Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN BANK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Moneter Islam
Dosen pengampu Retno Wulan Sari, SE, MM

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Mitha Sabella (1931710203)

Shahrul (1931710186)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS


SAMARINDA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang maha esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia nya dan sholawat serta salam tidak lupa kepada
baginda Nabi Muhammad saw yang telah memberikan syafaat dan berkahnya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini dengan
pembuatan makalah yang berjudul lembaga keuangan bank.

Ucapan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Retno Wulan Sari, SE,
MM yang telah memberikan kesempatan agar kami bisa menyelesaikan tugas ini
dengan semaksimal mungkin dengan waktu yang telah ditentukan. Semoga dengan
adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan kepada kita semua.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengetahui bahwa masih banyak
kekurangan. Maka dari itu kami berharap agar dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun agar kedepannya dapat lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Samarinda, 26 April 2022

Penulis

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A Latar Belakang ............................................................................................. 1

B Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A Pengertian Lembaga Keuangan.................................................................... 3

B Pengertian Lembaga Keuangan Bank .......................................................... 4

C Jenis-Jenis Bank ........................................................................................... 5

D Landasan Hukum Bank ................................................................................ 9

E Produk-Produk Bank Konvensional........................................................... 13

F Produk-Produk Bank Syariah ..................................................................... 14

G Fungsi dan Peranan Bank ........................................................................... 21

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 24

A Kesimpulan ................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Lembaga keuangan bank memiliki peranan yang sangat penting dalam
perekonomian suatu negara. Lembaga keuangan bank mendorong masyarakat
untuk membuat simpanan atau tabungan dan kemudian tabungan yang
dikumpulkan tersebut dipinjamkan kembali kepada individu-individu dan
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan. Fungsi utama bank adalah
menyediakan jasa yang menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit
sehingga bank harus bekerja secara profesional dan bertanggung jawab dalam
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Jasa perbankan pada
umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan
alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang
tunai, tabungan, dan kartu kredit. Kedua, dengan menerima tabungan dari
nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti
bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih
produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan
meningkat.

B Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian lembaga keuangan?
2. Apa itu lembaga keuangan bank?
3. Apa saja landasan hukum bank?
4. Apa saja produk-produk bank konvensional?
5. Apa saja produk-produk bank syariah?
6. Apa saja fungsi dan peranan bank?

1
C Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian lembaga keuangan
2. Mengetahui lembaga keuangan bank
3. Mengetahui landasan hukum bank
4. Mengetahui produk-produk bank konvensional
5. Mengetahui produk-produk bank syariah
6. Mengetahui fungsi dan peranan bank

2
BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967
tentang pokok-pokok perbankan:
1. Lembaga keuangan adalah semua badan yang melakukan kegiatan-kegiatan
dibidang keuangan menarik uang dari masyarakat dan menyalurkan uang
tersebut kembali ke masyarakat.
2. Lembaga keuangan menyalurkan kredit pada nasabah atau
menginvestasikan dana dalam surat berharga di pasar keuangan.
3. Lembaga keuangan menawarkan macam-macam jasa keuangan seperti
asuransi, dana pensiun, penyimpanan barang berharga, penyediaan
mekanisme untuk pembayaran dan transfer dana.1

Lembaga keuangan di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu Lembaga


Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank.2 Lembaga keuangan
adalah badan usaha atau institusi yang bergerak dibidang keuangan dengan cara
menghimpun dana, menyalurkan untuk pendanaan serta mendapatkan
keuntungan dalam bentuk bunga atau presentase.

Lembaga keuangan memiliki beberapa manfaat antara lain:


1. Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas adalah kemampuan mendapatkan uang tunai saat
dibutuhkan. Sehingga tidak akan ada kekhawatiran akan kurangnya
ketersediaan uang tunai yang beredar di masyarakat.
2. Pengalihan Aset (Asset Transfer)

1
Ardhiansyah Putra dan Dwi Saraswati, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,
(Surabaya: CV Jakad Media Publishing, 2020), h. 4.
2
Dimas Asyarief, “Lembaga Keuangan”, dalam
https://www.academia.edu/12113593/lembaga_keuangan diakses 24 April 2022.

3
Lembaga keuangan akan mengalihkan aset dengan cara
meminjamkan dana kepada pihak lain untuk dikelola dalam masa waktu
tertentu. Dana yang dialihkan ini berasal dari simpanan masyarakat yang
menabung di lembaga tersebut.
3. Realokasi pendapatan (Income Reallocation)
Manfaat selanjutnya adalah sebagai wadah untuk melakukan
realokasi pendapatan. Dengan demikian pendapatan yang masuk dan
tersimpan di lembaga keuangan dapat digunakan di masa depan dengan
mudah.
4. Kemudahan Transaksi
Manfaat besar dan peranan yang penting dalam penyediaan jasa
yang mempermudah transaksi keuangan. Dengan adanya lembaga ini,
masyarakat bisa menghemat waktu dan tenaga dalam melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan keuangan.3

B Pengertian Lembaga Keuangan Bank


Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang didirikan dengan
kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. Istilah
bank berasal dari bahasa Itali Banca yang berarti meja yang dipergunakan para
penukar uang di pasar. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan artinya
maka segala aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan.4

3
Dendi Rosadi, et.al., “Makalah Pengantar Pasar Modal: Lembaga Keuangan Bank (Bank
dan BPR) & Non-Bank (Asuransi, dana pensiun, pegadaian, perusahaan investasi/reksadana,
lembaga pembiayaan leasing, fintech pinjol)” dalam Makalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I,
h 2-3.
4
Ardhiansyah Putra dan Dwi Saraswati, Bank dan... h. 21.

4
Bank dikenal dengan badan usaha keuangan yang mengumpulkan dana
dari masyarakat dan dijadikan sebagai produk simpanan serta menyalurkannya
dan kembali ke masyarakat dalam pemberian kredit dengan ketetapan dan
persyaratan yang telah disepakati kedua belah pihak untuk kemashlahatan hidup
orang banyak. Lembaga keuangan bank adalah lembaga yang memiliki fungsi
dengan penghubung keuangan (financial intermediary) yaitu lembaga yang
menghubungkan antara penyandang dan pengguna dana juga penghimpun dan
menyalurkan dana, selain itu bank juga memiliki beberapa fungsi seperti
pengiriman uang (Transfer), penukaran uang (Money changer), pembayaran
utilitas (listrik, air, telepon, gas), pembayaran lainnya (BPJS, kesehatan, pajak)
dan setoran lainnya. Beberapa kegiatan utama bank yaitu sebagai berikut:

1. Bank mengumpulkan potensi keuangan dari pendana, jumlahnya masih


relatif tidak besar namun jika dihitung dari jumlah akumulasi sudah
maksimal.
2. Dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana dengan mengadakan
berbagai jenis simpanan dalam jangka waktu bervariasi serta penarikannya
seperti deposito berjangka, rekening koran, sertifikat surat deposito, giro,
buku catatan tabungan dan lainnya.
3. Bank diwajibkan menjaga dan mengontrol posisi likuiditas atau giro wajib
minimumnya.
4. Bank memberikan dana kepada debitur atau pelaku bisnis yang ragam
macamnya berupa kredit sehingga risiko yang akan dihadapi semakin kecil.5

C Jenis-Jenis Bank
1. Jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :
a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan Bank dan Lembaga Keuangan adalah umum, dalam arti

5
Prima Andreas Siregar, et.al., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Medan: Yayasan
Kita Menulis, 2021), h. 10-12.

5
dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan
wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia,
bahkan ke luar negeri (cabang).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh
lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
2. Jenis perbankan dari segi kepemilikan
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang
memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian
dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank
dilihat dari segi kepemilikkan adalah :
a. Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun
modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
Contohnya BNI, BRI, BTN, Mandiri. Kemudian Bank Pemerintah
Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing
provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemda masing-masing
tingkatan, Contoh : BPD DKI,BPD Sumatera, BPD Jawa Barat, BPD
BALI, dan lain-lain.
b. Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian
besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Kemudian akte
pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh BCA, Bumi
Putrea, Bukopin, Lippo, Danamon
c. Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-
sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank milik asing bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada
di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
Kepemilikkannya pun jelas dimiliki oleh pihak asing (luar negeri).

6
Contoh City Bank, Standard Chartered Bank, Hongkong Bank, May
Bank,
e. Bank milik campuran yaitu kepemilikkan saham bank campuran
dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikkan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
Contoh Sumitomo Niaga Bank, Mitsubishi Buana Bank, Ing Bank, Inter
Pacifk Bank
3. Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut :
a. Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri,
travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan
transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan
oleh Bank Indonesia.
b. Bank non-devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisaa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non-
devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi
yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.
4. Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, baik
harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional (Barat)
Bank konvensional adalah mayoritas bank yang berkembang di
Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip
konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia di
mana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda. Dalam
mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya,
bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode,
yaitu:
1) Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan Giro,
Tabungan, maupun Deposito. Demikian pula harga untuk produk

7
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku
bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread
based.
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional (barat)
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam
nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini
dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah (Islam)
Bank syariah adalah bank berdasarkan prinsip syariah belum lama
berkembang di Indonesia. Namun, di luar negeri terutama negara-negara
Timur Tengah seperti Mesir atau di Pakistan bank yang berdasarkan
prinsip syariah sudah berkembang pesat sejak lama. Bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah dalam penetuan harga produknya sangat
berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank
berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
islam antara pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha
atau kegiatan perbankan lainnya.6 Di Indonesia regulasi mengenai bank
syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah. Jenis-jenis bank syariah antara lain:
1) Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank
umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah.
3) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu pembayaran.
Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas, hanya boleh dimiliki oleh

6
Bernardus Wishman Siregar, “Jenis-Jenis Kegiatan dan Produk Perbankan”, dalam Modul
4 Bank dan Lembaga Keuangan,2020. h. 5-8.

8
WNI dan badan hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau
kemitraan antara WNI.7
D Landasan Hukum Bank
Sumber hukum formal dalam hukum perbankan di Indonesia tidak
hanya terbatas pada sumber hukum tertulis, tetapi juga dimungkinkan adanya
sumber hukum yang tidak tertulis. Berbicara tentang sumber hukum formal di
Indonesia, maka kita akan selalu menempatkan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai sumber utama. Selanjutnya, kita bisa mengurut sumber hukum formal
mengenai bidang perbankan tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 beserta amandemennya.
2. Undang-undang Pokok di bidang perbankan dan Undang-undang
pendukung sektor ekonomi dan sektor lainnya terkait, seperti:
a. Peraturan pokok
1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan beserta
perubahannya, yaitu Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.
2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indnesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun
2004 dan perubahan terakhir dengan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penggant
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perbankan Kedua
atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
menjadi Undang-undang.
3) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan.
4) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
5) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.
b. Peraturan pendukung

7
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2009), h. 61-62.

9
Yaitu baik Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab
Undang-undang Hukum Dagang, maupun Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, serta Undang-Undang lainya yang berkaitan dan banyak
hubungannya dengan kegiatan perbankan, misalnya:
1) Undang-undang yang mengatur tentang badan usaha atau lembaga
yang berkaitan dengan perbankan, seperti Undang-undang Nomor
49 Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara; Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Undang-
undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Undang-undang NOor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
2) Undang-undang pengesahan yang berkaitan dengan perjanjian
internasional, baik di bidang perbankan maupun sektor ekonomi,
seperti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Agreement Establishing Trade Organization.
3) Undang-undang yang mengatur kegiatan ekonomi lainnya, seperti
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
Undang- Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa
dan Sistem Nilai tukar, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2002
tentang Surat Utang Negara, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara, Undang-undang Nomor 3
Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia,
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana, Undangundang Nomor
7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

10
4) Undang-undang yang berkaitan dengan jaminan, seperti Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah dan Undang-
Undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
5) Dan Undang-undang Lainnya
3. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pelaksana dari Undang-undang Perbankan, seperti:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998 tentang Program
Rekapitulasi Bank Umum.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1999 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu,
dan Kantor Perwakilan dari Bank yang Berkedudukan di luar
Negeri.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan
Izin Usaha, Pembubaran dan, Likuidasi Bank.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1998 tentang Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi Bank.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pembelian
Saham Bank Umum.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1999 tentang Pencabutan
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1999 tentang Bank Umum
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan
Prinsip Bagi Hasil.
7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005
tentang Penjaminan Simpanan Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip
Syariah.
8) Dan Peraturan Pemrintah lainnya.

11
b. Peraturan Pemerintah Pelaksanaan dari Undang-undang yang berkaitan
dengan kegiatan perbankan lainnya, seperti:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1994 tentang Pajak
Penghasilan dan Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto
Sertifikat Bank Indonesia.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan
Perseroan (Persero) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2001.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambil alihan Perseron Terbatas.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghitungan
Jumlah Hak Suara Kreditur.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2005 tentang Modal Awal
Lembaga Penjamin Simpanan.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah.
7) Dan Peraturan Pemerintah lainnya.
4. Peraturan Presiden (Perpres), Misalnya:
a. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 1972 tentang Penerimaan Kredit
Luar Negeri;
b. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1984 tentang Penerbitan Sertifikat
Bank Indonesia;
c. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2005 tentang Pengakhiran Jaminan
Pemerintah terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat;
dan
d. Peraturan Presiden lainnya.
5. Keputusan Menteri Keuangan.
6. Peraturan Bank Indonesia.
7. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh institusi pemerintah yang tidak
langsung mengurus perbankan, tetapi peraturannya memuat ketentuan yang
erat dengan kegiatan perbankan atau secara langsung mengatur kegiatan

12
perbankan, misalnya, Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatut
tentang Perbankan Milik Pemerintah Daerah.8
E Produk-Produk Bank Konvensional
1. Produk penghimpunan dana
1. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindah bukuan.
2. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
3. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan
bank.
2. Produk penyaluran dana
Produk penyaluran dana pada bank konvensional disebut dengan
kredit, Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dijelaskan bahwa
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
3. Produk pelayanan jasa
Adapun bentuk-bentuk produk pelayanan jasa perbankan yang ada
pada bank konvensional yaitu:

8
DT Pratama, “BAB II Perbankan, Dasar Hukum Operasional Bank dan Kepemilikan
Bank”, dalam BAB II PERBANKAN, DASAR HUKUM OPERASIONAL BANK
...https://dspace.uii.ac.id › bitstream › handle diakses 26 April 2022.

13
a. Kiriman uang (transfer), merupakan jasa pengiriman uang melalui bank.
Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank yang sama atau bank yang
berlainan.
b. Kliring, merupakan penagihan surat berharga, seperti cek, yang berasal
dari dalam kota.
c. Inkaso, merupakan penagihan surat berharga, seperti cek, yang berasal
dari luar kota atau luar negeri.
d. Safe deposit box, merupakan layanan jasa penyewaan kotak tempat
menyimpan surat-surat berharga milik nasabah.
e. Kartu kredit, merupakan layanan yang memudahkan nasabah untuk
tidak perlu membawa uang tunai saat bepergian.
f. Bank notes, merupakan jasa penukaran valuta asing. Dalam jual beli
bank notes, bank menggunakan kurs.
g. Bank garansi, merupakan jaminan bank yang diberikan kepada nasabah
dalam rangka membiayai suatu usaha.
h. Bank draft, merupakan wesel yang dapat diperjualbelikan.
i. Letter of Credit (L/C), suatu kredit yang diberikan yang digunakan
untuk melakukan pembayaran atas transaksi ekspor-impor.
j. Cek wisata (travellers cheque), merupakan cek perjalanan yang biasa
digunakan oleh turis atau wisatawan.
F Produk-Produk Bank Syariah
1. Produk penghimpunan dana
a. Produk giro pada bank syariah diatur di dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI No. : 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro.
b. Produk tabungan pada bank syariah diatur di dalam Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI No. : 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan.
c. Produk deposito pada bank syariah diatur di dalam Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI No. : 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito.

2. Produk penyaluran dana

14
Adapun produk-produk pembiayaan yang ada pada bank syariah yaitu
pembiayaan berdasarkan akad jual beli, pembiayaan berdasarkan akad
sewa-menyewa, pembiayaan berdasarkan akad bagi hasil, dan pembiayaan
berdasarkan akad pinjam-meminjam yang bersifat sosial.
a. Pembiayaan berdasarkan akad jual beli:
1) Murabahah, Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
disepakati.
2) Salam, Akad salam adalah akad pembiayaan suatu barang dengan
cara pemesanan dan pembayaran harga yang dilakukan terlebih
dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
3) Istishna’, Akad istishna’ adalah akad pembiayaan barang dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli
(mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’).
b. Pembiayaan berdasarkan akad sewa-menyewa:
1) Ijarah, Akad ijarah adalah akad penyediaan dana dalam rangka
memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa
berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindah an
kepemilikan barang itu sendiri. Obyek ijarah adalah manfaat dari
penggunaan barang dan/atau jasa yang harus bisa dinilai dan dapat
dilaksanakan dalam kontrak. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan
dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Kewajiban bank syariah
adalah menyediakan aset yang disewakan dan menanggung biaya
pemeliharaan aset. Kewajiban nasabah adalah membayar sewa dan
bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa serta
menggunakannya sesuai kontrak.
2) Ijarah muntahiya bittamlik, Akad ijarah muntahiya bittamlik adalah
akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau
manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa

15
dengan opsi pemindahan kepemilikan barang. Pihak yang
melakukan al-ijarah al-muntahiah bi al-tamlik harus melaksanakan
akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik
dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa
ijarah selesai.
c. Pembiayaan berdasarkan akad bagi hasil:
1) Mudharabah, Akad mudharabah dalam pembiayaan adalah akad
kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal,
atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak
kedua (amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku
pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah, kecuali jika pihak kedua
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi
perjanjian. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak.
2) Musyarakah, Akad musyarakah adalah akad kerja sama di antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing
pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. Partisipasi
para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah. Akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah
merupakan syarat.
d. Pembiayaan berdasarkan akad pinjam-meminjam yang bersifat sosial,
Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin menganjurkan
pemeluknya, di samping melakukan usaha produktif untuk mencari
karunia Illahi, juga harus peka terhadap keadaan di sekitarnya. Ini
berarti bahwa umat Islam dianjurkan untuk mempunyai jiwa sosial.
Tidak terkecuali pada institusi perbankan, yang di samping mengemban

16
misi bisnis, juga mengemban misi sosial sebagaimana terlihat dalam
produk-produknya yang disalurkan kepada masyarakat. Salah satu
produk perbankan syariah yang lebih mengarah kepada misi sosial
adalah qardh. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada
nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. Dana al-Qardh bersumber dari
bagian modal bank syariah, keuntungan bank syariah yang disisihkan,
dan lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran
infaqnya kepada bank syariah. Biaya administrasi dibebankan kepada
nasabah. Bank syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah
bilamana dipandang perlu. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan
keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan
bukan karena ketidakmampuannya, bank syariah dapat menjatuhkan
sanksi kepada nasabah berupa penjualan barang jaminan. Jika barang
jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya
secara penuh. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui musyawarah.
e. Produk pelayanan jasa
Adapun bentuk-bentuk produk pelayanan jasa perbankan yang ada
pada bank syariah yaitu:
1) Hawalah, Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang
berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam
mengaplikasikan akad hawalah pada produk perbankan syariah
paling tidak terdapat tiga pihak yang diantaranya diikat dengan
perjanjian, yaitu bank, nasabah, dan pihak yang mempunyai utang
kepada nasabah. Rukun hawalah yaitu:
a) muhil, yakni orang yang berutang dan sekaligus berpiutangl.
b) muhal atau muhtal, yakni orang berpiutang kepada muhil;
c) muhal ‘alaih, yakni orang yang berhutang kepada muhil dan
wajib membayar utang kepada muhtal.
d) muhal bih, yakni utang muhil kepada muhtal.

17
e) sighat (ijab qabul).
Hawalah dilakukan harus dengan persetujuan muhil,
muhal/muhtal, dan muhal ‘alaih. Kedudukan dan kewajiban para
pihak harus dinyatakan dalam akad secara tegas. Jika salah satu
pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
musyawarah;
2) Kafalah, Akad kafalah adalah akad pemberian jaminan yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain, dimana pemberi jaminan
(kafil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali utang yang
menjadi hak penerima jaminan (makful). Pernyataan ijab dan qabul
harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak
mereka dalam mengadakan kontrak (akad). Dalam akad kafalah,
penjamin dapat menerima imbalan (fee) sepanjang tidak
memberatkan. Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak
boleh dibatalkan secara sepihak. Secara fikih, terdapat tiga macam
kafalah yang dapat diimplementasikan dalam produk bank syariah,
yaitu:
a) Kafalah bi nafs, yaitu jaminan dari diri si peminjam (personal
guarantee).
b) Kafalah bil maal, yaitu jaminan pembayaran utang atau
pelunasan utang. Aplikasinya dalam perbankan dapat berbentuk
jaminan uang muka (advance payment) atau jaminan
pembayaran (payment bond).
c) Kafalah muallaqah, yaitu jaminan mutlak yang dibatasi oleh
kurun tertentu dan untuk tujuan tertentu. Dalam perbankan
modern, hal ini dapat diterapkan untuk jaminan pelaksanaan
suatu proyek (performance bonds) atau jaminan penawaran (bid
bonds);

18
3) Wakalah, Akad wakalah adalah akad pemberian kuasa kepada
penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi
kuasa. Wakalah ada tiga macam, yaitu:
a) Wakalah al mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak tanpa
batasan waktu dan untuk segala urusan.
b) Wakalah al muqayyadah, yaitu penunjukan wakil untuk
bertindak atas namanya dalam urusan-urusan tertentu
c) Wakalah al ammah, yaitu perwakilan yang lebih luas dari al
muqayyadah, tetapi lebih sederhana dari al mutlaqah.
Implementasi wakalah dalam perbankan syariah cocok untuk
produk jasa berupa Letter of Credit (L/C). Bank membuka L/C atas
permintaan nasabah dengan meminta nasabah untuk menyetorkan
dana yang cukup dari besarnya L/C yang dibuka. Setoran dana
tersebut disimpan oleh bank dengan prinsip wadi’ah. Rukun dan
syarat wakalah yaitu: a) Muwakkil (yang mewakilkan); b) Wakil
(yang mewakili); dan c) Hal-hal yang diwakilkan.
4) Rahn, Menurut syariah, rahn adalah menahan sesuatu dengan cara
yang dibenarkan yang memungkinkan ditarik kembali. Rahn juga
bisa diartikan menjadikan barang yang mempunyai nilai harta
menurut pandangan syariah sebagai jaminan utang, sehingga orang
yang bersangkutan boleh mengambil utangnya semuanya atau
sebagian. Dengan kata lain, rahn adalah akad berupa menggadaikan
barang dari satu pihak kepada pihak lain dengan utang sebagai
gantinya. Bank tidak boleh menarik manfaat apapun kecuali biaya
pemeliharaan atau keamanan barang yang digadaikan tersebut.
Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan
marhun (barang) sampai semua hutang rahin (yang menyerahkan
barang) dilunasi. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin.
Pada prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin
kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan
pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan

19
perawatannya. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun
tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Apabila rahin
tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka marhun dijual paksa /
dieksekusi melalui lelang sesuai syariah. Hasil penjualan marhun
digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan dan
penyimpanan yang belum dibayar, serta biaya penjualan. Kelebihan
hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi
kewajiban rahin.
5) Sharf, Secara harfiah, sharf diartikan sebagai penambahan,
penukaran, penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli.
Secara istilah, sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan
valuta lainnya. Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).
b) Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan);
c) Apabila berlainan jenis, maka harus dilakukan dengan nilai tukar
(kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara
tunai.
Akad sharf dipraktikkan oleh bank syariah dalam produk jasa
berupa tukar-menukar mata uang asing dengan mendasarkan pada
kurs jual dan kurs beli suatu mata uang. Pihak bank akan
mendapatkan imbalan berupa selisih antara kurs jual dan kurs beli
yang ada, ditambah dengan biaya-biaya administrasi. Transaksi
spot, hukumnya “boleh”, karena dianggap tunai, sedangkan
transaksi forward, transaksi swap, dan transaksi option hukumnya
“haram”.9

9
Rini Fatriani, “Bentuk-Bentuk Produk Bank Konvensional dan Bank Syariah di
Indonesia”, dalam Jurnal Ensiklopedia edisi No. 1, Vol. 1, 2018. h. 220-224.

20
G Fungsi dan Peranan Bank
1. Penciptaan uang
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat
pembayaran lewat mekanisme pemindah bukuan (kliring). Kemampuan
bank umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya
dalam melaksanakan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi
atau menambah jumlah uang beredar dengan cara memengaruhi
kemampuan bank umum menciptakan uang giral. Misalnya, pengubahan
besaran giro wajib minimum akan memengaruhi kemampuan bank umum
untuk menciptakan uang giral.
2. Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran
Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah
mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan
karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang
berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal
adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian
fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran
yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran
elektronik.
3. Penghimpun dana simpanan
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana
simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh
lebih besar dibanding dengan lemabaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-
dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak
yang membutuhkan, utamaya melalui penyaluran kredit.
4. Mendukung kelancaran transaksi internasional
Bank umum sangat dibutuhkan untuk memudahakan dan atau
memperlancar transaksi intenasional, baik transaksi barang/ jasa maupun
transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antar dua pihak yang berbeda

21
begara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem
montere masing-masing negara. Kehadiran bank umum beroperasi dalam
skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi
tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang
melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah,
cepat, dan murah.
5. Penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga
Penyimpanan barang-barang berharga adalah salah satu jasa yang
paling awal yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat bisa menyimpan
barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan
ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa.
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank
memperluas jasa pelayann dengan pemyimpan sekuritas atau surat-surat
berharag.
6. Pemberian jasa lainnya
Di indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga
semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik,
telepon, membeli pulsa telepon menggunakan jasa bank. Jasa-jasa ini amat
memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang
menggunakannya.10
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, “fungsi utama bank
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary”. Secara
lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development,
dan agent of services.
1. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik
dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan

10
Muh Anshori, “Lembaga keuangan Bank: Konsep, Fungsi dan Perkembangan di
Indonesia”, dalam Jurnal Madani Syariah edisi Vol.1, 2019. h. 95-97.

22
mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur
kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan
disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak
akan bangkrut, dan pada saat yang dijanjikan simpanan tersebut dapat
ditarik kembali dari bank. Kegiatan perekonomian masyarakat disektor ri’il
tidak dapat dipisahkan. Sektor ri’il tidak dapat berkinerja dengan baik
apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa
penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi kelancaran
kegiatan perekonomian di sektor ri’il.
2. Agent of Development
Kegiatan bank berupa dan menyalurkan dana sangat diperlukan bagi
lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan
distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Mengingat bahwa
kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini
tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3. Agent of service
Selain melakukan penghimpunan dan penyaluran dana bank juga
memberikan penawaran jasa perbankan lain kepada masyarakat. Jasa yang
ditawarkan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat
secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa penitipan uang,
penitipan barang-barang berharga, pemberian jaminan bank, dan
penyelesaian tagihan.11

11
Bernardus Wishman Siregar, “Jenis-Jenis...h. 3-4.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga keuangan di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu Lembaga
Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. Lembaga keuangan adalah
badan usaha atau institusi yang bergerak dibidang keuangan dengan cara
menghimpun dana, menyalurkan untuk pendanaan serta mendapatkan
keuntungan dalam bentuk bunga atau presentase. Lembaga keuangan memiliki
beberapa manfaat antara lain yaitu Likuiditas (Liquidity), Pengalihan Aset
(Asset Transfer), Realokasi pendapatan (Income Reallocation), dan
Kemudahan Transaksi.

Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan artinya


maka segala aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan.
Produk-produk bank konvensional ada 4 yaitu pertama Produk penghimpunan
dana terdiri dari Giro, Tabungan, dan Deposito. Kedua Produk penyaluran dana,
dan yang ketiga Produk pelayanan jasa. adapun bentuk-bentuk produk
pelayanan jasa perbankan yang ada pada bank konvensional yaitu: Kiriman
uang (transfer), Kliring, Inkaso, Safe deposit box, Kartu kredit, merupakan
layanan yang memudahkan nasabah untuk tidak perlu membawa uang tunai saat
bepergian. Bank notes, Bank garansi, Bank draft, Letter of Credit (L/C), dan
Cek wisata (travellers cheque).

Perbedaan perbankan syariah dan konvensional paling menonjol terlihat


dari penerapan sistem bunga. Bank umum menggunakan suku bunga sebagai
acuan dasar dan keuntungan. Sementara, bank syariah tidak menggunakan
sistem bunga, tetapi imbal hasil atau nisbah. Fungsi dan peran bank terdiri dari
Penciptaan uang, mendukung kelancaran mekanisme pembayaran, penghimpun
dana simpanan, mendukung kelancaran transaksi internasional, tempat
penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga , dan pemberian jasa
lainnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Muh. “Lembaga keuangan Bank: Konsep, Fungsi dan Perkembangan di


Indonesia”, dalam Jurnal Madani Syariah edisi Vol.1, 2019.
Fatriani, Rini. “Bentuk-Bentuk Produk Bank Konvensional dan Bank Syariah di
Indonesia”, dalam Jurnal Ensiklopedia edisi No. 1, Vol. 1, 2018.
Putra, Ardhiansyah dan Dwi Saraswati. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Surabaya: CV Jakad Media Publishing, 2020.

Rosadi, Dendi. et.al., “Makalah Pengantar Pasar Modal: Lembaga Keuangan Bank
(Bank dan BPR) & Non-Bank (Asuransi, dana pensiun, pegadaian,
perusahaan investasi/reksadana, lembaga pembiayaan leasing, fintech
pinjol)” dalam Makalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I.

Siregar, Prima Andreas. et.al., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2021.

Siregar, Bernardus Wishman. “Jenis-Jenis Kegiatan dan Produk Perbankan”, dalam


Modul 4 Bank dan Lembaga Keuangan,2020.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2009.
Asyarief, Dimas. “Lembaga Keuangan”, dalam
https://www.academia.edu/12113593/lembaga_keuangan diakses 24 April
2022.
DT Pratama, “BAB II Perbankan, Dasar Hukum Operasional Bank dan
Kepemilikan Bank”, dalam BAB II PERBANKAN, DASAR HUKUM
OPERASIONAL BANK ...https://dspace.uii.ac.id › bitstream › handle diakses
26 April 2022.

25

Anda mungkin juga menyukai