Anda di halaman 1dari 42

BAB IV

PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN

A. Proses Perancangan Mesin Pencetak Briket Kotoran Lembu Sistem

Rotary

Proses perancangan mesin pencetak briket kotoran lembu sistem rotary,

mempuyai langkah-langkah perencanaan yang dapat digambarkan seperti

diagram alir pada Gambar 4.1.


Pemilihan mekanisme
pencetakan briket

Gaya tekan yang dibutuhkan untuk mencetak briket

Daya motor yang dibutuhkan

Pemilihan transmisi

Reduser

Puli dan sabuk-V

Poros bawah Roda gigi payung

Rantai rol dan sproket


Gigi pembagi 6

Poros utama

Landasan cetakan
Piringan engkol

Lengan engkol Cetakan

Gambar 4.1. Diagram alir proses perancangan mesin pencetak briket kotoran
lembu sistem rotary.

54
2

Mekanisme pencetakan briket kotoran lembu pada mesin pencetak

briket kotoran lembu sistem rotary menggunakan sistem pres. Sistem pres ini

menggunakan prinsip engkol tunggal berupa piringan engkol dan lengan

engkol. Prinsip kerja penekanannya yaitu piringan engkol akan menggerakkan

lengan engkol naik dan turun. Gerak turunnya lengan engkol ini akan

melakukan gerakan menekan briket di dalam cetakan. Gerakan menekan ini

akan membuat briket dalam cetakan menjadi padat. Semakin padat briket,

akan semakin baik kualitas pembakaran dan daya tahan briket. Guna

mendapatkan hasil kepadatan yang sesuai dengan harapan maka, perlu

dilakukan pengujian terhadap gaya tekan yang diperlukan untuk

menghasilkan tekanan yang maksimal.

Berdasarkan konsep perancangan, akan dibuat briket dengan diameter

60 mm dan tebal 70 mm. Percobaan yang akan dilakukan untuk mengetahui

gaya yang sesuai, menggunakan cetakan berukuran diameter 60 mm dengan

tinggi cetakan 130 mm dan tebal 4 mm. Tenaga pengepres yang digunkan

menggunakan tenaga manual sehingga dapat diukur besar gaya pengepresnya.

Setelah dilakukan percobaan ternyata dengan cetakan yang disiapkan mampu

menghasilkan cetakan briket yang baik dengan gaya pengepresan sekitar

57kg.

Hasil percobaan yang dilakukan dengan model percobaan seperti diatas

didapatkan hasil besarnya gaya pengepresan sebagai berikut:

Percobaan 1 diperoleh F = 55 kg

Percobaan 2 diperoleh F = 57 kg
3

Percobaan 3 diperoleh F = 60 kg

55+57+60 172
F rata−rata = =
3 3 =57,3 kg

B. Kapasitas Pengepresan

Mesin pencetak briket kotoran lembu sistem rotary ini dirancang

mampu mencetak briket sebanyak 20 buah per menit yang berukuran diameter

60 mm dan tinggi 70 mm. Proses pencetakan 20 briket per menit mempunyai

arti tiap briket dicetak selama 3 detik. Sehingga ketika mesin bekerja selama

satu jam, mesin akan menghasilkan briket sebesar 20 buah per menit x 60

menit yaitu 1200 buah per jam.

Gerakan pengepresan briket kotoran lembu dengan lengan engkol

mempunyai panjang ulur dan tekan sepanjang 200 mm terhitung dari titik

mati atas piringan engkol hingga titik mati bawah piringan engkol. Cetakan

yang digunakan menggunakan bahan dari pipa dengan diameter 60 mm dan

tinggi 130 mm. Sehingga jarak pengepresan yang terjadi pada cetakan adalah
Ujung Lengan Engkol
60 mm dari tinggi tabung cetakan, seperti terlihat pada Gambar 4.2.
F

Cetakan

Alas Cetakan

Gambar 4.2. Gaya Tekan Pada Cetakan.


4

Gerakan pres ini akan memberikan tekanan pada cetakan untuk

memadatkan briket. Cetakan akan menerima tekanan pres sebesar p oleh

karena gaya pres yang diberikan lengan engkol tiap satuan luas. Besarnya

tekanan yang diterima cetakan dapat dirumuskan sebagai:

F
p=
A

Keterangan:

p = tekanan yang diterima cetakan (kg/mm2).

F = gaya pengepresan yang terjadi (kg).

A = luas cetakan (mm2).

Luasan cetakan yanng digunakan bebentuk lingkaran sehingga luas

cetakan dapat dihitung dengan luas lingkaran.

A= ¼ π d2

Keterangan:
A = luas cetakan (mm2).

d = diameter cetakan (mm).

A = ¼ 3,14. (60)2

= ¼. 3,14. 3600

= 2826 mm2.

Sehingga tekanan yang terjadi pada cetakan sebesar:

57 , 3
p=
2826 = 0,02 kg/mm2.
5

Untuk dapat mengetahui daya yang terjadi pada poros utama dan piringan

engkol sehingga dapat menghasilkan gaya pres sebesar 57 kg, terlebih dahulu

mencari gaya yang terjadi pada lengan engkol atas.

Berdasarkan gambar ilustrasi di atas, maka dapat diketahui besarnya gaya

yang terjadi pada batang AB.

F BC
FAB = Cos30 °

57
= Cos30 ° = 65,8 kg.

Torsi yang terjadi pada piringan engkol adalah:

T = FAB . r

= 65,8 . 100

= 6580 kg.mm

= 658 kg.cm.

Putaran poros piringan engkol direncanakan berputar 20 rpm. Hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan kapasitas produksi mesin yang mampu

mencetak briket 20 buah tiap menit.Dengan mengacu pada rumus


6

P
T= 71620 n , dimana:

T= momen torsi (kg.cm).

P= daya (HP).

n= putaran poros (rpm).

Maka dapat menentukan daya yang terjadi pada poros piringan engkol

sehingga mampu menekan dengan gaya 57 kg.

T .n
P = 71620

658 .20
= 71620

= 0,1837 HP.

C. Tegangan Yang Terjadi Pada Cetakan.

Terdapat dua jenis gaya yang diterima cetakan yaitu gaya transversal

(cirumferential) dan gaya longitudinal. Gaya transversal adalah gaya yang

terjadi tegak lurus dengan sumbu cetakan. Sedangkan gaya longitudinal

merupakan gaya tekan yang terjadi sejajar dengan sumbu cetakan.

Tekanan yang terjadi pada cetakan sebesar 0.02 kg.mm 2, diameter

cetakan 60 mm dan tebal cetakan 4 mm, sehingga gaya transversal yang

terjadi pada cetakan akibat dari gaya pres lengan engkol adalah:

p.d
f t1 =
2t

0 , 02×60
f t1 =
2×4 = 0,15 kg/mm2.
7

Demikian pula dengan gaya longitudinal yang terjadi pada cetakan, dari

data yang telah diketahui maka gaya longitudinal yang terjadi pada cetakan

sebesar:

p.d
f t2 =
4t

0 , 02×60
f t2 =
4×4 = 0,075 kg/mm2.

σizin cetakan > ft1 + ft2

37 kg/mm2 > 0,15 + 0,075 kg/mm2.

D. Perancangan Motor Listrik

Daya yang terjadi pada piringan engkol untuk menekan briket dengan

gaya 57 kg adalah 0,1837 HP. Sehingga agar mesin mampu bekerja sesuai

dengan kapasitas daya yang dibutuhkan, maka pemilihan spesifikasi motor

listrik sebagai tenaga penggerak harus sesuai dengan kebutuhan dayanya.

Penggunaan motor listrik yang tersedia di pasaran paling kecil mempunyai

daya ¼ HP, sehingga untuk memenuhi kebutuhan motor yang sesuai dengan

kebutuhan daya pada mesin pencetak briket kotoran lembu sistem rotary

digunakan motor dengan daya ¼ HP. Daya motor listrik ¼ HP sudah cukup

untuk memenuhi kebutuhan daya mesin.

Sehingga karena daya dari motor listrik yang digunakan pada mesin

pencetak briket kotoran lembu sistem rotary akan mengalami penyusutan

daya akibat adanya transmisi, maka efisiensi dari motor listrik dapat

diperhitungkan dengan:
8

Pout
η= ×100
Pin %

0,18
η= ×100
0,25 % = 73,48 %.

Spesifikasi motor listrik yang digunakan pada mesin pencetak briket kotoran

lembu sistem rotary adalah:

Motor AC satu fasa dengan

n = 1400 rpm,

Daya = 0,25 HP,

Frekuensi = 50 Hz

Tegangan = 110/ 220 V.

E. Perancangan Sistem Transmisi

Mesin pencetak briket kotoran lembu memiliki sistem transmisi yang

terdiri dari reduser, puli dan sabuk V, sproket dan rantai rol dan roda gigi

payung. Putaran yang direduksi oleh sistem transmisi ini adalah 1400 rpm

menjadi 20,7 rpm. Sistem transmisi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu

transmisi penggerak piringan engkol dan transmisi penggerak landasan

cetakan. Kedua sistem transmisi ini diharapkan adanya kesamaan putaran

akhir. Hal ini dimaksudkan agar gerak antara piringan engkol dan landasan

cetak tetap.
9

1. Rangkaian sistem transmisi penggerak piringan engkol

Gambar 4.3. Sistem Transmisi Piringan Engkol

Sistem transmisi ini terdiri dari motor-reduser-puli dan sabuk V-sproket

dan rantai rol. Reduksi putaran yang terjadi pada transmisi piringan engkol ini

terdiri dari:

Transmisi reduser

z poros cacing 1
nreduser = ×nmotor ×1400
z RGcacing = 30 = 46,6 rpm.

Transmisi sabuk V

D1 4
n poros bawah = ×nreduser 46,6
D2 =3 = 62,1 rpm.

Transmisi rantai rol

Z1
n poros utama = ×n poros bawah =12 62 ,1
Z2 36 = 20,7 rpm.
10

2. Sistem Transmisi Landasan Cetakan

Sistem transmisi landasan cetakan terdiri dari motor-reduser-puli dan

sabuk V-roda gigi payung-gigi pembagi 6. Berikut ini adalah gambaran sistem

transmisi landasan cetakan.

Gambar 4.4. Sistem Transmisi Landasan

Cetakan.
Reduksi putaran yang terjadi pada transmisi landasan cetakan ini terdiri

dari:

Transmisi reduser

z poros cacing 1
nreduser = ×nmotor ×1400
z RGcacing = 30 = 46,6 rpm.

Transmisi sabuk V

D1 4
n poros bawah = ×nreduser 46,6
D2 =3 = 62,1 rpm.

Transmisi roda gigi payung

Z1
nRG payung = ×nporos bawah =16 62 ,1
Z2 48 = 20,7 rpm.

Sistem transmisi dari mesin pencetak briket sistem rotsry ini merupakan

kombiunasi dari sistem pres dan sistem rotary pada landasan cetakannya.
11

Mekanisme gerakan dari sistem transmisi pada mesin briket ini bermula dari

motor listrik yang terhubung dengan reduser akan memutar transmisi puli.

Transmisi puli ini akan memutar poros bawah. Pada poros bawah terdapat

transmisi rantai rol dan transmisi roda gigi payung. Transmisi rantai rol akan

memutar poros utama dan piringan engkol. Putaran piringan engkol akan

mengakibatkan lengan engkol bergerak naik dan turun pada bidang luncur

komponen slider.

Sedangkan transmisi roda gigi payung yang akan memutar landasan

cetakan. Sistem geraknya, roda gigi pinion akan memutar roda gigi payung

besar. Pin yang terdapat pada roda gigi payung besar akan memutar gigi

pambagi yang terdapat pada poros landasan cetakan. Setiap satu kali putaran

roda gigi payung besar, pin pada roda gigi payung besar akan memutar gigi

pembagi. Gigi pembagi mempunyai gigi sebanyak enam gigi yang masing-

masing giginya mempunyai sudut 60° terhadap gigi yang lainnya. Dengan

gigi pembagi yang berjumlah enam dan mempunyai sudut 60°,

mengakibatkan setiap pin memutar gigi pembagi pin akan menyentuh satu

gigi dan landasan cetak akan berputar 60° dan seterusnya.

Penggabungan gerak lengan engkol dan gerak landasan cetakan dituntut

menghasilkan gerakan yang sinkron. Pada waktu lengan engkol bergerak naik

landasan cetakan akan berputar 60°. Sehingga tepat ketika lengan engkol

bergerak turun landasan cetakan berhenti pada cetakan yang lainnya.


12

F. Perancanaan Reduser

Reduser merupakan komponen mesin yang didalamnya terdiri dari

pasangan roda gigi cacing. Ciri yang paling menonjol dari roda gigi cacing ini

adalah kerjanya yang halus serta memungkinkan perbandingan transmisi yang

besar hingga 1:100 (Sularso, 1997:276).

Reduser yang digunakan pada mesin pencetak briket kotoran lembu

sistem rotary mempunyai perbandingan transmisi 1:30. Jumlah gigi roda gigi

cacing adalah 30 dengan modul 2,5 mm dan kisar 8 mm. Bahan yang

digunakan pada roda gigi cacing menggunakan perunggu. Diameter luar poros

cacing adalah 34,5 mm. Diameter jarak bagi poros cacing dapat dicari dengan:

D p =Da −2h a → ha =1 .m

Dp = 34,5 – 2.2,5 = 29,5 mm.

Sudut kisar (g)

k
Tan g = Dp. π

8
= 29,5.3,14 = 0,086 → g = 4,9˚ ≈ 5˚.

Panjang ulir cacing (L)

L = 2m (1+ √
Z2 )

= 2.2,5 (1+ √ 30 ) = 32,4 mm.

Diameter jarak bagi roda gigi cacing

Z 2 .m
D2 = Cosγ
13

30.2,5
= Cos 5° = 75,2 mm

Diameter lingkar puncak roda gigi

D a2 = D2 + 2.Mn

= 75,2 + 2.2,5 = 80,2 mm.

G. Perancangan Puli dan Sabuk V

START a

Perhitungan perancangan Poros (n1,P, Pd, fc, T, d) Perhitungan panjang keliling, L (mm)

Nomor nominal dan panjang sabuk dalam perdagangan, L (mm)

Pemilihan penampang sabuk

Jarak sumbu poros, C (mm)

Diameter minimum puli, dmin­


Sudut kontak, θ (o)
Faktor koreksi, Kθ

Kapasitas daya transmisi dari satu sabuk P0 (kW)


Diameter Lingkaran
Jarak Puli dp, Dp (mm)
Diameter luar puli dk, Dk (mm)
Diameter naf dn, Dn (mm)

Daerah penyetelan
Kecepatan sabuk, v jarak poros ΔC, ΔCt

Penampang sabuk
Panjang keliling, L (mm)
Jarak sumbu poros, C (mm)
> v : 30 Daerah penyetelan ΔC, ΔCt (mm)
Diameter luar puli dk,Dk (mm)


STOP

Gambar
a 4.5. Diagram Alir Perencanaan Sabuk-V
END
14

Perancangan perhitungan sabuk V diatas, selanjutnya dilakukan

perhitungan sebagai berikut:

dk
Dk

Keterangan :

C = jarak sumbu poros

Dk = diameter luar puli yang digerakkan

dk = diameter luar puli penggerak

Transmisi sabuk V digunakan untuk mereduksi putaran dari n1 = 46,6

rpm menjadi n2 = 62,1 rpm. Mesin pencetak briket kotoran lembu sistem

rotary mempunyai variasi beban sedang dan diperkirakan mesin akan bekarja

setiap 8-10 jam tiap hari, sehingga waktu koreksi yang didapat yaitu 1,4.

a. P = 0,25 HP

= 0,25 x 0,736 kW

= 0,184 kW

b.
Pd =f c xP

=1,4 x 0,184

=0,2576 kW
15

Pd
T =9,74x105
n1

0,2576
=9, 74 x 105
46,6

=5384 ,17 kg.mm

c. Penampang sabuk-V : tipe A

d. d p = 101,6 mm,D p = 67,2 mm

e. Kecepatan sabuk-V

πD p n1
v=
60x1000

3,14 x101 ,6 x 46,6


=
60 x1000

=0,25 m/s

f. 0,25 m/s < 30 m/s, Baik

g. Panjang keliling sabuk L (mm) dapat diketahui dengan persamaan sebagai

berikut :

π 1
L=2C+ ( d p + D p ) + ( D p −d p )2
2 4C

3,14 1
L=2x150+ (101,6+67,2 )+ (67,2−101,6)2
2 4x150

L = 566,9 mm

h. Nomor nominal sabuk-V : no. 22, L = 559 mm.

i. Jarak sumbu poros C dapat dinyatakan sebagai berikut :

C=

b+ b2 −8 ( D p −d p ) 2
8
16

Dimana,

b=2L−3,14 ( D p +d p )

b=2x559−3,14 (67,2+101,6) = 587,9 mm

Maka,

587,9+ √ 587,92−8(67,2−101,6 )2
C=
8 = 145,9 mm ≈146 mm.

Sudut lilit atau kontak θ dari sabuk pada alur puli penggerak harus

diusahakan sebesar mungkin untuk memperbesar panjang kontak antara

sabuk dan puli. Gaya gesekan berkurang dengan mengecilnya θ sehingga

menimbulkan slip antara sabuk dan puli. Jika jarak poros pendek

sedangkan perbandingan reduksinya besar, maka sudut kontak pada puli

penggerak akan menjadi kecil.

Besarnya sudut kontak sabuk-V dengan puli adalah sebagai berikut :

57 ( D p −d p )
θ=180 ° −
C

57(101,6−67,2)
θ=180 °−
146 =166,5 º≈ 167 º

Kθ = 0,97

j. ΔC i = 20 mm, ΔCt = 25 mm

k. Jadi sabuk-v yang sesuai untuk sistem transmisi mesin pencetak briket

kotoran lembu sistem rotary adalah sabuk tipe A no.22 dengan jarak poros
+25 mm
146−20 mm .
17

H. Perancangan Sproket dan Rantai Rol

Mesin pencetak briket kotoran lembu sistem rotary ini, memiliki

komponen rantai rol yang digunakan untuk mereduksi putaran dari poros

bawah ke poros utama. Poros utama ini putaran digunakan untuk memutar

piringan engkol yang akan menggerakkan lengan engkol naik dan turun pada

komponen slider. Pasangan sproket ini akan mereduksi putaran dari 62,1 rpm

pada poros bawah menjadi 20,7 rpm pada poros utama dengan perbandingan

reduksi (i) sebesar 1 : 3. Jarak sumbu poros yang ditransmisikan sebesar 880

mm. Daya yang di transmisiskan sebesar 0,184 kW.

Dk

dk

Keterangan:

C = jarak sumbu poros

Dk = diameter luar sproket yang digerakkan

dk = diameter luar sproket penggerak

Alur pemilihan rantai rol tampak pada Gambar 4.9. Data yang diketahui

untuk pemilihan tersebut antara lain:


18

b a
START

Daya Pd, putaran n1, perbandingan reduksi i, Jarak sumbu poros C


6: Sf
≥ F:Fu

<
Pemilihan jumlah rangkaian, jarak bagi p nomor rantai,
Batas kekuatan rata-rata FB
Beban maksimum Fu
Jumlah gigi sprocket kecil z1 Penentuan nomor rantai
b

Panjang rantai (dalam jarak bagi) L


Jumlah gigi sprocket besar z2
Diameter jarak bagi dp, Dp

Kecepatan rantai v (m/s) STOP

Daerah kecepatan rantai


END

Beban rancana F

Faktor keamanan Sf

Gambar 4.6.
a Diagram Alir Perencanaan Rantai Rol

a. Faktor koreksi (fc) untuk sumber tenaga motor listrik dengan beban

tumbukan berat termasuk didalamnya mesin pres memiliki faktor koreksi

sebesar 1,5. Sehingga daya rencana Pd = fc x P = 1,5 x 0,186 = 0,279 kW.

b. Rantai yang digunakan yaitu rantai nomor 40 dengan rangkaian tunggal

dangan harga: p = 12,70 mm; FB = 1950 kg; Fu = 300 kg, dan harga Z1=12.

62,1
Z2=12× =36
c. 20,7

Besar diameter jarak bagi masing-masing sproket yaitu:


19

dp = 12,7/sin (180˚/12) = 49,06 mm

Dp = 12,7/sin (180˚/36) = 145,72 mm

d. Kecepatan rantai rol (v)

12×12,7×62 ,1 m
v= =0 , 16
60×1000 s

Daerah kecepatan rantai 4-10 m/s, kecepatan rantai kecil sebesar 0,16 m/s

< 4-10 m/s, baik

e. Beban rencana F

102Pd
F= (kg )
v

102×0,279
F= =177 , 8 kg
0,16

f. Faktor keamanan Sf

S f =F B /F
=1950/177,8
=10 , 9
Kekuatan rata-rata dibagi dengan beban maksimum yang diizinkan adalah

faktor keamanan yang nilainya harus lebih besar atau sama dengan 6

untuk satu rangkaian; 10,9 > 6. Demikian pula pada beban rencana yang

dihitung tidak bolah lebih besar dari beban maksimum yang diizinkan F u

(kg); 177,8 kg < 300 kg (Sularso, 1978: 198).

g. Panjang rantai yang dinyatakan dalam jumlah mata rantai.


2
z +z
Lp = 1 2 + Cp +
[ ( z2 −z 1) / 6,28 ]
2 Cp , C = Cp.p
20

2
12+36 880 [ (36−12 ) /6,28 ]
Lp = +2× + =162, 5
2 12 ,7 ( 880/12,7 ) ≈ 163.

Sehingga dipilih rantai rol No. 40, L = 163 untuk rangkaian tunggal.

I. Poros Utama

Poros utama merupakan bagian dari transmisi atas yang berfungsi

memutar piringan engkol sehingga dapat menggerakkan lengan engkol naik

dan turun. Sebelum merencanakan poros utama yang perlu diketahui terlebih

dahulu ialah gaya-gaya yang terjadi pada poros utama seperti pembebanan

piringan engkol akibat gaya tarik rantai, maupun berat dari poros itu sendiri.

Poros utama didukung oleh dua buah bantalan yang terletak dengan jarak 221

mm. Panjang poros yang direncanakan yaitu 280 mm. Putaran poros utama

akibat transmisi rantai rol adalah 20,7 rpm dari 62,1 rpm.

a. Daya rencana

P d = fc x P

Pd = 1,4 x 0,184

Pd = 0,2576 kW

b. Momen rencana

Pd
T =9,74x105
n1

0,2576
=9,74 x 105
62,1

=4040 ,29 kg.mm

Tegangan yang terjadi pada poros utama adalah :


16 T
τ ijin =
πd 3
21

16 x 4040 ,29
=
3,14 x25 3
64644 ,64
=
49062,5 =1,32 kg/mm2
c. Gaya gaya reaksi yang terjadi pada poros utama mesin pencetak briket

kotoran lembu sistem rotary dapat dilihat pada Gambar4.7.


177 kg 57 kg

A B C D
135 86 59

RVA RVC

Gambar 4.7. Pembebanan Pada Poros Utama

Gaya reaksi yang terjadi adalah :

∑MA = 0

177. 135 – RVC. 221 + 57. 280 = 0

RVC = 38085 / 221 = 172,3 kg. ( )

RVA+ RVC = 177 kg + 57 kg

RVA + RVC = 234 kg

RVA= 234 – 172,3 kg

RVA = 61,7 kg ( )

Gaya geser yang terjadi pada poros utama

A-B

SFx = RVA

SFA = 61,7 kg

SFB = 61,7 kg

B-C
22

SFx = RVA – 177 kg

SFB = 61,7 – 177 = - 115,3 kg

SFC = SFB = - 115,3 kg

C-D

SFC = RVA – 177 + RVC = 61,7 – 177 + 172,3 = 57 kg

SFD = 57 kg

Momen puntir yang terjadi pada poros utama

MA = 0

MB = RVA . 135

= 61,7. 135

= 8329,5 kg.mm (searah arah jarum jarum jam)

MC = RVA . (135+86) – 318. 86

= 61,7 . 221 – 177 . 86

= 13635,7 – 15222

= -1586,3 kg.mm (berlawanan arah jarum jarum jam)

MD = RVA . (221+59) – 177 . (86+59) + 172,3. 59

= 61,7. 280 – 177. 145 + 172,3. 59

=17276 – 25665 + 10165,7

= 1776,7 kg.mm (searah arah jarum jarum jam)

Gambar diagram tegangan geser (SFD) dan gambar diagram

tegangan bengkok (BMD) dapat dilihat pada Gambar 4.8.


23

177 kg
57 kg

SFD

BMD

A B C D

135 86 59

RVA RVC

Gambar 4.8. Diagram (SFD) dan (BMD) Pada Poros Utama


d. Momen lentur yang terjadi pada poros utama akibat putaran rantai rol dan

sproket yaitu: 8329,5 kg.mm.

e. Bahan poros

Bahan poros pada mesin pencetak briket kotoran lembu sistem

rotary ini menggunakan ST 37 dengan kekuatan tarik( σ B ) = 37 kg/mm2.

Dalam perencanaan sebuah poros harus diperhatikan tentang pengaruh-

pengaruh yang akan dihadapi oleh poros tersebut. Adapun pengaruh

tersebut diantaranya adalah konsentrasi tegangan, kekasaran permukaan.


24

Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh tersebut, maka dalam

perhitungannya perlu diambil faktor yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan

harga sebesar 1,3 sampai 3,0. Besarnya tegangan geser yang diijinkan
τα

(kg/mm2) dapat dihitung dengan :

σB
τα=
( Sf 1 xSf 2 )

2
37 kg/mm
τ a=
(6 x 2 )

= 3,08 kg/mm2

Beban yang bekerja pada poros pada umumnya adalah beban

berulang. Berdasarkan macam beban serta sifatnya, maka dipakai suatu

rumus dengan memasukkan pengaruh kelelahan karena beban berulang.

Faktor tersebut adalah Kt untuk momen puntir. Sedangkan untuk momen

lentur yang tetap dipakai faktor Km . Besarnya Kt yang dihasilkan harus

lebih kecil dari tegangan geser yang diijinkan (τα)). Faktor Km yang

diambil adalah 2,0 dan faktor Kt diambil 1,5.

f. Diameter poros

Diameter poros dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

[( ) ]
1
5,1
ds≥
τα
√ 2
( K m M ) +( K t T )
2 3

[( ) ]
1
5,1
ds≥
3 ,08
√ (2 x 8329 ,5 )2 +(1,5 x 4040 ,29)2 3

1
d s ≥[ ( 1 , 65 ) √ 277522281 +36728872 ,39 ]
3
25

1
d s ≥ [ ( 1 , 65 ) 17727 , 13 ] 3

1
3
d s ≥[ 29249 ,76 ]

ds ≥ 30,8 mm

Untuk menyesuaikan besarnya bantalan yang tersedia di pasaran,

maka diameter poros dibuat dengan ukuran 25,4 mm atau 1 inchi.

16
3√
τ= ( K m M )2 +( K t . T )2
3 , 14 xd s

16
3√
τ= (2 x 8329 , 5)2 +(1,5 x4040 , 29 )2
3 , 14 x25 , 4

τ =5 ,51 kg/mm2

g. Defleksi Puntiran

Besarnya deformasi yang disebabkan oleh momen puntir harus

diperhitungkan juga. Untuk baja, G = 8,3 x 103 (kg/mm2). Poros yang

dipasang pada mesin umum dalam kondisi kerja normal, besarnya defleksi

puntiran dibatasi sampai 0,25º atau 0,3 º, sehingga defleksi puntiran dapat

dihitung dengan :

Tl
θ=584
Gd 4s

4040 , 29 x 280
θ=584
8,3 x10 3 x 25 , 4 4 = 0,19 º (baik karena kurang dari 0,3º).

J. Perancangan Bantalan

Perancangan bantalan pada mesin pencetak briket kotoran lembu sistem

rotary ini menggunakan bantalan gelinding dengan alasan bantalan gelinding


26

pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil, pelumasannya sederhana.

Selain itu, bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari segi gesekan

gelinding yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur.

Berikut adalah diagram alir perencanaan perhitungan bantalan

gelinding:

START b
a

Putaran poros, n1
Umur bantalan Lha L : Lha
<

Reaksi FA, FB
Beban aksial Fa >
Beban radial Fr
b Keputusan nomor bantalan
Nomor bantalan yang direncanakan sementara
Harga C dan C0
Nomor bantalan
Umur bantalan
Faktor X, Y, V

Beban eqivalen We STOP

Faktor putaran fn
Faktor umur fh END

Umur Lh

Gambar 4.9. Diagram Alir Perencanaan Bantalan Gelinding

Pembebanan yang terjadi pada bantalan poros mesin pencetak briket

kotoran lembu sistem rotary ini terdiri dari beban pada saat piringan
27

engkol serta roda gigi sproket, beban terhadap berat poros dan beban oleh

berat sproket dan rantai rol.

Dari proses perancangan poros diperoleh beberapa hal sebagai

berikut :

a. Gaya penekanan sebesar 57 kg

b. Gaya tarik rantai rol 177 kg.

c. Berat poros sebesar 0,7 kg.

d. Berat sproket dan rantai rol sebesar 2 kg.

e. Berat piringan engkol sebesar 1 kg.

Sehingga beban total yang diterima kedua bantalan adalah :

57 kg + 177 kg + 0,7 kg + 2 kg +1 kg = 237,7 kg.

Dengan data-data tersebut maka perhitungan bantalan dapat

dilakukan sebagai berikut :

a. Putaran poros n1 =62 ,1 rpm

Umur bantalan
Lha=20000 jam

b. Reaksi pada tumpuan

FA = 61,7 kg, FC = 172,3 kg

Beban aksial (Fa)= 0 kg

Beban radial (Fr) = 237,7 kg

c. Bantalan yang direncanakan : 62004 ZZ, C = 1000 kg,


C o =635 kg

d. Faktor X, Y, V

X = 0,56

V =1
28

Y = 1,55 ; Fa/Co=0.104 disesuaikan dengan tabel.

Sehingga,

Pr =X .V . F r +Y .F a

Pr = (0,56 x 1 x 237,7) + (1,55 x 0) = 133,112 kg.

X = Faktor radial

Y = Faktor Aksial

V = Faktor putaran

e. Faktor putaran

( )
1
33 , 3
f n= 3
Untuk bantalan bola, n

( ) =0 ,81
1
33 , 3
f n= 3
Maka, 62 , 1

C
f h=f n
Faktor umur, P

1000
f h=0,81 =6 , 08
Maka, 133 ,112

f. Umur nominal, Lh adalah :


3
Lh =500 f h

3
Lh =500 x 6 , 08 =112. 377 , 86 jam

112.377,86 > 2000 dapat diterima.

K. Piringan Engkol dan Lengan Engkol


29

Piringan engkol yang digunakan pada mesin pencetak briket kotoran

lembu sistem rotary, merupakan komponen penggerak lengan engkol yang

melakukan gerak pres. Mekanisme lengan engkol ini digunakan untuk

mengubah gerak rotasi menjadi gerak bolak balik atau sebaliknya (Rachman,

19984: 492).

Piringan engkol yang digunakan pada mesin pencetak briket kotoran

lembu sistem rotary ini mempunyai diameter 200 mm. Sehingga panjang

gerak lengan engkol sama dengan jarak diameter piringan engkol yaitu

sepanjang 200 mm. Panjang lengan engkol disesuaikan dengan panjang

langkah yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran pengepresan yang sesuai.

L. Perancangan Roda Gigi Payung

Perancangan mesin pencetak briket kotoran lembu sistem rotary terdapat

perancangan roda gigi payung. Komponen roda gigi payung ini berfungsi

sebagai penggerak landasan cetakan. Roda gigi pinion yang terdapat pada

poros bawah akan memutar roda gigi wheel, dan roda gigi wheel ini yang

nantinya akan menggerakkan bintang pembagi 6 yang terdapat pada poros

landasan. Pasangan roda gigi payung ini mempunyai rancangan perbandingan

gigi ( i ) = 3.

a. n = 62,1 rpm, Σ = 90˚


b. Sudut kerucut jarak bagi (δ1, δ2 )
δ 1 = Tan −1 (1 i)
= Tan−1 (1 3 ) = 18 . 43 ∘
30

δ 2 =90 − δ 1
= 90∘ − 18. 43∘ = 71. 57∘
c. Diameter lingkaran jarak bagi ujung luar
d1 = 2R sin δ1 = 2 x 50,8 sin 18,43˚ = 32,12 mm
d2 = 2R sin δ2 = 2 x 50,8 sin 71,57˚ = 96,38 mm

d. Modul rencana ( m ) = 2;
α 0 ( SudutTekan )= 20∘ .
e. Jumlah gigi
Z1 = d1/m = 32,12/2 = 16,06, dan Z2 = 96,38/2 = 48,19
Untuk mendapatkan perbandingan i = 3, maka Z1 = 16, Z2 = 48
f. Kecepatan keliling (v)
π×32×62 ,1
v= =0,1 m/s
60×1000
g. Kelonggaran puncak Ck
Ck = 0.188 mm
= 0.188 . 2 = 0.376 mm.
h. Koefisien perubahan kepala x1, x2

[ ( )]
2
z1
x 1 = 0.46 1 −
z2

[ ( )]
2
16
=0. 46 1 −
48
= 0.4
x 2 =− x1
= −0. 4
i. Tinggi kepala hk1, hk2 ( mm )
hk 1 = ( 1 + x 1 ) . m
= ( 1 + 0 .4 ) . 2 = 2 .8
hk 2 = ( 1 − x 1) . m
= ( 1 − 0.4 ) . 2 = 1.2
j. Tinggi kaki hf1, hf2 ( mm )
31

hf 1 = ( 1 − x1 ) . m + Ck
= ( 1 − 0. 4 ) . 2 + 0.376 = 1.576
hf 2 = ( 1 + x 1 ) . m + Ck
= ( 1 + 0 . 4 ) . 2 + 0 .376 = 3. 176
k. Tinggi gigi
H = 2 . m + Ck
= 2 . 2 + 0.376 = 4.376.
l. Sudut kepala θk1, θk2

θk1 = Tan −1 (hk R )


1

= Tan −1 ( 2. 8 50 .8) = 3 .15 ∘

θk2 = Tan −1 ( hk R)
2

= Tan−1 (1 . 250 . 8) = 1. 35 ∘

m. Sudut kaki θf1, θf2

θf 1 = Tan−1 ( hf R )
1

= Tan−1 (1 .58 50 . 8 ) = 1 . 78 ∘

θf 2 = Tan−1 ( R)
hf 2

= Tan−1 (3 . 176 50 .8) = 3 .58 ∘

n. Sudut kerucut kepala δk1, δk2


δk 1 = δ 1 + θk 1 = 18.43 + 3.15 = 21.58∘
δk 2 = δ 2 + θk 2 = 71.57 + 1.35 = 73.02∘
o. Sudut kerucut kaki δf1, δf2
δf 1 = δ1 − θf 1 = 18.43 − 1.78 = 16.65∘
δf 2 = δ 2 − θf 2 = 71.57 − 3 .58 = 68.65∘
p. Diameter lingkar kepala dk1, dk2
dk 1 = d 1 + 2hk1 Cos δ 1
= 32 +2.2,8 Cos 18.43∘ = 37.31 mm.
32

dk 2 =d 2 + 2hk 2 Cos δ 2
= 96+2.1,2 Cos 71 .67∘ = 97 .75 mm .
q. Diametear lingkar kaki x1, x2

x1 = ( d 2) − hk Sin δ
2
1 1

= ( 96 2)−2. 8 Sin 18 . 43 ∘

= 48 − 0 . 89= 47 . 11 mm .

x2 = ( d 2)−hk Sin δ
1
2 2

= (32 2)−1,2 Sin 71 .57 ∘

= 16 − 1. 14= 14 . 86 mm .
r. Tebal lingkar gigi s1, s2
s 1 =( 0,5π +2x 1 tanα o ) m
= ( 0,5. 3,14+0. 4tan20° ) 2
=3,43 mm
s 1 =( 0,5π +2x 1 tanα o ) m
= ( 0,5. 3,14−0 . 4tan20° ) 2
=2, 85 mm
s. Lebar sisi b
Lebar sisi gigi sebaiknya diambil tidak lebih dari 1/3 sisi kerucut ( b ≤ 1/3
R ) atau kurang dari 10 kali modul pada ujung luar ( b < 10 m ). Secara
teoritis b (lebar sisi gigi) dapat ditentukan dengan:
m z1
b=
6 Sin δ 1
2.16
=
6 Sin 18 .43∘
32
= = 16 .84 mm .
1.9

M. Perancangan Kopling Flens Kaku


33

Untuk meneruskan daya dari poros motor listrik ke poros cacing pada

reduser menggunakan kopling flens kaku. Kopling flens pada mesin pencetak

briket kotoran lembu sistem rotary ini menuntut kelurusan sumbu antara poros

motor listrik dan poros cacing reduser. Putaran yang ditransmisikan oleh

kopling flens kaku ini sebesar 1400 rpm. Bahan yang digunakan untuk

membuat kopling flens ini yaitu baja ST37 dengan τB = 37 kg/mm2.

a
START

Bahan baut
Daya yang ditransmisikan P, Kekuatan tarik σB
Putaran n1 ffaktor keamanan Sfb
factor koreksi Kb
Faktor koreksi fc
Tegangan geser baut yang diizinkan τba
b
Daya rencana Pd

> Kbσb:σba
Momen rencana T

Bahan poros
Kekuatan tarik σB Bahan flens, tebal flens F
Faktor keamanan Sf1, Sf2 Kekuatan tarik σB
Faktor keamanan SfF
Faktor koreksi KF
Tegangan geser poros yang diizinkan τsa

Tegangan geser yang diizinkan flens τFa


Faktor koreksi untuk puntiran Kt
Faktor koreksi lenturan Cb­
Tegangan geser flens τF

Diameter poros ds

> KFσF : σFa


Diameter luar kopling flens A /G
Diameter naf C ≤
b Panjang naf l
Diameter pusat baut B
Diameter baut a Diameter luar kopling flens A/G
Jumlah baut n Diameter poros ds
Diameter baut a
Jumlah baut n
Nilai efektif baut ε Bahan baut, bahan f;ens
Jumlah baut efektif ne

Tegangan geser baut τb STOP

a END

Gambar 4.10. Diagram Alir Perencanaan Kopling Flens Kaku


34

a. Daya yang ditransmisikan 0.186 kW (1/4 HP), Putaran poros 1400 rpm.

b. Faktor koreksi fc = 1,2

Sehingga daya yang direncanakan Pd = 1,2 x 0.186 = 0.155 kW

c. Momen rencana

T = 9,74 x 105 x 0,155/1400 = 218,55 kg.mm

d. Bahan poros yang digunakan yaitu Mild Steel ST37, dengan σB = 37

kg/mm2

Faktor keamanan Sf1 = 6; Sf2 = 2

Tegangan geser poros yang diizinkan τsa = 37/ 6 x 2 = 3,08

Faktor koreksi untuk puntiran Kt = 2; faktor koreksi lenturan Cb = 1

e. Diameter poros ds

[ ]
1
5,1
ds= ×2×1×218 ,55 3 =8 ,978 mm
3 ,08 ds = 14 mm.

f. Kopling yang digunakan adalah kopling tanpa bingkai. Dari tabel ukuran

kopling flens didapatkan nilai G = 112 mm; B = 85 mm; C = 50 mm; L =

45 mm; a = 8 mm; n = 4

g. Nilai efektif baut ε = 0,5

Jumlah baut efektif ne = 0,5 x 4 = 2

h. Tegangan geser baut τb

8T 8×218,55
τ b= = =0,0511 kg/mm 2
πd 2 ne B 3,14×82 ×2×85
b

i. Bahan baut yang digunakan SS41B dengan σB = 40 kg/mm2


35

Faktor keamanan Sfb = 6; Kb = 3

j. Tegangan geser baut yang diizinkan τsa = 40/ 6 x 3 = 2,22 kg/mm2

Perbandingan tegangan geser baut dengan tegangan geser baut yang

diizinkan adalah 0,0511 < 2,22 adalah baik.

k. Bahan flens yang digunakan yaitu Mild Steel ST37 dengan σB = 37

kg/mm2, tebal flens (F) = 10 mm, SfF = 6, faktor koreksi KF = 3.

l. Tegangan geser yang diizinkan untuk flens (τFa)

τFa = 37/6 x 3 = 2,05 kg/mm2

Tegangan geser flens (τF)

2T
τ F= 2
(kg/mm 2 )
πC F

2×218,55
τ F= 2
=0,00556 kg/mm 2
3,14×50 ×10

m. Perbandingan antara KF τF : τFa

3 x 0,00556 < 2,05

16,68. 10-3 < 2,05, baik

n. Diameter kopling flens tanpa bingkai G = 112 mm, ds = 14 mm, baut

M8x4

Bahan baut : SS41

Bahan flens : ST37

N. Konstruksi Rangka
36

Kekakuan dan kekokohan kerangka dapat ditambah dengan cara

pengelasan dan pembautan. Ada dua tipe sambungan las yang paling umum

adalah 45 ˚ dan sudut takik. Dalam perencanaan konstruksi rangka mesin

pencetak briket kotoran lembu ini menggunakan sambungan las, karena lebih

mudah dan hasilnya lebih kuat.

Beban akibat rangka transmisi kurang lebih 12 kg, Beban rantai rol 2 kg

dan poros kurang lebih 0,7 kg. Berat puli dan sabuk–V kurang lebih 0,5 kg.

Berat motor dan reduser masing-masing kurang lebih 10 kg. Sedangkan berat

piringan engkol 1 kg dan lengan engkol sebesar 1 kg dan landasan cetakan

mempunyai berat 3 kg. Batang yang digunakan pada rangka ini adalah besi

siku ST 37 ukuran 40 x 40 x 4 mm dengan kekuatan tarik maksimal 37

kg/mm2.

O. Analisis Ekonomi

Penentuan harga mesin pencetak briket kotoran lembu sistem rotary

dapat dilihat pada Tabel Penentuan Harga Mesin.

Tabel 4.1. Penentuan Harga Mesin

Macam Alat
Macam Biaya Bahan (Rp) Tenaga (Rp) Jumlah
Pekerjaan (Rp)
A. Biaya Desain Survey 0 50.000 20.000 70.000
Analisis 0  50.000 30000 80.000
Gambar 70.000 30.000 50.000 150.000
Jumlah 300.000

Biaya Biaya
Macam
Macam Biaya Pembelian Perakitan Jumlah
Komponen
(Rp) (Rp)

B. Biaya Motor listrik 340.000 5.000 345.000


Pembelian Reduser 1: 30 200.000 5.000 205.000
Komponen Puli tunggal 4” 10.000 5.000 15.000
37

Puli tunggal 3” 8.000 5.000 13.000


V-Belt A 22 10.000 3.000 13.000
Set Sproket 40.000 5.000 45.000
Rantai 40.000 5.000 45.000
P 204 NIS 48.000 4.000 52.000
Mur dan baut 20.000 3.000 23.000
Cat dan poxy 15.000 30.000 45.000
Kelistrikan 20.000 5.000 25.000
Tiner 6.000 5.000 11.000
Jumlah 837.000

Bahan Bahan Tenaga


Macam Biaya Macam Elemen Jumlah
Baku Penolong Kerja
C. Biaya Rangka 250.000 0 70.000 320.000
Pembuatan Dudukan motor 10.000 0 20.000 30.000
Komponen Dudukan reduser 10.000 0 20.000 30.000
Telapak kaki 5.000 0 10.000 15.000
Poros utama 20.000 0 30.000 50.000
Poros bawah 20.000 0 30.000 50.000
Poros landasan 10.000 0 15.000 25.000
Poros roda gigi payung 10.000 0 15.000 25.000
Poros lengan engkol 25.000 0 30.000 55.000
Poros ratchet 8.000 0 15.000 23.000
Piringan engkol 20.000 0 25.000 45.000
Sliding 30.000 0 25.000 55.000
Piringan landasan 25.000 0 15.000 40.000
Roda gigi payung 50.000 0 70.000 130.000
Kopling flens 25.000 0 25.000 50.000
Dudukan sproket 20.000 0 15.000 35.000
Ujung lengan penekan 20.000 0 15.000 35.000
Cetakan 40.000 0 15.000 55.000
Casing 150.000 0 35.000 185.000
 Jumlah 1.253.000

D. Biaya Non Produksi Biaya Gudang (5% x C) 65.650


Pajak Perusahaan (5% x C) 65.650
Jumlah 125.300

E. Laba yang Dikehendaki  10% x (A+B+C+D) 221.530

F. Taksiran Harga Produk   (A+B+C+D+E) 2.436.830


Jadi harga yang dikehendaki untuk dijual adalah sebesar Rp 2.436.830,00

P. Hasil dan Pembahasan

a. Poros Utama

Hasil analisis untuk poros utama pada mesin mesin pencetak briket

kotoran lembu sistem rotary ini diperoleh untuk diameter minimal poros
38

yang diijinkan, yaitu 30,8 mm dengan bahan mild steel ST 37, maka

diameter poros yang digunakan adalah 25,4 mm atau 1 inchi. Sedangkan

defleksi puntiran dari poros akibat momen puntir yang terjadi yaitu 0,19 º.

Hal ini masih aman karena poros dalam kondisi kerja normal, defleksinya

tidak sampai 0,25 º atau 0,30 º.

b. Bantalan

Bantalan yang digunakan pada poros utama sesuai dengan hasil

analisis yaitu menggunakan bantalan gelinding jenis bola dengan nomor

6204ZZ dengan dimensi d = 20 mm, D = 47 mm, B = 14, r = 1,5 mm,

kapasitas dinamis spesifik (C) = 1000 kg, dan kapasitas statis spesifik (Co)

= 635 kg.

c. Sabuk dan Puli

Motor yang digunakan pada mesin pencetak briket kotoran lembu

sistem rotary ini memiliki daya ¼ HP dengan putaran 1400 rpm. Putaran

yang direncanakan pada transmisi sabuk V adalah sebesar 62,1 rpm dengan

gabungan reduksi putaran pada reduser, sehingga dari hasil perhitungan

diperoleh ukuran puli yang digunakan yaitu untuk puli pada poros reduser 4

inchi sedangkan puli pada poros bawah 3 inchi. Sedangkan untuk sabuk

yang digunakan adalah sabuk-V tipe A no. 22 dengan jarak poros 146
+ 25 mm
− 20 mm .

d. Rantai Rol Pada Poros Utama


39

Transmisi rantai rol yang digunakan pada mesin pencetak briket

kotoran lembu sistem rotary mempunyai angka transmisi (i) sebesar 3.

Angka ini, akan menghasilkan putaran 20,7 rpm. Sehingga gigi sproket

yang digunakan pada transmisi rantai rol ini yaitu sproket yang mempunyai

jumlah gigi 12 dan 36. dari hsil analisis rantai yang digunakan yaitu rantai

tunggal dan nomor rantai menggunakan nomor 40. Kecepatan rantai yang

terjadi adalah 0,16 m/s. Panjang keliling rantai rol (L) yang dibutuhkan

untuk menghubungkan pada jarak sumbu poros (C) 880 mm adalah = 162,5

≈ 163.

Permasalahan yang dihadapai pada waktu melakukan proses

perakitan yaitu panjang rantai rol yang tersedia di pasaran kurang panjang

untuk memenuhi kebutuhan rantai rol mesin pencetak briket kotoran lembu

sistem rotary. Sehingga pemecahan masalah ini yaitu dengan menyambung

dua dua buah rantai yang dengan spesifikasi yang sama sesuai dengan

kebutuhan panjang rantai rol.

e. Kopling Flens Kaku

Komponen kopling flens digunakan untuk meneruskan putaran dari

poros motor ke poros reduser. Hasil analisis untuk kopling flens kaku pada

mesin pencetak briket kotoran lembu sistem rotary ini mempunyai diameter

luar flens sebesar 112 mm dan diameter poros kopling 50 mm. Bahan

yang digunakan dalam pembuatan kopling flens yaitu Mild Steel ST37.

Permasalahan yang terjadi pada ukuran kopling flens standar, ukuran

diameter kopling flens yang paling kecil yaitu diameter 112 mm. Jika
40

menggunakan ukuran kopling flens standar tidak sebanding dengan

diameter poros motor dan poros reduser. Sehingga pemecahan masalah ini,

digunakan ukuran diameter 85 mm dan diameter poros kopling diperkecil

menjadi 40 mm.

f. Roda Gigi Payung

Hasil analisis untuk roda gigi payung pada mesin pencetak briket

kotoran lembu sistem rotary ini mempunyai perbandingan gigi yang sama

dengan perbandingan gigi sproket yaitu 3, sehingga dipilih jumlah gigi

untuk pinion 16 dan untuk wheel 48. jumlah gigi ini dipilih karena jumlah

gigi minimal untuk pinion yaitu 13. Sudut kerucut jarak bagi pinion adalah

δ1 = 18,43˚ dan sudut kerucut jarak bagi wheel δ2 = 71,57˚. Diameter

lingkar kepala pinion dk1 = 37,31 mm dan diameter lingkar kepala wheel

dk2 = 97,75 mm. Lebar sisi b = 16,84 mm, dan nilai b tidak lebih dari 1/3

sisi kerucut ( b ≤ 1/3 R ) atau kurang dari 10 kali modul pada ujung luar ( b

< 10 m ) adalah baik.

g. Casing

Plat sebagai dinding penutup mesin yaitu menyesuaikan dari ukuran

kontruksi mesin. Bahan yang digunakan adalah plat eyser tebal 0,8 mm.

Seluruh badan mesin ditutup dengan casing termasuk pada bagian-bagian

yang berputar sehingga bahaya dapat dicegah. Ukuran dari casing

menyesuaikan rangka. Konstruksi cashing menggunakan baut untuk

mengikatnya dengan rangka


41

Permasalahan yang dihadapi adalah dalam hal pemasangan casing ini

menggunakan baut sehingga pada waktu pemasangannya kepala baut akan

tertinggal diluar casing yang membuat kurang indah jika dilihat dari segi

estetika. Untuk mengatasinya yaitu menggunakan baut L yang bisa

dikencangkan hingga kedalam dengan kunci L dan membuat lubang

sebesar kepala baut L sehingga kepala bauut L dapat masuk rata dengan

permukaan casing.

h. Aspek finansial

Dana yang digunakan untuk pembuatan mesin pencetak briket

kotoran lembu sistem rotary ini totalnya mencapai Rp Rp 2.436.830,00.

Harga tersebut belum termasuk biaya perawatan dan biaya bila terjadi

kerusakan.

Q. Uji Kinerja

Setelah dilakukan uji kinerja dari mesin pencetak briket kotoran lembu

sistem rotary dapat disimpulkan bahwa mesin belum dapat bekerja maksimal

sesuai dengan harapan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, penyebab

kurang maksimalnya mesin pencetak briket kotoran lembu sistem rotary

adalah fungsi ratchet yang tidak dapat bekerja sescara maksimal. Selain itu

ratchet juga tidak mampu menahan gaya sentripetal akibat tumbukan antara

pin pada roda gigi payung dengan gigi pembagi pada poros cetakan.
42

R. Kelemahan-kelemahan

Setelah dilakukan pengujian terhadap fungsi dari mesin pencetak briket

sistem rotary ini ternyata masih memiliki beberapa kelemahan-kelemahan

diantaranya:

1. Landasan cetak berputar terlalu cepat (terjadi slip) yang menyebabkan

cetakan tidak dapat tepat dengan jatuhnya lengan engkol.

2. Lengan engkol tidak dapat tepat masuk kedalam cetakan.

3. Proses pengisian briket dan pengeluaran briket dari cetakan masih

dilakukan dengan cara manual.

4. Membutahkan waktu yang lama untuk melakukan setting mesin.

Anda mungkin juga menyukai