Kep Direksi No 091 KDIR2005 TTG Pedoman Keselamatan Umum
Kep Direksi No 091 KDIR2005 TTG Pedoman Keselamatan Umum
TENTANG
Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor. 3 Tahun 2005, maka PT
PLN (Persero) berkewajiban memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan yang
antara lain untuk mewujudkan kondisi aman dari bahaya bagi manusia, bagi
masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan PT PLN (Perserso) dengan
melaksanakan kegiatan keselamatan umum;
b. bahwa untuk mewujudkan kondisi aman dari bahaya bagi masyarakat umum
sebagimana dimaksud dalam huruf a diatas, maka keselamatan umum dilaksanakan
dengan memberikan perlindungan dan pencegahan serta penyelesaian terhadap
terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan PT PLN
(Persero);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b diatas, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN (Persero) yang
ditetapkan dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero).
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Perseroan adalah PT PLN (Persero) yang didirikan dengan Akta Notaris Soetjipto SH No.169 Tahun 1994
beserta perubahannya.
3. Unit Perseroan adalah Kantor Pusat, Kantor Unit setingkat Wilayah dan Unit setingkat Cabang.
5. Kantor Unit setingkat Wilayah adalah PT PLN (Persero) Wilayah, PT PLN (Persero) Distribusi, PT PLN
(Persero) Pembangkitan dan Penyaluran, PT PLN (Persero) Pembangkitan, PT PLN (Persero) Penyaluran
dan Pengatur Beban, PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan dan PT PLN (Persero)
Jasa Penunjang, dan Unit-unit lain setingkat Wilayah yang dibentuk oleh Perseroan.
6. Unit setingkat Cabang adalah PT PLN (Persero) Cabang, PT PLN (Persero) Sektor, PT PLN (Persero) Area
Pelayanan Pelanggan, PT PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan, PT PLN (Persero) Region, PT PLN
(Persero) Unit Proyek, PT PLN (Persero) Unit Pendidikan dan Pelatihan dan PT PLN (Persero) Unit
Produksi, dan Unit-unit lain setingkat Cabang yang dibentuk oleh Perseroan.
9. Kecelakaan masyarakat umum adalah kecelakaan yang dialami oleh masyarakat umum yang berhubungan
dengan kegiatan Perseroan.
10. Kegiatan Perseroan adalah kegiatan dalam membangun, mengoperasikan dan memelihara instalasi tenaga
listrik, kegiatan dalam membangun dan menggunakan bangunan dan sarana, atau kegiatan lain dari
Perseroan dalam melaksankan usaha penyediaan tenaga listrik dan atau usaha penunjang penyediaan
tenaga listrik.
12. Instalasi yang berpotensi bahaya adalah instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan / sarana milik
Perseroan yang apabila tidak dilakukan pengendalian bahaya, akan berpotensi bahaya terhadap terjadinya
kecelakaan masyarakat umum.
13. Pegawai adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat dan diberi
penghasilan menurut ketentuan yang berlaku di Perseroan;
14. Outsourcing adalah tenaga kerja yang dipekerjakan pada Perseroan oleh Perusahaan Lain, dimana
Perusahaan Lain adalah perusahaan Pemborong Pekerjaan atau perusahaan Penyedia Tenaga Kerja ;
15. Pelaksana pekerjaan adalah pegawai dan atau outsourcing yang mempunyai tugas dan kewajiban
melaksanakan pekerjaan pada instalasi.
16. Pengawas pekerjaan adalah pegawai / pejabat yang mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
terhadap pengawasan berlangsungnya pekerjaan pada instalasi. Pengawas pekerjaan dapat ditunjuk oleh
2
Pimpinan Unit Perseroan atau telah melekat pada Pejabat yang tugas jabatannya antara lain
melaksanakan pengawasan berlangsungnya pekerjaan pada instalasi.
17. Pejabat keselamatan ketenagalistrikan adalah pejabat yang mempunyai wewenang, tugas, kewajiban dan
tanggung jawab terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan keselamatan ketenagalistrikan
termasuk pembinaan keselamatan umum.
18. Pejabat penanggung jawab instalasi adalah pejabat yang mempunyai wewenang, tugas, kewajiban dan
tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan instalasi;
19. Manajemen Perseroan dalam pengelolaan instalasi terdiri dari Pengawas pekerjaan, Pejabat keselamatan
ketenagalistrikan, Pejabat penanggung-jawab instalasi dan Pimpinan Unit Perseroan;
20. Tim Pemeriksa dan Investigasi Kecelakaan adalah Tim yang dibentuk oleh Pimpinan Unit Perseroan, terdiri
dari seorang Pejabat keselamatan ketenagalistrikan, sebagai Ketua Tim, dibantu minimal seorang pejabat /
pegawai yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang kegiatan yang sama / sejenis dengan
kegiatan dimana terjadi kecelakaan masyarakat umum sebagai Anggota Tim. Tim pemeriksa dan
investigasi Kecelakaan bertugas melakukan pemeriksaan setempat dan pengkajian secara mendalam
terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang terjadi yang berhubungan dengan instalasi / bangunan /
sarana milik Perseroan, untuk mengetahui penyebab dasar terjadinya kecelakaan, apakah karena kondisi
berbahaya (unsafe condition) atau karena perbuatan berbahaya (unsafe act) atau karena sebab-sebab lain.
21. Komite keselamatan Ketenagalistrikan (Electricity Safety Committee) bertindak sebagai Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sesuai Undang-Undang RI Nomor. 1 Tahun 1970, adalah
merupakan Tim / Kepanitiaan sebagai wadah kerjasama dan saling kesepahaman antara pegawai dan
outsourcing dengan Manajemen Perseroan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan keselamatan
ketenagalistrikan, seperti kegiatan keselamatan instalasi yang merupakan bagian dari keselamatan
ketenagalistrikan;
22. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
Nomor. 05/MEN/1996 adalah merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan, meliputi
struktur, organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif, SMK3 merupakan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja standar nasional;
23. Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18000 merupakan manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja standar internasional.
BAB II
Pasal 2
Maksud dan tujuan dari Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN (Persero) adalah untuk
mewujudkan kondisi aman dari bahaya bagi masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan,
yang dilaksanakan dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya
kecelakaan masyarakat umum, sehingga dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat umum yang
berhubungan dengan kegiatan Perseroan.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
3
Ruang Lingkup dari Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN (Persero) adalah keselamatan bagi
masyarakat umum yang tinggal atau melaksanakan kegiatan di sekitar instalasi, masyarakat yang berhubungan
dengan kegiatan bangunan dan sarana, dan masyarakat yang menjadi tamu atau melaksankan kegiatan yang
berada di ruangan atau di halaman tempat kerja milik Perseroan.
BAB ........................
BAB IV
Bagian Pertama
Pasal 4
(1) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi pada daerah instalasi
penyediaan tenaga listrik milik Perseroan sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP), merupakan
kecelakaan masyarakat umum pada daerah hukum dari Perseroan;
(2) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi pada daerah instalasi
pemanfaatan tenaga listrik milik pelanggan (setelah APP), merupakan kecelakaan masyarakat umum pada
daerah hukum dari pelanggan. Kecelakaan ini tidak menjadi tanggung jawab Perseroan, tetapi Perseroan
berkepentingan memperoleh informas dan data kecelakaan sebagai bahan penyuluhan keselamaan umum
kepada masyarakat.
(3) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi pada daerah instalasi
pemanfaatan tenaga listrik milik Pemerintah Daerah seperti instalasi penerangan jalan umum (PJU),
instalasi lampu pengatur lalu lintas, instalasi taman kota dan instalasi sarana masyarakat umum (setelah
Fuse / APP), merupakan kecelakaan masyarakat umum pada daerah hukum dari Pemerintah Daerah.
Kecelakaan ini tidak menjadi tanggung jawab Perseroan, tetapi Perseroan berkepentingan memperoleh
informasi dan data kecelakaan sebagai bahan penyuluhan keselamatan umum kepada masyarakat.
(4) Kecelakaan masyarakat umum bukan karena listrik, karena sebab lain yang
berhubungan dengan kegiatan Perseroan.
Bagian Kedua
Pasal 5
(1) Penyebab dasar berupa kondisi berbahaya (unsafe condition) yang merupakan
kelalaian dari Manajemen Perseroan, antara lain :
a. Tidak memberikan penyuluhan keselamatan akan bahaya listrik kepada masyarakat yang
berada dan atau melaksanakan kegiatan disekitar instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan.
b. Tidak memberikan penyuluhan keselamatan kepada masyarakat umum yang berhubungan
dengan kegiatan bangunan / sarana milik Perseroan dan kepada masyarakat sebagai tamu Perseroan.
c. Tidak melaksanakan pemasangan tanda peringatan dan / atau poster larangan pada instalasi-
instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan yang berpotensi bahaya bagi masyarakat umum.
d. Tidak melakukan pengujian / melengkapi sertifikat laik operasi bagi instalasi penyediaan tenaga
listrik milik Perseroan yang dioperasikan.
e. Tidak memastikan bahwa instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan selalu terkendali
dan kondisinya aman dari bahaya listrik (baik dalam keadaan beroperasi maupun tidak beroperasi atau
sedang mengalami kerusakan / perbaiakan).
f. Kelalaian-kelalaian lain yang menyebabkan terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang
bukan karena listrik yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan.
4
(2) Penyebab dasar berupa perbuatan berbahaya (unsafe act) yang merupakan kelalaian
dari masyarakat umum, antara lain :
a. Melaksanakan …….
a. Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja menyentuh bagian yang
berbahaya dari instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan.
b. Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja menyentuh bagian
berbahaya dari instalasi pemanfaatan tenaga listrik milik pelanggan sendiri.
c. Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja menyentuh bagian
berbahaya dari instalasi pemanfaatan tenaga listrik milik Pemerintah Daerah.
d. Menggunakan tenaga listrik secara tidak sah (mencuri aliran listrik).
e. Kelalaian-kelalaian lainnya yang menyebabkan terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang
bukan karena listrik, tetapi karena sebab lain yang berhubungan dengan kegiata Perseroan.
(3). Penyebab dasar berupa kondisi berbahaya (unsafe condition) yang merupakan
kelalaian dari masyarakat umum, antara lain :
a. Kurang paham akan bahaya listrik.
b. Penggunaan / pemilikan produk pemanfaat tenaga listrik (peralatan kerja / peralatan rumah
tangga) yang tidak memenuhi syarat keselamatan / tidak dilengkapi dengan sertifikat tanda
keselamatan.
c. Penggunaan / pemilikan instalasi pemanfaatan tenaga listrik (instalasi pelanggan) yang tidak
memenuhi syarat keselamatan / tidak dilengkapi dengan sertifikat kesesuaian dengan standar PUIL.
Bagian Ketiga
Pasal 6
(1) Penyebab perantara karena listrik (tenaga listrik), berupa tersengat listrik baik secara
langsung maupun tidak langsung dan / atau kebakaran / terbakar karena loncatan api listrik / panas listrik,
merupakan penyebab yang paling umum terjadi.
(2) Penyebab perantara bukan karena listrik, seperti tertimpa bangunan milik Perseroan,
tertabrak kendaraan milik Perseroan dan sebagainya.
Bagian Keempat
Pasal 7
5
(2) Akibat yang diderita oleh Perseroan, dapat berupa kerusakan instalasi penyediaan
tenaga listrik / bangunan / sarana milik Perseroan dan kerugian karena energi listrik yang tidak tersalurkan
yang disebabkan karena kerusakan instalasi penyediaan tenaga listrik.
BAB ………………..
BAB V
Pasal 8
Setiap Unit Perseroan wajib melaksanakan perlindungan dan pencegahan terhadap kecelakaan masyarakat
umum yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan, dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
6
BAB ………………….
BAB VI
Bagian Pertama
Pasal 9
Bagian Kedua
7
Penyelesaian Hukum Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum
Pasal 10
a. Apabila ……………………..
a. Apabila dari hasil pemeriksaan dan investigasi oleh Tim Pemeriksa dan Investigasi Kecelakaan
Umum dapat dibuktikan bahwa kecelakaan masyarakat umum disebabkan oleh kondisi tidak aman dari
bahaya pada instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan / sarana milik Perseroan yang merupakan
kelalaian dari Manajemen Perseroan, maka laporan hasil pemeriksaan dan investigasi tersebut oleh
Tim Pemeriksaan dan Investigasi Kecelakaan Umum disampaikan kepada Tim Pemeriksa Pelanggaran
Disiplin Pegawai (TP2DP).
b. Kecelakaan yang menyebabkan luka / tewas dan atau kerugian pada masyarakat umum, yang
merupakan kelalaian dari Manajemen Perseroan, maka langkah penyelesaiannya :
- Dilaksanakan melalui kesepakatan antara Perseroan dengan masyarakat umum
(dengan membuat perjanjian pemberian ganti rugi dan tidak saling menuntut yang diketahui /
disaksikan oleh Aparat Pemerintahan Daerah dan Kepolisian RI setempat ), dan
- Bila tidak dicapai kesepakatan, maka Perseroan menyelesaikan melalui proses
hukum dan pemberian ganti rugi kepada masyarakat umum dilaksanakan sesuai ketentuan dan
peraturan perundangan yang berlaku.
(2). Penyelesaian kecelakaan masyarakat umum yang disebabkan oleh kelalaian
dari masyarakat umum :.
Kecelakaan masyarakat umum karena kelalaian dari masyarakat umum sendiri sehingga menyebabkan
kerusakan instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan yang mengakibatkan instalasi tidak dapat
beroperasi secara normal / mempengaruhi kelangsungan penyediaan tenaga listrik atau tidak dapat
beroperasi / mengakibatkan terputusnya aliran listrik (Pemadaman), atau menyebabkan kerusakan
bangunan / sarana milik Perseroan, maka Perseroan akan melaksanakan tuntutan hukum dan permintaan
ganti rugi kepada masyarakat umum yang dilaksanakan sesuai ketentuan dan peraturan perundangan
yang berlaku.
BAB VII
Pasal 11
(1) Laporan untuk setiap kasus kecelakaan masyarakat umum yang terjadi pada Unit
setingkat Cabang, dipersiapkan oleh Pejabat keselamatan ketenagalistrikan dan ditandatangani oleh
Pimpinan Unit, digunakan untuk kepentingan sendiri, untuk disampaikan kepada Kantor Unit setingkat
Wilayah sebagai atasannya dan kepada Instansi lain yang memerlukan sesuai peraturan perundangan.
Apabila kecelakaan terjadi pada Kantor Unit setingkat Wilayah, laporan dibuat oleh Pejabat keselamatan
ketenagalistrikan dan ditandatangani oleh Pimpinan Unit, digunakan untuk kepentingan sendiri dan juga
disampaikan kepada instansi lain yang memerlukan sesuai peraturan perundangan. Laporan Kecelakaan
Masyarakat Umum menggunakan bentuk Form.LKMU.
(2) Statistik Triwulanan / Tahunan Keselamatan Umum disusun oleh Pejabat keselamatan
ketenagalistrikan pada Kantor Unit setingkat Wilayah berdasarkan laporan-laporan kecelamakaan
masyarakat umum yang diperoleh dari Unit-unit setingkat Cabang dan yang terjadi pada Kantor Unit
setingkat Wilayah sendiri. Statistik tersebut menggambarkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
masyarakat umum periode triwulanan / tahunan, sebagai bahan untuk perencanaan program keselamatan
ketenagalistrikan pada periode waktu yang sama untuk waktu yang akan datang, terdiri dari :
a. Kasus kasus terjadinya kecelakaan masyarakat
umum.
8
b. Tabel, Grafik dan Narasi, dengan tinjauan :
- Penyebab Kecelakaan Masyarakat Umum (kurang paham bahaya listrik, kegiatan tidak
aman menyentuh jaringan tenaga listrik milik Perseroan, penggunaan peralatan pemanfaat tenaga
listrik yang idak aman, penggunaan instalasi pemanfaatan tenaga listrik yang tidak aman,
penggunaan tenaga listrik tidak sah / mencuri aliran listrik, dan sebab-sebab selain listrik).
- Akibat Kecelakan Masyarakat Umum (luka, tewas, kerugian masyarakat umum, kerugian
dan kerusakan instalasi / bangunan / sarana milik Perseroan)
- Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat Umum (petani, pedagang, pendidik, karyawan,
usahawan, dan sebagainya).
- Rasio Kecelakaan Masyarakat Umum (accident ratio) = Jumlah korban / Jumlah
pelanggan.
(3). Laporan …………
(3) Laporan Triwulanan Keselamatan Umum (Form LTU) dipersiapkan oleh Pejabat
keselamatan ketenagalistrikan pada Kantor Unit setingkat Wilayah dan ditandatangani oleh Pimpinan Unit
Perseroan, yang memuat rekapitulasi kecelakan-kecelakaan masyarakat umum yang terjadi periode
triwulanan, digunakan untuk kepentingan sendiri dan dikirimkan kepada Kantor Pusat, selanjutnya Kantor
Pusat akan menyusun Statistik Triwulanan / Tahunan Keselamatan Umum Perseroan.
(4) Laporan dan statistik kecelakaan masyarakat umum tersebut oleh Pejabat
keselamatan ketenagalistrikan disampaikan pula kepada Komite Keselamatan Ketenagalistrikan.
BAB VIII
Pasal 12
(1) Setiap Unit Perseroan wajib menerapkan program kecelakaan masyarakat umum nihil
bagi masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan.
(2) Setiap Unit Perseroan agar menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang
ketenagalistrikan, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan umum, yang diperlukan guna
mendukung program kecelakaan umum nihil sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal ini.
BAB IX
Pasal 13
Kinerja keselamatan umum merupakan bagian dari kinerja keselamatan ketenagalistrikan pada kontrak kinerja
perusahaan antara Unit setingkat Cabang dengan Kantor Unit setingkat Wilayah, atau antara Unit setingkat
Wilayah dengan Kantor Pusat. Angka perhitungan yang diperoleh dari penyimpangan / kekurangan / ketidak-
sesuaian dalam pelaksanaan keselamatan umum merupakan angka pengurang bagi nilai kinerja Unit
Perseroan yang bersangkutan.
BAB X
Pasal 14
(1) Perusahaan yang mempekerjakan > 100 tenaga kerja dan atau memiliki karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, penyakit yang timbul karena
9
hubungan kerja, kebakaran, ledakan dan sebagainya, wajib membentuk P2K3 / Komite Keselamatan
Ketenagalistrikan.
(2) Komite Keselamatan Ketenagalistrikan mempunyai tugas untuk membahas /
mendiskusikan setiap permasalahan keselamatan ketenagalistrikan, khusunya keselamatan umum meliputi
perlindungan, pencegahan dan peyelesaian terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan masyarakat
umum yang ada hubungannya dengan kegiatan Perseoan, agar dapat dicapai tingkat keselamatan umum
yang tinggi pada setiap instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan / sarana yang berpotensi bahaya
yang berhubungan dengan masyarakat umum, dan hasil dari pembahasan / diskusi disampaikan ke
Pimpinan Unit Perseroan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam kegiatan keselamatan umum.
(3) Unit-unit setingkat Cabang yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) Pasal ini, agar membentuk P2K3 / Komite Keselamatan Ketenagalistrikan dan dilaporkan /
diinformasikan kepada Dinas Tenaga Kerja serta Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral pada Pemerintah
Daerah setempat sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan dan dilaporkan ke kantor Pusat.
BAB ………………
BAB XI
Pasal 15
BAB XII
Pasal 16
10
(3) Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan keselamatan umum pada Kantor Pusat
dilaksanakan oleh Pejabat keselamatan ketenagalistrikan, Pejabat Ahli Sistem Pengamanan dan Pejabat
Humas pada Sekretariat Perusahaan.
(4) Pembinaan pelaksanaan Keputusan ini untuk keseluruhan Perseroan dilaksanakan
oleh Direksi c.q. Deputi Direktur Lingkungan dan Keselamatan Ketenagalistrikan.
BAB XIII
Pasal 17
BAB XIV
LAIN-LAIN
Pasal 18
BAB XV
PENUTUP
11
Pasal 19
(1) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Edaran Direksi No.052/PST/82 dan Surat
Kolektif Direksi No.K.347/DIR/86, serta ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Keputusan ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 19 Mei 2005.
12