Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

BAHASA DAN PENELITIAN LAPANGAN


BAHASA DAN PENEMUAN
Bahasa lebih dari sekadar alat mengkomunikasikan realitas. Bahasa merupakan alat untuk
menyusun realitas. Bahasa yang berbeda akan menciptakan dan mengekspresikan realitas
yang berbeda, mengkategorikan pengalaman yang cara yang berbeda serta memberi pola-pola
alternative untuk berpikir dan memahami. Etnografer setidaknya harus berhadapan dengan
dua bahasa yaitu bahasa mereka sendiri dan bahasa yang digunakan oleh informan. Dengan
begitu selain mendapat kemampuan untuk berkomunikasi, etnografer juga memiliki
signifikansi yang cukup besar, diantaranya:
- Bagaimana penduduk asli mengkategorikan pengalaman
- Bagaimana informan menggunakan kategori pengalaman tersebut dalam pemikiran
yang biasa
- Bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipahami oleh informan
- Permasalahan-permasalahan yang ada dibalik kegiatan sehari-hari
Mempelajaari bahasa merupakan dasar untuk mencapai tujuan etnografi dalam
mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan batasannya sendiri-sendiri. Jika hal ini diabaikan
maka dapat menyebabkan perbedaan semantik tetap ada didalamnya. Hal ini akan sangat
berpengaruh dalam penelitian etnografi.
Membuat suatu flop mengidentifikasikan pola-pola persahabatan di antara mereka.
Saya menyadari bahwa dalam beberapa hal, suatu flop seperti halnya suatu tempat tinggal
bagi seorang gelandangan. Untuk kerja etnografi, saya tidak sekedar menerjemahkan satu
istilah ke dalam istilah lain, tetapi berupaya untuk menjelaskan makna sepenuhnya dari
konsep itu guna mendeskripsikan kebudayaan mereka dari perspektif mereka sendiri.
Dalam literatur ilmu sosial mengenai perkampungan jembel, saya menemukan bahwa
banyak sarjana menyebut jembel sebagai “tuna wisma” (homeless). Kebanyakan sarjana
memandang jembel sebagai orang yang tidak mempunyai tempat tinggal hanya lantaran
mereka (pada sarjana) tidak berkesempatan untuk mempelajari bahasa asli masyarakat yang
mereka teliti. Mereka mendeskripsikan kehidupan kaum gelandangan bukan dalam batasan
kebudayaan kaum gelandangan, tetapi dalam batasan yang sesuai dengan gaya hidup kelas
menengah dan para profesional. Salah satu pertanyaan awal yang diajukan oleh peneliti
adalah “Di mana Anda tinggal?” atau “Di mana alamat Anda sekarang?” atau “Di mana anda
tinggal selama setahun yang lalu?”
Karena kaum gelandangan mengetahui bahasa dan budaya peneliti maka mereka
memahami bahwa pertanyaan di atas tidak berarti “Di mana Anda biasanya membuat flop?”,
mereka menerjemahkan pertanyaan sebagai: “Apakah saya mempunyai suatu ruangan, suatu
rumah, atau suatu apartemen dengan alamat sebagaimana yang dimiliki oleh kebanyakan
orang?”. Mereka hampir selalu menjawab “Saya tidak mempunyai tempat tinggal”. Atas
dasar jawaban ini, maka makna dari gelandangan pun diubah menjadi “orang yang tidak
mempunyai tempat tinggal”
Mungkin hanya merupakan masalah kecil jika kita menyebut jembel sebagai orang
yang tidak mempunyai tempat tinggal. Akan tetapi sebutan itu sesungguhnya menunjukkan
ujung dari suatu gunung es yang terapung. Sebutan itu menutup suatu bidang penelitian yang
paling penting, yakni “tempat tinggal yang bagaimanakah yang dipunyai oleh gelandangan
itu?”. Jika mereka “tidak mempunyai tempat tinggal” (homeless), kita seperti tidak perlu
menyelidiki aspek kehidupan mereka.
Etnografer yang bekerja di lingkungan masyarakat yang kompleks harus mengetahui
keberadaan perbedaan bahasa yang tidak kentara namun penting itu. Untuk melakukan
etnografi di dalam masyarakat kita sendiri, maka perlu terlebih dahulu secara sungguh-
sungguh melakukan studi mengenai cara orang berbicara. Etnografer yang bekerja di dalam
masyarakatnya sendiri harus mempelajari bahasa tidak kurang dari etnografer yang berasal
dari luar masyarakat itu.
Ketika saya bekerja dengan beberapa informan yang berasal dari kalangan
gelandangan, saya menemukan bahwa mereka tidak hanya berbicara dengan menggunakan
bahasa mereka sendiri, tetapi mereka juga memperoleh kemampuan yang saya sebut sebagai
kemampuan untuk menerjemahkan, yakni kemampuan untuk menerjemahkan makna suatu
kebudayaan ke dalam suatu bentuk yang tepat untuk kebudayaan lain. Dalam masyarakat kita
yang kompleks, hampir setiap orang memperoleh jenis kemampuan linguistik yang khusus.
Di samping kemampuan untuk berbicara dalam bahasa penduduk asli, hampir setiap orang
belajar untuk menerjemahkan ketika dirinya berkomunikasi dengan orang luar. Kita belajar
untuk berubah-ubah antara menggunakan bahasa pekerjaan dengan bahasa rumah, bahasa
sekolah dengan bahasa rumah, atau bahasa laki-laki dengan bahasa wanita.
Dalam suatu masyarakat yang benar-benar terisolasi dari pengaruh Barat, tak ada satu
orang pun yang dapat berbicara dengan bahasa yang digunakan oleh ahli etnografi. Oleh
karenanya, diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mempelajari bahasa yang digunakan oleh
penduduk asli.

Bahasa dan Deskripsi Etnografi

Hasil akhir penelitian etnografi adalah deskripsi verbal mengenai situasi budaya yang dipelajari.
Deskripsi etnografi senantiasa melibatkan bahasa. Namun bahasa apa yang digunakan oleh
etnografer? Dalam etnografi menggunakan bahasa asli peneliti/khalayak umum sekaligus istilah dan
makna asli (native) dari penduduk yang diteliti.

Ada etnografi yang berbeda dengan konsepsi informan, mengabaikan sudut pandang penduduk asli
dan mendistorsi budaya itu. Biasanya tulisan etnografi semacam itu ditulis oleh orang luar. Ada pula
etnografi monolingual dan novel-novel etnografi yang ditulis para penulis native

Ada 6 tipe deskripsi dalam etnografi


1. Deskripsi etnosentris (ex: pandangan masyarakat barat terhadap masyarakat non-barat)

2. Deskripsi ilmu sosial (pengujian hipotesis suatu teori, stereotipe)

3. Etnografi monolingual (menuliskan etnografi dalam bahasa asli kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasanya sendiri)

4. Etnografi standar (konsep dan makna yang dimiliki informan dimasukan ke dalam deskripsi)

5. Sejarah kehidupan (pemahaman terhadap budaya lain)

6. Novel etnografis (deskripsi yg dekat dengan sudut pandang penduduk asli)

TIPE – TIPE DESKRIPSI

Deskripsi Ilmu Sosial, terdapat pada bagian yang mempelajari masyarakat. Memfokuskan
pengujian hipotesis dari suatu teori. Merefleksikan sudut pandang penduudk asli karena
didasarkan pada pengamatan, wawancara, kuesioner, atau tes psikologi. Sebagai contoh saat
kita ingin menggambarkan gelandangan, maka harus menjelaskan detail tempat tinggal yang
kumuh, bukan tentang kebiasaan minum-minuman keras yang tidak merefleksikan
kebudayaan dari informan kita.

Etnografi Standar, menunjukkan tingkat keberagaman penggunaan Bahasa penduduk asli.


Cenderung membanggakan konsepsi informan hingga memasukkan istilah dari penduduk asli
dalam tanda kurung. Etnografi lain memasukkan konsep makna yang dimiliki Informan ke
dalam deskripsi dan memberi suatu pengertian mendalam mengenai pandangan orang lain,
yang dimiliki masyarakat.

Etnografi Monolingual, deskripsi suatu kebudayaan yang menggunakan istilah sendiri.


Dituliskan sendiri oleh masyarakat yang terpelajar menggunakan Bahasa penduduk asli.
Kemudian oleh Etnografer dipelajari system semantic bahasanya, selanjutnya diterjemahkan
kepada Bahasa peneliti. Contoh Etnografi ini adalah The Navajo Ethno-Medical
Encyclopedia karangan Oswald Werner dan kawan-kawan.

Sejarah Kehidupan, deskripsi yang menawarkan suatu pemahaman terhadap kebudayaan


lain. Mengungkap secara detil kehidupan seseorang dan dalam prosesnya menunjukkan
bagian yang penting dalam kebudayaan tersebut. Sejarah kehidupan disajikan seperti dalam
catatan. Contohnya sejarah kehidupan ganda oleh Oscar Lewis yakni Children of Sanchez.

Novel Etnografis, deskripsi yang dekat dengan sudut pandang penduduk asli, ditulis oleh
penulis yang berasal dari kalangan penduduk asli itu sendiri. Contohnya yakni Things Fall
Apart dan Arrow of God oleh Chinua Achebe yang ditulis oleh komunitas asal tokoh dalam
novel itu. Novel ini menangkap makna kebudayaan yang tersembunyi dan
menggambarkannya dengan cara yang membuat pembaca memahami cara hidup orang lain.

Anda mungkin juga menyukai