Uraian Keterangan
Pengelolaan Limbah PT Petrokimia Gresik memiliki izin pengecualian limbah B3
gipsum oleh KLHK dengan Nomor SK.
238/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2021 tentang Penetapan
Pengecualian Limbah Gypsum Hasil Kegiatan Industri Pupuk
dan Bahan Kimia pada PT Petrokimia Gresik dari Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Untuk limbah B3 non dominan, pengelolaannya melalui
pengelola limbah B3 yang telah memiliki izin dari KHLK.
Pengukuran Air Limbah Pengukuran Air Limbah dilakukan oleh pihak eksternal dan pihak
internal setiap bulan di dua titik penataan (poin L dan poin UBB).
Pengukuran pihak eksternal dilakukan oleh Laboratorium
Independen yang sudah terakreditasi KAN sedangkan
pengukuran oleh pihak internal dilakukan oleh Laboratorium Uji
Kimia PT Petrokimia Gresik.
Penggunaan Air (mᶟ) Penggunaan air untuk proses produksi sebesar 31.917.109 m³.
Konsumsi Energi (gigajoule) Konsumsi energi yang digunakan sebesar 17.159.551 GJ.
Pengukuran Emisi Udara Pengukuran Emisi dilakukan oleh pihak eksternal dan internal.
Pengukuran oleh pihak eksternal dilakukan oleh Laboratorium
Independen yang sudah terakreditasi KAN dan dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali untuk masing-masing sumber emisi.
Pengukuran oleh pihak internal dilakukan oleh Laboratorium Uji
Kimia PT Petrokimia Gresik dan dilakukan setiap bulan untuk
masing-masing sumber emisi.
Penghargaan di Bidang Penghargaan PROPER EMAS dari Kementrian Lingkungan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Penghargaan Indonesia Green Award sebanyak 8 tropi
Jumlah Hukuman Denda dan Selama tahun 2021, tidak ada hukuman/denda/sanksi yang
Sanksi akibat Ketidakpatuhan diterima oleh Perseroan terkait ketidakpatuhan terhadap
terkait Lingkungan lingkungan.
Jumlah Pohon yang Ditanam Selama tahun 2021, Perseroan telah melakukan penanaman
pohon sebanyak 1.203 pohon.
Total Air yang Didaur Ulang dan Digunakan Kembali Tahun 2021 sebesar XXXXXX dari total
pengambilan air sungai.
Dampak Signifikan Kegiatan terhadap Keanekaragaman Hayati di Kawasan Lindung dan Kawasan
dengan Nilai Keanekaragaman Hayati Tinggi di Luar Kawasan Lindung
[GRI 304-1, GRI 304-2]
1. Gangguan Biota Laut akibat Pengerukan Kolam Pelabuhan Jetty II dan Dermaga Batu Bara
Prakiraan Besaran Dampak
Ganggungan biota laut merupakan dampak tidak langsung dari penurunan kualitas air laut,
khususnya karena pengerukan kolam pelabuhan jetty II dan dermaga batu bara.
Kondisi rona lingkungan awal sebelum adanya rencana kegiatan secara umum nilai indeks
keanekaragaman fitoplankton di perairan sekitar PT Petrokimia Gresik berada dalam kondisi
“sedang”. Sedangkan untuk komunitas zooplankton di lokasi studi termasuk “buruk” dengan
struktur komunitas yang relatif cukup stabil. Nilai Indeks Diversitas (H’) makrofauna bentuk di lokasi
studi relatif rendah (berkisar antara 0. – 0.846386). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan
termasuk “sangat buruk”.
Bila dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya, terdapat perbedaan komposisi makrofauna
bentik yang ditemukan. Hal tersebut sangat mungkin disebabkan oleh dua faktor: pertama, kondisi
hewan makrofauna bentik yang secara alami tidak terdistribusi secara merata dan cenderung
mengelompok sehingga tidak terambil pada saat sampling di lapangan; atau kedua, kondisi perairan
yang sudah tidak mendukung untuk kehidupan spesies-spesies tersebut.
Besaran penurunan kualitas air sebagai dampak primer dari gangguan biota laut merupakan
dampak penting. Maka diperkirakan, adanya rencana kegiatan akan membawa penurunan yang
signifikan terhadap gangguan biota laut.
Berdasarkan kriterian penentuan dampak, maka bisa disimpulkan bahwa dampak ini merupakan
dampak Negatif Penting.
Emisi Gas Rumah Kaca
Dalam mengukuhkan peran dan kepatuhan PT Petrokimia Gresik terhadap isu emisi gas rumah kaca,
Perseroan mendukung penuh upaya Pemerintah yang mendorong pelaku industri untuk dapat
menerapkan teknologi rendah karbon dan berprinsip hijau. Komitmen tersebut telah sejalan dengan
tujuan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 sebesar 29%
sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Paris yang disepakati negara-negara di dunia pada Negosiasi
Iklim ke-21 dari Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) tahun 2015. Upaya
tersebut telah diatur ke dalam sebuah pedoman bernama Standar Industri Hijau. Standar Industri Hijau
memuat tata laksana dan mekanisme penerapan kegiatan bisnis berprinsip hijau.
Pada tataran industri pupuk, penerapan kegiatan usaha berprinsip hijau dapat diwujudkan melalui
sejumlah alternatif, diantaranya gasifikasi batu bara sebagai alternatif bahan baku pengganti gas alam,
pemasangan unit purge gas recovery unit untuk memulihkan sumber daya gas, pemanfaatan sisa
(excess) gas sebagai bahan bakar, dan pemanfaatan biodiesel dari limbah rumah tangga untuk bahan
bakar forklift.
Dalam periode pelaporan terdapat dua program untuk mengurangi emisi GRK, yaitu :
No Nama Program Aktivitas Program Capaian Status
1 Pemanfaatan Steam Membuat line interkoneksi Mengurangi emisi Masih terus
dari Waste Heat Boiler steam dari WHB Asam Sulfat GRK Sebesar dioperasikan
(WHB) Asam Sulfat menuju steam drying box 8.907 Ton CO2
sebagai Drying di Unit untuk mengeringkanp roduk Eq.
Purified Gypsum purified gypsum
2 Substitusi Regenerasi Melakukan proses substitusi Mengurangi emisi Masih terus
Molekular Sieve dari Regenerasi Molekular Sieve GRK Sebesar dioperasikan
Media Pemanas High dari Media Pemanas High 617.000 Ton CO2
Pressue Steam (HPS) Pressue Steam (HPS) Eq.
menjadi Medium menjadi Medium Pressure
Pressure Steam (MPS) di Steam (MPS) di 173-C Pabrik
173-C Pabrik Amoniak Amoniak
Informasi mengenai besaran emisi gas rumah kaca yang dihasilkan PT Petrokimia Gresik baik langsung
dan tidak langsung ditampilkan dalam tabel berikut:
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Langsung PT Petrokimia Gresik [GRI 305-1]
Emisi Satuan 2021 2020 2019
Total (CO₂) Ton 578.060 1.142.318
Total (CH₄) Ton 10,30 17,65
Total (N₂O) Ton 1,030 7,09
Emisi Udara
Proses dan kegiatan produksi pupuk yang dijalankan PT Petrokimia Gresik menghasilkan efluen yang
dilepaskan ke udara sehingga berpotensi meningkatkan ambien udara, baik yang dihasilkan oleh unsur
yang memiliki atau tidak memiliki unsur pencemar.
Menyadari hal tersebut, Perseroan memberlakukan kebijakan pengelolaan emisi udara dengan mengacu
pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2019 tentang Baku Mutu Emisi bagi
Kegiatan Industri Pupuk, yang meliputi:
1. Menyediakan sarana dan prasarana pengendalian pencemaran udara yang meliputi antara lain
cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung seperti lubang pengambilan sampel,
tangga, lantai kerja (platform) dan aliran listrik serta sarana pengendalian pencemaran udara lainnya
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor
205/Bapedal/07/1996 tentang pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak
Bergerak;
2. Memasang alat pemantauan kualitas emisi secara terus menerus (Continuous Emission
Monitoring/CEM) pada cerobong tertentu yang pelaksanaannya dikonsultasikan dengan Menteri dan
bagi cerobong yang tidak dipasang peralatan (Continuous Emission Monitoring/CEM) wajib dilakukan
pengukuran secara manual dalam waktu 6 (enam) bulan sekali;
3. Memantau sarana dan prasarana pengendalian pencemaran udara sebagaimana dimaksud dalam
huruf (a) dan (b).
Hasil pengukuran emisi udara tahun 2021 ditampilkan dalam tabel berikut:
Emisi Udara Tahun 2020 [GRI 305-7]
Parameter 2021 Jumlah (dalam Ton)
NO₂ 772,84 1.852
SO₂ 527,25 2.044
Partikulat 574,20 815,82
NH₃ 89,05 215,45
HF 44,77 40,34