Anda di halaman 1dari 2

Metode pengolahan data anomali geomagnetik secara garis besar di jabarkan dan

ditunjukkan pada diagram alir sebagai berikut.

Dari pegukuran di lapangan, diperoleh data intensitas medan magnet total atau vertikal dan
horisontal, yaitu dari pengukuran PPM dan Fluxgate magnetometer. Data-data tersebut
merupakan harga terbaik dari lima kali pengukuran di setiap titik pengukuran. Dengan
mengoreksi dengan medan magnet utama bumi (untuk Pulau Jawa diasumsikan besarnya
45.300 nT) atau dapat menggunakan model yang dikeluarkan oleh IGRF pada epoch  yang
bersangkutan, maka dapat diperoleh data anomali medan geomagnet bumi pada daerah
survei. Selanjutnya data anomali ini diolah (misalnya dengan filtering) untuk dilakukan
penafsiran (interpretasi data) misalnya dengan pemodelan untuk mendapatkan struktur
batuan di bawah permukaan bumi.

Interpretasi
Penafsiran data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk pengukuran secara
kualitatif, analisa dilakukan pada peta kontur anomali medan magneti total dan vertikal.
Hasil yang diperoleh adalah lokasi benda penyebab anomali berdasarkan klosur kontur,
sedangkan untuk penafsiran kuantitatif dilakukan dengan dua metode :

 Metode Langsung, dilakukan dengan menggunakan kurva karakteristik pada


penampang kontur anomali magnetik. Hasil yang diperoleh adalah perkiraan kasar
kedalaman, tebal dan kemiringan benda penyebab anomali.
 Metode tidak langsung yaitu dengan mencocokkan kurva anomali lapangan dengan
kurva model yang dilakukan secara iteratif (Trial and error).

Pengolahan dan penafsiran data dilakukan dengan bantuan software yang tersedia,
misalnya Magpoly, Mag2dc atau lainnya.

alam penerapannya, metode geomagnetik dipakai untuk memetakan struktur perlapisan


di bawah permukaan atau deposit mineral logam yang bersifat feromagnetik. Metode ini
tergolong pasif karena menggunakan medan magnet bumi sebagai sumbernya. Dalam
penelitian ini, telah dilakukan pengukuran medan magnetik bumi untuk mengetahui
keberadaan pipa air (hidrant) yang tertanam di bawah permukaan tanah, di taman BAAK
kampus ITS.  Pengukuran medan magnetik bumi  dilakukan dalam bentuk jejaring titik
ukur dengan lintasan sejumlah 10 dan jarak antar titik ukur adalah 5 m. Pada saat
dilakukan pengukuran, terdapat lalu lalang beberapa kendaraan bermotor yang tidak
bisa dihindari. Pengukuran medan magnetik dilakukan dengan menggunakan proton
magnetometer. Sebagai titik referensi, dipilih sebuah titik Base Station (BS) yang bebas
dari pengaruh benda logam. Data medan magnet terukur harus dikoreksi untuk
memperoleh nilai anomali medan magnetik. Nilai anomali tersebut berasosiasi dengan
keberadaan benda target eksplorasi geomagnetik. Koreksi yang dilakukan adalah koreksi
diurnal (yang  mengacu ke titik BS) dan koreksi standar IGRF (sebagai acuan, yaitu nilai
medan magnet bumi normal).  Peta kontur medan magnetik anomali diperoleh
dengan software Surfer. Filtering dengan low pass filter dilakukan untuk menihilkan
pengaruh magnetik yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor yang lewat
selama masa pengukuran. Peta kontur tersebut diolah lebih lanjut
dengan software Magpick dan Mag2DC  untuk mempertegas keberadaan benda
penyebab anomali magnetik. Berdasarkan hasil perhitungan model anomali, dapat
diperoleh distribusi nilai suseptibilitas magnetik.  Dengan demikian, dapat ditentukan
secara kualitatif keberadaan benda anomali berdasarkan perbedaan nilai suseptibilitas di
bawah permukaan tanah. Untuk pembangunan infrastruktur, metode geomagnetik
dipakai sebagai langkah awal untuk memahami kondisi dan struktur pelapisan bawah
tanah, serta dapat memberi arti efisiensi dalam perencanaan pekerjaan pembangunan
infrastruktur.

Anda mungkin juga menyukai