Anda di halaman 1dari 12

PT PLN (PERSERO)

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Nomor : 091.K/ DIR / 2005

TENTANG

PEDOMAN KESELAMATAN UMUM DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO)

DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor. 3 Tahun 2005, maka PT
PLN (Persero) berkewajiban memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan yang
antara lain untuk mewujudkan kondisi aman dari bahaya bagi manusia, bagi
masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan PT PLN (Perserso) dengan
melaksanakan kegiatan keselamatan umum;
b. bahwa untuk mewujudkan kondisi aman dari bahaya bagi masyarakat umum
sebagimana dimaksud dalam huruf a diatas, maka keselamatan umum dilaksanakan
dengan memberikan perlindungan dan pencegahan serta penyelesaian terhadap
terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan PT PLN
(Persero);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b diatas, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN (Persero) yang
ditetapkan dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero).

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970;


2. Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 1985;
3. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2004;
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1989; jo
Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2005;
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 1994;
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 Tahun 2000;
7. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.01.P/40/M.PE/1990;
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.05/Men/1996;
9. Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
10. Keputusan Menteri BUMN Nomor. KEP-180/M.BU/2003;
11. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 001.K/030/DIR/1994;
12. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 062.K/010/DIR/2003; jo Keputusan
Direksi PT PLN (Persero) Nomor 092.K/010/DIR/2004.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN


UMUM DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :


1. Keselamatan .....
1
1. Keselamatan umum adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi masyarakat umum yang
berhubungan dengan kegiatan Perseroan dari bahaya yang diakibatkan oleh kegiatan instalasi, yang
dilaksanakan dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap kemungkinan
terjadinya kecelakaan masyarakat umum.

2. Perseroan adalah PT PLN (Persero) yang didirikan dengan Akta Notaris Soetjipto SH No.169 Tahun 1994
beserta perubahannya.

3. Unit Perseroan adalah Kantor Pusat, Kantor Unit setingkat Wilayah dan Unit setingkat Cabang.

4. Kantor Pusat adalah PT PLN (Persero) Kantor Pusat.

5. Kantor Unit setingkat Wilayah adalah PT PLN (Persero) Wilayah, PT PLN (Persero) Distribusi, PT PLN
(Persero) Pembangkitan dan Penyaluran, PT PLN (Persero) Pembangkitan, PT PLN (Persero) Penyaluran
dan Pengatur Beban, PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan dan PT PLN (Persero)
Jasa Penunjang, dan Unit-unit lain setingkat Wilayah yang dibentuk oleh Perseroan.

6. Unit setingkat Cabang adalah PT PLN (Persero) Cabang, PT PLN (Persero) Sektor, PT PLN (Persero) Area
Pelayanan Pelanggan, PT PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan, PT PLN (Persero) Region, PT PLN
(Persero) Unit Proyek, PT PLN (Persero) Unit Pendidikan dan Pelatihan dan PT PLN (Persero) Unit
Produksi, dan Unit-unit lain setingkat Cabang yang dibentuk oleh Perseroan.

7. Anak Perusahaan adalah Anak-anak Perusahaan PT PLN (Persero).

8. Masyarakat Umum yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan adalah :


a. Masyarakat yang tinggal atau melaksanakan
kegiatan disekitar, atau masyarakat yang melaksankan kegiatan berhubungan dengan bangunan atau
sarana, atau tamu yang berada di ruangan atau di halaman tempat kerja milik Perseroan.
b. Pelanggan pengguna tenaga listrik yang
disalurkan / didistribusikan oleh Perseroan.

9. Kecelakaan masyarakat umum adalah kecelakaan yang dialami oleh masyarakat umum yang berhubungan
dengan kegiatan Perseroan.

10. Kegiatan Perseroan adalah kegiatan dalam membangun, mengoperasikan dan memelihara instalasi tenaga
listrik, kegiatan dalam membangun dan menggunakan bangunan dan sarana, atau kegiatan lain dari
Perseroan dalam melaksankan usaha penyediaan tenaga listrik dan atau usaha penunjang penyediaan
tenaga listrik.

11. Instalasi adalah :


a. Instalasi penyediaan tenaga listrik, meliputi
instalasi pembangkitan, transmsi dan distribusi milik Perseroan, yang berfungsi untuk menyediakan
tenaga listrik bagi kepentingan masyarakat umum;
b. Bangunan dan sarana, adalah bangunan sebagai
tempat kegiatan dan sarana sebagai penunjang kegiatan usaha ketenagalistrikan yang dilaksanakan
oleh Perseroan.

12. Instalasi yang berpotensi bahaya adalah instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan / sarana milik
Perseroan yang apabila tidak dilakukan pengendalian bahaya, akan berpotensi bahaya terhadap terjadinya
kecelakaan masyarakat umum.

13. Pegawai adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat dan diberi
penghasilan menurut ketentuan yang berlaku di Perseroan;

14. Outsourcing adalah tenaga kerja yang dipekerjakan pada Perseroan oleh Perusahaan Lain, dimana
Perusahaan Lain adalah perusahaan Pemborong Pekerjaan atau perusahaan Penyedia Tenaga Kerja ;

15. Pelaksana pekerjaan adalah pegawai dan atau outsourcing yang mempunyai tugas dan kewajiban
melaksanakan pekerjaan pada instalasi.

16. Pengawas pekerjaan adalah pegawai / pejabat yang mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
terhadap pengawasan berlangsungnya pekerjaan pada instalasi. Pengawas pekerjaan dapat ditunjuk oleh

2
Pimpinan Unit Perseroan atau telah melekat pada Pejabat yang tugas jabatannya antara lain
melaksanakan pengawasan berlangsungnya pekerjaan pada instalasi.

13. Pejabat ..................

17. Pejabat keselamatan ketenagalistrikan adalah pejabat yang mempunyai wewenang, tugas, kewajiban dan
tanggung jawab terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan keselamatan ketenagalistrikan
termasuk pembinaan keselamatan umum.

18. Pejabat penanggung jawab instalasi adalah pejabat yang mempunyai wewenang, tugas, kewajiban dan
tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan instalasi;

19. Manajemen Perseroan dalam pengelolaan instalasi terdiri dari Pengawas pekerjaan, Pejabat keselamatan
ketenagalistrikan, Pejabat penanggung-jawab instalasi dan Pimpinan Unit Perseroan;

20. Tim Pemeriksa dan Investigasi Kecelakaan adalah Tim yang dibentuk oleh Pimpinan Unit Perseroan, terdiri
dari seorang Pejabat keselamatan ketenagalistrikan, sebagai Ketua Tim, dibantu minimal seorang pejabat /
pegawai yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang kegiatan yang sama / sejenis dengan
kegiatan dimana terjadi kecelakaan masyarakat umum sebagai Anggota Tim. Tim pemeriksa dan
investigasi Kecelakaan bertugas melakukan pemeriksaan setempat dan pengkajian secara mendalam
terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang terjadi yang berhubungan dengan instalasi / bangunan /
sarana milik Perseroan, untuk mengetahui penyebab dasar terjadinya kecelakaan, apakah karena kondisi
berbahaya (unsafe condition) atau karena perbuatan berbahaya (unsafe act) atau karena sebab-sebab lain.

21. Komite keselamatan Ketenagalistrikan (Electricity Safety Committee) bertindak sebagai Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sesuai Undang-Undang RI Nomor. 1 Tahun 1970, adalah
merupakan Tim / Kepanitiaan sebagai wadah kerjasama dan saling kesepahaman antara pegawai dan
outsourcing dengan Manajemen Perseroan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan keselamatan
ketenagalistrikan, seperti kegiatan keselamatan instalasi yang merupakan bagian dari keselamatan
ketenagalistrikan;

22. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
Nomor. 05/MEN/1996 adalah merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan, meliputi
struktur, organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif, SMK3 merupakan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja standar nasional;

23. Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18000 merupakan manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja standar internasional.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud dan tujuan dari Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN (Persero) adalah untuk
mewujudkan kondisi aman dari bahaya bagi masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan,
yang dilaksanakan dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya
kecelakaan masyarakat umum, sehingga dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat umum yang
berhubungan dengan kegiatan Perseroan.

BAB III

RUANG LINGKUP

Pasal 3

3
Ruang Lingkup dari Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN (Persero) adalah keselamatan bagi
masyarakat umum yang tinggal atau melaksanakan kegiatan di sekitar instalasi, masyarakat yang berhubungan
dengan kegiatan bangunan dan sarana, dan masyarakat yang menjadi tamu atau melaksankan kegiatan yang
berada di ruangan atau di halaman tempat kerja milik Perseroan.
BAB ........................
BAB IV

KECELAKAAN MASYARAKAT UMUM

Bagian Pertama

Jenis Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 4

(1) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi pada daerah instalasi
penyediaan tenaga listrik milik Perseroan sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP), merupakan
kecelakaan masyarakat umum pada daerah hukum dari Perseroan;
(2) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi pada daerah instalasi
pemanfaatan tenaga listrik milik pelanggan (setelah APP), merupakan kecelakaan masyarakat umum pada
daerah hukum dari pelanggan. Kecelakaan ini tidak menjadi tanggung jawab Perseroan, tetapi Perseroan
berkepentingan memperoleh informas dan data kecelakaan sebagai bahan penyuluhan keselamaan umum
kepada masyarakat.
(3) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi pada daerah instalasi
pemanfaatan tenaga listrik milik Pemerintah Daerah seperti instalasi penerangan jalan umum (PJU),
instalasi lampu pengatur lalu lintas, instalasi taman kota dan instalasi sarana masyarakat umum (setelah
Fuse / APP), merupakan kecelakaan masyarakat umum pada daerah hukum dari Pemerintah Daerah.
Kecelakaan ini tidak menjadi tanggung jawab Perseroan, tetapi Perseroan berkepentingan memperoleh
informasi dan data kecelakaan sebagai bahan penyuluhan keselamatan umum kepada masyarakat.
(4) Kecelakaan masyarakat umum bukan karena listrik, karena sebab lain yang
berhubungan dengan kegiatan Perseroan.

Bagian Kedua

Penyebab Dasar Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 5

(1) Penyebab dasar berupa kondisi berbahaya (unsafe condition) yang merupakan
kelalaian dari Manajemen Perseroan, antara lain :
a. Tidak memberikan penyuluhan keselamatan akan bahaya listrik kepada masyarakat yang
berada dan atau melaksanakan kegiatan disekitar instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan.
b. Tidak memberikan penyuluhan keselamatan kepada masyarakat umum yang berhubungan
dengan kegiatan bangunan / sarana milik Perseroan dan kepada masyarakat sebagai tamu Perseroan.
c. Tidak melaksanakan pemasangan tanda peringatan dan / atau poster larangan pada instalasi-
instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan yang berpotensi bahaya bagi masyarakat umum.
d. Tidak melakukan pengujian / melengkapi sertifikat laik operasi bagi instalasi penyediaan tenaga
listrik milik Perseroan yang dioperasikan.
e. Tidak memastikan bahwa instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan selalu terkendali
dan kondisinya aman dari bahaya listrik (baik dalam keadaan beroperasi maupun tidak beroperasi atau
sedang mengalami kerusakan / perbaiakan).
f. Kelalaian-kelalaian lain yang menyebabkan terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang
bukan karena listrik yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan.

4
(2) Penyebab dasar berupa perbuatan berbahaya (unsafe act) yang merupakan kelalaian
dari masyarakat umum, antara lain :

a. Melaksanakan …….
a. Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja menyentuh bagian yang
berbahaya dari instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan.
b. Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja menyentuh bagian
berbahaya dari instalasi pemanfaatan tenaga listrik milik pelanggan sendiri.
c. Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja menyentuh bagian
berbahaya dari instalasi pemanfaatan tenaga listrik milik Pemerintah Daerah.
d. Menggunakan tenaga listrik secara tidak sah (mencuri aliran listrik).
e. Kelalaian-kelalaian lainnya yang menyebabkan terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang
bukan karena listrik, tetapi karena sebab lain yang berhubungan dengan kegiata Perseroan.

(3). Penyebab dasar berupa kondisi berbahaya (unsafe condition) yang merupakan
kelalaian dari masyarakat umum, antara lain :
a. Kurang paham akan bahaya listrik.
b. Penggunaan / pemilikan produk pemanfaat tenaga listrik (peralatan kerja / peralatan rumah
tangga) yang tidak memenuhi syarat keselamatan / tidak dilengkapi dengan sertifikat tanda
keselamatan.
c. Penggunaan / pemilikan instalasi pemanfaatan tenaga listrik (instalasi pelanggan) yang tidak
memenuhi syarat keselamatan / tidak dilengkapi dengan sertifikat kesesuaian dengan standar PUIL.

Bagian Ketiga

Penyebab Perantara Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 6

(1) Penyebab perantara karena listrik (tenaga listrik), berupa tersengat listrik baik secara
langsung maupun tidak langsung dan / atau kebakaran / terbakar karena loncatan api listrik / panas listrik,
merupakan penyebab yang paling umum terjadi.

(2) Penyebab perantara bukan karena listrik, seperti tertimpa bangunan milik Perseroan,
tertabrak kendaraan milik Perseroan dan sebagainya.

Bagian Keempat

Akibat Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 7

(1) Akibat yang diderita oleh masyarakat umum, dapat berupa :


a. Luka / tewas pada saat terjadi kecelakaan.
b. Cacat / meninggal dunia, setelah memperoleh perawatan akibat kecelakaan.
c. Kerusakan harta milik masyarakat umum.

5
(2) Akibat yang diderita oleh Perseroan, dapat berupa kerusakan instalasi penyediaan
tenaga listrik / bangunan / sarana milik Perseroan dan kerugian karena energi listrik yang tidak tersalurkan
yang disebabkan karena kerusakan instalasi penyediaan tenaga listrik.

BAB ………………..
BAB V

PERLINDUNGAN DAN PENCEGAHAN


TERHADAP TERJADINYA KECELAKAAN MASYARAKAT UMUM

Pasal 8

Setiap Unit Perseroan wajib melaksanakan perlindungan dan pencegahan terhadap kecelakaan masyarakat
umum yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan, dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Pengendalian teknis untuk mencegah kondisi berbahaya dari instalasi / bangunan /


sarana milik Perseroan, meliputi kegiatan :
a. Melaksanakan pemasangan tanda peringatan dan atau poster larangan pada lokasi-lokasi
instalasi / bangunan / sarana milik Perseroan yang berpotensi bahaya yang berada disekitar tempat
tingal atau sekitar tempat kegiatan masyarakat umum.
b. Melaksanakan pengawasan dan patroli jaringan tenaga listrik (SUTET / SUTT / SUTM / SUTR)
milik Perseroan secara berkala untuk memastikan kondisi jaringan tersebut agar tetap terkendali dan
aman dari bahaya listrik, dan memastikan tidak adanya kegiatan masyarakat umum yang
membahayakan terhadap jaringan tenaga listrik tersebut.
c. Melengkapi sertifikat laik operasi bagi instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan.
d. Meningkatkan kemampuan Pelaksana pekerjaan sebagai tenaga teknik ketenagalistrikan
dengan pendidikan dan pelatihan, serta melengkapinya dengan sertifikat kompetensi dalam
melaksanakan pekerjaan pemasangan / pemeliharan / pengoperasian instalasi penyediaan tenaga
listrik milik Perseroan.
2. Pengendalian teknik untuk mencegah kondisi berbahaya pada instalasi pemanfaatan
tenaga listrik dan atau alat pemanfaat tenaga listrik milik pelanggan, meliputi kegiatan :
a. Menganjurkan kepada pelanggan, agar instalasi pemanfaatan tenaga listrik yang dimiliknya
dilengkapi dengan sertifikat kesesuaian dengan standar PUIL.
b. Menganjurkan kepada pelanggan / masyarakat, agar alat pemanfaat tenaga listrik
(peralatan kerja dan atau peralatan rumah tangga) yang dimilikinya dilengkapi dengan tanda
keselamatan.
3. Pengendalian personil untuk mencegah perilaku berbahaya dari masyarakat umum,
meliputi kegiatan :
a. Memberikan penyuluhan tentang keselamatan akan bahaya listrik kepada pelanggan
dan atau kepada masyarakat yang bertempat tinggal atau melaksanakan kegiatan disekitar instalasi
penyediaan tenaga listrik milik Perseroan.
b. Memberikan penyuluhan keselamatan kepada masyarakat yang berhubungan dengan
kegiatan bangunan dan sarana milik Perseroan dan kepada masyarakat sebagai tamu atau
melaksanakan kegiatan pada Perseroan.
c. Memberikan penyuluhan tentang larangan terhadap kegiatan masyarakat yang dapat
membahayakan keselamatan dirinya dan merugikan Perseroan, seperti larangan penggunaan tenaga
listrik secara tidak sah atau mencuri aliran listrik.
4. Serta kegiatan-kegiatan lain dalam rangka memberikan perlindungan dan pencegahan
terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan masyarakat umum.

6
BAB ………………….

BAB VI

PENYELESAIAN TERJADINYA KECELAKAAN MASYARAKAT UMUM

Bagian Pertama

Pemeriksaan dan Investigasi Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 9

(1). Kegiatan Pemeriksaan dan Investigasi Kecelakaan oleh Perseroan :


a. Pejabat penanggung-jawab instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan / sarana milik
Perseroan setelah menerima informasi terjadinya kecelakaan menimpa masyarakat umum, harus
segera memastikan apakah kecelakaan masyarakat umum tersebut terjadi / tidak terjadi pada daerah
instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan (pada daerah hukum dari Perseroan) atau
kecelakaan masyarakat umum tersebut berhubungan / tidak berhubungan dengan kegiatan Perseroan,
dan segera dilaporkan kepada Pimpinan Unit Perseroan.
b. Pimpinan Unit Perseroan setelah menerima laporan bahwa kecelakaan masyarakat umum
tersebut terjadi pada daerah instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan (daerah hukum dari
Perseroan) atau bahwa kecelakaan masyarakat umum tersebut terjadi berhubungan dengan kegiatan
Perseroan, segera membentuk Tim Pemeriksa dan Investigasi Kecelakaan Umum. Tim wajib membuat
Berita Acara Kecelakaan Umum (Form BAU) yang menyatakan kecelakaan masyarakat umum yang
terjadi disebabkan oleh kelalaian dari Manajemen Perseroan atau kelalaian dari masyarakat umum
atau karena sebab-sebab lain, kemudian dilaporkan kepada Pimpinan Unit Perseroan.
c. Berdasarkan hasil Berita Acara Kecelakaan yang dibuat oleh Tim Pemeriksa dan Investigasi
Kecelakaan Umum, Pimpinan Unit Perseroan segera menindak-lanjuti untuk menyelesaikan kasus
kecelakaan masyarakat umum yang terjadi. Dari hasil pemeriksaan dan investigasi kecelakaan umum
yang dapat dibuktikan disebabkan oleh kelalaian Perseroan, oleh Manajemen Perseroan digunakan
untuk menyempurnakan kondisi keselamatan dari instalasi / bangunan / sarana milik Perseroan agar
kecelakaan serupa tidak terulang lagi, serta sebagai bahan untuk proses penyelesaian terjadinya
kecelakaan, seperti pemberian ganti rugi kepada masyarakat dan kemungkinan pengenakan hukuman
disiplin kepada pegawai / pejabat sesuai ketentuan Perseroan.

(2). Pemeriksaan dan Investigasi terhadap terjadinya kecelakaan masyarakat umum


pada daerah instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan (pada daerah hukum dari Perseroan) atau
yang terjadi berhubungan dengan kegiatan Perseroan, yang berakibat korban pada masyarakat umum, dan
atau berakibat kerusakan pada instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan sehingga instalasi tidak
dapat beroperasi secara normal / mempengaruhi kelangsungan penyediaan tenaga listrik atau tidak dapat
beroperasi / mengakibatkan terputusnya aliran listrik (pemadaman), maka pemeriksaan dan investigasi
selain dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa dan Investigasi Kecelakaan Umum dari internal Perseroan juga
dapat dilaksanakan oleh Penyidik Kepolisian RI setempat dan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dari
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral pada Pemerintah Daerah setempat. Hasil investigasi dapat
digunakan sebagai bahan untuk proses penegakan hukum (law enforcement) mengikuti ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
(3). Hasil Pemeriksaan dan investigasi kecelakaan masyarakat umum oleh Tim wajib
disampaikan pula kepada Komite Keselamatan Ketenagalistrikan.

Bagian Kedua

7
Penyelesaian Hukum Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 10

(1). Penyelesaian kecelakaan masyarakat umum yang disebabkan oleh kelalaian


dari Perseroan :

a. Apabila ……………………..
a. Apabila dari hasil pemeriksaan dan investigasi oleh Tim Pemeriksa dan Investigasi Kecelakaan
Umum dapat dibuktikan bahwa kecelakaan masyarakat umum disebabkan oleh kondisi tidak aman dari
bahaya pada instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan / sarana milik Perseroan yang merupakan
kelalaian dari Manajemen Perseroan, maka laporan hasil pemeriksaan dan investigasi tersebut oleh
Tim Pemeriksaan dan Investigasi Kecelakaan Umum disampaikan kepada Tim Pemeriksa Pelanggaran
Disiplin Pegawai (TP2DP).
b. Kecelakaan yang menyebabkan luka / tewas dan atau kerugian pada masyarakat umum, yang
merupakan kelalaian dari Manajemen Perseroan, maka langkah penyelesaiannya :
- Dilaksanakan melalui kesepakatan antara Perseroan dengan masyarakat umum
(dengan membuat perjanjian pemberian ganti rugi dan tidak saling menuntut yang diketahui /
disaksikan oleh Aparat Pemerintahan Daerah dan Kepolisian RI setempat ), dan
- Bila tidak dicapai kesepakatan, maka Perseroan menyelesaikan melalui proses
hukum dan pemberian ganti rugi kepada masyarakat umum dilaksanakan sesuai ketentuan dan
peraturan perundangan yang berlaku.
(2). Penyelesaian kecelakaan masyarakat umum yang disebabkan oleh kelalaian
dari masyarakat umum :.
Kecelakaan masyarakat umum karena kelalaian dari masyarakat umum sendiri sehingga menyebabkan
kerusakan instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan yang mengakibatkan instalasi tidak dapat
beroperasi secara normal / mempengaruhi kelangsungan penyediaan tenaga listrik atau tidak dapat
beroperasi / mengakibatkan terputusnya aliran listrik (Pemadaman), atau menyebabkan kerusakan
bangunan / sarana milik Perseroan, maka Perseroan akan melaksanakan tuntutan hukum dan permintaan
ganti rugi kepada masyarakat umum yang dilaksanakan sesuai ketentuan dan peraturan perundangan
yang berlaku.

BAB VII

PELAPORAN DAN STATISTIK KECELAKAAN MASYARAKAT UMUM

Pasal 11

(1) Laporan untuk setiap kasus kecelakaan masyarakat umum yang terjadi pada Unit
setingkat Cabang, dipersiapkan oleh Pejabat keselamatan ketenagalistrikan dan ditandatangani oleh
Pimpinan Unit, digunakan untuk kepentingan sendiri, untuk disampaikan kepada Kantor Unit setingkat
Wilayah sebagai atasannya dan kepada Instansi lain yang memerlukan sesuai peraturan perundangan.
Apabila kecelakaan terjadi pada Kantor Unit setingkat Wilayah, laporan dibuat oleh Pejabat keselamatan
ketenagalistrikan dan ditandatangani oleh Pimpinan Unit, digunakan untuk kepentingan sendiri dan juga
disampaikan kepada instansi lain yang memerlukan sesuai peraturan perundangan. Laporan Kecelakaan
Masyarakat Umum menggunakan bentuk Form.LKMU.
(2) Statistik Triwulanan / Tahunan Keselamatan Umum disusun oleh Pejabat keselamatan
ketenagalistrikan pada Kantor Unit setingkat Wilayah berdasarkan laporan-laporan kecelamakaan
masyarakat umum yang diperoleh dari Unit-unit setingkat Cabang dan yang terjadi pada Kantor Unit
setingkat Wilayah sendiri. Statistik tersebut menggambarkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
masyarakat umum periode triwulanan / tahunan, sebagai bahan untuk perencanaan program keselamatan
ketenagalistrikan pada periode waktu yang sama untuk waktu yang akan datang, terdiri dari :
a. Kasus kasus terjadinya kecelakaan masyarakat
umum.

8
b. Tabel, Grafik dan Narasi, dengan tinjauan :
- Penyebab Kecelakaan Masyarakat Umum (kurang paham bahaya listrik, kegiatan tidak
aman menyentuh jaringan tenaga listrik milik Perseroan, penggunaan peralatan pemanfaat tenaga
listrik yang idak aman, penggunaan instalasi pemanfaatan tenaga listrik yang tidak aman,
penggunaan tenaga listrik tidak sah / mencuri aliran listrik, dan sebab-sebab selain listrik).
- Akibat Kecelakan Masyarakat Umum (luka, tewas, kerugian masyarakat umum, kerugian
dan kerusakan instalasi / bangunan / sarana milik Perseroan)
- Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat Umum (petani, pedagang, pendidik, karyawan,
usahawan, dan sebagainya).
- Rasio Kecelakaan Masyarakat Umum (accident ratio) = Jumlah korban / Jumlah
pelanggan.
(3). Laporan …………
(3) Laporan Triwulanan Keselamatan Umum (Form LTU) dipersiapkan oleh Pejabat
keselamatan ketenagalistrikan pada Kantor Unit setingkat Wilayah dan ditandatangani oleh Pimpinan Unit
Perseroan, yang memuat rekapitulasi kecelakan-kecelakaan masyarakat umum yang terjadi periode
triwulanan, digunakan untuk kepentingan sendiri dan dikirimkan kepada Kantor Pusat, selanjutnya Kantor
Pusat akan menyusun Statistik Triwulanan / Tahunan Keselamatan Umum Perseroan.
(4) Laporan dan statistik kecelakaan masyarakat umum tersebut oleh Pejabat
keselamatan ketenagalistrikan disampaikan pula kepada Komite Keselamatan Ketenagalistrikan.

BAB VIII

STANDARISASI KESELAMATAN UMUM

Pasal 12

(1) Setiap Unit Perseroan wajib menerapkan program kecelakaan masyarakat umum nihil
bagi masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan.
(2) Setiap Unit Perseroan agar menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang
ketenagalistrikan, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan umum, yang diperlukan guna
mendukung program kecelakaan umum nihil sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal ini.

BAB IX

KINERJA KESELAMATAN UMUM

Pasal 13

Kinerja keselamatan umum merupakan bagian dari kinerja keselamatan ketenagalistrikan pada kontrak kinerja
perusahaan antara Unit setingkat Cabang dengan Kantor Unit setingkat Wilayah, atau antara Unit setingkat
Wilayah dengan Kantor Pusat. Angka perhitungan yang diperoleh dari penyimpangan / kekurangan / ketidak-
sesuaian dalam pelaksanaan keselamatan umum merupakan angka pengurang bagi nilai kinerja Unit
Perseroan yang bersangkutan.

BAB X

KOMITE KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

Pasal 14

(1) Perusahaan yang mempekerjakan > 100 tenaga kerja dan atau memiliki karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, penyakit yang timbul karena

9
hubungan kerja, kebakaran, ledakan dan sebagainya, wajib membentuk P2K3 / Komite Keselamatan
Ketenagalistrikan.
(2) Komite Keselamatan Ketenagalistrikan mempunyai tugas untuk membahas /
mendiskusikan setiap permasalahan keselamatan ketenagalistrikan, khusunya keselamatan umum meliputi
perlindungan, pencegahan dan peyelesaian terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan masyarakat
umum yang ada hubungannya dengan kegiatan Perseoan, agar dapat dicapai tingkat keselamatan umum
yang tinggi pada setiap instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan / sarana yang berpotensi bahaya
yang berhubungan dengan masyarakat umum, dan hasil dari pembahasan / diskusi disampaikan ke
Pimpinan Unit Perseroan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam kegiatan keselamatan umum.
(3) Unit-unit setingkat Cabang yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) Pasal ini, agar membentuk P2K3 / Komite Keselamatan Ketenagalistrikan dan dilaporkan /
diinformasikan kepada Dinas Tenaga Kerja serta Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral pada Pemerintah
Daerah setempat sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan dan dilaporkan ke kantor Pusat.

BAB ………………
BAB XI

MANAJEMEN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

Pasal 15

(1) Manajemen keselamatan ketenagalistrikan dalam pelaksaan keselamatan umum


berdasarkan pada SMK3 sebagai standar nasional, dan dapat berdasarkan pada OHSAS 18000 sebagai
standar internasional.
(2) Perusahaan yang memperkerjakan > 100 tenaga kerja dan atau memiliki karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, kebakaran, ledakan dan sebagainya, wajib menerapkan SMK3. Karakteristik proses atau
bahan produksi tersebut dapat juga membahayakan bagi masyarakat umum yang berhubungan dengan
kegiatan Perseroan.
(3) Unit-unit setingkat Cabang yang memenuhi kriteria sebagai mana dimaksud dalam
ayat (2) Pasal ini, agar menerapkan SMK3, dan bagi Unit-unit yang telah siap untuk berorientasi kearah
perusahaan kelas dunia (global company) dapat menerapkan OHSAS 18000.
(4) Keberhasilan dalam pelaksanaan keselamatan kerja dinilai dengan melaksanakan
Audit SMK3 dan hasilnya disampaikan kepada Dinas Tenaga Kerja pada Pemerintah Daerah setempat
untuk mendapatkan penghargaan dari Pemerintah sebagai pengakuan tingkat nasional, dan atau dinilai
dengan melaksanakan Audit OHSAS 18000 untuk mendapatkan penghargaan atau pengakuan tingkat
internasional.

BAB XII

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN KESELAMATAN UMUM

Pasal 16

(1) Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan keselamatan umum pada Unit-unit


setingkat Cabang dilaksanakan Pejabat penanggung jawab instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan /
sarana milik Perseroan, Pejabat keselamatan ketenagalistrikan, Penjabat Humas dan Pimpinan Unit.
(2) Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan keselamatan umum pada Kantor Unit
setingkat Wilayah dilaksanakan oleh Pejabat keselamatan ketenagalistrikan, Pejabat Humas dan Pimpinan
Unit.

10
(3) Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan keselamatan umum pada Kantor Pusat
dilaksanakan oleh Pejabat keselamatan ketenagalistrikan, Pejabat Ahli Sistem Pengamanan dan Pejabat
Humas pada Sekretariat Perusahaan.
(4) Pembinaan pelaksanaan Keputusan ini untuk keseluruhan Perseroan dilaksanakan
oleh Direksi c.q. Deputi Direktur Lingkungan dan Keselamatan Ketenagalistrikan.

BAB XIII

SANKSI-SANKSI KESELAMATAN UMUM

Pasal 17

(1) Sanksi administratip dan kewajiban dari Perseroan :


a. Sanksi administratip dari Perseroan untuk kasus kecelakaan masyarakat umum yang
diakibatkan oleh kelalaian dari pegawai / Pejabat Manajemen Perseroan, berupa hukuman disiplin yang
dapat dijatuhkan kepada yang bersangkutan, berdasarkan hasil dari Tim Pemeriksa dan Investigasi
Kecelakaan yang diproses melalui Tim Pemeriksa Pelanggaran Disiplin Pegawai (TP2DP) dan
diputuskan oleh Pejabat SDM / Pimpinan Unit Perseroan. Bila kasusnya merupakan kelalaian dari
outsourcing, maka diselesaikan sesuai dengan perjanjian kerjanya.
b. Perseroan ………..
b. Perseroan wajib memberikan ganti rugi kepada masyarakat umum yang mengalami
kecelakaan karena kelalaian dari Manajemen Perseroan sesuai ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(2) Sanksi Pidana dari Pemerintah :


Kelalaian dari pegawai / Pejabat Manajemen Perseroan / outsourcing yang mengakibatkan masyarakat
umum umum tewas karena tenaga listrik atau karena penyebab bukan listrik, dapat dipidana dengan
pidana sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

BAB XIV

LAIN-LAIN

Pasal 18

(1) Formulir-formulir yang digunakan untuk proses pelaksanaan keselamatan umum


terdapat pada Lampiran Keputusan ini.
(2) Segala biaya yang timbul dari pelaksanaan Keputusan ini dibebankan pada Anggaran
Tahunan Unit Perseroan.
(3) Anak Perusahaan dapat mengikuti ketentuan ini atau mengatur sendiri tata cara
pelaksanan keselamatan umum. Dan untuk kepentingan Perseroan, diperlukan koordinasi informasi
pelaksanaan keselamatan ketenagalistrikan, maka informasi keselamatan umum yang dilaksanakan oleh
Anak Perusahaan agar dilaporkan secara berkala kepada Direksi PT PLN (Persero) c.q. Deputi Direktur
Lingkungan dan Keselaatan Ketenagalistrikan di Kantor Pusat.

BAB XV

PENUTUP
11
Pasal 19

(1) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Edaran Direksi No.052/PST/82 dan Surat
Kolektif Direksi No.K.347/DIR/86, serta ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Keputusan ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 19 Mei 2005.

12

Anda mungkin juga menyukai