampilan, kemampuan dan pengalaman, sehingga organisasi perlu
menggunakan banyak saluran untuk menarik dan mendapatkan karyawan-karyawan tersebut.

Lembaga-lembaga keuangan. Orgnisasi-organisasi tergantung pada bermacam-macam


lembaga keuangan, seprti bank-bank komersial, bank-bank instansi dan perusahaan asuransi dan
pasar modal, untuk menjaga dan memperluas kegiatan-kegiatannya.

Para penyedia (suppliers). Setiap organisasi sangat tergantung pada sumber-sumber dari
sumber daya-sumber dayanya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku (mentah), bahan
pembantu, pelayanan, energi dan peralatan, yang digunakan untuk memproduksi keluaran.

Perwakilan-perwakilan pemerintah. Hubungan organisasi dengan perwakilan pemerintah


berkembang semakin kompleks. Perwakilan pemerintah biasanya menetapkan peraturan yang
harus dipatuhi organisasi dalam operasinya, prosedur-prosedur perizinan, dan pembatasan-
pembatasan lainnya untuk melindungi masyarakat. Disamping itu perwakilan pemerintah sering
merupakan atau menjadi para penyedia dan kreditur “besar” bagi perusahaan.
 Lingkungan ekstern makro mempengaruhi organisasi dengan dua cara yaitu :

1. Kekuatan-kekuatan diluar tersebut mempengaruhi suatu organisasi secara langsung atau


secara tidak langsung melalui satu atau lebih unsur-unsur lingkungan ekstern mikro.

2. Unsur-unsur lingkungan makro menciptakan iklim - misalnya teknologi tinggi, keadaan


perekonomian cerah atau lesu dan perubahan-perubahan sosial-di mana organisasi ada dan harus
memberikan tanggapan.

Lingkungan ekstern makro terdiri dari :

Perkembangan teknologi. Dalam setiap masyarakat atau industri, tingkat kemajuan teknologi
memainkan peranan berarti pada penentuan produk dan jasa yang akan diproduksi, peralatan
yang akan digunakan, dan bagaimana macam-macam operasi akan dikelola.

Variabel-variabel ekonomi. Pihak perusahaan senantiasa perlu menganalisa dan mendiagnosa


faktor-faktor ekonomi, seperti kecendrungan inflasi atau deflasi harga barang-barang dan jasa;
kebijaksanan moneter, devaluasi atau revaluasi, dan yang menyangkut tingkat bunga;
kebijaksanaan fiskal; keseimbangan neraca pembayaran; dan harga-harga yang ditetapkan oleh
para pesaing dan penyedia.

Lingkungan sosial-kebudayaan. Lingkungan ini mencakup kepercayaan, nilai-nilai, sikap,


pandangan serta pola kehidupan yang dibentuk oleh tradisi, pendidikan, kelompok ethnis,
ekologi, demografis, geografis, serta agama dan kepercayaan dari sekelompok atau seluruh
masyarakat tertentu.

Variabel-variabel politik – hukum. Politik dan hukum dalam suatu periode waktu tertentu akan
menentukan operasi perusahaan. Contohnya kebijakan pemerintah dalam bidang perdagangan,
undang-undang untitrus, undang-undang perpajakan, upah minimum, undang-undang hak paten,
dll.

Dimensi internasional. Kekuatan-kekuatan ini berpengaruh melalui perkembangan politik dunia,


ketergantungan ekonomi, penularan nilai-nilai dan sikap hidup serta transfer teknologi. Lebih
sempit lagi, misalnya ketergantungan sumberdaya impor, keadaan resesi atau recovery
perekonomian dunia, persaingan dengan perusahaan multi nasional, tingkat pertukaran mata
uang asing, dan sebagainya.
Suatu organisasi/bisnis akan berinteraksi dengan lingkungan eksternalnyadalam rangka
mencapai tujuan, berbagai sasaran dan dalam mengemban misinya.Setiap organisasi, baik yang
berskala besar, menengah, maupun kecil, semuanya akan berinteraksi dengan lingkungan.
Organisasi yang bisa bertahan adalah organisasi yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan. Lingkungan merupakan kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung
maupun tidak terhadap kinerja organisasi (Margaretta, 2012).

Maka tentu saja faktor lingkungan luar organisasi sama pentingnya bagi perusahaan jasa maupun
pabrik. Karena dalam suatu perusahaan baik perusahaan dagang, jasa, maupun pabrik pasti
mengambil sesuatu dari lingkungannya, seperti SDA dan SDM. Dan sebaliknya, perusahaan juga
memberikan sesuatu kepada lingkungannya seperti memberikan lapangan pekerjaan dan produk
yang dihasilkan. Selain itu, perusahaan juga pasti membutuhkan legitimasi lain dari lingkungan
luar, seperti izin pemerintah, pembayaran pajak, dsb.

Dalam teori kontinjensi dikatakan bahwa jika mau survive, organisasi harus bisa menciptakan
kecocokan antara apa yang mereka lakukan dengan kondisi lingkungan. Teori Ketergantungan
Sumber Daya juga menjelaskan fenomena pada organisasi yang memiliki ketergantungan pada
lingkungan luar, khususnya dalam hal pemenuhan sumber daya yang mereka perlukan untuk
beroperasi.

4. Dengan menggunakan kerangka pikir Teori KSD coba jelaskan beberapa faktor yang
memperkuat dan memperlemah power suatu organisasi dalam kaitannya dengan upaya untuk
mendominasi pasar.

Jawaban :

Menurut teori KSD, ada beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi kuat dan lemahnya
power suatu organisasi, namun dalam kaitannya untuk mendominasi pasar dapat dijelaskan
bahwa :

Initial resource mix. Pada tahap awal organisasi ada bermacam-macam kebutuhan sumber
daya (teknologi, keuangan, manusia, legitimasi, struktur organisasi dan lain-lainnya). Untuk
dapat mendominasi pasar, dibutuhkan kombinasi yang tepat antara kebutuhan-kebutuhan sumber
daya yang digunakan.

Balance of Inducement and inducements. Sumber daya yang terpenting di dalam organisasi
dalah manusianya ( Barnard 1938). Dari teori dapat disimpulkan bahwa sangat perlu
menumbuhkan sifat inovator di dalam diri manusia yang terlibat langsung dalam kegiatan
organisasi perusahaan agar tercipta inovasi-inovasi baru untuk mendominasi pasar.
Membership demographics. Faktor demografis partisipan memiliki dampak yang pajang
pada organisasi (McNeil dan Thompson, 1971). Beberapa contoh faktor demografis adalah umur,
ras, dan jenis kelamin. Hal ini peru diperhatikan karena memiliki dampak penting pada kinerja
kelompok. Suatu organisasi perlu memperhatikan karyawan yang layak dalam pemberian tugas.

5. Bagaimanakah proses penentuan harga transfer antardivisi di sebuah perusahaan jika ditinjau
dari kaca mata teori KSD? Jelaskan.

Jawaban :

Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat
pertanggungjawaban.

Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba
atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba. Untuk
pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian
kemampuan laba divisi. Di dalam suatu perusahaan terdapat :

a) Divisi yang menjual produk (barang/jasa) = penjual

b) Divisi yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli.

Oleh karena itu dalam divisi-divisi tersebut perlu dibuat 2 (dua) macam keputusan, yaitu :

1. Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari luar perusahaan atau
eksternal (pemasok) atau membeli dari dalam perusahaan atau internal (divisi penjual).

2. Keputusan penetapan (penentuan) besarnya harga transfer

Akuntansi keuangan menghendaki agar setiap transaksi dilakukan dengan pihak luar yang
independen sehingga dengan demikian transaksi tersebut bersifat objektif.

Adapun Metode penentuan Harga Transfer, yaitu :

1. Metode Market Price

Adalah penetapan berdasarkan harga transfer harga pasar, dan metode ini paling disukai. Jika
menggunakan metode harga pasar, harga transfer dihitung dengan menggunakan metode harga
pasar minus, yaitu harga yang berlaku di pasar dikurangi dengan potongan volume dan berbagai
biaya yang dapat dihindari oleh divisi penjual untuk mendapatkan harga barang atau jasa yang
ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli.
Jika produk yang ditransfer memiliki harga pasar, harga pasar produk merupakan biaya
kesempatan, baik bagi divisi penjual maupun bagi divisi pembeli, sehingga harga tersebut
merupakan dasar yang adil sebagai dasar penentuan harga transfer bagi divisi yang terlibat.
Keunggulannya adalah harga transfernya cukup objektif. Kelemahannya adalah harga pasar
produk atau jasa tertentu tidak tersedia.

Situasi yang paling ideal pada penentuan harga transfer adalah berdasarkan harga pasar, hal ini
akan tercapai jika dipenuhi kondisi-kondisi berikut ini:

· Orang-orang yang kompeten. Para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang
dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya.

· Atmosfer yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas sebagai dasar penilaian
kinerja, sehingga harga transfer yang dikehendaki adil.

· Harga pasar yang normal dan mapan. Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga
pasar yang normal dan mapan dari produk yang sedang ditransfer, maksudnya harga pasar
mencerminkan kondisi yang sama (kualitas, kuantitas, dan waktu pengiriman) dengan produk
yang dikenakan harga transfer sehingga memperoleh penghematan dari penjualan di dalam
perusahaan.

· Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah
ada dan para manajer sebaiknya diizinkan memilih alternatif yang paling baik untuk mereka.

· Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, serta biaya
dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.

· Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja untuk melakukan negosiasi “kontrak” antar unit
usaha.

2. Metode Harga Pokok

Adalah metode yang digunakan apabila harga kompetitif tidak tersedia. Di dalam akuntansi
biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun
variable.
Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu
timbul konsep lain yang tidak memperhitungakn semua biaya produksi sebagai komponen harga
pokok produk. Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal
utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Full Costing dan Variable Costing.
Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya
produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap Biaya Overhead Pabrik
Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian
laporan rugi-laba.

3. Metode Negotiated Price

Adalah penetapan harga transfer berdasarkan negosiasi antara 2 (dua) pusat pertanggungjawaban.
Metode ini dilakukan jika terdapat suatu pertentangan yang cukup signifikan diantara keduanya
sehingga dicapai kesepakatan harga oleh kedua belah pihak, sehingga tidak perlu arbitrasenya.

Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain;
maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat. Alasan yang paling
penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai
kesepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari
manajemen ini. Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan
manajemen ini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Keterbatasannya
adalah mengurangi otonomi unit-unit tersebut.

Harga yang digunakan pada metode negosiasi dapat berupa:

a. Ada harga pasar yang diterbitkan.

b. Harga pasar ditentukan oleh penawaran harga terendah mungkin akan memenangkan usaha
tersebut.

c. Pusat laba produksi yang menjual barang yang sama di pasar bebas

meniru harga kompetitif yang berada di luar.

d. Pusat laba pembelian membeli produk serupa dari pasar luar/bebas.

4. Arbitrase dan penyelesaian konflik

Metode ini digunakan apabila divisi penjualan dan divisi pembelian tidak dapat mencapai
kesepakatan dalam penentuan harga transfer yang ditentukan oleh eksekutif atau badan lain yang
ditugasi untuk mengarbitrasi harga transfer setelah orang atau badan tersebut berdialog dengan
para manajer divisi yang bersangkutan.
Artibrase dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a. Dalam sistem yang formal, kedua pihak meyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak
penengah (Arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan
harga yang akan ditetapkan, kadang dengan bantuan staf kantor yang lain.

b. Selain tingkat formalitas, digunakan juga proses mampengaruhi efektivitas suatu sistem
harga transfer.

6. Coba Saudara gunakan kerangka Barnard-Simon Theory of Organizational Equilibrium untuk


mengkaji keanggotaan seseorang pada organisasi politik (parpol) tertentu. Bisakah Anda jelaskan
mengapa banyak parpol yang akhirnya bubar?

Jawaban :

Barnard-Simon Theory of Organizational Equilibrium

Sumber daya yang terpenting di dalam organisasi dalah manusianya ( Barnard 1938). Maka
ditekankan perlunya memotivasi manusia agar mereka mau bekerja dengan baik untuk organisasi.
Simon menyempurnakan pandangan Barnard dengan melahirka Barnard-Simon “Theory of
Organizational Equilibrium”. Dibangun atas 5 postulat :

1. Suatu organisasi adalah suatu sistem perilaku sosial yang saling terkait dari jumlah peserta

2. Setiap peserta menerima bujukan membentuk organisasi yang peserta membuat kontribusi.

3. Peserta akan terus berlanjut selama dia atau persepsinya adalah bahwa bujukan lebih tinggi
dari kontribusi mereka .

4. Kontribusi dari semua peserta memberikan kolam sumber daya dari mana organisasi
memproduksi bujukan .

5. Dengan demikian , sebuah organisasi akan tetap bisa beroperasi hanya jika total kontribusi
tersebut memungkinkan organisasi tersebut tetap bisa menciptakan inducemment yang bisa
mendorong peserta terus memberikan kontribusinya . "

Organisasi adalah kerjasama diantara manusia yang memiliki keyakinan, keterlibatan, dan tujuan
bersama. (Barnard, 1938). Lalu mengapa banyak parpol yang akhirnya bubar?

Dari keragka Barnard-Simon di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa organisasi itu ada
untuk mencapai sesuatu. Sesuatu ini adalah tujuan, dan tujuan tersebut biasanya tidak dapat
dicapai oleh individu-individu yang bekerja sendiri, atau jika mungkin, hal tersebut akan dicapai
secara lebih efisien melalui usaha kelompok. Definisi tersebut diatas menyatakan adanya
kesepakatan umum mengenai misi organisasi.
Yang membuat banyak parpol yang akhirnya bubar karena ditengah perjalanan menuju misi
organisasi mereka, terdapat satu atau banyak individu yang mulai melenceng dari dalil-dalil di
atas. Kebersamaan antar sesama anggota parpol sudah mulai retak sehingga tidak terjalin lagi
kerjasama yang baik. Dan ada juga peserta yang mulai memandang organisasi sebagai
tahanan/penjara fisikal (psychic prison). Mereka muali mulai merasa terjebak oleh keyakinan dan
ketidakyakinan proses mental dalam rutinitas dan tekanan organisasional, dan kerja kelompok
pun telihat sebagai sebuah penjara karena mereka merasa terikat.Banyaknya parpol yang bubar
juga dapat disebabkan karena adanya kendala-kendala dalam mencapai tujuan, seperti :

· Tujuan berubah-ubah Organisasi yang kurang stabil terkadang tujuannya dapat berubah-
ubah. Bisa saja karena pengaruh lingkungan, biaya, penemuan baru, dll;

· Pimpinan hanya memusatkan pada suatu bagian saja dari tujuan sehingga bagian lain dari
tujuan tadi terabaikan;

· Kurang adanya kerjasama yang baik, menyebabkan kegiatan menjadi kurang selaras
mengarah pada tujuan bersama (kegiatan terkotak-kotak – kepala bagian hanya memikirkan
bagiannya saja);

· Pertentangan antara tujuan pribadi dan tujuan organisasi;

Adapun solusi agar dalam mencapai tujuan menjadi efektif, yaitu :

· Dalam merumuskan tujuan harus melibatkan seluruh individu;

· Dalam merumuskan tujuan ada pembagian tugas (pucuk pimpinan = tujuan umum,
menengah = merumuskan/menjabarkan sesuai bidangnya, dst);

· Tujuan bidang/fungsional tidak boleh bertentangan dengan tujuan umum;

· Tujuan harus realistis/sesuai keadaan (eksternal dan internal organisasi);

· Tujuan harus jelas batas-batas yang hendak dicapai;

· Ada tindakan koreksi. Bila tujuan tidak tercapai, pimpinan harus meneliti apa penyebabnya
dan melakukan tindakan koreksi.

Anda mungkin juga menyukai