Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN KELAS

(PENCIPTAAN IKLIM KELAS)

Dosen Pengampu:

Neti Afrianis, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Dwi Fitriani P Wibowo NIM 11910724092

Kurnia Santun NIM 11910725312

Widia Hafsari Hastuti NIM 11717200907

Widya Septri Runanda NIM 11910724164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat, berkat, dan
rahmat Nya, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah kami tentang
Penciptaan Iklim Kelas

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal. Kami


menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dalam dalam segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Penciptaan


Iklim Kelas ini dapat memberi manfaat penambah wawasan bagi teman-teman
sekalian.

Pekanbaru, 5 juni 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………

BAB I……………………………………………………………………

PENDAHULUAN………………………………………………………

A. Latar Belakang……………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………………..

BAB II…………………………………………………………………..

PEMBAHASAN………………………………………………………..

A. Pengertian Iklim Kelas………………………………………………


B. Pentingnya Penciptaan Iklim Kelas…………………………………
C. Pengembangan Komunikasi di kelas……………………………….

BAB III…………………………………………………………………

PENUTUP………………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iklim kelas dapat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh
karena itu, salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembelajaran adalah
terpenuhnya iklim kelas yang optimal. Tindakan manajemen kelas adalah
tindakan yang dilakukan guru dalam rangka menyediakan kondisi yang
optimal agar pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat
berupa tindakan pencegahan yaitu dengan cara menyediakan kondisi baik fisik
maupun non fisik sehingga siswa merasa nyaman dan aman untuk belajar.
Tindakan lainnya dapat berupa tindakan kolektif terhadap tingkah laku siswa
yang menyimpang dan merusak kondisi optimal terhadap proses pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Tindakan pencegahan dapat berupa tindakan guru dalam mengatur
lingkungan belajar, mengatur siswa, peralatan dan lingkungan sosio-
emosional sehingga dapat mengoptimalkan keberhasilan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian iklim kelas?
2. Apa pentingnya penciptaan iklim kelas?
3. Bagaimana pengembangan komunikasi di kelas ?
`
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian iklim kelas
2. Untuk mengetahui pentingnya penciptaan iklim kelas
3. Untuk mengetahui pengembangan komunikasi di kelas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iklim Kelas

Proses belajar mengajar ialah inti dari kegiatan sekolah, dengan


adanya belajar mengajar yang baik dapat menentukan kualitas lulusan suatu
sekolah. Proses belajar mengajar ini melibatkan bagaimana peran guru dalam
pembelajaran dan keterlibatan peserta didik sebagai objek pembelajaran. Masih
banyak ditemukan peserta didik yang mengalami masalah dalam belajar
akibatnya hasil belajar yang dicapai rendah. Untuk mengantisipasi terjadinya hal
ini maka perlu dicari factor yang mempengaruhi nya. Salah satu aspek penting
yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran merupakan iklim sekolah.

Iklim sebenarnya terjemahan dari kata “climate” dalam bahasa inggris.


Namun demikian, beberapa istilah kadang-kadang digunakan secara bergantian
dengan kata “climate”, seperti feel, atmosphere, tone dan environment. Dalam
konteks ini, istilah “Iklim kelas” digunakan dalam mewakilkan kata tersebut dan
kata lain seperti learning environment, group climate, dan classroom
environment. Bloom (1964) mendefinisikan bahwa iklim sebagai kondisi,
pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, social dan
intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Dengan menggunakan istilah
“lingkungan kelas”(classroom environment). (Hadiyanto, 2016)

Iklim kelas ialah institusi yang mempengaruhi motivasi belajar dan


bagian dari instansi (sekolah). Menciptakan suasana belajar yang aman dan
kondusif dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Hoy & Miskel
mengungkapkan bahwa iklim kelas adalah kualitas lingkungan yang ada dikelas
secara terus menerus dialami oleh pendidik dalam menciptakan proses
pembelajaran kondusif. Iklim kelas yang positif peserta didik akan merasa
nyaman saat memasuki kelas, peserta didik merasakan bahwa ada yang
memperdulikan dan menghargai mereka, peserta didik percaya akan dapat ilmu
yang bermanfaat dan berharga. Namun juga sebaliknya, saat kondisi kelas
negative peserta didik akan merasa takut saat didalam kelas dan ragu apakah
ilmu yang diperlajari saat dikelas dapat bermanfaat.
Iklim kelas ditandai dengan adanya :

a. Sikap saling terbuka


b. Terjalinnya hubungan antar pribadi yang akrab
c. Sikap saling menghargai satu dengan yang lain
d. Menghormati satu sama lain
e. Mendahulukan kepentingan bersama. (Silalahi, 2008)

Dengan itu dapat disimpulkan bahwa iklim kelas merupakan segala


situasi yang muncul akibat adanya hubungan antara peserta didik dan
pendidik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses
belajar mengajar.

2.2 Pentingnya Penciptaan Iklim Kelas

Iklim kelas memang mempengaruhi motivasi belajar. Munculnya


motivasi dan konsistensi dorongan belajar yang sangat ditentukan oleh
kondusif atau tidaknya lingkungan kelas saat pembelajaran berlangsung.
Sebab itu sangat penting untuk lingkungan kelas yang menimbulkan minat
belajar peserta didik agar termotifasi saat belajar dan akan terus meningkat.
Akan tetap tidak melupakan bahwa lingkungan kelas itu harus dibangun
karena takut akan terjadinya iklim kelas yang tidak kondusif. Menjalin
hubungan akan membantu membangun rasa saling menghargai,
meminimalisasi masalah perilaku dan tingkah laku peserta didik didalam
kelas. Guru dapat menjalin hubungan dengan siswa melalui pemahaman
karakteristik siswa terkait dengan karakteristik siswanya agar iklim kelas
dapat berlangsung dengan baik. (Partin, 2012)

2.3 Pengembangan Komunikasi di Kelas

Ada sebuah petuah tua yang berbunyi, “Hewan dibelit dengan tali dan
manusia diikat dengan kata-kata” Islam sendiri juga mengajarkan bahwa,
“Bukanlah pedang yang paling tajam, melainkan pena dan lidahlah yang
paling tajam” Memang benar petuah atau ungakapan-ungakapan diatas, kata-
kata baik yang terucap oleh lidah maupun yang tertulis oleh pena atau tinta
merupakan sarana untuk berkomunikasi dan komunikasi ini sungguh sangat
penting bagi semua makhluk khususnya manusia. nilai ataupun kualitas
komunikasi antara dua orang, dua kelompok , dua instansi, atau dua bangsa
sangat menentukan kualitas hubungan mereka.
Begitu juga dengan dunia pendidikan, di dalamnya tidak luput dari
aktivitas komunikasi. Dalam konteks sekola, kualitas komunikasi dapat
menjadi penentu suasana kelas atau iklim sosial sekolah. Sementara dalam
konteks mikro sekolah, kualitas komunikasi merupakan penentu dalam
menciptakan iklim kelas yang kondusif.

Pada umumnya ada dua gaya dalam berkomunikasi, yaitu komunikasi


satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah merupakan
komunikasi yang hanya dimonopoli oleh komunikator. Dalam konteks kelas,
kounikasi satu arah merupakan komunikasi yang datang dari guru kepada
peserta didiknya berupa perintah., arahan, nasihat, maupun teguran. Jika
kepala sekolah atau rector cenderung menggunakan gaya komunikasi satu
arah ini, sekolah atau kampus akan seperti neraka. Dengan sikap otoriternya
tersebut tidak menutup kemungkinan kepala sekolah atau rector akan
bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya. Dalam konteks kelas, hal
ini juga dapat terjadi atau dapat dilakukan oleh guru yang otoriter, akibatnya
sama, kelas menjadi seperti neraka, peserta didik tertekan dan akhirnya
kegiatan belajar-mengajar mengalami kegagalan.

Sementara itu, komunikasi dua arah adalah komunikasi yang


komunikator (penyampai informasi) dan komunikan (penerima informasi)
bergantian memberikan informasi. Guru yang mempraktikan komunikasi dua
arah ini, para peserta didiknya akan merasa betah, nyaman, dan aman untuk
belajar di kelas sehingga iklim kelaspun menjadi kondusif. Oleh karena itu,
jika seorang guru ingin menciptakan iklim kelas yang kondusif, langkah
awalnya adalah dengan mempraktikkan gaya komunikasi dua arah. Di sisni
guru bukan saja menjai dirinya sebagai pemimpin sekaligus manajer kelas
yang otoriter, melainkan menjadi pemimpin sekaligus manager kelas yang
demokratis. Guru bersedia mendengarkan keluh kesah peserta didiknya,
menampung aspirasi atau keinginan peserta didiknya, kemudian mewujudkan
aspirasi tersebut dan bekerja sepenuhnya untuk peserta didiknya. (Wiyani,
2014)

Partisipasi siswa dalam kelas bukan semata-mata karena faktor


intelegensinya, tetapi bagaimana guru berusaha memahami diri siswa. Peran
guru sangat berpengaruh dalam membentuk partisipasi siswa dalam
pembelajaran di kelas. Perilaku guru, tanggapan-tanggapan guru atas
pertanyaan siswa, sikapm dan cara menanggapi jawaban siswa akan
menumbuhkan pola komunikasi tersendiri bagi interaksi antara siswa dan guru
di kelas. Guru dan siswa secara bersama akan membangun konteks sosial atau
sistem komunikasi yang efektif yang akan mempengaruhi siswa dalam
belajarnya.

Komunikasi hendaknya dapat berjalan secara dua arah. Pembicaraan


sebisanya dapat berfungsi ekploratory” dimana guru dapat menempatkan diri
sebagai teman dekat dengan sesama siswa atau kelompok dengan gaya yang
dikehendaki siswa. Mereka dapat saling memahami satu sama lain serta saling
toleransi dalam mendapat persetujuan guru.

Kurangnya guru mengefektifkan fungsi eksploratori sebagai fungsi


komunikasi disebabkan karena guru merasa harus mengkontrol pengetahuan
siswa dan ekspetasi kurikulum. Ekspetasi kurikulum menyebabkan guru harus
mengendalikan semua proses pembelajaran di kelas. Pola komunikasi yang
dibangun guru menyebabkan siswa menghindari dan cenderung menolak
komunikasi dengan guru. Kondisi yang seperti ini jika terus menerus akan
menjadikan proses pembelajaran membosankan sehingga tidak menutup
kemungkinan siswa akan lari atau ‘membolos’ dari kelasnya.

Selama ini pembelajaran di sekolah hanya memindahkan pengetahuan


guru kepada siswa. Siswa tidak dapat mengembangkan sendiri ilmu
pengetahuannya. Sekolah harus menjadi tempat dimana siswa dapat
menemukan pengalaman dan pengetahuan baru. Pengetahuan yang didapat
siswa dapat direalisasikannya dalam kehidupan nyata. Bukan sekedar ilmu
yang ditransfer dari guru kepada siswanya.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut, guru disarankan mengikuti teori


Inerpretasi. Menurut teori ini, siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan
ide atau informasi yang dia ketahui. Siswa dapat menyampaikan idenya untuk
menyelesaikan masalah, benar dan salah bukan tujuan akhir pembelajaran.
Siswa mempunyai kesempatan untuk menyampaikan berbagai pengetahuan.
Eksplisit atau emplisit, mengembangkan pengetahuan yang sama dengan
pokok bahasan yang dibicarakan, serta mampu menghubungkannya. (Huriaty
Dina, 2010)

Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklmik


kelas yang berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:
a. Pertama, pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana
siswa belajar (student centered);
b. Kedua, adanya pengharaan guru terhadap prestasi aktif siswa dalam setiap
konteks pembelajaran
c. Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan
pembelajaran.
d. Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran
sebaiknya dibahas secara dialogis.
e. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga
memotivasi dan mendorong terjadinya proses pembelajaran.
f. Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang
berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diaksise atau dipelajari
siswa dengan cepat. (Afriza, 2014)
g. Ketujuh, sekolah memiliki tingkat akademik dan perilaku yang tinggi dan
memberikan dukungan untuk pencapaian tujuan.
h. Kedelapan, memiliki upaya untuk mengembangkan kemampuan sosial dan
emosional semua siswa.
i. Kesembilan, guru sebagai model dalam memelihara sikap
j. Kesepuluh, siswa menganggap aturan sebagai hal yang jelas, adil, dan tidak
terlalu keras.
k. Kesebelas, siswa berpartisipasi dalam mengambil keputusan.
l. Keduabelas, sekolah memiliki upaya untuk membangun dan memelihara
hubungan yang peduli, saling menghormati, mendukung, dan kolaboratif
antara anggota staf sekolah, siswa, dan keluarga. (SCARPA, 1953)

Untuk menjadi seorang komunikator yang efektif, diperlukan tiga keterampilan


yang berkaitan:

1) Keasertifan yang Konstruksif: gambarkan perhatian dengan jelas, yakinkan


bahwa perilaku yang buruk dapat diperbaiki, dan bertahanlah dalam keadaaan
dipaksa dan dimanipulasi.
2) Respon yang empati: dengarkan perspektif siswa dan bereaksi dengan cara
menjaga hubungan positif dan mendorong diskusi lebih lanjut.
3) Penyelesaian masalah: komponen ini meliputi beberapa tahap untuk meraih
penyelesaian yang sama-sama memuaskan bagi masalah; hal ini
mengharuskan kerja sama dengan siswa untuk mengembangkn sebuah
rencana perubahan. (Evertson, 2014)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa iklim
merupakan keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan, dan sinar
matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang yang agak lama. Ada
beberapa istilah yang digunakan secara bergantian dengan kata climate, yang
diterjemahkan dengan iklim, seperti feel, atmosphere, tone dan environment.
Dengan kata lain iklim bisa diartikan perasaan, suasana, sifat dan lingkungan.
Sedangkan kelas dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai
ruang tempat belajar di sekolah.
Iklim kelas dapat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh
karena itu, salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembelajaran adalah
tepenuhinya iklim kelas yang optimal. Tindakan manajemen kelas adalah
tindakan yang dilakukan guru dalam rangka menyediakan kondisi yang
optimal agar pembelajaran berlangsung efektif.
Secara rasional iklim kelas memang berpengaruh terhadap motivasi
belajar. Hal ini jelas bahwa untuk memunculkan motivasi belajar dan
memelihara konsistensi dorongan belajar sangat ditentukan oleh
kondusiftidaknya lingkungan kelas dimana tempat pembelajaran berlangsung.
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya
tercapainya tujuan komunikasi memegang peranan penting dalam menunjang
kelancaran aktifitas tanpa komunikasi maka maksud bersama tidak dapat
dipahami dan diterima oleh semua anggota organisasi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan serta penyusunan makalah
ini banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Kami selaku mahasiswa yang
masih berproses mengharap kritik serta saran dari para pembaca, serta yang
paling utama Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen Kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Afriza. (2014). Manajemen Kelas. Kreasi Edukasi.


Evertson, C. M. (2014). Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. Kencana.
Hadiyanto. (2016). Teori & Pengembangan Iklim Kelas & Iklim Sekolah. Jakarta:
Kencana.

Huriaty Dina. (2010). Mengembangkan Komunikasi yang efektif. Al Bidayah, hal.


107.
Partin, R. (2012). Kiat Nyaman Mengajar Di Dalam Kelas: Strategi Praktis, Teknik
Manajemen dan Bahan Pengajaran Yang Dapat Diproduksi Ulang Bagi Para
Guru Baru Maupun Guru Bepengalaman. Jakarta: Indeks.

Silalahi, J. (2008). Pengaruh Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar. Jurnal


Pembelajaran, 30(2). 100-105.

SCARPA, C. (1953). Sul dosaggio dei 17-chetosteroidi nell’urina degli psoriasici. Il


Progresso Medico, 9(20), 628–633.
Wiyani, N. A. (2014). Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan
Kelas yang Kondusif. Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai